Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“AKAD’”
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Fiqih Mu’amalah

DOSEN PENGAMPU : M. ELSA TOMISA, S.EI., M.E.Sy

DI SUSUN OLEH : IMAM ROHAIDI

Program Studi Hukum Ekonomi Syari’ah


Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bengkalis

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Akad” sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Fiqih
Muamalah, akad merupakan hal terpenting dalam kegiatan bermuamalah dalam kehidupan
masyarakat dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan keperluannya,yang tidak dapat
dipenuhinya tanpa bantuan dan jasa orang lain.
Sehingga dikatakan bahwa akad merupakan sarana sosial yang mendukung manusia
sebagai mahluk sosial.
besar harapan kami, semoga makalah yang kami susun ini dapat menjadi sumber
pengetahuan, dan penambah wawasan tentang ilmu fiqih khususnya dalam hal bermuamalah.

Sungai Pakning, 7 oktober 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
.........................................................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................2
.
A. Pengertian Akad..................................................................................................................2
B. Prinsip-Prinsip Akad ..........................................................................................................2
C. Macam-Macam Akad..........................................................................................................3

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................5


A. Kesimpulan........................................................................................................................5
B. Saran..................................................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dalam masalah muamalah yang berkaitan dengan banyak aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari. Cangkupan muamalah sangat luas, baik bersifat perorangan maupun yang
bersifat umum, seperti peradilan, hukum pidana, penikahan, perikatan kontrak dan lain
sebagainya. Dalam bermuamalah terutama dalam bidang ekonomi kan sering ditemukan
perjanjian atau disebut dengan akad.

Di dalam makalah ini kami akan membahas tentang akad yang merupakan aspek
terpenting dalam hal muamalah, demi tercapai nya tujuan dari suatu kegiatan muamalah,
maka memahami tata cara pelaksanaan akad merupakan hal yang penting.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Akad?


2. Apa Prinsip-Prinsip Akad?
3. Apa Macam-MacamAkad?
4. Apa Dampak (Akibat Hukum) Akad?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad

Kata akad berasal dari kata bahasa Arab al-`aqd yang secara etimologi berarti
perikatan, perjanjian, dan pemufakatan (al-ittifaq) . Secara terminologi fiqh, akad
didefinisikan dengan:
“pertalian ijab (pernyataan meakukan ikatan) dan kabul (pernyataan penerimaan ikatan)
sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaru kepada objek perikatan”

Pencantuman kata-kata yang “sesuai dengan kehendak syariat” maksudnya bahwa


seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang melakukan akad dianggap
tidak sah apabila tidak sejalan dengan kehendak syara` .
Misalnya kesepakatan melakukan transaksi riba, menipu orang lain, atau merampas harta
kekayaan orang lain.
Adapun pencantuma kata-kata “ berpengaruh pada objek perikatan” maksud nya
adalah terjadinya perpindahan pemilikan dari satu pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak
lain (yang melakukan kabul). 1
Hasbi Ash Shidieqy 2 yang mengutip definisi yang dikemukakan Al-Sanhury, akad ialah:
“ perikatan ijab dan Kabul yang dibenarkan syara` yang menetapkan kerelaan kedua belah
pihak”.

Ada pula yang mendifinisikan, akad ialah:


‘Ikatan atas bagian-bagian tasharruf (pengelolaan) menurut syara`dengan cara serah
terima”.3
.

1
Lihat Nasrun Haroen, Op. cit. , hlm. 97.
2
Hasbi Ash Shiddieqy, Op. cit.,hlm. 21.
3
Lihat Hendi Suhendi, Op. cit., hlm. 46.

2
B. Prinsip-Prinsip Akad

Kata prinsip dapat disamakan dengan kata asas,yang diambil dari kata bahasa
Arab asasun yang berarti dasar, basis dan fondasi. Sedangkan secara terminologi
asas adalah dasar atau sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat4.
Adapun asas atau prinsip akad adalah sebagai berikut:

