Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KONSEP HIDUP MANUSIA

Dosen Pengampu :

M. Asrorur Robbani, M.Pd.I

Di susun oleh :

1. Berlian Ayuningtyas NIM 226042


2. Yunita Ramandhani NIM 226051
3. Irma Agustin NIM 226049
4. Amaliyyah Jazilla NIM 226047

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS Dr. SOEPRAOEN
MALANG KESDAM V/ BRAWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. Atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “KONSEP HIDUP
MANUSIA’’ dapat kami selesaikan dengan baik. Kami selaku penulis berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini
dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui
media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pengampu kami,
Dosen Pak M. Asrorur Robbani, M.Pd.I dan serta teman-teman seperjuangan yang membantu
kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Allah Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Malang , 23 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1

1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2

1.4 Manfaat .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Asal Muasal Manusia .............................................................................. 3

2.2 Proses Penciptaan Manusia ....................................................................10

2.3 Tujuan Pencintaan Manusia ...................................................................12

2.4 Hakikat Penciptaan Manusia ................................................................. 15

2.5 Tujuan Hidup Manusia .......................................................................... 16

2.6 Tanggung Jawab Manusia ..................................................................... 18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 19

3.2 Saran ...................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep manusia adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial
kemanusiaan yang menjadikan manusia sebagai objek formal dan materialnya. Agar
konsep manusia yang kita bangun bukan semata-mata merupakan konsep yang
spekulatif, maka kita mesti bertanya pada Dzat yang mencipta dan mengerti manusia,
yaitu Allah SWT, melalui Al-Qur'an
Kata basyar berasal dari akar kata yang pada mulanya beraeti 'menampakkan
sesuatu dengan baik dart indah ". Dari akar kata yang sama lahir kata basyar yang
berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena memiliki kulit yang jelas, dan berbeda
dengan kulit binatang yang lain. Proses kejadian manusia sebagai basyar, melalui
tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam al-
Ruum: 20 yang artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya (Allah)
menciptakan kamu dari tanah, kemudian ketika kamu menjadi basyar kamu
bertebaran".
Kata insan terambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan nampak.
Kata insan dalam al-Qur'an digunakan untuk menunjukan Kepada manusia dengan
segala totalitasnya, bisa Dan raga. Manusia yang berbeda antara sesorang yang lain.
Animation perbedaan, fisik, mental, Dan kecerdasan.Secara tegas dan gamblang Allah
SWT melalui al-Qur'an al Karim menjelaskan penciptaan unsur manusia pertama
(Adam a.s) yang diciptakan Allah dari materi (tanah) dan non-materi (ruh Ilahi)
melalui proses. Akan tetapi tidak dijelaskan bagaimana proses itu belangsung. 
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asal muasal manusia diciptakan ?
2. Bagaimana Proses penciptaan manusia ?
3. Apa Tujuan penciptaan manusia ?
4. Apa Hakikat penciptaan manusia ?
5. Apa Tujuan hidup manusia ?
6. Apa saja Tanggung jawab manusia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui asal muasal manusia diciptakan
2. Untuk mengethaui bagaimana proses penciptaan manusia
3. Untuk mengetahui apa tujuan penciptaan manusia
4. Untuk mengetahui hakikat penciptaan manusia
5. Untuk mengetahui apa tujuan hidup manusia
6. Untuk mengetahui apa saja bentuk tanggung jawab manusia
1.4 Manfaat

Bagi penulis , makalah ini diharapkan bisa menjadi referensi pembelajaran untuk
menambah pengetahuan dan wawasan tentang konsep hidup manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal Muasal Manusia


Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua jenis yang
berbeda, yaitu: Pertama, dari benda padat. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan
dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun
(tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah Swt dengan seindah-indahnya,
kemudian Allah Swt, meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut.
Kedua, dari benda cair. Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses
biologis yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia
diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan segumpal darah (‘alaqah)
yang menggantung dalam rahim. Segumpal darah tersebut kemudian dijadikan-Nya
segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu
kepadanya ditiupkan ruh.
Bila diamati lebih dalam dapat disimpulkan bahwa manusia berasal dari dua
jenis yaitu dari benda padat dan benda cair. Benda padat berbentuk tanah (turab),
tanah yang sudah mengandung air (thin), tanah liat (hama’), dan tembikar (shalshal).
Benda cair berbentuk air mani.
1)Penciptaan manusia dari tanah
surat Ali Imran: 59

ٍ ‫اِ َّن َمثَ َل ِعي ْٰسى ِع ْن َد هّٰللا ِ َك َمثَ ِل ٰا َد َم ۗ َخلَقَهٗ ِم ْن تُ َرا‬


ُ‫ب ثُ َّم قَا َل لَهٗ ُك ْن فَيَ ُكوْ ن‬

“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘Isa bagi Allah, seperti (penciptaan)


Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!”
Maka jadilah sesuatu itu”.
Pada ayat tersebut, Allah SWT menyatakan kepada nabi Muhammad Saw bahwa
penciptaan nabi Isa a.s. sama dengan penciptaan nabi Adam a.s yaitu sama-sama dari
tanah. Penciptaan nabi Isa a.s memang dari unsur sel telur yang berasal dari ibunya.
Tetapi perlu diingat bahwa sel telur itu berasal dari darah, sedangkan darah dari
makanan, dan makanan tumbuh dari tanah. Maka, nabi isa a.s juga berasal dari tanah.
(Salman Harun 2016).
Surat al-Kahfi: 37

