Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“CIRI-CIRI HUKUM ISLAM “

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3


ANDRE
ILHAM

H. ALI AMBAR, Lc., M.Pd.I

PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


STIE (SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI) SYARI’AH
BENGKALIS
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
           
Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, serta sholawat sera salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Oleh karena bimbingan dan jalan kemudahan dari Allah makalah Seni
Budaya dapat terselesaikan.
            Terselesaikannya makalah ini juga atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada guru Seni Budaya. Semoga bantuan dari
Bapak/Ibu dan sdr/I menjadi suatu ladang amal dan diberikan balasan yang lebih baik dari
Allah SWT.
            “Tiada gading yang tak retak” sebagaimana makalah ini masih belum sempurna.
Namun demikian penyusun hanya bias berusaha untuk memberikan yang terbaik. Semoga
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Rumusan Masalah..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3

A. Pengertian Hukum Islam (syari’ah)...............................................................3


B. Ruang Lingkup Hukum Islam........................................................................4
C. Ciri- ciri Hukum Islam...................................................................................5

BAB III PENUTUP..................................................................................................7

A. Kesimpulan ...................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Dalam bahasa sehari-hari kata hukum sering dikonotasikan dengan peraturan dan
sejenisnya. Namun sesungguhnya kata hukum yang digunakan oleh masyarakat itu
sendiri berasal dari bahasa arab yang diserap menjadi bahasa Indonesia yaitu “‫“ﺤﮑﻢ‬
(hukm) jamak dari ahkam yang berarti “putusan” (judgement, verdict, decision),
“ketetapan” (provision), “perintah” (command), “pemerintahan” (government),
“kekuasaan” (authority, power), “hukuman” (sentences) dan lain-lain. Kata kerjanya
hakama yahkumu yang bermakna “memutuskan”, “mengadili”, “menetapkan”,
“memerintahkan”, “menghukum”, “mengendalikan” dan lain sebagainya.
Selain dalam bahasa arab, istilah “hukum” juga dikenal dalam bahasa lain seperti
law dalam bahasa inggris, recht dalam bahasa Jerman dan Belanda atau kata latin Ius.
Kata “hukum” kemudian dipergunakan lebih jauh dalam perbendaharaan kata dalam
bahasa Indonesia seperti kata “hukuman”, “terhukum”, “penegak hukum”, “hakim”,
“kehakiman”, “mahkamah” dan banyak lagi.
Kata hukum dalam al-Qur’an dipahami sebagai “putusan” atau “ketetapan”
terhadap suatu masalah. Putusan atau ketetapan yang tidak hanya mengatur hubungan
antara khaliq (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan) tapi juga antar manusia yang
didalamnya mengatur tentang hukum amaliyah (fiqh), hukum tauhid (aqidah) maupun
yang berhubungan dengan hukum etika (akhlaq). Oleh karena itu sering kita
mendengar bahwa Islam paling tidak terdiri dari iman dan amal, yaitu keyakinan
monotheis manusia yang dilingkupi dengan kompetensi keilmuan yang luas untuk
secara tepat dan benar di amalkan baik untuk hubungannya dengan khaliq (sang
pencipta) maupun dengan makhluq (yang diciptakan).
Kata hukum yang dikenal dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab
hukm yang berarti putusan (judgement) atau ketetapan (Provision). Dalam buku
Ensiklopedi Hukum Islam, hukum berarti menetapkan sesuatu atas sesuatu atau
meniadakannya. Sementara dalam A Dictionary of Law dijelaskan tentang pengertian
hukum sebagai berikut:
Law is “the enforceable body of rules that govern any society or one of the rules
making up the body of law, such as Act of Parliament. (Hukum adalah suatu
kumpulan aturan yang dapat dilaksanakan untuk mengatur/memerintah masyarakat

1
atau aturan apa pun yang dibuat sebagai suatu aturan hukum seperti tindakan dari
Parlemen).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ruang Lingkup Hukum islam?
2. Bagaimana ciri-ciri Hukum Islam?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Hukum Islam (syari’ah)
Makna syari’ah adalah jalan ke sumber (mata) air, dahulu (di arab) orang
mempergunakan kata syari;ah untuk sebutan jalan setapak menuju ke sumber (mata) air
yang diperlukan manusia untuk minum dan membersihkan diri.
Kata syari’ah ini juga berarti jalan yang lurus, jalan yang lempang tidak berkelok-
kelok,juga berarti jalan raya. Kemudian penggunaan kata syari’ah ini bermakna
peraturan, adapt kebiasaan, undang-undang dan hukum.
Syariah islam berarti segala peraturan agama yang di tetapkan Allah untuk ummat
islam, baik dari Al-Qur’an maupun dari sunnah Rasulullah saw. yang berupa
perkataan,perbuatan ataupun takrir (penetapan atau pengakuan).
Pengertian tersebut meliputi ushuluddin (pokok-pokok agama), yang menerangkan
tentang keyakinan kepada allah berserta sifat-sifatnya, hari akhirat dan sebagainya, yang
semuanya dalam pembahasan ilmu tauhid atau ilmu kalam. Ia juga mencakup kegiatan-
kegiatan manusia yang mengarah kepada pendidikan jiwa dan keluarga serta masyarakat.
Demikian pula tentang jalan yang akan membawanya kepada kehidupan yang sejahtera
dan bahagia. Ini semuanya termasuk dalam pembahasan ilmu akhlak.
Menurut pengertian-pengertian tersebut, syariah itu meliputi hokum-hukum Allah
bagi seluruh perbuatan manusia, tentang halal,haram makruh,sunnah dan mubah
pengertian inilah yang kita kenal  ilmu fiqih, yang sinonim dengan istilah “undang-
undang”.
Para pakar hukum islam selalu berusaha memberikan batasan pengertian “Syariah”
yang lebih tegas, untuk memudahkan kita mebedakan dengan fiqih,yang dia antaranya
sebagai berikut:
a) Imam Abu Ishak As-syatibi dalam bukunya Al-Muwafaqat ushulil ahkam mengatakan
: Artinya “ bahwasannya arti syariat itu sesungguhnya menetapkan batas tegas bagi
orang-orang mukallaf dalam segala perbuatan,perkataan dan akidah mereka. Syikh
Muhammad Ali ath-thawi dalam bukunya kassyful istilahil funun mengatakan :
b) Artinya “Syariah yang telah diisyaratkan Allah untuk para hambanya, dari hokum-
hukum yang telah dibawa oleh seseorang nabi dan para nabi Allah as. Baik yang
berkaitan dengan cara pelaksanaanya, dan disebut dengan far’iyah amaliyah, lalu
3
dihimpun oleh ilmu kalam dan syari’ah ini dapat disebut juga pokok akidah dan dapat
disebut juga dengan diin(agama) dan millah. Definisi tersebut menegaskan bahwa
syariah itu muradif(sinonim) dengan diin dan milah(agama). Berbeda dengan ilmu
fiqih, karena ia hanya membahas tentang amaliyah hukum(ibadah), sedangkan bidang
akidah dan hal-hal yang berhubungan dengan alam ghaib dibahas oleh ilmu kalam
atau ilmu tauhid.
c) Prof.DR. Mahmud Salthut mengatakan bahwa :
“sayariah ialah segala peraturan yang telah diisyaratkan allah,atau ia telah
mensyariatkan dasar-dasarnya, agar manusia melaksanakannya, untuk dirinya sendiri
dalam berkomunikasi dengan tuhannya dengan sesama muslim dengan sesama
manusia denga alam semesta dan berkomunikasi dengan kehidupan.”

B. Ruang Lingkup Hukum Islam


Jika kita bandingkan hukum islam bidang muamalah ini dengan hukum barat yang
membedakan antara hukum privat (hokum perdata) dengan hukum public,maka sama
halnya dengan hukum adat di tanah air kita, hukum islam tidak membedakan (dengan
tajam) antara hukum perdata dengan hukum publik disebabkan karena menurut system
hukum islam pada hukum perdata terdapat segi-segi publik ada segi-segi perdatanya.
Itulah sebabnya maka dalam hukum islam tidak dibedakan kedua bidang hukum itu.
Yang disebutkan adalah bagian-bagian nya saja seperti misalnya,
(1) munakahat (2)  wirasah (3) muamalat dalam arti khusus (4) jinayat atau ukubat (5) al
– ahkam as sulthaniyah (khilifah), (5) siyar dan (7) mukhasamat.
Kalau bagian – bagian hukum islam itu disusun menurut sistematik hukum barat
yang membedakan antara hokum perdata dengan hokum publik seperti yang di ajarkan
dalam pengantar ilmu hokum di tanah air kita, yang telah pula di singung di muka,
susunan hokum muamalah dalam arti luas itu adalah sebagai berikut:
a. Hukum perdata ( islam ) adalah 
munakahat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan, perceraian
serta akibat-akibatnya
·         wirasah mengatur segala masalh yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta
peninggalan serta pembagian warisan. Hukum kewarisan  Islam ini disebut juga
hukum fara’id;

4
·         muamalat  dalam arti khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata
hubungan manusia dalam soal jual-beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan, dan
sebagainya.
b. Hukum public (islam) adalah
 jinayat  yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam dengan
hukuman baik dalam jarinah hudud  maupun dalam jarimah ta’zir. Yang dimaksud dengan
jarimah adalah perbuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas hukumanya dalam
al-Qur’an dan sunnah Nabi MUhamad (hudud jamak dari hadd = batas ). Jarimah ta’zir
adalah perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman hukumanya ditentukan oleh penguasa
sebagai pelajaran bagi pelakunya (ta’zir = ajaran atau pengajaran);
o al-ahkam as-sulthaniyah membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan kepala
Negara, pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun daerah , tentara, pajak dan
sebagainya;
o siyar mengatur segala urusan perang dan damai, tata hubungan dengan pemeluk agama
dan Negara lain
o mukhasamat mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hokum acara.

