Anda di halaman 1dari 7

PERENCANAAN SAFARI KB DI PUSKESMAS MONTASIK

KABUPATEN ACEH BESAR

OLEH:
NURLAILA RAMADHAN S

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunia Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah
yang berjudul “Perencanaan Program SAFARI KB di PKM Montasik Kabupaten
Aceh Besar” ini merupakan salah satu tugas mata kuliah “Manajemen pelayanan
kebidanan profesional”.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-
teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun mater. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapa tmenjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah,
AmiinYaaRobbal ‘Alamiin.

Banda aceh, 03Oktober 2021

Penyusun
A. Analisis Situasi
Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun 2016
menunjukkan bahwa dari 100.000 kelahiran hidup di Indonesia, 305 di antaranya
berakhir dengan kematian sang ibu (Profil Kesehatan Indonesia, 2016). Tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) tersebut – 305/100.000 kelahiran hidup – mendorong
pemerintah untuk melakukan intervensi struktural; salah satunya adalah dengan
mencantumkan target penurunan AKI ke dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019. Dalam RPJMN 2014-2019,
pemerintah menargetkan penurunan AKI dari 205/100.000 kelahiran menjadi
276/100.000 kelahiran hidup.
Untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal dengan demikian
kami meberikan pelayanan kepada masyarakat tentang safari KB. Semakin
meningkatnya tingkat pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat, maka sistem
nilai dan orientasi dalam masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai menuntut
pelayanan yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu. Dengan semakin
meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, oleh sebab
itu pelayanan safari KB pada perempuan. Dengan demikian dapat menunda
kelahiran, menjarangkan anak atau membatasi jumlah anak yang diinginkan
sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya kesuburan.

B. Mengidentifikasi Masalah Dan Prioritas


1) Pengetahuan ibu-ibu usia reproduksi masih rendah terkait keluarba berencana,
baik tujuan, manfaat serta jenis-jenis alat kontrasepsi
2) Angka cakupan KB masih rendah di PKM Montasik sekitar kurang lebih 65%
dari seluruh PUS
3) Menjangkau masyarakat di daerah terpencil dan kekurangan tenaga kesehatan
C. Menentukan Tujuan Program
Tujuan umum program adalah meningkatkan derajat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat dengan berubahnya paradigma dalam pengelolan
masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi
dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan
reproduksi. Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
b. Menurunkan jumlah angka kelahiran bayi.
c. Meningatkan kesehatan keluarga berencana dengan cara menjarangkan
kelahiran

D. Mengkaji Hambatan dan Kelemahan Program


Adapun hambatanhambatan diasumsikan yaitu pelaksaan pelayanan KB
di dalam gedung melayani untuk pemasangan alat kontrasepsi dan konseling
kepada peserta KB jika mereka bertanya saja tidak ada konseling khusus, karena
puskesmas menganggap masyarakat sudah paham untuk apa ber- KB, sedangkan
di luar gedung melakukan penyuluhan bila ada program atau pelayanan khusus
dari tingkat II misalnya adanya pelayanan KB mandiri.
Saat ini petugas lebih sering melayani diluar gedung, namun sarana
prasarananya kurang memadai maka capaian peserta KB yang ditargetkan tidak
sesuai karena sebagian warga ingin ber-KB tidak jadi ber-KB karena sarana yang
tidak memadai.

E. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)


Kegiatan Pokok : koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor dalam
melaksanakan kegiatan program SAFARI KB.
Pelaksanaan sosialisasi KB
1. Koordinator program KB tentang safari KB.
2. Sambutan dan pengarahan dari pemegang program KB tentang safari KB.
3. Koordinator program KB tentang safari KB dengan tim pelaksana kepada
masyarakat.
4. Koordinator program KB dengan tim pelaksana safari KB menyampaikan ma-
teri tentang pelaksanaan safari KB kepada masyarakat.
5. Koordinator program KB dengan tim pelaksana safari KB beserta masyarakat
membahas tentang jadwal pelaksanaan safari KB
6. Koordinator program KB untuk menutup acara safari KB
Adapun Rencana Kerja Operasional Program setelah diadakan kerjasama dan
koordinasi lintas sector adalah:
1) Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor dalam melaksanakan
SAFARI KB
2) Membentuk tim pelaksana kegiatan safari implan yang dilaksanakan oleh
bidan dan PLKB
3) Menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan safari
implant
4) Menentukan jadwal kegiatan safari KB
5) Memberitahukan jadwal safari implan pada pihak terkait sebelum
melaksanakan kegiatan
6) Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal pelaksanaan
7) Melaporkan hasil kegiatan dalam rapat bulanan dan lintas sector
8) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan

F. ANALISA SWOT
1. Strength (Kekuatan)
1) Mengatur kehamilan yang diinginkan.
2) Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak.
3) Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
4) Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga
berencana.
5) Mempromosikan penyusunan bayi sebagai upaya menjarangkan jarak ke-
hamilan.

2. Weakness (Kelemahan)
1) Segi pelayanan: Hingga saat ini pelayanan KB masih kurang berkualitas ter-
bukti dari peserta KB yang berhenti menggunakan alat kontrasepsi relatif
masih banyak dengan alasan efek samping, kesehatan dan kegagalan pe-
makaian. Kegagalan pemakaian menyebabkan kehamilan yang tidak di-
inginkan.
2) Segi ketersediaan alat kontrasepsi: Dengan kebijakan “Sistem Kafetaria”
yang diterapkan BKKBN, calon peserta KB dapat memilih sendiri alat
maupun metoda kontrasepsi yang sesuai keinginannya. Akibatnya terjadi
drop out dengan alasan ingin ganti cara yang lebih efektif.
3) Segi penyampaian konseling maupun KIE (Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi) Pada saat ini, kebijakan program lebih mengedepankan pilihan
kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien. Tetapi pilihan konrasepsi se-
cara rasional ini belum tersosialisasikan dengan baik karena proses informed
choice (membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang alternatif
asuhan yang akan dialaminya).
4) Hambatan budaya: Di beberapa daerah masih ada masyarakat yang akrab
dengan budaya “banyak anak banyak rejeki, tiap anak membawa rejekinya
sendiri- sendiri” atau “anak sebagai tempat bergantung di hari tua”. Selain
itu, ada juga budaya yang mengharuskan keluarga memiliki anak laki-laki
maupun anak perempuan dalam satu keluarga. Dengan adanya alasan bu-
daya tersebut maka masyarakat tidak akan mau ber KB.

3. Opportunity (peluang/ kesempatan)


1) Safari KB sudah menjadi progam KB di Puskesmas untuk menekan laju pe-
rumbuhan penduduk
2) SDM dalam menjalankan safari KB sudah ada pada tiap-tiap desa terdiri
dari bidan, penyuluh dan kader
4. Threats (tantangan)
1) Kelompok unmet need (wanita yang sudah tidak ingin anak lagi tetapi
tidak menggunakan alat kontrasepsi) Penyebab adanya kelompok wanita
unmet need antara lain berkaitan dengan masalah keuangan, aspek keji-
waan, medis, waktu dan biaya pelayanan resiko kesehatan dan hambatan
sosial.
2) Kelompok hard core: Kelompok hard core yaitu kelompok wanita yang
tidak mau menggunakan alat kontrasepsi baik pada saat ini maupun pada
waktu yang akan datang. Kelompok ini harus didekati dengan melakukan
KIE khusus. Maka masih mungkin diharapkan bersedia untuk menjadi
peserta KB di masa yang akan datang.

G. KESIMPULAN

1) Koordinator program KB melakukan monitoring kegiatan, melakukan evalu-


asi dan tindak lanjut dari kegiatan tersebut.
2) Hasil kegiatan dilaporkan kepada kepala Puskesmas Montasik dan disam-
paikan pada rapat bulanan serta rapat lintas sektor yang dilakukan setiap 3 bu-
lan sekali.

Anda mungkin juga menyukai