ۗ ‫طفَ ٍة ثُ َّم َس ٰ ّوىكَ َر ُجاًل‬


ْ ُّ‫ب ثُ َّم ِم ْن ن‬ َ َ‫اور ٗ ُٓه اَ َكفَرْ تَ بِالَّ ِذيْ َخلَق‬
ٍ ‫ك ِم ْن تُ َرا‬ َ ٗ‫قَا َل لَه‬
ِ ‫صا ِحبُهٗ َوهُ َو يُ َح‬

“Kawannya (yang beriman) berkata kepadanya sambil bercakap-cakap dengannya,


Apakah engkau ingkar kepada (Tuhan) yang menciptakan engkau dari tanah,
kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang laki-laki yang
sempurna?”
Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad Saw untuk menceritakan kepada kaum
muslimin tentang kisah seorang yang sombong, pemilik pertanian yang hasilnya
melimpah ruah. Orang tersebut telah ditegur oleh kawannya dan diingatkan bahwa dia
diciptakan dari tanah dan pasti akan kembali kepadanya. Tetapi ia terus saja
membangkang. Dia baru sadar setelah seluruh kekayaannya sirna.[ Akmal Ridho
Gunawan Hasibuan, Menyinari Kehidupan dengan Cahaya Al-Qur’an, (PT Elex
Media Komputindo, Jakarta: 2018). Hlm. 44.]
Surat al-Hajj: 5

‫طفَ ٍة ثُ َّم ِم ْن َعلَقَ ٍة ثُ َّم ِم ْن ُّمضْ َغ ٍة ُّمخَلَّقَ ٍة َّو َغي ِْر‬ ْ ُّ‫ب ثُ َّم ِم ْن ن‬ ِ ‫ب ِّمنَ ْالبَ ْع‬
ٍ ‫ث فَاِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن تُ َرا‬ ٍ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِ ْن ُك ْنتُ ْم فِ ْي َر ْي‬
‫ُمخَ لَّقَ ٍة لِّنُبَيِّنَ لَ ُك ۗ ْم َونُقِرُّ فِى ااْل َرْ َح ِام َما نَ َش ۤا ُء اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى ثُ َّم نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفاًل ثُ َّم لِتَ ْبلُ ُغ ْٓوا اَ ُش َّد ُك ۚ ْم َو ِم ْن ُك ْم َّم ْن يُّت ََو ٰفّى‬
ٓ
‫ت‬ ْ ‫ض هَا ِم َدةً فَا ِ َذٓا اَ ْن َز ْلنَا َعلَ ْيهَا ْال َم ۤا َء ا ْهتَ َّز‬ َ ْ‫َو ِم ْن ُك ْم َّم ْن يُّ َر ُّد اِ ٰلى اَرْ َذ ِل ْال ُع ُم ِر لِ َك ْياَل يَ ْعلَ َم ِم ۢ ْن بَ ْع ِد ِع ْل ٍم َش ْيـ ًۗٔا َوتَ َرى ااْل َر‬
‫ْج‬
ٍ ‫ج بَ ِهي‬ ٍ ۢ ْ‫َت ِم ْن ُك ِّل زَ و‬ ْ ‫ت َواَ ۢ ْنبَت‬ْ َ‫َو َرب‬

“Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) Kebangkitan, maka sesungguhnya


Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam
rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami
keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai
kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara
kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak
mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering,
kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan
menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah”.
Dalam ayat ini Allah menyapa Manusia dan menerangkan bahwa mereka diciptakan
dari tanah, kemudian berproses dari zigot sampai janin. Lalu Manusia lahir menjadi
kanak-kanak dan dewasa. Ada yang kemudian meninggal dan ada pula yang diberi
usia lanjut.[ Akmal Ridho Gunawan Hasibuan, Menyinari Kehidupan dengan Cahaya
Al-Qur’an, (PT Elex Media Komputindo, Jakarta: 2018). Hlm. 46]
2)Penciptaan manusia dari thin
Menurut Al-Asfahani, kata thin bermakna tanah yang sudah bercampur air atau
tanah basah.
surat al-An’am: 2

ٓ ٰ َ‫ه َُو الَّ ِذيْ َخلَقَ ُك ْم ِّم ْن ِطي ٍْن ثُ َّم ق‬


َ‫ضى اَ َجاًل ۗ َواَ َج ٌل ُّم َس ّمًى ِع ْند َٗه ثُ َّم اَ ْنتُ ْم تَ ْمتَرُوْ ن‬

“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal
(kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun
demikian kamu masih meragukannya”.
surat al-‘Araf: 12

‫ار َّو َخلَ ْقتَهٗ ِم ْن ِطي ٍْن‬ ۚ ۠ َ ُ‫ك اَاَّل تَ ْس ُج َد اِ ْذ اَ َمرْ ت‬


ٍ َّ‫ك ۗقَا َل اَنَا خَ ْي ٌر ِّم ْنهُ خَ لَ ْقتَنِ ْي ِم ْن ن‬ َ ‫قَا َل َما َمنَ َع‬

(Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud


(kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik
daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari
tanah.”
surat as-Sajadah: 7

َ ‫ي اَحْ َسنَ ُك َّل َش ْي ٍء خَ لَقَهٗ َوبَ َداَ خَ ْل‬


ِ ‫ق ااْل ِ ْن َس‬
‫ان ِم ْن ِط ْي ٍن‬ ْٓ ‫الَّ ِذ‬

“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan
manusia dari tanah”.
surat ash-Shaffat: 11

