Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

METODE DAN PENDEKATAN KAJIAN ISLAM

Makalah ini Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Pada Mata Kuliah Metodelogi Study Islam

Dosen Pengampu

EDI HERMAWAN, M. Pd.

Di Susun Oleh Kelompok 1 :

Anang Kurniadi 210101008


Amanatun Nafiah 210101007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH ISPINI
NURUL QODIRI (STIT ISPINI NQ)
LAMPNG TENGAH-LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

ُ‫ع لَ ٍْكُ ْن َو َز ْح َوة ُ هللاِ َوبَ َس َكاتُو‬


َ ‫سالَ ُم‬ َّ ‫ال‬
‫اء ب ُ ُس ْو ًجا‬ ِ ‫س َو‬ َّ ‫ي َج عَ َل فًِ ال‬ ْ ‫ازكَ الَّ ِر‬ َ َ‫ ت َب‬،‫صٍ ًْسا‬ ِ َ‫ي َكاىَ بِ ِعبَا ِد ِه َخ بٍِ ًْسا ب‬ ْ ‫ا َلْ َح ْود ُ ِ َّّلِل ِ الَّ ِر‬
‫ أ َ ْش َهد ُ ا َ ْى الَ إِلَوَ إِالَّ هللا ُ وأ َ ََ ْش َهد ُ ا َ َّى ُه َح َّودًا‬.‫َو َج عَ َل فِ ٍْ َها ِس َس ا ًجا َوقَ َو ًس ا ُه نٍِ ًْس ا‬
‫ق بِإِذْنِ ِو‬ِ ّ ‫ َودَا ِع ٍَا إِلَى الْ َح‬،‫ق بَ ِش ٍ ًْس ا َونَ ِر ٌ ًْسا‬ ِ ّ ‫ي بَعَثَو ُ بِالْ َح‬ْ ‫ع بْد ُه ُ ُو َزسُىلُو ُ الَّ ِر‬ َ
َ ّ
‫ أ َّها‬.‫س ِل ْن ت َ ْس ِل ٍْ ًوا َك ثٍِ ًْس ا‬
َ ‫ص ْح بِ ِو َو‬ َ ‫علَى آ ِل ِو َو‬ َ ‫ع لٍَْ ِو َو‬
َ ‫ص ِّل‬ َّ
َ ‫ اَلل ُه َّن‬.‫َو ِس َس ا ًجا ُه نٍِ ًْس ا‬
‫بَعْد ُ؛‬

Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat
hamba-hambanya. Alhamdulillah karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Metodelogi Study Islam. Adapun maksud
dan tujuan kami disini yaitu menyajikan beberapa hal yang menjadi materi
dari makalah kami.

Kami menyadari bahwa didalam makalah kami ini masih banyak


kekeurangan , kami mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan
makalah kami agar lebih baik dan dapat berguna semaksimal mungkin.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua teman teman


yang telah membantu proses penyusunan dan penyempurnaan makalah ini.

Lampung Tengah, 15 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... .1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. .1

C. Tujuan Pembahasan ........................................................................... .1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Manusia Secara Umum ......................................................2


B. Rasa Ingin Tahu Manusia ........................................................................2
C. Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan (Sains dan Filsafat) .............................7
D. Metode Ilmiah dan Struktur Pengetahuan Ilmiah ...................................9
E. Trend Peyelidikan Ilmiah ..................................................................... 10
F. Study Ilmiah antara Normafitas dan Historitas .................................... 13
G. Definisi Metode, Metodelogi, Paradigma, dan Pendekatan di dalam
Riset Ilmiah .......................................................................................... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam adalah suatu agama yang ajaran-ajarannya di wahyukan oleh Alloh SWT kepada
umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul yang didalamnya membawa
ajaran-ajaran yang bukan mengenal satu segi, tetapi berbagai segi kehidupan, karena didalam
ajaran tersebut menyangkut masalah aqidah, syari‟ah dan akhlak yang bersumber kepada Al
Qur‟an dan hadist. Selain itu juga terdapat komponen dalam al Qur‟an perkataan ilmu
yakni pengetahuan tentang sesuatu yang mengandung kejelasan.

Karena pentingnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, Alqur‟an dan Hadist


sebagai pedoman bagi umat muslim, para tokoh islam sangat bersemangat dan termotivasi
mengembangkan ilmu pengetahuan baik agama maupun umum.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengetahuan Manusia Secara Umum ?


