DOSEN PENGAMPU :
Dr.YULIATIN,M.Hi
DISUSUN OLEH :
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................II
DAFTAR ISI............................................................................................................III
BAB I...........................................................................................................................4
Pendahuluan...............................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................5
Konsep Hukum Islam......................................................................................5
Pengertian Hukum Islam..................................................................................5
Prinsip-Prinsip Hukum Islam...........................................................................6
Sumber-Sumber Hukum Islam........................................................................8
BAB III........................................................................................................................9
PENUTUP...................................................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................10
B. Saran......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11
3
BAB I
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Keadilan merupakan sesuatu yang sangat signifikan dalamkehidupansehari-hari.
Berlaku adil merupakan salah satu prinsip Islam yang dijelaskan dalamberbagai nas al-
Qur’an. Prinsip ini benar-benar merupakan akhlak mulia yangsangat ditekankan dalam
islam, sehingga wajar bila tuntunan dan aturan agamasemuanya dibangun di atas dasar
keadilan dan seluruh lapisan manusiadiperintahkan untuk berlaku adil. Syari’at Islam
yang diturunkan dari Allah SWT, telah menanamkandasar keadilan dalam masyarakat
muslim yang tidak ada duanya, yang tidakdikenal oleh masyarakat manusia dalam sejarah
mereka dahulu, dan tidak sampai.
1
Heru Haruman ”Keadilan Menurut Sayyid Qutb Dalam Tafsiir FI ZILALIL QUR’AN” (Bandung: UINSunan Gunung
Djati, Fakultas Ushuluddin) 2013 hlm.1
2
Heru Haruman ”Keadilan Menurut Sayyid Qutb Dalam Tafsiir FI ZILALIL QUR’AN” (Bandung: UINSunan Gunung
Djati, Fakultas Ushuluddin) 2013 hlm. 1
4
Agama islam yang di dalamnya sarat dengan tatanan masyarakat dari mulai yang bersifat
individual sampai masalah kemasyarakatan dan penalaran logismenawarkan juga nilai-
nilai keadilan yang cukup memadai. Namun nilai-nilai tersebut belum tergali secara
memadai, karena image keagamaan yang ada di masyarakat hanya sebatas ritual formal
saja. Nilai-nilai keadilan dalam islam sangat dijunjung tinggi, bagi penegak keadilan akan
mendapatkan reward dari Allah bukansaja di dunia, tetapi juga di akhirat nanti, jadi nilai-
nilai islam khususnya keadilansangat teleologis, berjangka panjang.3
Dalam Alquran kata adil atau keadilan dipresentasikan dengan beberapa katayaitu kata
al-’adl, al-qist dan al-mizan, kalimat-kalimat tersebut adalah, kata ‘ain- dal - lam atau
‘adala. Kata keadian berasal dari kata adil yang secara bahasa sikapyang ‘berpihak kepada
yang benar’, ‘tidak memihak salah satunya’, ‘tidak berat sebelah’. adil ‘adl menurut
literatur bahasa arab makna pokoknya adalah ‘al-istiwa’(keadaan lurus/sama) dan al-
I’wijaj (keadaan menyimpang).
Berikutnya adalah kata al-qist, arti asalnya adalah “bagian” (yang wajar danpatut), ini
tidak harus mengantarkan adanya “persamaan”. Bukankah bagian dapat saja diperoleh
oleh satu pihak? Karena itu, kata al-qist lebih umumdaripada kataal-’adl, dan karena itu
pula ketika alquran menuntut seseorang untuk berlaku adil terhadap dirinya sendiri, kata
al-qist itulah yang digunakannya. Keadilan dalam islam selalu mendapatkan posisi yang
sangat penting. Terbukti terdapat tiga kata yang paling masyhur untuk membahasakan
keadilan dalamalquran, meskipun dengan penekanan makna yang tentu saja berbeda.4
Keadilan yang dibicarakan dan dituntut oleh alquran sangat bervariasi, tidakhanya pada
proses penetapan hukum atau terhadap pihak yang berseteru, melainkanalquran juga
menuntut keadilan terhadap diri sendiri, baik ketika berucap, menulis, atau bersikap batin.
3
Agus Romdlon Saputra..”Konsep Keadilan Menurut Al-Qur’an Dan Para Filosof”. hlm.1
4
Agus Romdlon Saputra..”Konsep Keadilan Menurut Al-Qur’an Dan Para Filosof”. hlm.1
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum islam?
2. Bagaimana konsep Hukum Islam Di Indonesia?
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keadilan Dalam Al-Quran
Masalah keadilan ini banyak dibicarakan dalam alquran dalam berbagai konteks.
Kata “adil” disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 28 kali, al-Qist disebutkan25 kali, baik
dalam bentuk kata kerja (fiil) maupun kata benda (isim), kemudian kata al-wazn dalam
bentuk kata kerja (fiil) dan kata benda (isim) disebutkan 20 kali dalam alquran. Kata al-
hukm dengan berbagai variasinya disebutkan sekitar 150 kali.
Seharusnya akibat dari diturunkan syari’at Allah adalah tegaknya keadilan, karena
keadilan merupakan manifestasi syari’at yang diturunkan Allah dan bentuk kasih sayang-
Nya. Penulis berpendapat bahwa menegakkan keadilan merupakan suatukeharusan,
karena dengan keadilan maka, kehidupan masyarakat akan terjamin rukundan sentosa,
keserasian dan sikap saling menghormati akan terjalian mesra.