ٍ ‫فَا ْستَ ْفتِ ِه ْم اَهُ ْم اَ َش ُّد َخ ْلقًا اَ ْم َّم ْن خَ لَ ْقنَا ۗاِنَّا َخلَ ْق ٰنهُ ْم ِّم ْن ِط ْي ٍن اَّل ِز‬
‫ب‬
“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): ‘Apakah mereka yang lebih
kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?’ Sesungguhnya Kami
telah menciptakan mereka dari tanah liat”.
surat Shad: 71 dan 76

ۤ
ٌ ۢ ِ‫ك لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة اِنِّ ْي خَ ال‬
‫ق بَ َشرًا ِّم ْن ِط ْي ٍن‬ َ ُّ‫اِ ْذ قَا َل َرب‬

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan


menciptakan manusia dari tanah”.

‫ار َّو َخلَ ْقتَهٗ ِم ْن ِط ْي ٍن‬ ۠


ٍ َّ‫قَا َل اَنَا خَ ْي ٌر ِّم ْنهُ َخلَ ْقتَنِ ْي ِم ْن ن‬

“(Iblis) berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api,
sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
3)Penciptaan manusia dari shalshal
Shalshal adalah tembikar kering yang berongga yang dibuat dari tanah. Sehingga
mengeluarkan bunyi bila ditiup atau diayunkan. Benda itu menurut Al-Qur’an dibuat
dari hama’ yaitu tanah liat yang sedikit berbau. Tanah itu dibentuk (Masnun) menjadi
shalshal tersebut. Kata tersebut diulang tiga kali didalam Al-Qur’an.
surat al-Hijr: 26, 28 dan 33

َ ‫ص ْل‬
‫صا ٍل ِّم ْن َح َما ٍ َّم ْسنُوْ ۚ ٍن‬ َ ‫َولَقَ ْد خَ لَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن‬

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari
lumpur hitam yang diberi bentuk”.

ۤ
َ ‫ص ْل‬
‫صا ٍل ِّم ْن َح َما ٍ َّم ْسنُوْ ۚ ٍن‬ ٌۢ ِ‫ال َربُّكَ لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة اِنِّ ْي خَ ال‬
َ ‫ق بَ َشرًا ِّم ْن‬ َ َ‫َواِ ْذ ق‬

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh, Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang
diberi bentuk”.

َ ‫ص ْل‬
‫صا ٍل ِّم ْن َح َما ٍ َّم ْسنُوْ ٍن‬ َ ‫قَا َل لَ ْم اَ ُك ْن اِّل َ ْس ُج َد لِبَ َش ٍر َخلَ ْقتَهٗ ِم ْن‬
“Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau
telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
Isyarat tentang proses penciptaan manusia melalui satu tahapan ‘alaqah lebih jauh
dijabarkan dalam Q.S Al-Mu’minun ayat 12-14: [ Agus Haryo Sudarmojo,
Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009) Hlm. 161]

ً‫طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغة‬ ْ ُّ‫ار َّم ِك ْي ٍن ۖ ثُ َّم خَ لَ ْقنَا الن‬
ٍ ‫طفَةً فِ ْي قَ َر‬ ْ ُ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن س ُٰللَ ٍة ِّم ْن ِط ْي ٍن ۚ ثُ َّم َج َع ْل ٰنهُ ن‬
َ‫ك هّٰللا ُ اَحْ َسنُ ْالخَالِقِ ْي ۗن‬
َ ‫فَ َخلَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِع ٰظ ًما فَ َك َسوْ نَا ْال ِع ٰظ َم لَحْ ًما ثُ َّم اَ ْن َشْأ ٰنهُ خَ ْلقًا ٰاخَ ۗ َر فَتَبَا َر‬

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh
(rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu
yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah,
Pencipta yang paling baik”.
Dalam ayat diatas jelas terlihat bagaimana proses penciptaan manusia dimulai dari
tahap sulalah (saripati makanan) kemudian nutfah (sperma) lalu terjadi konsepsi
(pembuahan) dan masuk kedalam rahim (menjadi embrio) kemudian berkembang
membentuk ‘alaqah kemudian berproses menjadi mudhghah, ‘izaman (tumbuh tulang
belulangnya) kemudian tulang-tulang itu dibungkus dengan daging.
Setelah terbentuk manusia yang utuh, kemudian Allah SWT meniupkan (nafakha)
kepadanya ruh nya kemudian jadilah ia makhluk yang unik (khalqan Akhar). Disebut
demikian karena manusia memiliki substansi psikis yang berasal dari substansi tuhan
sama sekali tidak dimiliki makhluk-makhluk lain.
Al-Qur’an menggunakan beberapa istilah dalam penyebutan manusia yaitu meliputi
al-basyar, al-Ins, al-Insan, an-Nas, al-Unas, Bani Adam, an-Nafs, al-Anfus dan an-
Nufus.
a)Al-basyar
Secara bahasa, berarti fisik manusia. Makna ini disimpulkan dari berbagai uraian
tentang al-basyar. Menurut Abu al-Husain Ahmad Ibnu Faris Ibn Zakariya dalam
Mu’jam al-Maqayis fi al-Lugah. Ia menjelaskan bahwa semua kata yang huruf-huruf
asalnya terdiri dari ba, syin dan ra’ berarti sesuatu yang tampak jelas dan biasanya
cantik dan indah. Dengan demikian, bahwa manusia yang dijelaskan oleh al-basyar
menekankan pada gejala umum yang melekat pada fisik manusia yang secara umum
relatif sama antara semua manusia. [ Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras
Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009) Hlm. 151-158.]
Allah Swt, memakai konsep al-basyar dalam Al-Qur’an sebanyak 37 kali. Salah
satunya dalam surat al-Kahfi ayat 110.

