Dosen :
Disusun Oleh :
LAMPUNG
2022
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada hambanya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul:“AKHLAK BERNEGARA (Politik dalam pandangan islam)”
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan dari teman-teman dan kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi teratasi.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin
Yaa Robbal ‘Alamiin.
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari politik islam.
2. Mengetahui prinsip prinsip politik luar negeri dalam islam.
3. Mengetahui tentang kontribusi umat islam dalam perpolitikan nasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
A. AHLAK
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologi (peristilahan). Dari sudut
kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitif) dari
kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala,
yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak
dasar), al-„adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din
(agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagaimana tersebut di atas tampaknya
kurang pas, sebab isim mashdar dari kata akhlaqa bukan akhlaq tetapi ikhlaq. Berkenaan
dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistik kata akhlaq
merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata,
melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya. Kata akhlaq adalah jamak dari
kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah
disebutkan di atas.
B. AHLAK BERNEGARA
Akhlak dalam berbangsa perlu untuk disadari oleh kita agar kita dapat menjadi
semakin sensitif terhadap persoalan yang terjadi pada bangsa dan negara kita. Bukan
hanya Hal ini didorong dengan kekhawatiran akan bobroknya generasi kita, apabila tidak
dibekali dengan pengetahuan tentang akhlak yang cukup, untuk menjalani kehidupan
kedepannya
a. PRINSIP MUSYAWARAH
b. TUJUAN MUSYAWARAH
At-thaghut adalah segala sesuatu yang disembah (dipertuhan) selain dari Allah l
dan dia suka diperlakukan sebagai Tuhan tersebut. Sederhananya Thaghut adalah segala
sesuatu yang menentang kebenaran dan melanggar batas yang telah digariskan oleh Allah
l untuk hamba-Nya. Dia bisa berbentuk pandangan hidup, peradaban dan lain-lain yang
tidak berlandaskan ajaran Allah `.
a. Kriteria Pemimpin
Pemimpin umat atau dalam ayat di ayat di istilahkan dengan waliy dan dalam ayat
yang lain (Q.S An-Nisa’ [4]: 59) disebut dengan ulil amri adalah penerus kepemimpinan
Rasulullah ` setelah beliau meninggal dunia. Sebagai Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad `
tidak bisa digantikan, tapi sebagai kepala Negara, pemimpin, ulil amri tugas beliau dapat
digantikan. Orang-orang yang dapat dipilih menggantikan beliau sebagai pemimpin
minimal harus memenuhi empat kriteria sebagai mana yang dijelaskan dalam surat Al-
Mâidah ayat 55 di atas.
Membayarkan zakat.
Ayat di atas disebutkan pemimpin itu haruslah orang-orang yang selalu ruku’
(wa hum raki’un). Ruku’ adalah simbol kepatuhan secara mutlak kepada Allah dan
Rasul-Nya yang secara konkret dimanifestasikan dengan menjadi seorang muslim
yang kafah (total), baik dalam aspek aqidah, ibadah, akhlaq, maupun mu’amalat.
Aqidahnya benar (bertauhid secara murni dengan segala konsekuensinya, bebas dari
segala bentuk kemusyrikan), ibadahnya tertib dan sesuai tuntunan Nabi, akhlaqnya
terpuji (shidiq, amanah, adil, istiqamah, dansifat-sifat mulia lainnya). Dan
mu’amalatnya (dalam seluruh aspek kehidupan) tidak bertentangan dengan syari’at
Islam.
Kepatuhan Kepada Pemimpin
Sekalipun dalam struktur bernegara (dan juga pada level di bawahnya) ada
hirarki kepemimpinan yang mengharuskan umat atau rakyat patuh pada
pemimpinnya, tetapi dalam pergaulan sehari-hari hubungan antara pemimpin dan
yang dipimpin tetaplah dilandaskan kepada prinsip-prinsip ukhuwah islamiyah, nukan
prinsip atasan dengan bawahan, atau majikan dengan buruh, tetapi prinsip sahabat
dengan sahabat. Demikianlah yang dicontohkan oleh Rasulullah.
2.2 PRINSIP PRINSIP POLITIK LUAR NEGERI DALAM ISLAM
2.3 KONTRIBUSI UMAT ISLAM DALAM PERPOLITIKAN NASIONAL
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA