Anda di halaman 1dari 18

ILMU PENGETAHUAN

DAN PENELITIAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas MataKuliah Metodologi


Penelitian Hukum.
Dosen Pembimbing: H. Faisal Amri, M.Ag. & Nurman Ritonga, M.H.
PROGRAM STUDI: AS VII EKS

NAMA : AZIMAH LAILA


NIM : 07.19.035

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SYEKH. H. ABDUL HALIM HASAN AL ISLAHIYAH BINJAI

2022/2023
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke haribaan Penguasa
Semesta yang meluapkan samudra-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini sebagai tugas mata
kuliah Metodologi Penelitian Hukum.
  Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
baginda Rosululloh SAW yang telah menyingkap tabir kejahiliyyahan
menuju era kebebasan berfikir yakni Din Al Islam. Dengan
terselesaikannya makalah ini, penulis menghaturkan terimakasih
yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini karena itu, perkenankan penulis
menyampaikan terimakasih, khususnya kapada yang terhormat Bapak H.
Faisal Amri, M.Ag. & Ibu Nurman Ritonga, M.H.. Selaku pembimbing
yang telah mengarahkan kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini
Semoga Allah SWT melimpahkan anugrah cinta-Nya pada
kitasemua. Sehingga kita memiliki hati yang senantiasa dipenuhi
oleh aura cinta-Nya yang murni. Sebagaimana manusia yang tak luput
dari salah.Penulis pun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis sangat mengharapakan saran dan kritik konstruktif demi
penyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bias bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan bagi mahasiswa luas secara umum,
dengan izin-Nya
Wassalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh..

                                           
Langkat, 29 September 2022

i
Azimah Laila

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1

C. TUJUAN.......................................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. MANUSIA DAN RASA INGIN TAHU......................................................2

B. CARA MANUSIA MENCARI TAHU........................................................3

C. PENELITIAN ILMIAH................................................................................3

D. STRUKTUR TUBUH ILMU PENGETAHUAN.........................................6

E. METODE BERFIKIR DALAM ILMU PENGETAHUAN.........................6

F. HUBUNGAN ANTARA ILMU PENGETAHUAN, PENELITIAN, DAN


KEBENARAN.....................................................................................................9

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP..............................................................................................................12

A. KESIMPULAN...........................................................................................12

B. SARAN.......................................................................................................12

ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penelitian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung


menyambung, berakumulasi 'dan melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan
dan meramalkan fenomena-fenomena. Penelitian ilmiah sering diasosiasikan
dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistematis yang digunakan untuk
melakukan penelitian.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, penulis


merumuskan permasalahan dalam penelitian yaitu;
1.)    Bagaimana maksud dari penelitian ilmiah dan struktur tubuh ilmu pengetahuan?
2.)    Apa hubungan antara ilmu pengetahuan, penelitian, dan kebenaran?

C. TUJUAN

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk lebih memahami dan
menjawab mengenai Maksud dari pengertian penelitian ilmiah dan hubungan
antara ilmu pengetahuan, penelitian, dan kebenaran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. MANUSIA DAN RASA INGIN TAHU

Manusia berdasarkan fitrahnya merupakan “man is curios animal”, yaitu


makhluk yang selalu ingin tahu. Rasa ingin tahu ini merupakan konsekuensi logis
dari keistimewaan manusia yang diberi akal untuk berpikir. Akal untuk berpikir
dan sifat ingin tahu (curiosity) dari manusia itu sendiri merupakan satu keutamaan
manusia dibanding dengan makhluk lain yang dikaruniai Tuhan dalam rangka
menjaga eksistensi manusia di muka bumi. “Karena itu melalui proses berpikir
manusia akan selalu berusaha untuk mengetahui apa yang dia tidak diketahui di
alam semesta ini”.1

Melalui rasa ingin tahu, manusia mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait


fenomena yang dilihat, dirasakan atau dialaminya. Berbagai fenomena yang
terjadi dalam lingkup kehidupan manusia telah mendorong manusia untuk
menemukan jawaban-jawaban atas serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang
diajukannya sendiri. Dengan rasa ingin tahu ini, seorang berusaha mendapatkan
pengetahuan guna menjawab berbagai pertanyaan yang muncul dari rasa ingin
tahu tersebut. Pada titik ini, manusia dikatakan telah berpengetahuan jika ia telah
tahu akan sesuatu. Demikian pula sebaliknya, manusia belum dianggap
berpengetahuan jika hasrat ingin tahunya belum terpenuhi. Sesuatu yang diketahui
manusia inilah yang disebut dengan pengetahuan. Oleh karena itu, pengetahuan
tidak lain merupakan buah dari hasrat ingin tahu manusia yang telah terpenuhi.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk menjawab pertanyaan-


pertanyaan yang muncul dapat diperoleh dari berbagai sumber. Secara alamiah,
bisa saja dari pengalaman diri sendiri atau dari orang lain. Akan tetapi, ketika
1
E. Saefullah Wiradipradja, Penuntut Praktis Metode Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah
Hukum, (Bandung: Keni Media, 2015), hlm. 3.

2
dalam diri orang tersebut timbul keraguan atas kebenaran pengetahuan yang
diperolehnya.

B. CARA MANUSIA MENCARI TAHU

a. Perlunya Metodologi
Dalam pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan apapun, manusia
memerlukan cara atau jalan (metode) yang tepat dan sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan pencarian kebenaran suatu fenomena. Dunia penelitian dan penulisan
pun memerlukan sarana atau alat bantu sebagai jalan untuk mencapai tuntutan
akademik. Metode penelitian dan penulisan ilmiah akan menentukan hasil kerja
peneliti atau penulis (Chang, 2014)

b. Penelitian Tanpa Menggunakan Metode


Sebuah penelitian metodologi yang terencana matang umumnya
akan:memboroskan banyak waktu, pikiran, tenaga dan perhatian, tidak memiliki
sasaran yang pasti dan cara kerja yang sistematis, sulit mencapai target karya
ilmiah. Referensi : Dr. William Chang (2014). Metodologi Penulisan Ilmiah.
Penerbit Erlangga.

C. PENELITIAN ILMIAH
Penelitian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung
menyambung, berakumulasi 'dan melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan
dan meramalkan fenomena-fenomena. Penelitian ilmiah sering diasosiasikan
dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistematis yang digunakan untuk
melakukan penelitian.
Jenis-jenis Penelitian Setelah mempelajari asal-usul penelitian dari luar
negeri hingga tiba di Indonesia, kini menyimak mengenai jenis-jenis penelitian. 2
1. Penelitian Kualitatif
Jenis penelitian ini memiliki deskriptif, dan penelitian ini lebih
cenderung menggunakan analisis. Dalam penelitian kualitatif proses
dan makna lebih banyak ditonjolkan dengan menggunakan landasan
2
situs Gramedia.com

3
teori sebagai panduan untuk fokus pada penelitian berdasarkan fakta
yang ada di lapangan.
Peran dari landasan teori teramat penting demi menambahkan
gambaran umum secara luas mengenai latar penelitian dan sebagai
bahan sebuah pembahasan dari hasil penelitian. Penelitian kualitatif
memiliki objek penelitian yang cukup terbatas. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti harus ikut serta dalam kondisi atau peristiwa yang
diteliti, hal ini karena hasil dari penelitian kualitatif membutuhkan
analisis yang mendalam dari peneliti.
2. Penelitian Kuantitatif
Berikutnya dalam jenis-jenis penelitian adalah kuantitatif.
Penelitian ini melakukan investigasi secara sistematis untuk meneliti
sebuah fenomena dengan cara mengumpulkan data-data yang bisa
diukur menggunakan ilmu statistik, matematika dan komputasi.
Penelitian kuantitatif memiliki tujuan untuk mengembangkan teori
hipotesis yang memiliki kaitan dengan fenomena-fenomena alam.
Dalam konsep penelitian kuantitatif, pengukuran adalah yang menjadi
pusat penelitian. Hal ini karena hasil pengukuran dapat membantu
untuk melihat adanya hubungan antara pengamatan empiris dengan
hasil dari data-data. penelitian kuantitatif juga mempunyai tujuan
untuk membantu menemukan hubungan antara variabel yang ada
dalam sebuah populasi.
3. Penelitian Eksperimen
Seperti namanya, penelitian eksperimen adalah penelitian yang
bersifat coba-coba. Apabila dirunut istilah eksperimen sendiri mungkin
sudah tidak asing lagi. Sejak sekolah dasar, istilah eksperimen sudah
dikenalkan. Misalnya saja, eksperimen membuat roket dari botol bekas
dan lainnya. Eksperimen yang bersifat coba-coba ini bertujuan untuk
menguji sebuah hipotesis atau untuk mengenali adanya hubungan
sebab dan akibat dengan tujuan tertentu. Penelitian eksperimen dibagi
lagi menjadi empat jenis, yaitu pre-experimental, true experimental,

4
quasi experimental dan design factorial. Dalam penelitian pre
experimental, penelitian ini belum termasuk penelitian yang sungguh-
sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang juga ikut
berpengaruh dari terbentuknya variabel yang dependen.
Di sisi lain ada true experimental yang merupakan penelitian di mana
peneliti bisa mengontrol semua variabel yang bisa mempengaruhi
jalannya eksperimen tersebut. Dengan mengontrol semua variabel
yang ada, kualitas pelaksanaan dari penelitian bisa meningkat. Jadi,
true experimental memiliki kelompok kontrol dan sampel penelitian
yang bisa dipilih secara acak.
4. Penelitian Campuran
Di nomor lima ada jenis penelitian campuran. Dari definisinya
penelitian campuran memiliki arti proses penggabungan penelitian
bentuk kuantitatif dan kualitatif. Penelitian campuran ini lebih
kompleks dibandingkan penelitian-penelitian yang disebutkan di atas,
karena pada penelitian ini tidak hanya mengumpulkan dan
menganalisis data namun juga melibatkan fungsi-fungsi dari penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Penggunaan dari kedua metode penelitian itu
diharapkan bisa memberikan pemahaman yang lebih lengkap
mengenai masalah penelitian yang diangkat.

D. STRUKTUR TUBUH ILMU PENGETAHUAN

5
E. METODE BERFIKIR DALAM ILMU PENGETAHUAN
Suatu hal yang mutlak dalam sebuah kajian adalah untuk menentukan
batasaan serta pengertian suatu objek kajian. Hal ini penting untuk dilakukan agar
terhindar dari kesalah pahaman dalam menentukan sebuah kesimpulan.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, ada tiga model pendekatan dalm
mencari pengetahuan yaitu, rasionalisme, empirisme dan metoda ilmiah. Sebelum
beranjak lebih jauh terlebih dahulu penting untuk diutarakan terminologi dari
ketiganya.

6
1. Model Rasionalisme.
Rasionalisme secara etimologi adalah berasal dari bahasa Inggris “ratio”
yang berarti pikiran. Dalam kontek ini (Filsafat Ilmu) rasionalisme dimaksudakan
untuk memberi nama terhadap paham yang mempergunakan metode deduktif
dalam menyusun pengetahuan yakni paham yang menyatakan bahwa pengetahuan
manusia didapat melalui penalaran rational yang abstrak.

Kaum rasionalisme dalam membangun argumentasinya memulai dengan


suatu pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai dalam
membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut anggapannya
adalah jelas, tegas dan pasti dalam pikiran manusia. Dalam membangun sistem
pemikirannya, kaum rasionalisme juga didasarkan terhadap logika yang sahih
(valid). Logika sebagai istilah berarti sebuah metode atau teknik yang diciptakan
untuk meneliti ketepatan penalaran. Adapun bentuk pemikiran dari mulai yang
sederhana ialah pengertian atau konsep, proposisi atau pernyataan (propositio:
setatemen) dan penalaran (ratiocinium: reasoning).

2. Model Empirisme.
Empirisme bersal dari bahasa Inggris empiricism dan experience yang
berarti data-data atau kenyataan. Dalam kontek ini yang dimaksud adalah paham
yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapat melalui
penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang kongkrit.