Hal ini dimulai dengan banyaknya ayat alquran yang berisikan seruan untuk
menegakkankeadilan, baik dalam skala pribadi maupun sosial. Namun pada kenyataannya
di zaman sekarang masyarakat sudahmengenyampingkan keadilan sebagai hal yang
paling penting dalamkehidupanbersosial, padalah menegakkan keadilan itu sangat penting
apalagi bagi orang yangtidak memiliki ilmu pengetahuan yang memadai lalu di
permainkan oleh orang yangmemiliki ilmu yang sangat tinggi dan mengerti dalam hal
keadilan. Banyak sekali di negeri ini contoh orang-orang yang sulit untuk mendapatkan
keadilan, padahal Indonesia adalah negara hukum dan menjunjung tinggi keadilan. Dan di
dalamAlquran pun Allah swt memerintahkan kita selaku umat-Nya untuk berbuat adil
padasiapapun. Dipilihnya kata al-’adl, al-qist dan al-mizan karena ketiga kata tersebut
memainkan istilah penting dalam struktur konsep dalam alquran yang sering
tidakdipahami banyak orang. Pada umumnya orang memahami al-’adl dengan keadilan,
7
begitu juga dengan al-qist dipahami dengan makna serupa, padahal antara satukatadengan
kata yang lainnya dalam al-Qur’an tidak bisa saling menggantikan, sehinggapada
dasarnya masing-masing kata tersebut memiliki makna yang berbeda
namunjikadikonversikan ke dalam bahasa Indonesia belum ditemukan padanan kata yang
tepat.
8
ilam untuk mengakan prinsip ini, bukan hanya untuk diri kita sendiri saja, tetapi
untuk orang-orang disekitar kita, agar mereka tidak terjerumus kedalam lembah
kemaksiatan.
d) Prinsip kebebasan dan kemerdekaan
yang dimaksud pada prinsip ini adalah kebebasan bagi setiap orang untuk memilih
agamanya masing-masing, dan tidak dipaksa untuk masuk kedalam suatu agama
tertentu
e) Prinsip persamaan
islam menentang keras system perbudakan, hukum islam menjunjung tinggi
kesamaan semua manusia, semua sama dimata hukum.
f) Prinsip tolong menolong
prinsip ini berarti saling bantu-membantulah sesame umat manusia, apabila ada salah
satu teman,keluarga atau tetangga yang sedang mengalami kesulitan maka bantu lah
ia.
g) Prinsip toleransi,
prinsip ini mengajarkan untuk kita sebagai umat ilam untuk tidak membeda-bedakan
ras, suku dan agama dalam berbuat kebaikan, tapi islam juga.
9
3) Sesuatu hal yang sulit duijelaskan kedalam Bahasa biasa, karena al-quran
mempunyai Bahasa-bahasa tersendirinyang mengandung kekuatan yang
berbeda, karena itu semua berasal dari firman Allah SWT.
c) Akal pikiran
Sumber hukum islam yang terakhir adalah akal pikiran manusia, Allah SWT
menciptakan manusia sepaket dengan akalnya, maka apabila akal itu digunakan dengan
baik, manfaatnya akan sangat besar, karena dengan akal pikiran yang baik, ulama-ulama
terdahulu dapat menelaah isi al-quran, mencari tahu sanad-sanad hadist, sampai akhirnya
disimpulkan, dikerucutkan dan dirumuskan menjadi garis-garis hukum yang diterapkan
kepada sebuah kasus. Dan hal itu dapat diperjelas apabila melakukan ijtihad, cara-cara
ijtihad sebagai berikut:
1) Ijma
Yang dimaksud ijma adalah menyesuaikan pendapat para ahli dalam mengenai
suatu masalah
2) Qiyas
menyamakan suatu hukumyang tidak ada di dua sumber sebelumnya dengan
hal lain karena persamaan penyebabnya contoh:
3) Al-marsilih al-musrsalah
Menentukan suatu hukum yang tidak ada di Quran dan sunnah berdasarkan
kepentingan umum, hal ini memang sangat berbahaya apabila dilakukan bukan
dengan para ulama
4) Istihsan
Menentukan hukum dengan cara menyimpang, demi kepentingan sosial 5)
Istishab Menetapkan hukum menurut keadaan sebelumnya, sampai ada dalil
yang mengubahnya.
5) Istidal
Menarik kesimpulan dari dua hal yang berlainan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
c) Fikih merupakan pemahaman dan penjelasan atau uraian yang lebih rinci
dari apa yang sudah ditetapkan oleh syariah. Adapun sumber fikih adalah
pemahaman atau pemikiran para ulama (mujtahid) terhadap syariah (al-
Quran dan Sunnah).
d) Hubungan antara syariah dan fikih sangat erat dan tidak dapat dipisahkan.
Syariah merupakan sumber atau landasan fikih, sedangkan fikih
11
dalam dua periode, yakni periode penerimaan hukum Islam secara penuh
(Receptie In Complexu), dan periode penerimaan hukum Islam oleh
hukum adat (Receptie). Sedangkan pada masa Republik Indonesia juga
menempatkan hukum Islam pada dua keadaan dalam dua periode, yakni
periode penerimaan hukum Islam sebagai sumber persuasive (Persuasive-
Source) dan periode penerimaan hukum Islam sebagai sumber otoritif
(Authoritative-Source).
B. Saran
Demi terwujudnya harapan agar makalah ini dapat menjadi salah satu
sumber tambahan pengetahuan, maka kami berharap kepada Ibu dan
teman-teman sekalian maupun kepada pembaca agar dapat memberikan
saran dan kritik guna terwujudnya harapan tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, syariat islam menjawab tantangan zaman, pidato dies natalis IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 1381 H, hal. 8.
Ibid.,hal. 10.
Zainuddin Ali, Pengantar Ilmu Hukum Di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2006,Hal