َ ‫ي اَنَّ َمٓا ِا ٰلهُ ُك ْم اِ ٰلهٌ وَّا ِح ۚ ٌد فَ َم ْن َكانَ يَرْ جُوْ ا لِقَ ۤا َء َرب ِّٖه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل‬
‫صالِحًا َّواَل يُ ْش ِر ْك‬ َّ َ‫قُلْ ِانَّ َمٓا اَن َ۠ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم يُوْ ٰ ٓحى اِل‬
‫بِ ِعبَا َد ِة َرب ٖ ِّٓه اَ َحدًا‬

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti


kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan
Yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka
hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia menyekutukan dengan
sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. [ Rusyja Rustam, Zainal A. Harus,
Buku Ajar Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, (CV Budi Utama,
Yogyakarta: 2018). Hlm. 40.]
b)Al-Insan, al-Ins, an-Nas dan al-Unas
Kata al-Insan menurut Ibnu Mansur, mempunyai tiga asal kata. Pertama, berasal dari
kata anasa yang berarti abara yaitu melihat, ‘alima yaitu mengetahui dan istilah “an”
yang berarti meminta izin. Kedua, berasal dari kata nasiya yang berarti lupa. Ketiga
berasal dari kata an-nus yang berarti jinak lawan dari kata al-wakhsyah yang berarti
buas.
Menurut Ibnu Zakariya, semua kata yang asalnya dari huruf Alif , nun dan sin
mempunyai makna asli jinak, harmonis dan tampak dengan jelas. Dari kedua uraian
tersebut memiliki inti yang sama bahwa manusia yang diistilahkan dengan al-Insan
tampak pada ciri-ciri khasnya yaitu jinak, tampak jelas kulitnya juga potensial untuk
memelihara atau melanggar aturan sehingga ia dapat menjadi makhluk yang harmonis
atau kacau.
Kata al-Insan disebutkan didalam Al-Qur’an sebanyak 65 kali, diantaranya surat al-
Alaq ayat 5:

‫َعلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬


Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.[ Rusyja Rustam, Zainal A.
Harus, Buku Ajar Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, (CV Budi Utama,
Yogyakarta: 2018). Hlm. 41.]
Kata al-Ins selalu bergandengan dengan kata al-jinn karena kata tersebut selalu jadi
perbandingan.
Al-Ins dengan al-jinn adalah makhluk yang diciptakan Allah agar senantiasa
mengabdikan dirinya (beribadah) kepada Allah sepanjang hidupnya.
Al-Ins dan al-jinn juga makhluk pembangkang, sehingga mendapat tantangan dari
Allah agar mereka bekerjasama untuk membuat semacam Al-Qur’an dan menjelajahi
lapisan-lapisan langit.
Kata an-Nas didalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 240 kali, sebagaimana dalam
surat az-Zumar ayat 27:

َ‫اس فِ ْي ٰه َذا ْالقُرْ ٰا ِن ِم ْن ُك ِّل َمثَ ٍل لَّ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُوْ ۚن‬
ِ َّ‫ض َر ْبنَا لِلن‬
َ ‫َولَقَ ْد‬

Dan sungguh, telah Kami buatkan dalam Al-Qur’an ini segala macam perumpamaan
bagi manusia agar mereka mendapatkan pelajaran.
Konsep an-Nas merujuk pada manusia sebagai makhluk sosial atau secara kolektif.
Dengan demikian, dalam hubungannya dengan penjelasan tentang manusia, dapat
dipahami bahwa manusia adalah makhluk yang berkelompok dan ia akan selalu
membentuk kelompoknya sesuai dengan ciri-ciri dan persamaannya. Seperti
persamaan biologis, kebutuhan, kepentingan, suku, bangsa dan lainnya. Memang
dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan Kelompok. Mulai
dari kelompok, suku, etnis, wilayah, sosial politik, agama dan sebagainya.[ Agus
Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009)
Hlm. 160.]
c)Bani Adam
Secara bahasa, Bani adalah bentuk jamak dari kata ibnun yang berarti anak. Bentuk
dasarnya adalah banun atau banin. Tetapi karena berada pada posisi muaf
(diterangkan), huruf wawu dan nun pada kata banun tersebut harus dihilangkan.
Sehingga menjadi kata bani.
Penggunaan kata bani Adam dalam konteks ini sangat tepat bahwa semua manusia
tanpa kecuali telah diberi bekal potensial fitrah keagamaan yaitu mengesakan tuhan.
Manusia juga adalah makhluk yang diberikan kelebihan yang dapat menguasai
daratan dan lautan. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Isra: 70.

ِ ‫ت َوفَض َّْل ٰنهُ ْم ع َٰلى َكثِي ٍْر ِّم َّم ْن خَ لَ ْقنَا تَ ْف‬
‫ض ْياًل‬ ِ ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِ ْٓي ٰا َد َم َو َح َم ْل ٰنهُ ْم فِى ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر َو َرزَ ْق ٰنهُ ْم ِّمنَ الطَّيِّ ٰب‬

“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di
darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang
sempurna”.
Dari keseluruhan ayat yang menggunakan kata bani Adam dapat dipahami
bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dan keistimewaan
dibanding makhluk lainnya. Keistimewaan itu meliputi fitrah keagamaan, peradaban,
dan kemampuan memanfaatkan alam.
Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang berada dalam relasi (Habl), dengan
Tuhan (Habl min Allah), relasi dengan sesama manusia (Habl min An-Nas) dan relasi
dengan alam ( Habl min alam).[ Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras
Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009). Hlm. 164-165.]
2.2 Proses Penciptaan Manusia
Kata sains dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan
yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian dan uji coba yang mengarah
pada ketentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki dan
dipelajari. Secara bahasa, ilm berasal dari Bahasa Arab yang artinya
memahami, mengerti atau mengetahui. Kata sains berasal dari kata scientia
yang berarti sama dengan ilmu yaitu pengetahuan. Ilmu itu tidak hanya
sebuah pengetahuan tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan
teori yang disepakati.
Menurut sains, bahwa proses terciptanya manusia terjadi dalam tiga
fase, yaitu fase zigot yaitu sejak konsepsi hingga akhir minggu kedua, fase
embrio yaitu akhir minggu kedua hingga akhir bulan kedua dan fase janin
yaitu akhir bulan kedua hingga kelahiran. Pada usia 120 hari sekitar minggu
ke 18 janin sudah bisa mendengar dan terkejut apabila mendengarkan suara
yang keras. Mata bayi berkembang, ia mengetahui adanya cahaya.
a.Penciptaan makhluk dari air
Dalam Al-Qur‟an ada salah satu surah yang mengindikasi peran
air dalam penciptaan makhluk, salah satunya:
Ayat tersebut berkaitan dengan penciptaan manusia dan makhluk
lainnya memperlihatkan bahwa salah satu penciptaan makhluk hidup dari air.
Air adalah segalanya, sebagai contoh protoplasma merupakan materi fluida
yang mengisi bagian dalam sel. Itu merupakan substansi dasar dari semua
makhluk untuk dapat hidup. Ada 80% dari protoplasma adalah air dan
berfungsi sebagai penunjang kehidupan sangat tergantung pada adanya air.
Air adalah komponen utama supaya makhluk hidup dapat
melanjutkan kehidupannya. Semua makhluk hidup memerlukan air untuk
dapat bertahan hidup. Pada tahun 1640 an peneliti bernama Jan Baptista van
Helmont menemukan bahwa kandungan air didalam tanah adalah elemen
terpenting bagi kehidupan tumbuhan. Peran air sangat besar dalam komposisi
material di bumi. Sekitar 72% permukaan bumi masih ditutupi air.
b.Penciptaan makhluk dari tanah liat
Dalam penciptaan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia.
Ada beberapa ayat Al-Qur‟an yang menyatakan pentingnya tanah liat.
Diantaranya dalam Q.S. al-An‟am ayat 2:

Artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia

menetapkan ajal(kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya


diketahui oleh-Nya. Namun demikian kamu masih meragukannya.”
Dalam lafadz tin dalam Q.S. al-An‟am ayat 2 yang diartikan dengan
tanah liat, unsur tersebut merupakan cikal bakal penciptaan Adam, bapak
seluruh manusia. Karena tin merupakan sumber makanan manusia yang dapat
membantu pertumbuhan dan perkembangan manusia secara terus-menerus.
Manusia mengkonsumsi apa-apa yang tumbuh dari tanah.
Awal kejadian manusia adalah “Saripati berasal dari tanah”
mengindikasikan bahwa tanah mengandung unsur-unsur yang diperlakukan
bagi proses kehidupan. Tanah mengandung banyak atom atau unsur metal
maupun metalloid yang sangat diperlukan sebagai katalis dalam proses reaksi
kimia maupun biokimia untuk membentuk molekul-molekul organik yang
lebih kompleks.
Didalam Al-Qur‟an menyebut kata “tanah” ini ada kaitannya dengan
awal penciptaan manusia dengan menggunakan bahasa yang beragam,
misalnya ardun, tin dan turab. Ungakapan manusia yang diciptakan dari tanah ini
digambarkan oleh Allah dengan bahasa yang berbeda-beda.
Misalnya Allah menggunakan kata ardun, tin dan turab. Menurut sebagian
pakar, bahwa penciptaan manusia itu dikaitkan erat dengan tanah. Tanah
merupakan unsur penciptaan yang paling erat.
Tanah merupakan tempat dimana manusia melangsungkan
kehidupannya, dan juga tanah merupakan asal usul terbentuknya manusia.
Manusia dalam kehidupannya selalu membutuhkan tanah dan pada waktu
yang sama tanah juga membutuhkan bantuan manusia, jadi mereka saling
membutuhkan. Unsur-unsur fisik manusia mempunyai kesamaan dengan
unsur-unsur yang terdapat dalam tanah.Manusia memiliki daya pikir untuk
melaksanakan fungsinya, baik sebagai „abdi (mu‟abbid), khalifah fi al-ardh, maupun
immarah fi al-ardh. Sebagai mu‟abbid manusia dituntut tidak hanya semata-mata
dalam konteks ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat dan lain sebagainya,
melainkan juga pada segala sesuatu aktivitas yang bernilai baik dalam kehidupannya
yang dilakukan dengan tujuan pendekatan diri pada penciptanya.Kedudukan manusia
di alam ini adalah sebagai hamba yang harus beribadah kepada Allah SWT. Manusia
sebagai makhluk hidup yang paling mulia diberi potensi untuk mengembangkan diri
dan kemanusiannya. Agar potensi menjadi aktual dalam kehidupan perlu
dikembangkan dan digiring pada penyempurnaan.Manusia diberi kelebihan oleh
Allah SWT dibanding dengan makhluk lainnya. Kelebihan itu baik pada bentuk
jasmani maupun struktur rohaninya. Struktur jasmani terdiri dari beberapa panca indra
yang berguna menerima pengetahuan. Seperti mata, telinga, hidung, kulit dan alat
pengecap. Sedangkan struktur rohaninya yaitu memiliki daya rohani, daya kalbu, akal

2.3 Tujuan Penciptaan Manusia


Bahwa tujuan paling utama Allah menciptakan manusia adalah agar mereka
menyembah, mengabdi atau beribadah kepada-Nya. Maksudnya adalah manusia
diciptakan agar taat, tunduk dan patuh pada perintah Allah SWT., dan menjauhi
segala apa yang dilarang oleh-Nya.
Tujuan penciptaan manusia bisa dijelaskan dalam Islam. Manusia diciptakan
Allah SWT dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Ini sesuai dengan QS. At Tin [95]: 4
yang berbunyi:
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya". Tujuan penciptaan manusia pastinya bukan sebuah kesia-siaan. Memahami
tujuan penciptaan manusia, akan membuat manusia lebih bersyukur dan menghargai
sesama makhluk hidup.
Dalam Islam, tujuan penciptaan manusia bisa dilihat dalam ayat-ayat Al
Qur'an. Tujuan penciptaan manusia merupakan tujuan yang mulia. Berikut tujuan
penciptaan manusia menurut Islam
Untuk beribadah kepada Allah
Tujuan penciptaan manusia yang paling utama adalah untuk beribadah dan
bertakwa pada Allah. Manusia pada umumnya diciptakan untuk beribadah kepada
Allah SWT. Hal ini sesuai dengan ayat QS.Adz Dzariyat: 56 yang berbunyi:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56) Dijelaskan dalam QS.Adz Dzariyat: 56,
Allah berfirman Dia menciptakan manusia dan jin semata-mata agar mereka
beribadah kepada-Nya. Allah menciptakan manusia bukan hanya untuk sekedar tidur,
bekerja, makan maupun minum melainkan untuk melengkapi bumi ini dan beribadah
kepada-Nya. Tujuan ini mendidik manusia untuk senantiasa meningkatkan keimanan
dan ketakwaan kepada Allah.
Pengurus bumi atau Khalifah
Tujuan penciptaan manusia selanjutnya adalah sebagai pengurus bumi dan
seisinya. Khalifah adalah hamba Allah yang ditugaskan untuk menjaga ke-
maslahatan dan kesejahteraan dunia.Pada Ayat 30 dari surat al-Baqarah adalah
informasi bagi para malaikat bahwa Allah menciptakan khalifah (Adam dan
keturunannya) di muka bumi. Manusia diberi derajat tinggi untuk mengatur,
mengelola dan mengolah semua potensi yang ada dimuka bumi.Tujuan penciptaan
manusia sebagai khalifah juga tertuang dalam QS. al-An’am ayat 165 yang berbunyi:”
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat
siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Mengemban Amanah
Tujuan ini berupa kesanggupan manusia memikul beban taklif yang
diberikan oleh Allah SWT. Tujuan penciptaan manusia ini mendidik orang-orang
beriman supaya selalu memelihara amanah dan mematuhi perintah tersebut.Hal ini
sesuai dengan QS al-Ahzab ayat 72 yang berbunyi:” Sesungguhnya kami Telah
menge- mukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh”
Amanah yang sudah ditetapkan tersebut agar ti- dak dikhianati, baik amanah
dari Allah SWT dan RasulNya maupun amanah antara sesama manusia.
Agar manusia mengetahui kebesaran Allah
Tujuan penciptaan manusia adalah agar manusia senantiasa mengetahui
maha kuasanya Allah SWT. Ini meliputi pemahaman bahwa seluruh alam semesta,
termasuk bumi, tata surya dan sesisnya terbentuk atas kuasa Allah SWT. Hal tersebut
telah dijelaskan dalam QS at-Thalaq: 12 yang berbunyi:“Allah-lah yang menciptakan
tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu
mengetahui bahwasanya Allah Maha-Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya
Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."

Secara garis besar, peran dan tanggungjawab manusia dapat dibagi kepada tiga
peran utama. Pertama, Manusia sebagai hamba Allah SWT. Barometer peran ini
adalah Tauhid. Kedua, Manusia sebagai makhluk sosial. Barometer peran ini adalah
sikap egalitarianisme, tolong menolong, dan toleransi. Ketiga, peran sebagai khalifah
fil-ardl yang merupakan pengejawantahan dari peran profetik manusia. Untuk
menjalankan kedua peran di atas bukanlah hal yang mudah. Untuk itu Allah
membekali manusia dengan potensi. Dengan bekal potensi itu manusia bersedia
menerima amanat tersebut, sehingga memungkin-kannya mampu mengemban amanat
itu. Lebih jaun lagi, potensi yang dimaksud bukan saja potensi untuk dapat
menunaikan amanat tersebut, tetapi potensi yang dapat menunaikan amanat dengan
baik dan bertanggungjawab. Potensi itu diwujudkan melalui pemahaman serta
penguasaan terhadap hukum-hukum kebenaran yang terkandung dalam ciptaan-Nya,
kemudian menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa untuk membentuk
wujud baru dalam alam kebudayaan untuk kemaslahatan umat manusia.
2.4 Hakikat Penciptaan Manusia