2. Mengapa manusia memiliki rasa ingin tahu ?
3. Bagaimana Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan (Sains dan Filsafat) ?
4. Metode Ilmiah dan Struktur Pengetahuan Ilmiah !
5. Apa Saja Trend Peyelidikan Ilmiah ?
6. Apa yang di Maksud Study Ilmiah antara Normafitas dan Historitas ?
7. Bagaimana Definisi Metode, Metodelogi, Paradigma, dan Pendekatan di dalam Riset
Ilmiah ?
B. Tujuan Pembahasan Masalah

1. Untuk mengetahui Pengetahuan Manusia Secara Umum.


2. Untuk mengetahui Rasa Ingin Tahu Manusia.
3. Untuk mengetahui Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan (Sains dan Filsafat).
4. Untuk mengetahui Metode Ilmiah dan Struktur Pengetahuan Ilmiah.
5. Untuk mengetahui Trend Peyelidikan Ilmiah.
6. Untuk mengetahui Study Ilmiah antara Normafitas dan Historitas.
7. Definisi Metode, Metodelogi, Paradigma, dan Pendekatan di dalam Riset Ilmiah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGETAHUAN MANUSIA SECARA UMUM

Manusia dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Adanya


kebutuhan hidup inilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Manusia memiliki pengetahuan yang merupakan alat
untuk melaksanakan segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, tanpa pengetahuan manusia
akan mengalami kendala-kendala dalam menyelesaikan persoalannya. Pengetahuan dimulai
dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah makhluk yang
tidak pernah puas dalam mengembangkan pengetahuan yang dilakukan secara sungguh-
sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan tetapi pengetahuan ini terbatas untuk
kelangsungan hidupnya (survival).

Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak
langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan
manusia seandainya pengetahuan itu tak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban
bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.Ciri yang membedakan manusia dari
makhluk lain adalah kepasitasnya untuk berpikir. Berpikir dipacu oleh keinginan-tahuan
manusia. Ia ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan yang dihadapinya, ia ingin tahu
kebenaran dari segala sesuatu yang ditemuinya.

B. RASA INGIN TAHU MANUSIA

Manusia secara fitrah telah diberi oleh Allah SWT kemampuan untuk berpikir, bahkan
dalam Islam ayat yang pertama kali turun yaitu Surat Al-Alaq berisi tentang “Iqro” yang
artinya bacalah. Bacalah memiliki arti yang luas, sehingga manusia memiliki kemampuas
berpikir tentang dirinya dan lingkungan sekitarnya. Seiring bertambahnya usia masing-masing
individu memiliki karakter berbeda dalam mengekspresikan rasa ingin tahu. Berikut
merupakan rasa ingin tahu menurut para ahli:

Samani dan Hariyanto (2012: 30) mengemukakan bahwa: rasa ingin tahu (couriosity)
adalah keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam atau
peristiwa sosial yang sedang terjadi. Rasa ingin tahu menurut pandangan Susanto (2015: 30)
merupakan kemampuan untuk melakukan usaha-usaha yang rumit secara objektif dan cepat
2
serta menilai sesuatu secara kritis. Aly dan Eny (2010:3) menyatakan bahwa: rasa ingin tahu
mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari
jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di dalam pikirannya.

Rasa ingin tahu merupakan sikap yang dimiliki oleh setiap individu yang mendorong
individu tersebut mencari jawaban yang belum diketahuinya terkait persoalan yang muncul
didalam pemikirannya. Rasa ingin tahu yang dimiliki setiap induividu itu berbeda-beda dan
tidak sama kuatnya, akibatnya dalam pemberian jawabannya juga harus dengan tingkat rasa
ingin tahu individu itu sendiri. Rasa ingin tahu yang belum terjawab akan membuat individu
itu merasa penasaran akan hal yang belum ia peroleh jawabannya, sehingga ia akan terus
berusaha mencari sumber yang menurut pandangannya jawabannya sudah memuaskan hasrat
rasa ingin tahunya.

a. Trial and Eror

Trial and eror adalah metode coba-coba, yaitu manusia melakukan percobaan terhadap
sesuatu tanpa melakukan langkah-langkah/desain secara ilmiah untuk menemukan suatu
kebenaran. Dari coba-coba ini manusia mendapatkan pengetahuan melaui proses
pengalamannya (ekperience) dan metode ini juga dipergunakan untuk memecahkan suatu
masalah .

Metode ini disebut trial and error, metode ini mencobakan berbagai cara dan tindakan
untuk memecahkan sesuatu masalah. Metode ilmiah yang juga disebut belajar dari kesalahan.