1. Asas Ilahiyah (Mabda` al- Tauhid)


Merupakan prinsip utama yang mengatur seluruh aktivitas manusia
dalam bentuk satu kesatuan yang mengitari prinsip ini, seperti kesatuan
alam raya, agama, ilmu, kebenaran dan seterusnya, dan mengarah kepada
hakikat tauhid. 5
2. Asas Kebolehan (Mabda` al- ibahah)
Adalah asas umum hukum islam Dalam bidang muamalah secara
umum, sesuai qa`idah fiqh:
“Pada dasarnya dalam muamalah segala sesuatu boleh kecuali ada dalil
yang melarangnya”.6
3. Asas Keadilan (Mabda` al-`Adalah)
Merupakan pilar penting dalam transaksi ekonomi dan keuangan
dalam islam. Penegakan keadilan adalah merupakan misi utama para nabi
dan rasul sebagaimana firman Allah ;
Artinya: “Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan besama A
Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan
keadilan, (Qs. Al-Hadid [57]:25).

4. Asas Persamaan Atau kesetaraan (Mabda` al-Musawwa)


Tidak memandang lebih tinggi sesuatu dari sesuatu yag lain sehingga
menimbulkan ketimpangan atau dzolim terhadap pihak yang dirugikan.
4
Departement Pendidikan Nasional, Kampus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
h. 896.
5
Quraish Shihab, Membumikan Al Qur`an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat,
(Bandung : Mizan , 2013), h.69-70.
6
Imam Nakha`i dan Moh. Asra Ma`sum, Mengenal Qawa`id Fiqhiyyah, (Situbondo: Ibrahimy Press, 2011), h.
63.

3
5. Asas Kejujuran dan Kebenaran (Mabda` al-Shidq)
Kejujuran merupakan pondasi tegaknya kebenaran,dan juga
merupakan prinsip akad dalam islam berdasar pada firman allah:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan katakanlah perkataan yang benar”.(Qs,Al-Ahzab [33]:70)

6. Asas tertulis (Mabda` al-Kitabah)

Untuk menghindari persengketaan yang mungkin terjadi dikemudian


hari, maka hendaklah dikuatkan dengan adanya bukti tertulis atas suatu
perjanjian

7. Asas Kepercayaan (Mabda` al-Amanah)


Adapun maksud asas amanah dalam konteks akad adalah agar para
pihak yang melakukan akad memiliki itikad baik dalam bertransaksi dan
tidak dibenarkan salah satu pihak berkhianat terhadap pihak lainnya.

8. Asas Kemanfaatan dan Kemaslahatan (Mabda` al-Mashlahah)


Bahwa semua bentuk perjanjian haruslah mendatangkan kemanfaatan
dan kemashlahatan, baik bagi pihak yang mengaitkan diri dalam
perjanjian maupun bagi masyarakat sekitar,meskipun hal ini tidak
terdapat ketentuan nya dalam Al-Qur`an dan Hadist.
Namun tujuan kemashlahatan ini sejalan dengan tujuan hukum islam
secara universal.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh para fuqaha,seperti al-Ghazali
(W.505/1111) dan al-Syathibi (W.790/1388) yang merumuskan tuuan
hukum islam berdasarkan ayat-ayat Al-Qur`an dan hadist untuk
mewujudkan kemashlahatan di dunia dan akhirat.

4
Kemashlahatan yang dimaksud adalah utuk melindungi lima kepentingan
pokok manusia yaitu melindung agama, jiwa raga, akal pikiran, martabat diri
dan keluarga, serta harta kekayaan. 7

C. Macam-Macam Akad
Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad itu dapat dibagi dilihat dari
beberapa segi. Jika dilihat dari segi keabsahannya menurut syara` akad terbagi dua
8
yaitu:
1. Akad Shahih
Ialah akad yang telah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.Hukum dari
akad sahih ini adalah berlakunya seluruh akibat hukum yang ditimbulkan akad
itu dan mengikat pihak pihak yang berakad. Akad shahih ini dibagi lagi oleh
ulama Hanafiyah da malikiyah menjadi dua macam yaitu:

a.Akad nafiz
Ialah akad yang dilangsungkan dengan memenuhi rukun dan syaratnya, dan
tidak ada penghalang untuk melaksanakannya.
b.Akad mawquf
Ialah akad yang dilakukan oleh seseorang yang cuk bertindak hukum, tetapi
dia tidak memiliki kekuasaan untuk melaksanakan dan melangsungkan akad,
seperti akad yang dilangsungkan oleh anak kecil yang mumayyiz.