C. Ciri- ciri Hukum Islam


Dari uraian tersebut di atas dapatlah ditandai ciri-ciri (utama) hukum islam, yakni

1. merupakan bagian dan bersumber dari agama islam


2. mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau akidah dan
kesusilaan atau akhlak islam
3. mempunyai dua istilah kunci yakni

a. syari’at : syari’at terdiri dari wahyu allah dan sunnah Nabi Muhammad


b. fikih : fikih adalah pemahaman dan hasil pemahaman manusia tentang
syari’at.

4. terdiri dari dua bidang utama yaitu


a. ibadah : ibadah bersifat karena telah sempurna

5
b. muamalah dalam arti luas : mauamalah dalam arti khusus dan luas brsifat
terbuka untuk  di kembangkan oleh manusia yang memenuhi syarat dari masa
ke masa
5. strukturnya berlapis terdiri dari:
a. nas atau teks al-Qur’an
b. sunnah nabi muhamad (untuk syari’at)
c. hasil ijtihad manusia yang memenuhi syarat tentang wahyu dan sunna
d. pelaksanaanya dalam praktik baik yaitu :

1.      berupa keputusan hakim


2.      berupa amalan-amalan ummat islam dalam masyrakat (untuk fikih)
6.      mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala
dapat dibagi menjadi :
a.       hukum taklifih atau hukum taklif  yakni al-ahkam al-khamsayaitu lima kaidah, lima
jenis hokum, lima penggolongan hokum yakni ja’iz, sunnat, makruh, wajib dan haram.
b.      hukum  wadh’i yang mengandung sebab, syarat, halangan terjadi atau terwujudnya
hubungan hukum.
ciri-ciri khas hukum islam. Yang relevan untuk dicatat disini adalah hukum islam.
Berwatak universal berlaku abadi untuk ummat islam dimanapun mereka berada tidak
terbatas pada ummat islam di suatu tempat atau Negara pada suatu masa saja. Menghormati
martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani dan jasmani serta memelihara
kemuliaan manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan. Pelaksana annya dalam praktik
digerakkan oleh iman(akidah) dan akhlak ummat manusia.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan diturunkanya hukum islam adalah untuk   kepentingan, kebahagiaan,
kesejahteraan, dan keselamatan umat manusia di dunia dan di akhirat kelak. dapat
disimpulkan, bahwa syariat Islam bukan hanya mengatur urusan dan persoalan yang dibahas
oleh agama, tetapi juga urusan dan persoalan yang dibahas oleh ideologi. Dengan lingkup
syariat Islam yang meliputi dua wilayah ini—agama dan ideologi—maka tepat sekali jika
Islam disebut sebagai agama dan ideologi sekaligus. Artinya, secara mendasar, Islam jelas
berbeda dengan Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, dan sebagainya yang bersifat spiritual.
Syariat agama-agama non-Islam di atas pada faktanya hanya membahas urusan dan persoalan
spiritual (keakhiratan) sehingga hanya layak disebut sebagai agama. Sebaliknya, urusan dan
persoalan keduniaan yang dibahas oleh ideologi, tidak dibahas oleh agama-agama non-Islam
tersebut. Islam juga berbeda dengan ideologi-ideologi lain seperti Kapitalisme dan
Sosialisme. Kedua ideologi tersebut pada faktanya juga hanya membahas urusan dan
persoalan keduniaan semata. Sebaliknya, urusan dan persoalan spiritual (keakhiratan) yang
dibahas oleh agama tidak dibahas oleh keduanya. Karena itu, baik Kapitalisme maupun
Sosialisme tidak dapat disebut sebagai agama, tetapi lebih tepat disebut sebagai ideologi.

3.2 Saran

Untuk menyempurnakan makalah ini, kami berharap bagi para pembaca untuk
memberikan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dan berguna, agar makalah ini bisa
mencapai kesempurnaan pada penyusunan selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya penyusun
mengucapkan terima kasih.
7
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud. Pengantar Ilmu hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, 1998
Daud Ali Mohammad,Hukum Islam ,Jakarta:Rajawali pers,2009.
Usman Suparman, Hukum Islam,Jakarta:Gaya media pratama,2001.
Al qur’an dan terjemahnya, Departemen Agama RI.
Ash-Shiddiqie, T.M. Hasbi. Pengantar Ilmu Fikih. cetakan ke 2. (Jakarta, Bulan Bintang,
1974).

Anda mungkin juga menyukai