Metode ini kemudian di tata menjadi eksprimentasi. Eksprimentasi melibatkan suatu


upaya sadar untuk mengadakan kontrol. Kemajuan-kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan
baru dapat tercapai setelah teknik mengontrol diketahui, dalam eksperimen ilmuan, mengganti
kondisi objek dan faktornya pada suatu waktu untuk dapat dicatat reaksinya. Metode ini
merupakan salah satu cara untuk menemukan pengetahuan baru bagi manusia.

Perkembangan pengetahuan manusia pada tahap selanjutnya ditandai dengan


tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis mempermasalahkan dasar-dasar pikiran yang
benar jika ditinjau dari alur-alur logika yang digunakannya, namun sangat bertentangan
dengan kenyataan sebenarnya. Kelemahan rasionalisme ini kemudian menyebabkan lahirnya
empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar itu didapat dari kenyataan
pengalaman.

3
b. Common Sense
Common sense adalah anggapan umum, yaitu kebenaran atas dasar pengelihatan dan
secara kebiasaan bahwa penglihatan itu (objek) merupakan gejala atau tanda akan terjadi
sesuatu. Jadi suatu yang akan terjadi itu telah menjadi pengetahuan/rasa tahu untuk semua
orang contohnya: hari mendung, semua orang akan tahu bahwa hari akan hujan.

Jagues Maritain menyatakan bahwa perbendaharaan anggapan umum ini merupakan


campuran, sebagai prinsip nonkontradiksi, melalui banyak keyakinan yang lebih
menyampaikan kepada suatu kumpulan pengetahuan mengenai hal-hal yang aneh .

Islam memberikan kedudukan sangat tinggi kepada akal manusia. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa ayat alquran yang menganjurkan kepada menusia agar selalu menggunakan
akalnya untuk menalar dan memahami berbagai macam persoalan. Pengetahuan lewat akal
disebut pengetahuan aqli lawanya adalah pengetahuan naqli. Penalaran merupakan suatu
proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan pelalaran
itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan cara dan
metode tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses
penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika, dimana logika secara luas dapat
didefenisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih .

Menurut Sidi Gazalba, pengetahuan lazimya diperoleh melalui salah satu dari empat
cara, yaitu: pengetahuan yang dibawa sejak lahir; pengetahuan yang diperoleh berdasarkan
budi; pengetahuan yang diperoleh berdasarkan indera-indera khusus seperti pendengaran,
ciuman dan rabaan; dan atau pengetahuan yang diperoleh dari penghayatan langsung atau
ilham.
c. Akal
Menurut Endang Saifuddin Anshari akal dapat ditinjau dari bahasa yaitu rasio (latin),
akal (Bahasa Arab: aqal), budi (Bahasa Sansekerta, nous (bahasa Yunani), reason (Bahasa
Inggris), verstand (Bahasa Belanda), dan vernunft (bahasa Jerman). Manusia adalah makhluk
yang berakal yang dapat mempergunakan daya berfikirnya untuk memahami berbagai aspek
dalam kehidupannya dan menentukan reaksinya. Olahan akal manusia melalui hasil
tangkapan inderanya akan mampu manalar secara abstrak dan komulatif, yang menghasilkan
pengetahuan akliyah dan menyodorkan kebenaran rasional. Maka akal tidak dapat dipisahkan
dengan indera, dari keduanya inilah akan menghasilkan pengetahuan. Aktivitas akal ini
disebut berfikir.

4
d. Pengalaman Indra (Sense experience)

Setiap orang sering merasa bahwa pengindraan adalah alat yang paling vital dalam
memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia dalam kenyataannya pengindraan
adalah satusatunya alat untuk menyerap segala objek yang ada diluar diri manusia. Karena
terlalu menekankan pada kenyataan, paham tersebut dalam aliran filsafat disebut realisme.

Aliran realisme berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui hanya kenyataan. Jadi
pengetahuan berawal dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pertama dari pandangan ini a
dalah Aaristoteles, yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah dibawah
pengaruh objek, artinya bentuk dari dunia luar meninggalkan bekas dalam kehidupan batin.
Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indra. Yang demikian ini ditegaskan pula
oleh Aristoteles yang berkembang pada abad pertengahan, Thomas Aquinas mengemukakan
bahwa tiada suatu dapat masuk akal yang tidak ditangkap oleh indra.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengalaman indra merupakan sumber
pengetahuan berupa alatalat untuk menangkap objek dari luar diri manusia melalui kekuatan
indra. Kekhilafan akan terjadi apabila ada ketidak normalan diantara alat itu.

e. Ilham

Untuk memperoleh pengetahuan melalui inspirasi ini dapat dilakukan dengan mencari
pengalaman terlebih dahulu, membaca buku, pengalaman pribadi dan lain-lain. Maka dapat
dikatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui inspirasi ialah pengetahuan yang
disertai dengan ide.

f. Wahyu

Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Allah kepada NabiNya untuk
kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu , karena ada kepercayaan
tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui
wahyu secara dogmatic akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai
salah satu sumber pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan
kita.