Hakikat Penciptaan Manusia

Allah menciptakan manusia dengan dua unsur yakni jasmani dan rohani. Unsur jasmani
Adalah tubuh atau jasad manusia yang tersusun atas organ dan sistem organ. Unsur yang
kedua yakni unsur ruh atau jiwa. Kedua unsur ini berkaitan satu sama lain dan apabila kedua
unsur tersebut berpisah maka manusia disebut mati sehingga tidak lagi dapat disebut sebagai
manusia. Adapun hakikat manusia menurut islam berdasarkan substansi penciptaan adalah
sebagai berikut mengenai hakikat penciptaan manusia :

1. Makhluk Allah yang paling sempurna

Allah menciptakan manusia dengan kesempurnaan dan keunikan . hal ini dilihat dari segala
hal yang menyangkut fisik dan jiwa seorang manusia. Ia berbeda dengan makhluk lainnya
dan bahkan Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam AS karena akal dan
pengetahuan yang dianugerahkan kepadanya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
At Tin berikut ini

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS At
tin : 4)

2. Manusia sebagai bukti kekuasaan Allah SWT

Sejak awal penciptaannya, manusia pertama yakni Adam As telah mengakui Allah sebagai
Tuhannya dan hal tersebut mendorong manusia untuk senantiasa beriman kepada Allah SWT.
Penciptaan manusia juga memiliki hakikat bahwa Allah menciptakan agama islam sebagai
pedoman hidup yang harus dijalani oleh manusia selama hidupnya. Seluruh ajaran islam
adalah diperuntukkan untuk manusia dan oleh karena itu manusia wajib beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa yakni Allah SWT.(baca fungsi iman kepada Allah
SWT)

3. Manusia diciptakan sebagai hamba Allah

Adapun Allah menciptakan manusia untuk mengabdi dan menjadi hamba yang senantiasa
beribadah dan menyembah Allah SWT sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.”(QS Adz zariyat : 56)
Ibadah yang semestinya dilakukan manusia terdiri dari dua golongan yakni ibadah yang
bersifat khusus dan ibadah yang bersifat umum. Ibadah yang sifatnya khusus antara lain
ibadah sholat wajib, puasa (baca puasa ramadhan dan puasa ramadhan dan fadhilahnya),
zakat, (baca penerima zakat dan syarat penerima zakat), haji (baca syarat wajib haji) dan
sebagainya. Sedangkan ibadah yang bersifat umum adalah seperti melakukan amal saleh yang
tidak hanya bermanfaat bagi dirinya akan tetapi bermanfaat juga untuk orang lain dan
dilandasi niat yang ikhlas dan bertujuan hanya mencari keridhaan Allah semata seperti
bersedekah (baca keutamaan bersedekah), menyambung tali silaturahmi (baca keutamaan
menyambung tali silaturahmi), menikah (baca hukum pernikahan dan rukun nikah) dan
sebagainya.

4. Manusia diciptakan Allah sebagai Khalifah

Kata Khalifah berasal dari bahasa arab yakni khalafa atau khalifatan yang artinya
meneruskan, sehingga kata khalifah yang dimaksud adalah penerus agama islam dan ajaran
dari Allah SWT. Sebagai manusia yang berperan sebagai khalifah maka manusia wajib
menjalankan tugasnya untuk senantiasa menjaga bumi dan makhluk lainnya dan ia akan
dimintai pertanggungjawaban atas apa yang diperbuatnya kelak di hari akhir. Hal ini
disebutkan dalam firman Allah SWT Surat Albaqarah ayat 30 yang bunyinya :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanyas dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”(QS Al Baqarah :30)

Dengan demikian, hakikat penciptaan manusia selayaknya membuat kita sadar bahwa sebagai
manusia kita diciptakan untuk menyembah dan melakukan kewajiban kita di dunia sebagai
khalifah.

2.5 Tujuan Hidup Manusia

Manusia lahir ke dunia ini bukan atas kehendak sendiri, melainkan karena iradah (kehendak)
Allah swt. Manusia secara alamiah pasti ingin melanjutkan hidup. Tetapi, dalam usaha-usaha
melanjutkan hidup itu, ia akan menghadapi tantangan-tantangan yang acapkali merupakan
bahaya misalnya dalam bentuk bencana alam, dalam bentuk penyakit, ataupun dalam bentuk
maut.Terhadap hal-hal ini, manusia kerap merasa dirinya lemah dan ingin mencari tempat
berlindung dan tempat meminta tolong untuk kesejahteraan dan keselamatan diri. Dalam hal
ini manusia lantas berpaling pada agama. Agamalah yang dianggap dapat memberi petunjuk
dan jalan yang harus ditempuh untuk keselamatan dirinya itu (Harun Nasution, 1995: 80).

Bagi orang yang tidak mau mengenal atau membenci agama (seperti orang-orang ateis),
tujuan hidup di dunia ini baginya adalah misteri, sesuatu yang tidak jelas, baik arah maupun
wujudnya, sehingga akhirnya dia mengalami kehidupan yang sesat. Sigmund Freud, seorang
psikoanalisis yang ateis mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah kematian (di dunia
ini).

Agar manusia hidupnya tidak sesat, maka agama memberikan petunjuk kepada manusia,
tentang apa sebenarnya tujuan hidup di dunia ini. Dalam hal ini, Islam menjelaskan bahwa
tujuan hidup manusia di dunia ini, tiada lain adalah “mardhaatillah” (ridha Allah, dicintai
Allah).

Untuk mencapai tujuan hidup menurut Islam ini adalah dengan bertakwa, atau beriman dan
beramal shalih (beribadah kepada Allah), seperti tercantum dalam firman Allah swt dalam al-
Quran (98: 7-8) yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka
ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”.Dalam konteks
hubungan dengan Rabb-nya, manusia adalah hamba Allah. Sedangkan dalam konteks
hubungan dengan alam semesta (kaun) ia adalah khalifah. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa tujuan hidup dalam Islam bagi manusia adalah menunaikan penghambaan dan
pengabdian (dalam makna yang luas) kepada Allah Ta'ala.

Sedangkan perannya di muka bumi adalah sebagai khalifah (pemimpin) di alam semesta ini.
Dalam pandangan Islam manusia adalah makhluk yang istimewa, makhluk yang sangat
dimuliakan. Allah telah mengistimewakan, memuliakan dan mengutamakan manusia di atas
makhluk makhluk-Nya yang lain.
2.6 Tanggung Jawab Manusia

Secara garis besar, peran dan tanggungjawab manusia dapat dibagi kepada tiga
peran utama. Pertama, Manusia sebagai hamba Allah SWT. Barometer peran ini
adalah Tauhid. Kedua, Manusia sebagai makhluk sosial. Barometer peran ini adalah
sikap egalitarianisme, tolong menolong, dan toleransi. Ketiga, peran sebagai khalifah
fil-ardl yang merupakan pengejawantahan dari peran profetik manusia. Untuk
menjalankan kedua peran di atas bukanlah hal yang mudah. Untuk itu Allah
membekali manusia dengan potensi. Dengan bekal potensi itu manusia bersedia
menerima amanat tersebut, sehingga memungkin-kannya mampu mengemban amanat
itu. Lebih jaun lagi, potensi yang dimaksud bukan saja potensi untuk dapat
menunaikan amanat tersebut, tetapi potensi yang dapat menunaikan amanat dengan
baik dan bertanggungjawab. Potensi itu diwujudkan melalui pemahaman serta
penguasaan terhadap hukum-hukum kebenaran yang terkandung dalam ciptaan-Nya,
kemudian menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa untuk membentuk
wujud baru dalam alam kebudayaan untuk kemaslahatan umat manusia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada penciptaan manusia, mengenai dengan sejumlah rumusan yang berbeda-beda
menyangkut penciptaan manusia didalam Al-Qur’an. Ada ayat yang menyatakan bahwa
manusia diciptakan dari tanah liat, tembikar, saripati tanah, saripati air yang hina, air yang
tertumpah dan mani yang terpancar. Tetapi hal tersebut dapat di jelaskan mengenai proses
penciptaan manusia dalam kitab Al-Qur’an sebagaimana yang tertera dalam surat Al-
Mu’minun ayat 12-14 yang menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut jelas terlihat bagaimana
proses penciptaan manusia dimulai dari tahap sulalah (saripati makanan) kemudian nutfah
(sperma) lalu terjadi konsepsi (pembuahan) dan masuk kedalam rahim (menjadi embrio)
kemudian berkembang membentuk ‘alaqah kemudian berproses menjadi mudhghah, ‘izaman
(tumbuh tulang belulangnya) kemudian tulang-tulang itu dibungkus dengan daging.Setelah
terbentuk manusia yang utuh, kemudian Allah SWT meniupkan (nafakha) kepadanya ruh nya
kemudian jadilah ia makhluk yang unik (khalqan Akhar). Disebut demikian karena manusia
memiliki substansi psikis yang berasal dari substansi tuhan sama sekali

3.2 Saran

Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, besar harapan penulis para pembaca
mendapattambahan pengetahuan mengenai konsep manusia dalam Islam dan dapat
mengaplikasikannyadalam kehidupan sehari-hari agar dapat menjadi seorang manusia yang
bersyukur akan anugerahyang diberikan oleh Alloh SWT. Demikian makalah yang dapat
kami paparkan tentang hukumsyar’i, semoga bermanfa’at bagi pembaca pada umumnya dan
pada kami pada khususnya. Dantentunya makalah ini tidak lepas dari kekurangan,
untuk itu saran dan kritik yang bersifatkonstruktif sangat kami butuhkan, guna
memperbaiki makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009)
Akmal Ridho Gunawan Hasibuan, Menyinari Kehidupan dengan Cahaya Al-Qur’an, (PT
Elex Media Komputindo, Jakarta: 2018)
Made Marthana Yusa, Sinergi Sains, Teknologi dan Seni dalam Proses Berkarya Kreatif di
Dunia Teknologi Informasi (STMIK STIKOM Indonesia, Denpasar: 2016).
Rosman Yunus, Bambang Haryanto, Choirul Abadi, Teori Darwin dalam Pandangan Sains
dan Islam, (Prestasi, Jakarta: 2006).
Rusyja Rustam, Zainal A. Harus, Buku Ajar Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi,
(CV Budi Utama, Yogyakarta: 2018)
Taufiqurrahman, Siti Musawwamah, Pendidikan Karakter Mahasiswa dalam Sistem
Pendidikan Tinggi Islam, (Duta Media Publishing, Pamekasan: 2017).

https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alfath/article/view/3253

https://www.liputan6.com/hot/read/4545569/4-tujuan-penciptaan-manusia-menurut-
islam-ketahui-keistimewaannya

Anda mungkin juga menyukai