Sebagiman yang telah disingung sebelumnya bahwa kaum empiris


telahberpendapat bahwa pengetahuan manusia bukan didapat lewat penalaran
risional yang abstrak namun lewat pengalman yang kongkrit. Pemikiran seperti ini
paling tidak dimulai sejak zaman Aristoteles. Semenjak itu muncul tradisi
epistimologi yang kuat untuk mendasarkan diri kepada pangalaman manusia dan
meninggalkan cita-cita untuk mencari pengetahuan yang mutlak tersebut. Doktrin
empirisme merupakan contoh dari tradisi ini. Kaum empirisme berdalil bahwa
adalah tidak beralasan untuk mencari pengetahuan mutlak dan mencakup semua
segi, apalagi bila didekat kita terdapat kekuatan yang dapat dikuasai untuk

7
meningkatkan pengetahuan manusia, yang meskipun bersifat lebih lambat, namun
lebih dapat diandalkan, kaum empiris cukup puas dengan mengembangkan sebuah
sisitim pengetahuan yang mempunyai peluang yang besar untuk benar meskipun
kepastian mutlak tidak dapat dijamin.

Kaum empirisme memegang teguh pendapat bahwa pengetahuan manusia


dapat diperoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan
seorang empiris bahwa suatu itu ada, dia akan berkata “tunjukkan hal itu kepada
saya”. Dalam persoalan mengenai fakta maka ia harus diyakinkan oleh
pengalamannya sendiri. Kemudian gejala-gejala alamiah menurut anggapan kaum
empiris adalah bersifat kongkrit dan dapat dinyatakan melalui tangkapan panca
indra manusia. Gejala itu kalu kita telaah lebih lanjut mempunyai beberapa
karakteristik tertentu, umpamanya saja terdapat pola yang teratur mengenai suatu
kejadian tertentu. Misalnya suatu benda padat jika dipanaskan akan memanjang.
Langit mendung diikuti dengan turunnya hujan. Demikian seterusnya dimana
pengamatan kita akan membuahkan pengetahuan mengenai berbagai gejala yang
mengikuti pola-pola tertentu. Disamping itu kita melihat adanyakaraktristik lain.
yakni adanya kesamaan dan pengulangan. Umpamanya saja bemacam-macam
logam kalau kita panaskan akan memanjang. hal ini akan memungkinkan kita
untuk melakukan suatu generalisasi dari berbagai kasus yang telah terjadi dengan
mempergunakan metode induktif. Maka dapat disusun pengetahuan yang secar
umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejaala fisik yang bersifat individual.
Jika dalam rasionalisme menggunakan deduktif maka dalam empirisme
menggunakan metode induktif.

3. Model Ilmiyah

Metode Ilmiah atau Metode Keilmuan adalah merupakan prosedur dalam


mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Ada asumsi yang luas bahwa
sebenarnya ilmu pada dasarnya adalah metode Induktif-Empiris dalam
memperoleh pegetahuan. Memang ada beberapa alasan untuk
mendukungpenilaian yang populer ini, karena ilmu memang mengumpulkan

8
fakta-fakta tertentu, melakukan pengamatan dan mempergunakan data indrawi.
Walaupun begitu analisis yang mendalam terhadap metode keilmuan akan
menyingkapkan kenyataan bahwa apa yang dilakukan oleh ilmuan dalm usahanya
mencari pengetahuan lebih tepat digambarkan sebagi suatu kombinasi antar
prosedur empiris dan rasional.

Secara sederhana metode ilmiah sebagiamana yang telah disebutkan di atas


adalah suatu prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
Syaratsyarat yang harus dipenuhi agar suatu disebut ilmu tercantum dalam apa
yang disebut dengan metode ilmiah. Kemudian peraturan-peraturan yang terdapat
dalam metoda ilmiah dikaji oleh metodologi ilmiah. Metodologi ini secara
filsafati termasuk dalam apa yang dinamakan epistimologi. Sedangkan
epistimologi adalah merupakan pembahsan mengenai bagaiman kita mendapatkan
pengetahuan. Apakah sumber-sumber pengetahuan? apakah hakekat jangkauan
dan ruanglingkup pengetahuan? apakah manusia dimungkinkan untuk
mendapatkan pengetahuan? sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin
ditangkap manusia.Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai bagaiman
bekerjanya pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan
diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh
pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh
pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Dalam hal ini maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berfikir
deduktif dan cara berfikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.