5
Persamaan ilham dengan wahyu, keduanya sama-sama merupakan media penerimaan
ilmu pengetahuan atau pengetahuan yang didapat secara cepat dan rahasia dalam jiwa tanpa
dipelajari lebih dulu. Perbedaannya, ilham dapat berisi ilmu pengetahuan, perasaan halus,
insting, atau berupa tabiat yang diberikan kepada semua manusia atau hewan. Sedangkan
wahyu diberikan khusus kepada nabi yang datangnya dari Allah SWT melalui malaikat dan
ada kewajiban untuk menyampaikan kepada seluruh manusia .

Adapun perbedaan ilham dengan ilmu adalah ilmu merupakan sesuatu yang dipelajari,
bersandar pada pemikiran dan penyelidikan, serta memerlukan usaha yang terus-menerus.
Sedangkan ilham adalah sesuatu yang diperoleh tanpa melalui proses pemikiran dan
penyelidikan serta tidak memerlukan usaha untuk mempelajarinya. Bagi sufi, ilham
mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan tujuan mereka mencapai makrifat kepada
Allah SWT.

g. Keyakinan ( faith )

Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada setiiap diri manusia yang diperoleh
melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu dan keyakinan
ini sangat sukar untuk dibedakan secara je las, karena keduanya menetapkan bahwa alat lain
yang dipergunakannya adalah kepercayaan. Perbedaanya barangkali jika keyakinan terhadap
wahyu yang secara dogmatic diikuti adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan
melalui kemampuan kejiwaan manus ia merupakan pematangan (maturation) dari
kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu menyesuaikan dengan keadaan
yang sedang terjadi. Sedangkan keyakinan itu sangat static, kecuali ada bukti akurat dan
cocok buat kepercayaan nya.

6
C. ARTI DAN PERBEDAAN ANTARA PENGETAHUAN, ILMU PENGETAHUAN
(SAINS) DAN FILSAFAT
a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui manusia sebagai proses dan produk dari
rasa dan kapasitasnya untuk mengetahui sesuatu. Pengetahuan yang diserap manusia itu
tentunya banyak sekali. Setiap saat pengetahuan kita terus bertambah. Pengetahuan manusia
dapat dibeda-bedakan dan berbagai segi. Dari segi asalnya, ada pengetahuan yang berasal dari
indra (sensual knowledge). Dari himpunan berbagai cerapan pengetahuan indrawi, manusia
kemudian berpikir dan berpikir, hingga ia menyimpulkan dan menghimpun pengetahuan hasil
olahan otak yang berpikir, pengetahuan ini disebut Pengetahuan rasional (rational
knowlwdge). Disamping indra dan akal, manusia juga dilengkapi oleh hati (kalbun) dan
nurani. Hasil cerapan indera kemudian ditanggapi, disigapi dan diprestasi oleh rasa manusia
Contohnya : dengan melihat bunga mawar yang indah dan wanginya yang semerbak, timbulah
apresiasi dan inspirasi untuk menuangkannya dalam karya seni, baik lukisan maupun puisi.
Inilah yang dimaksud karya seni (art work) .

b. Ilmu Pengetahuan (Sains)

Ilmu (Sains) adalah pengetahuan yang bertujuan untuk mencapai kebenaran ilmiah
tentang objek tertentu yang diperoleh melalui pendekatan, metode dan sistem tersebut. Jadi
pengetahuan (knowledge) adalah proses dan hasil cerapan tahu manusia secara umum. Setelah
ini semua disistematiskan, disusun rapi dan ditata menurut metode dan sistematika tertentu,
maka disebut ilmu pengetahuan (science dalam arti luas). Ilmu pengetahuan manusia itu
dibagi atas tingkatan tertentu sebagai berikut :

1. Ilmu pengetahuan deskriptif


2. Ilmu pengetahuan normatif
3. Ilmu pengetahuan kausal
4. Ilmu pengetahuan essensi
Ilmu pengetahuan deskriptif memberikan jawaban atas pertanyaan apa (what is it ?)
dan bagaimana (how is it). Sedangkan ilmu pengetahuan normatif menjawab pertanyaan
seharusnya bagaimana (how it should be). Ilmu pengetahuan kausal berupaya menjawab
pertanyaan apa yang terjadi jika dua fenomena atau lebih dihubungkan. Ilmu pengetahuan
essensi berupa mengungkapkan hakikat dari segala sesuatu.

7
c. Filsafat

Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang meliputi logika, fisika,
metafisika dan pengetahuan praktis . Ada tiga ciri utama hingga upaya itu dapat dikatakan
filsafat, yaitu : Universal, Radikal dan Sistematis . Filsafat tidak membiarkan diri terikat oleh
satu pandangan atau sudut pendekatan tertentu, akan tetapi mencoba untuk merangkum segala
aspek dan semua segi kedalam penyelidikannya. Filsafat itu suatu ilmu pengetahuan yang
umum. Bukan dalam arti, bahwa filsafat itu seolah-olah merupakan jumlah dan segala ilmu
pengetahuan belaka, melainkan dari pengertian bahwa filsafat itu tidak mempelajari suatu
bagian tertentu dari kenyataan, dipandang dari sudut pengamatannya tertentu saja. Filsafat itu
mencoba untuk membahas seluruh kenyataan dengan meneropong dari segala sudut
penglihatan, sebagai obyek dari penyelidikan-penyelidikannya yang bersifat filsafat. Filsafat
memajukan hak bagi dirinya atas pandangan pengetahuan yang paling luas dan pendirian
yang paling utama.

d. Perbedaannya

Adapun perbedaan ilmu dengan filsafat menurut Endang Saifuddin Anshari adalah sebagai
berikut:

1. Objek formal ilmu: mencari keterangan yang dapat dibuktikan melalui penelitian,
percobaan dan pengalaman manusia. Sedangkan objek formal filsafat: mencari
keterangan sedalam-dalamnya, hingga keakar persolan, sampai kesebab-sebab dan ke
„mengapa‟ terakhir, sepanjang yang kemungkinan dapat dipikirkan.

2. Objek materi filsafat ialah:

a. Masalah Tuhan, sesuatu yang berada diluar jangkauan ilmu pengetahuan empiris.

b. Masalah alam yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu-ilmu pengetahuan
empiris.

c. Masalah manusia yang juga belum tau tidak dapat dijawab oleh ilmu-ilmu
pengetahuan empiris.

Bila disimpulkan bahwa pengetahuan belum bersifat sistematis, sedangkan ilmu sudah
sistematis. Pengetahuan sifatnya sederhana, sedangkan ilmu sudah lebih rinci atau tidak
sederhana. Adapun filsafat radikal artinya mempertanyakan sesuatu hingga keakar

8
masalahnya, mengkaji yang metafisik (dia atas yang fisik), spekulatif (berani punya
kesimpulan sementara), dan universal (menyeluruh). Terlebih bahwa filsafat lebih luas
jangkauannya.

Filsafat tidak dapat hidup dan juga tidak pernah hidup dengan memisahkan dirinya
secara mutlak dari problematika ilmu pengetahuan yang positif. Ada gejala saling
ketergantungan antara ilmu pengetahuan dan filsafat. Yang terakhir ini tidak dapat berfikir
tanpa yang pertama, kerena membutuhkan hal-hal yang konkrit, yang pertama tidak dapat
berjalan tanpa yang terakhir, karena membutuhkan asas-asas dan kategori-kategori.

Filsafat tidak dapat hidup berkembang tanpa ilmu pengetahuan, tetapi sebaliknya ilmu
pengetahuan tidak dapat berbuat apa-apa tanpa filsafat.

D. METODE ILMIAH DAN STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH

a. Metode Ilmiyah

Metode dalam bahasa Inggris adalah method artinya adalah cara, maksudnya adalah
bagaimana cara mengadakan penelitian. Metode ilmiah adalah bagaimana cara mengadakan
penelitian secara ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui
metode ilmiah .

Metode ilmiah dicerminkan melalui penelitian ilmiah yang merupakan gabungan dari
cara berpikir rasional dan empiris. Kerangkan ilmiah yang bertolak pada logiko-hipotetiko-
verivikatif, dijelaskan Jujun pada bukunya filsafat Ilmu, sebagai berikut :

1. Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas
batas-batasnya serta diidentifikasi faktor-faktor yang terkait di dalamya.

2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, merupakan argumentasi


yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling
mengkait dan membentuk kontelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun
secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya
dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.

9
3. Perumusan hipotesis, merupakan jawaban sementara antara dugaan terhadap
pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka
berpikir yang dikembangkan.

4. Pengajuan hipotesis, merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan


hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang
mendukung hipotesis tersebut atau tidak.