2. Akad Ghairu Shahih


Yaitu akad yang terdapat kekurangan pada rukun dan syarat-syaratnya,
sehingga seluruh hukum akad ini tidak berlaku dengan tidak mengikat pihak-
pihak yang berakad.

7
Yulianti, Asas-Asas….,h,98-99.
8
Wahbah al-Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1984), jilid IV, hlm/240.

5
Ditinjau dari segi penamaannya , para ulama fiqh membagi nya kedalam dua
macam, yaitu:
1. Al-`Uqud al-musamma
Yaitu akad yang ditentukan namanya oleh syara` serta dijelaskan hukumnya
seperti jual beli, sewa menyewa, perserikatan, hibah, al-wakalah, wakaf, al-
hiwalah,al-ji`alah, wasiat dan perkawinan
2. Al-`Uqud ghair al-musamma
Ialah akad-akad yang penamaan nya di lakukan oleh masyarakat sesuai dengan
keperluan mereka di sepanjang zaman dan tempat seperti al-istishna`,dan bai`
al-wafa.

Para ulama fiqh menyatakan bahwa suatu akad dapat berakhir apabila:
1. Berakhirnya masa berlaku akad itu, apabila akad itu mempunyai tenggang
waktu.
2. Dibatalkan oleh pihak yang berakad, apabila akad itu sifatnya tidak mengikat.
3. Dalam akad yang bersifat mengikat akaditu dapat berakhir apabila:
a. jual beli itu fasad, seperti terdapat unsur tipuan slah satu rukun atau syarat
nya tidak terpenuhi.
b. berlakunya khiyar syarat, aib, atau rukyat.
c. akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak.
d. tercapai nya akad itu sampai sempurna.
4. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia, dalam hubungan ini para ulama
fiqih menyatakan bahwa tak semua hubungan akad otomatis batal dengan
meninggalnya salah satu pihak yang berakad, diantaranya akad sewa-menyewa,
al-rahn,al-kafalah, al-syirkah, al-wakalah, dan al-muzara`ah.
Akad juga akan berakhir ba`l al-fudhul (suatu bentuk jual beli yang keabsahan
nya tergantung orang lain) apabila tidak mendapatkan persetujuan dari pemilik
modal.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

akad berasal dari kata bahasa Arab al-`aqd yang secara etimologi berarti perikatan,
perjanjian, dan pemufakatan (al-ittifaq) . Secara terminologi fiqh, akad didefinisikan
dengan:
“pertalian ijab (pernyataan meakukan ikatan) dan kabul (pernyataan
penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaru
kepada objek perikatan”

Pencantuman kata-kata yang “sesuai dengan kehendak syariat” maksudnya bahwa


seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang melakukan akad
dianggap tidak sah apabila tidak sejalan dengan kehendak syara` .

Misalnya kesepakatan melakukan transaksi riba, menipu orang lain, atau merampas
harta kekayaan orang lain.

B. Saran

Makalah ini masihlah memiliki banyak kekurangan,kami berharap semoga apa yang
telah kami susun didalam makalah ini dapat menjadi penambah pengetahuan bagi para
pembaca sekalian dalam memahami konsep muamalah khususnya dalam hal akad.

7
DAFAR PUSTAKA

Al-Qur`an al-Karim.
Departement Pendidikan Nasional, Kampus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3. (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002),

Quraish Shihab, Membumikan Al Qur`an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung : Mizan , 2013)

Imam Nakha`i dan Moh. Asra Ma`sum, Mengenal Qawa`id Fiqhiyyah, (Situbondo: Ibrahimy
Press, 2011)

al-Zuhaily, Wahbah, prof., Dr., Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr, 1984),
jilid IV.

Haroen, Nasrun, Dr., M.A., H., Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama. 2007 . Cet.
Ke-2
Ash Shiddieqy, Hasbi, Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta: Bulan Bintang. 1984.
Suhendi, Hendi, M.si., Dr,. H. Fiqh Muamulah, Dr., MSi., H., Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada. 2005.

Prof.dr., H., Abdullah Rahman Ghazaly, M.A.dan Drs. H. Ghufron Ihsani, M,A. dan Drs.
Sapiudin Shidiq,M.A. Fiqh Muamalat, Cet, 1., Jakarta: Prenamedia Group.,2010.

Anda mungkin juga menyukai