F. HUBUNGAN ANTARA ILMU PENGETAHUAN, PENELITIAN, DAN


KEBENARAN.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, ilmu merupakan ilmu merupakan
sekumpulan pengetahuan yang pada dan proses mengetahui melalui penyelidikan
yang sistematis dan terkendali. Sedangkan penelitian merupakan usaha untuk
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Dapat
dikatakan juga bahwa penelitian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan, dan ilmu merupakan bagian dari pengetahuan

9
tersebut. Menurut Almack (1930) dalam Research and Thesis Writing
mengemukakan bahwa hubungan antara ilmu dan penelitian adalah seperti hasil
dan proses. Penelitian adalah proses, dan ilmu adalah hasil dari penelitian.

Sedangkan menurut F.L. Whitney (1960) dalam buku The Element Of


Research berpendapat bahwa ilmu dan penelitian merupakan sebuah proses
sehingga hasil dari proses tersebut adalah kebenaran (truth). Seperti pada gambar
di bawah ini:

Gambar Hubungan Antara Ilmu, Pengetahuan, dan Kebenaran

Menurut Nazir (1988) dalam buku Metode Penelitian, diungkapkan bahwa


kebenaran yang diperoleh melalui penelitian terhadap fenomena yang fana adalah
sesuatu kebenaran yang telah ditemukan melalui proses ilmiah, penemuan tersebut
dilakukan secara ilmiah. Sebaliknya, banyak juga kebenaran terhadap fenomena
yang fana diterima tidak melalui proses penelitian.
Selanjutnya Nazir (1988) mengungkapkan bahwa terdapat tiga faktor yang
menyebabkan kebenaran ilmiah dapat diterima, yaitu:
a) Adanya koheren;
Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren
atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Misalnya suatu pernyataan bahwa si A akan mati dapat dipercaya, karena
pernyataan tersebut koheren dengna pernyataan sebelumnya yakni
pernyataan semua orang akan mati.
b) Adanya koresponden

10
Suatu pernyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang
terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan atau memiliki
korespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Misal,
pernyataan bahwa ibu kota provinsi Daerah Istimewa Aceh adalah Banda
Aceh merupakan pernyataan yang benar. Karena pernyataan tersebut
mempunyai korespondensi dengan lokasi atau faktualitas bahwa Banda
Aceh emmang Ibu Kota Propinsi Aceh. Sebaliknya, bila terdapat
pernyataan bahwa Ibu Kota Republik Indonesia adalah Kuala Lumpur,
maka pernyataan tersebut salah, karena tidak terdapat objek yang
mempunyai korespondensi terhadap pernyataan tersebut. Secar faktual ibu
kota Republik Indonesia adalah Jakarta buka Kuala Lumpur.
c) Pragmatis
Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut
mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Teori kebenaran
dengan sifat pragmatis dikembangkan oleh Pierce, dan dianut oleh Dewey,
Mead, Lewis dan sebagainya. Misalnya, secara pragmatis orang percaya
kepada agama, karena agama bersifat fungsional dalam memberikan
pegangan dan aturan hidup pada manusia.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manusia berdasarkan fitrahnya merupakan “man is curios animal”, yaitu


makhluk yang selalu ingin tahu. Rasa ingin tahu ini merupakan konsekuensi logis
dari keistimewaan manusia yang diberi akal untuk berpikir. Akal untuk berpikir
dan sifat ingin tahu (curiosity) dari manusia itu sendiri merupakan satu keutamaan
manusia dibanding dengan makhluk lain yang dikaruniai Tuhan dalam rangka
menjaga eksistensi manusia di muka bumi. “Karena itu melalui proses berpikir
manusia akan selalu berusaha untuk mengetahui apa yang dia tidak diketahui di
alam semesta ini”.
Penelitian ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung
menyambung, berakumulasi 'dan melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan
dan meramalkan fenomena-fenomena. Penelitian ilmiah sering diasosiasikan
dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistematis yang digunakan untuk
melakukan penelitian.

B. SARAN

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak


terdapat kesalahan dan kekurangan, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan
dan pengalaman penulis, untuk itu penulis mengharapkan kepada para pembaca
terutama bagi dosen pembimbing mata kuliah Metodologi Penelitian Hukum.
Untuk memberikan kritik dan sarannya kepada penulis demi kesempurnaan
makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA
E. Saefullah Wiradipradja, Penuntut Praktis Metode Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah
Hukum, Bandung: Keni Media, 2015

13
14

Anda mungkin juga menyukai