5.Penarikan kesimpulan, sebagai penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak
atau diterima.

b. Struktur Pengetahuan Ilmiah mempunyai lima ciri pokok sebagai berikut ;

1. Empiris. Pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.


2. Sistematis. Berbagai keterangan dan data yang tersususn sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif. Ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi.
4. Analitis. Pengetahuan il miah berusaha membeda bedakan pokok soalanya ke dalam
bagian-- bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan
peranan dari bagianbagian itu.
5. Verifikatif. Dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.

E. TREND PENYELIDIKAN ILMIAH

Jika pada masa awal manusia tidak mempersoalkan secara mendalam kebenaran
kesimpulan pengetahuan yang mereka miliki, saat ini pengetahuan tersebut diuji untuk
menemukan kesimpulan yang benar dan kesimpulan tersebut menjadi pengetahuan yang baru.
Tidak hanya sampai pada batas itu, kesimpulan yang semula dianggap benar, kembali diuji
untuk dicarikan kesimpulan yang lebih benar sehingga kesimpulan tersebut akan
menghasilkan kesimpulan yang baru pula. Demikian seterusnya, manusia mampu melahirkan
sejumlah pengetahuan baru dengan keanekaragaman pendekatan penelitian masing-masing.

Problem yang kemudian muncul adalah eksistensi pengkajian agama (dalam hal ini
Islam) sebagai studi ilmiah yang masih cukup minim. Johan Meuleman – sebagaimana dikutip
U. Maman, dkk – menyebutkan kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

10
pertama, keteraturan logosentrime sangat menonjol di kalangan umat Islam; kedua, faktor
pertama ini kemudian mengakibatkan penelitian terpusat pada teks-teks dengan mengabaikan
unsur yang tidak tertulis dari agama dan kebudayaan Islam; ketiga, intrepretasi yang tertutup
dan terbatas sebagai suatu teks yang membicarakan fakta dan peraturan; keempat, anggapan
teks-teks klasik mewakili agama dan bahkan anggapan sebagai agama itu sendiri; kelima,
sikap apologetis terhadap aliran lain; dan keenam, sikap tradisional.

Kesadaran akan kondisi stgnan pengkajian agama yang terbatas pada bidang-bidang
yang disebutkan di atas selanjutnya melahirkan berbagai pendekatan dalam studi Islam.
Secara umum, pendekatan-pendekatan tersebut dapat disebutkan, antara lain: pendeketan
spesialisasi keilmuan, pendekatan interdisiplin ilmu, pendekatan multi-disiplin keilmuan, dan
pendekatan studi kawasan.

1. Spesialisasi

Spesialisasi yaitu upaya seseorang untuk mengkhususkan diri pada kajian atau bidang
tertentu yang dilakukan secara ilmiah. Paling populer adalah spesialisasi dibidang kedokteran.
Dibidang teknologi misalnya ada teknologi penguasaan air, industri, konstruksi bumi,
eksprorasi angkasa, psikoteknologi. Dibidang agama islam spesialisasi keahlian juga terjadi.
Ada ahli sejarah klasik, ada ahli pesantren, ahli Islam Asia Tenggara, dan lain-lain.

Penelitian spesialisasi dapat dipahami sebagai sebuah penelitian yang mengambil


konsentrasi pada bidang-bidang tertentu. Seperti: Ulumul Qur‟an, Ulumul Hadits, Dakwah,
dan lain sebagainya. Berdasarkan perkembangan ajaran Islam, Harun Nasution melakukan
klasifikasi ilmu-ilmu Islam, sebagai berikut:

1) Kelompok dasar, yang terdiri dari tafsir, hadis, akidah/ilmu kalam (teologi), filsafat Islam,
tasawuf, tarekat, perbandingan agama, serta perkembangan modern dalam ilmu-ilmu
tafsir, hadis, ilmu kalam, dan filsafat.

2) Kelompok cabang, teridiri dari:

a. Ajaran yang mengatur masyarakat: ushul fikih, fikih muamalah, fikih ibadah,
peradilan dan perkembangan modern;

b. Peradaban Islam: sejarah Islam, sejarah pemikiran Islam, sains Islam, buday Islam,
dan studi kewilayahan Islam;

11
3) Bahasa dan sastra Islam

4) Pelajaran Islam kepada anak didik, mencakup: ilmu pendidiikan Islam, falsafah
pendidikan Islam, sejarah pendidikan Islam, lembaga pendidikan Islam, dan
perkembangan modern dalam pendidikan Islam.

5) Penyiaran Islam, mencakup: sejarah dakwah, metode dakwah, dan sebagainya.

Penelitian interdisiplin ilmu merupakan penelitian yang dikaji dalam wilayah cabang-
cabang ilmu sebagaimana dijelaskan di atas. Sementara penelitian multi-disiplin ilmu
merupakan penelitian yang dilakukan dengan berbagai macam pendekatan keilmuan. Cik
Hasan Bisri menyebutkan: model penelitian multi-disiplin ilmu mencakup konsep dari
berbagai disiplin ilmu. Setiap konsep masing-masing didefinisikan secara operasional
sehingga dapat ditempatkan sebagai variabel penelitian.

Sementara itu, studi kawasan merupakan salah satu model penelitian yang
dikembangkan dalam cabang sejarah. Salah satu model penelitian ini dikembangkan oleh
Azyumardi Azra dalam bukunya yang berjudul Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII dan XVIII. Abuddin Nata menyebutkan bahwa penelitian yang
dikembangkan Azyumardi Azra ini merupakan salah satu model studi kawasan yang cukup
proporsional terutama dalam pengembangan khazanah intelektual Islam.

2. Interdisiplin

Interdisiplin adalah cara pandang terhadap sebuah masalah dari berbagai sudut
pandang ilmu pengetahuan. Interdisipliner yakni pelaku dari kajian interdisipliner yaitu
seseorang yang menekuni satu bidang dan mengaitkannya pada bidang yang lain. Ada orang
yang semula menekuni psikologi, tetapi selanjutnya dikaitkan dengan agama. Jadilah ia ahli
psikologi agama.

3. Multidisiplin

Multidisiplin yaitu seseorang yang menekuni beragam bidang (multidisiplin ilmu).


Tentu saja sosok ilmu semacam ini sudah jarang ditemukan. Namun pernah dicatat dalam
sejarah bahwa ada orang dengan kemampuan multidisiplin ilmu secara baik. Ibnu Sina, Ibnu
Rusyd, Alfarabi, Albiruni, Alkhawarizmi merupakan beberapa contoh yang pernah ada.
Mereka menekuni dan menjadi ahli pada berbagai disiplin ilmu.
12
4. Studi Wilayah

Secara terminologis studi wilayah adalah pengkajian yang digunakan untuk


menjelaskan hasil dari sebuah penelitian tentang suatu masalah menurut wilayah dimana
masalah tersebut terjadi. Contohnya, penelitian tentang respons warga Nahdlatul Ulama di
wilayah tertentu (misalnya Lampung) tentang bungan Bank.

F. Studi Islam Ilmiyah, antara Normativitas dan Historisitas

Dalam penelitian studi Islam, alqur‟an dan hadis tidak dapat terlepas karena
merupakan sumber ajaran Islam ajaran islam itu sendiri. Karena alquran dan hadis bersifat
normatif, namun dikalangan para ilmuan masih terdapat perbedaan pandangan dalam masalah
apakah studi islam dapat dimasukkan dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat perbedaan
ciri antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda. Menurut Amin Abdullah kesukaran
seseorang dalam memahami studi Islam berakar pada kesukaran seorang agamawan untuk
membedakan mana yang normativitas dan histiritas. Pada dataran normativitas kelihatannya
Islam kurang pas untuk dikatakan sebagai disiplin ilmu, kan tetapi pada dataran historitas
Islam dapat disebut sebagai disiplin ilmu. Pada dataran normativitas agaknya masih banyak
terbebani oleh misi keagamaan yang bersifat memihak dan apologis, sehingga kadar muatan
analisis, kritis, metodologis, historis, empiris terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah-
naskah keagamaan yang merupakan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditojolkan,
kecuali dalam lingkungan para peneliti tertentu yang masih sangat terbatas .

Dilihat dari segi normatif sebagai mana yang terdapat dalam alquran dan hadis, islam
lebih merupakan agama yang tidak bisa diberlakukan kepadanya paradikma ilmu pengetahuan
yaitu paradikma analitis, kritis, metodologis dan empiris, akan tetapi pada dataran historitas
Islam dalam arti yang telah dilaksanakan oleh manusia, maka Islam dapat dikatakan sebagai
disiplin ilmu .

Mahmud Syaltut misalnya memandang Islam dari segi normatif dimana beliau
membagi Islam menjadi dua bagian, pertama dalam masalah aqidah dan kedua dalam masalah
muamalah . Harun Nasution memandang dari sudut historis, ia mengatakan Islam berlainan
dengan apa yang umum diketahui, bukan hanya mempunyai dua aspek, tetapi mempunyai
berbagai aspek . Pembagian ini merupakan pembedaan antara ajaran yang bersifat normatif
dan ajaran yang bersifat historis. Pembedaan dalam melihat Islam itu dapat menimbulkan
perbedaan pemahaman dalam menjelaskan Islam itu sendiri. Ketika Islam dilihat dari sudut

13
normatifnya, maka Islam merupakan agama yang didalamnya berisi tentang akidah dan
muamalah. Sedangkan ketika Islam dilihat dari sudut pandang historis atau apa yang telah
dipraktekkan masyarakat, maka Islam tampil sebagai sebuah disiplin ilmu.

G. Definisi, Pengertian Metode, Metodologi, Paradigma dan Pendekatan

Metode berasal dari bahasa yunani, meta, metedos, dan logos. Meta berarti menuju,
melalui, dan mengikuti. Metodos berarti jalan atau cara. Maka metodos (metoda) berarti jalan
atau cara yang harus dilalui untuk mencapai sesuatu.

Ketika metode digabungkan dengan kata logos maknanya berubah. Logos berarti
“studi tentang” atau “teori tentang”. Oleh karena itu, metodologi tidak lagi sekedar kumpulan
cara yang sudah diterima tetapi berupa kajian tentang metode. Dalam metodologi dibicarakan
kajian tentang cara kerja ilmu pengetahuan. Pendek kata, bila dalam metode tidak ada
perdebatan, refleksi dan kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan, sebaliknya dalam
metodologi terbuka luas untuk mengkaji, mendebat, dan merefleksi cara kerja suatu ilmu.

Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata
serapan dari bahasa Latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola,
bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan",
"bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik).

Pengertian Paradigma secara etimologis paradigma berarti model teori ilmu


pengetahuan atau kerangka berpikir. Sedangkan secara terminologis paradigma berarti
pandangan mendasar para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya
dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan.

Dalam KBBI pendekatan adalah proses perbuatan, cara mendekati atau usaha dalam
rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti; metode-
metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.

Secara terminology, pendekatan merupakan serangkaian pendapat tentang hakikat


belajar dan pengajaran. Jika dihubungkan dengan studi Islam, pendekatan berarti serangkaian
pendapat atau asumsi tentang hakikat studi Islam dan pengajaran agama islam.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ilmu pengetahuan hendaklah kita cari sampai kemana pun walau sampai ke negeri
cina dan tidak mengenalusia, baik ilmu dunia maupun akhirat yang sumber utamanya dari
wahyu dan akal. Dengan akal kita bisa berpikir untuk menyerap/ menerima ilmu pengetahuan,
karena ilmu pengetahuan merupakan segala fenomena alam yang dapat di capai oleh indra
manusia.

Dalam Islam ilmu pengetahuan tersebut hendaklah di dasari dengan iman dan taqwa
karena seandainya dalam mencari ilmu pengetahuan tersebut tanpa didasari dengan keimanan
dan ketaqwaan, maka ilmu yang kita dapat tidak akan menghasilkan ilmu pengetahuan yang
memberikan kemaslahatan umat manusia dan alam semesta, bahkan akan mengalami
kehancuran oleh karena ituilmu,amal dan iman menjadi satu kesatuan dan saling berkaitan
yang tak terpisahkan.

B. Saran

Semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca umumnya, serta pengembangan keilmuan bagi penulis dan pembaca yang
mengembangkan ilmu pengetahuannya yang sesuai dengan bidang keilmuan yang
berhubungan dengan filsafat. Aamiin...

15
DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Abd.Rachman, 2005, Studi Islam Kontekstual Elaborasi Paradigma Baru


Muslim Kaffah, GamaMedia, Yokyakarta.

Baiquni.Ahmad.1997.Al-Qur‟an dan Ilmu Pengetahuan, PT. Dana Bhakti Prima


Yasa.Yogyakarta.

Daud. Wan Mohd. NorWan. 1997. Konsep Pengetahuan Dalam Islam.

Pustaka Bandung. Fatihudin, 2015, Sejarah Ringkas Al-qur‟an Kandungan dan


Keutamaannya, Yogyakarta, Kiswatun Publishing.

Hardono Hadi, 1994, Epistemelogi Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta ; Kanisius.


Soemargono, Soejono, 1993 Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta ; Nur Cahaya.

Surajiyo, 2005, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta ; Bumi Aksara.

Shihab. M. Quraish. 2004. Wawasan Al-Qur‟an Tafsir Maudhu‟I atas Pelbagai


Persoalan Umat. Mizan. Bandung.

Suriasumantri. Jujun S. 2001. Ilmu Dalam Perspektif Sebuah Kumpulan Karangan


Tentang Hakekat Ilmu. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai