Dosen Pengampu :
Di susun oleh :
Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. Atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “KONSEP HIDUP
MANUSIA’’ dapat kami selesaikan dengan baik. Kami selaku penulis berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini
dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui
media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pengampu kami,
Dosen Pak M. Asrorur Robbani, M.Pd.I dan serta teman-teman seperjuangan yang membantu
kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Allah Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi penulis , makalah ini diharapkan bisa menjadi referensi pembelajaran untuk
menambah pengetahuan dan wawasan tentang konsep hidup manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
طفَ ٍة ثُ َّم ِم ْن َعلَقَ ٍة ثُ َّم ِم ْن ُّمضْ َغ ٍة ُّمخَلَّقَ ٍة َّو َغي ِْر ْ ُّب ثُ َّم ِم ْن ن ِ ب ِّمنَ ْالبَ ْع
ٍ ث فَاِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن تُ َرا ٍ ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِ ْن ُك ْنتُ ْم فِ ْي َر ْي
ُمخَ لَّقَ ٍة لِّنُبَيِّنَ لَ ُك ۗ ْم َونُقِرُّ فِى ااْل َرْ َح ِام َما نَ َش ۤا ُء اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى ثُ َّم نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفاًل ثُ َّم لِتَ ْبلُ ُغ ْٓوا اَ ُش َّد ُك ۚ ْم َو ِم ْن ُك ْم َّم ْن يُّت ََو ٰفّى
ٓ
ت ْ ض هَا ِم َدةً فَا ِ َذٓا اَ ْن َز ْلنَا َعلَ ْيهَا ْال َم ۤا َء ا ْهتَ َّز َ َْو ِم ْن ُك ْم َّم ْن يُّ َر ُّد اِ ٰلى اَرْ َذ ِل ْال ُع ُم ِر لِ َك ْياَل يَ ْعلَ َم ِم ۢ ْن بَ ْع ِد ِع ْل ٍم َش ْيـ ًۗٔا َوتَ َرى ااْل َر
ْج
ٍ ج بَ ِهي ٍ ۢ َْت ِم ْن ُك ِّل زَ و ْ ت َواَ ۢ ْنبَتْ ََو َرب
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal
(kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun
demikian kamu masih meragukannya”.
surat al-‘Araf: 12
“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan
manusia dari tanah”.
surat ash-Shaffat: 11
ٍ فَا ْستَ ْفتِ ِه ْم اَهُ ْم اَ َش ُّد َخ ْلقًا اَ ْم َّم ْن خَ لَ ْقنَا ۗاِنَّا َخلَ ْق ٰنهُ ْم ِّم ْن ِط ْي ٍن اَّل ِز
ب
“Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): ‘Apakah mereka yang lebih
kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?’ Sesungguhnya Kami
telah menciptakan mereka dari tanah liat”.
surat Shad: 71 dan 76
ۤ
ٌ ۢ ِك لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة اِنِّ ْي خَ ال
ق بَ َشرًا ِّم ْن ِط ْي ٍن َ ُّاِ ْذ قَا َل َرب
“(Iblis) berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api,
sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
3)Penciptaan manusia dari shalshal
Shalshal adalah tembikar kering yang berongga yang dibuat dari tanah. Sehingga
mengeluarkan bunyi bila ditiup atau diayunkan. Benda itu menurut Al-Qur’an dibuat
dari hama’ yaitu tanah liat yang sedikit berbau. Tanah itu dibentuk (Masnun) menjadi
shalshal tersebut. Kata tersebut diulang tiga kali didalam Al-Qur’an.
surat al-Hijr: 26, 28 dan 33
َ ص ْل
صا ٍل ِّم ْن َح َما ٍ َّم ْسنُوْ ۚ ٍن َ َولَقَ ْد خَ لَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari
lumpur hitam yang diberi bentuk”.
ۤ
َ ص ْل
صا ٍل ِّم ْن َح َما ٍ َّم ْسنُوْ ۚ ٍن ٌۢ ِال َربُّكَ لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة اِنِّ ْي خَ ال
َ ق بَ َشرًا ِّم ْن َ ََواِ ْذ ق
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh, Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang
diberi bentuk”.
َ ص ْل
صا ٍل ِّم ْن َح َما ٍ َّم ْسنُوْ ٍن َ قَا َل لَ ْم اَ ُك ْن اِّل َ ْس ُج َد لِبَ َش ٍر َخلَ ْقتَهٗ ِم ْن
“Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau
telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”
Isyarat tentang proses penciptaan manusia melalui satu tahapan ‘alaqah lebih jauh
dijabarkan dalam Q.S Al-Mu’minun ayat 12-14: [ Agus Haryo Sudarmojo,
Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009) Hlm. 161]
ًطفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغة ْ ُّار َّم ِك ْي ٍن ۖ ثُ َّم خَ لَ ْقنَا الن
ٍ طفَةً فِ ْي قَ َر ْ َُولَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن س ُٰللَ ٍة ِّم ْن ِط ْي ٍن ۚ ثُ َّم َج َع ْل ٰنهُ ن
َك هّٰللا ُ اَحْ َسنُ ْالخَالِقِ ْي ۗن
َ فَ َخلَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِع ٰظ ًما فَ َك َسوْ نَا ْال ِع ٰظ َم لَحْ ًما ثُ َّم اَ ْن َشْأ ٰنهُ خَ ْلقًا ٰاخَ ۗ َر فَتَبَا َر
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh
(rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu
yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah,
Pencipta yang paling baik”.
Dalam ayat diatas jelas terlihat bagaimana proses penciptaan manusia dimulai dari
tahap sulalah (saripati makanan) kemudian nutfah (sperma) lalu terjadi konsepsi
(pembuahan) dan masuk kedalam rahim (menjadi embrio) kemudian berkembang
membentuk ‘alaqah kemudian berproses menjadi mudhghah, ‘izaman (tumbuh tulang
belulangnya) kemudian tulang-tulang itu dibungkus dengan daging.
Setelah terbentuk manusia yang utuh, kemudian Allah SWT meniupkan (nafakha)
kepadanya ruh nya kemudian jadilah ia makhluk yang unik (khalqan Akhar). Disebut
demikian karena manusia memiliki substansi psikis yang berasal dari substansi tuhan
sama sekali tidak dimiliki makhluk-makhluk lain.
Al-Qur’an menggunakan beberapa istilah dalam penyebutan manusia yaitu meliputi
al-basyar, al-Ins, al-Insan, an-Nas, al-Unas, Bani Adam, an-Nafs, al-Anfus dan an-
Nufus.
a)Al-basyar
Secara bahasa, berarti fisik manusia. Makna ini disimpulkan dari berbagai uraian
tentang al-basyar. Menurut Abu al-Husain Ahmad Ibnu Faris Ibn Zakariya dalam
Mu’jam al-Maqayis fi al-Lugah. Ia menjelaskan bahwa semua kata yang huruf-huruf
asalnya terdiri dari ba, syin dan ra’ berarti sesuatu yang tampak jelas dan biasanya
cantik dan indah. Dengan demikian, bahwa manusia yang dijelaskan oleh al-basyar
menekankan pada gejala umum yang melekat pada fisik manusia yang secara umum
relatif sama antara semua manusia. [ Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras
Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009) Hlm. 151-158.]
Allah Swt, memakai konsep al-basyar dalam Al-Qur’an sebanyak 37 kali. Salah
satunya dalam surat al-Kahfi ayat 110.
َ ي اَنَّ َمٓا ِا ٰلهُ ُك ْم اِ ٰلهٌ وَّا ِح ۚ ٌد فَ َم ْن َكانَ يَرْ جُوْ ا لِقَ ۤا َء َرب ِّٖه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل
صالِحًا َّواَل يُ ْش ِر ْك َّ َقُلْ ِانَّ َمٓا اَن َ۠ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم يُوْ ٰ ٓحى اِل
بِ ِعبَا َد ِة َرب ٖ ِّٓه اَ َحدًا
َاس فِ ْي ٰه َذا ْالقُرْ ٰا ِن ِم ْن ُك ِّل َمثَ ٍل لَّ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُوْ ۚن
ِ َّض َر ْبنَا لِلن
َ َولَقَ ْد
Dan sungguh, telah Kami buatkan dalam Al-Qur’an ini segala macam perumpamaan
bagi manusia agar mereka mendapatkan pelajaran.
Konsep an-Nas merujuk pada manusia sebagai makhluk sosial atau secara kolektif.
Dengan demikian, dalam hubungannya dengan penjelasan tentang manusia, dapat
dipahami bahwa manusia adalah makhluk yang berkelompok dan ia akan selalu
membentuk kelompoknya sesuai dengan ciri-ciri dan persamaannya. Seperti
persamaan biologis, kebutuhan, kepentingan, suku, bangsa dan lainnya. Memang
dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan Kelompok. Mulai
dari kelompok, suku, etnis, wilayah, sosial politik, agama dan sebagainya.[ Agus
Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009)
Hlm. 160.]
c)Bani Adam
Secara bahasa, Bani adalah bentuk jamak dari kata ibnun yang berarti anak. Bentuk
dasarnya adalah banun atau banin. Tetapi karena berada pada posisi muaf
(diterangkan), huruf wawu dan nun pada kata banun tersebut harus dihilangkan.
Sehingga menjadi kata bani.
Penggunaan kata bani Adam dalam konteks ini sangat tepat bahwa semua manusia
tanpa kecuali telah diberi bekal potensial fitrah keagamaan yaitu mengesakan tuhan.
Manusia juga adalah makhluk yang diberikan kelebihan yang dapat menguasai
daratan dan lautan. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Isra: 70.
ِ ت َوفَض َّْل ٰنهُ ْم ع َٰلى َكثِي ٍْر ِّم َّم ْن خَ لَ ْقنَا تَ ْف
ض ْياًل ِ َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِ ْٓي ٰا َد َم َو َح َم ْل ٰنهُ ْم فِى ْالبَ ِّر َو ْالبَحْ ِر َو َرزَ ْق ٰنهُ ْم ِّمنَ الطَّيِّ ٰب
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-cucu Adam, dan Kami angkut mereka di
darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang
sempurna”.
Dari keseluruhan ayat yang menggunakan kata bani Adam dapat dipahami
bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kelebihan dan keistimewaan
dibanding makhluk lainnya. Keistimewaan itu meliputi fitrah keagamaan, peradaban,
dan kemampuan memanfaatkan alam.
Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang berada dalam relasi (Habl), dengan
Tuhan (Habl min Allah), relasi dengan sesama manusia (Habl min An-Nas) dan relasi
dengan alam ( Habl min alam).[ Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras
Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009). Hlm. 164-165.]
2.2 Proses Penciptaan Manusia
Kata sains dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan
yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian dan uji coba yang mengarah
pada ketentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki dan
dipelajari. Secara bahasa, ilm berasal dari Bahasa Arab yang artinya
memahami, mengerti atau mengetahui. Kata sains berasal dari kata scientia
yang berarti sama dengan ilmu yaitu pengetahuan. Ilmu itu tidak hanya
sebuah pengetahuan tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan
teori yang disepakati.
Menurut sains, bahwa proses terciptanya manusia terjadi dalam tiga
fase, yaitu fase zigot yaitu sejak konsepsi hingga akhir minggu kedua, fase
embrio yaitu akhir minggu kedua hingga akhir bulan kedua dan fase janin
yaitu akhir bulan kedua hingga kelahiran. Pada usia 120 hari sekitar minggu
ke 18 janin sudah bisa mendengar dan terkejut apabila mendengarkan suara
yang keras. Mata bayi berkembang, ia mengetahui adanya cahaya.
a.Penciptaan makhluk dari air
Dalam Al-Qur‟an ada salah satu surah yang mengindikasi peran
air dalam penciptaan makhluk, salah satunya:
Ayat tersebut berkaitan dengan penciptaan manusia dan makhluk
lainnya memperlihatkan bahwa salah satu penciptaan makhluk hidup dari air.
Air adalah segalanya, sebagai contoh protoplasma merupakan materi fluida
yang mengisi bagian dalam sel. Itu merupakan substansi dasar dari semua
makhluk untuk dapat hidup. Ada 80% dari protoplasma adalah air dan
berfungsi sebagai penunjang kehidupan sangat tergantung pada adanya air.
Air adalah komponen utama supaya makhluk hidup dapat
melanjutkan kehidupannya. Semua makhluk hidup memerlukan air untuk
dapat bertahan hidup. Pada tahun 1640 an peneliti bernama Jan Baptista van
Helmont menemukan bahwa kandungan air didalam tanah adalah elemen
terpenting bagi kehidupan tumbuhan. Peran air sangat besar dalam komposisi
material di bumi. Sekitar 72% permukaan bumi masih ditutupi air.
b.Penciptaan makhluk dari tanah liat
Dalam penciptaan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia.
Ada beberapa ayat Al-Qur‟an yang menyatakan pentingnya tanah liat.
Diantaranya dalam Q.S. al-An‟am ayat 2:
Secara garis besar, peran dan tanggungjawab manusia dapat dibagi kepada tiga
peran utama. Pertama, Manusia sebagai hamba Allah SWT. Barometer peran ini
adalah Tauhid. Kedua, Manusia sebagai makhluk sosial. Barometer peran ini adalah
sikap egalitarianisme, tolong menolong, dan toleransi. Ketiga, peran sebagai khalifah
fil-ardl yang merupakan pengejawantahan dari peran profetik manusia. Untuk
menjalankan kedua peran di atas bukanlah hal yang mudah. Untuk itu Allah
membekali manusia dengan potensi. Dengan bekal potensi itu manusia bersedia
menerima amanat tersebut, sehingga memungkin-kannya mampu mengemban amanat
itu. Lebih jaun lagi, potensi yang dimaksud bukan saja potensi untuk dapat
menunaikan amanat tersebut, tetapi potensi yang dapat menunaikan amanat dengan
baik dan bertanggungjawab. Potensi itu diwujudkan melalui pemahaman serta
penguasaan terhadap hukum-hukum kebenaran yang terkandung dalam ciptaan-Nya,
kemudian menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa untuk membentuk
wujud baru dalam alam kebudayaan untuk kemaslahatan umat manusia.
2.4 Hakikat Penciptaan Manusia
Allah menciptakan manusia dengan dua unsur yakni jasmani dan rohani. Unsur jasmani
Adalah tubuh atau jasad manusia yang tersusun atas organ dan sistem organ. Unsur yang
kedua yakni unsur ruh atau jiwa. Kedua unsur ini berkaitan satu sama lain dan apabila kedua
unsur tersebut berpisah maka manusia disebut mati sehingga tidak lagi dapat disebut sebagai
manusia. Adapun hakikat manusia menurut islam berdasarkan substansi penciptaan adalah
sebagai berikut mengenai hakikat penciptaan manusia :
Allah menciptakan manusia dengan kesempurnaan dan keunikan . hal ini dilihat dari segala
hal yang menyangkut fisik dan jiwa seorang manusia. Ia berbeda dengan makhluk lainnya
dan bahkan Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam AS karena akal dan
pengetahuan yang dianugerahkan kepadanya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
At Tin berikut ini
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS At
tin : 4)
Sejak awal penciptaannya, manusia pertama yakni Adam As telah mengakui Allah sebagai
Tuhannya dan hal tersebut mendorong manusia untuk senantiasa beriman kepada Allah SWT.
Penciptaan manusia juga memiliki hakikat bahwa Allah menciptakan agama islam sebagai
pedoman hidup yang harus dijalani oleh manusia selama hidupnya. Seluruh ajaran islam
adalah diperuntukkan untuk manusia dan oleh karena itu manusia wajib beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa yakni Allah SWT.(baca fungsi iman kepada Allah
SWT)
Adapun Allah menciptakan manusia untuk mengabdi dan menjadi hamba yang senantiasa
beribadah dan menyembah Allah SWT sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.”(QS Adz zariyat : 56)
Ibadah yang semestinya dilakukan manusia terdiri dari dua golongan yakni ibadah yang
bersifat khusus dan ibadah yang bersifat umum. Ibadah yang sifatnya khusus antara lain
ibadah sholat wajib, puasa (baca puasa ramadhan dan puasa ramadhan dan fadhilahnya),
zakat, (baca penerima zakat dan syarat penerima zakat), haji (baca syarat wajib haji) dan
sebagainya. Sedangkan ibadah yang bersifat umum adalah seperti melakukan amal saleh yang
tidak hanya bermanfaat bagi dirinya akan tetapi bermanfaat juga untuk orang lain dan
dilandasi niat yang ikhlas dan bertujuan hanya mencari keridhaan Allah semata seperti
bersedekah (baca keutamaan bersedekah), menyambung tali silaturahmi (baca keutamaan
menyambung tali silaturahmi), menikah (baca hukum pernikahan dan rukun nikah) dan
sebagainya.
Kata Khalifah berasal dari bahasa arab yakni khalafa atau khalifatan yang artinya
meneruskan, sehingga kata khalifah yang dimaksud adalah penerus agama islam dan ajaran
dari Allah SWT. Sebagai manusia yang berperan sebagai khalifah maka manusia wajib
menjalankan tugasnya untuk senantiasa menjaga bumi dan makhluk lainnya dan ia akan
dimintai pertanggungjawaban atas apa yang diperbuatnya kelak di hari akhir. Hal ini
disebutkan dalam firman Allah SWT Surat Albaqarah ayat 30 yang bunyinya :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanyas dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”(QS Al Baqarah :30)
Dengan demikian, hakikat penciptaan manusia selayaknya membuat kita sadar bahwa sebagai
manusia kita diciptakan untuk menyembah dan melakukan kewajiban kita di dunia sebagai
khalifah.
Manusia lahir ke dunia ini bukan atas kehendak sendiri, melainkan karena iradah (kehendak)
Allah swt. Manusia secara alamiah pasti ingin melanjutkan hidup. Tetapi, dalam usaha-usaha
melanjutkan hidup itu, ia akan menghadapi tantangan-tantangan yang acapkali merupakan
bahaya misalnya dalam bentuk bencana alam, dalam bentuk penyakit, ataupun dalam bentuk
maut.Terhadap hal-hal ini, manusia kerap merasa dirinya lemah dan ingin mencari tempat
berlindung dan tempat meminta tolong untuk kesejahteraan dan keselamatan diri. Dalam hal
ini manusia lantas berpaling pada agama. Agamalah yang dianggap dapat memberi petunjuk
dan jalan yang harus ditempuh untuk keselamatan dirinya itu (Harun Nasution, 1995: 80).
Bagi orang yang tidak mau mengenal atau membenci agama (seperti orang-orang ateis),
tujuan hidup di dunia ini baginya adalah misteri, sesuatu yang tidak jelas, baik arah maupun
wujudnya, sehingga akhirnya dia mengalami kehidupan yang sesat. Sigmund Freud, seorang
psikoanalisis yang ateis mengatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah kematian (di dunia
ini).
Agar manusia hidupnya tidak sesat, maka agama memberikan petunjuk kepada manusia,
tentang apa sebenarnya tujuan hidup di dunia ini. Dalam hal ini, Islam menjelaskan bahwa
tujuan hidup manusia di dunia ini, tiada lain adalah “mardhaatillah” (ridha Allah, dicintai
Allah).
Untuk mencapai tujuan hidup menurut Islam ini adalah dengan bertakwa, atau beriman dan
beramal shalih (beribadah kepada Allah), seperti tercantum dalam firman Allah swt dalam al-
Quran (98: 7-8) yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka
ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”.Dalam konteks
hubungan dengan Rabb-nya, manusia adalah hamba Allah. Sedangkan dalam konteks
hubungan dengan alam semesta (kaun) ia adalah khalifah. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa tujuan hidup dalam Islam bagi manusia adalah menunaikan penghambaan dan
pengabdian (dalam makna yang luas) kepada Allah Ta'ala.
Sedangkan perannya di muka bumi adalah sebagai khalifah (pemimpin) di alam semesta ini.
Dalam pandangan Islam manusia adalah makhluk yang istimewa, makhluk yang sangat
dimuliakan. Allah telah mengistimewakan, memuliakan dan mengutamakan manusia di atas
makhluk makhluk-Nya yang lain.
2.6 Tanggung Jawab Manusia
Secara garis besar, peran dan tanggungjawab manusia dapat dibagi kepada tiga
peran utama. Pertama, Manusia sebagai hamba Allah SWT. Barometer peran ini
adalah Tauhid. Kedua, Manusia sebagai makhluk sosial. Barometer peran ini adalah
sikap egalitarianisme, tolong menolong, dan toleransi. Ketiga, peran sebagai khalifah
fil-ardl yang merupakan pengejawantahan dari peran profetik manusia. Untuk
menjalankan kedua peran di atas bukanlah hal yang mudah. Untuk itu Allah
membekali manusia dengan potensi. Dengan bekal potensi itu manusia bersedia
menerima amanat tersebut, sehingga memungkin-kannya mampu mengemban amanat
itu. Lebih jaun lagi, potensi yang dimaksud bukan saja potensi untuk dapat
menunaikan amanat tersebut, tetapi potensi yang dapat menunaikan amanat dengan
baik dan bertanggungjawab. Potensi itu diwujudkan melalui pemahaman serta
penguasaan terhadap hukum-hukum kebenaran yang terkandung dalam ciptaan-Nya,
kemudian menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa untuk membentuk
wujud baru dalam alam kebudayaan untuk kemaslahatan umat manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada penciptaan manusia, mengenai dengan sejumlah rumusan yang berbeda-beda
menyangkut penciptaan manusia didalam Al-Qur’an. Ada ayat yang menyatakan bahwa
manusia diciptakan dari tanah liat, tembikar, saripati tanah, saripati air yang hina, air yang
tertumpah dan mani yang terpancar. Tetapi hal tersebut dapat di jelaskan mengenai proses
penciptaan manusia dalam kitab Al-Qur’an sebagaimana yang tertera dalam surat Al-
Mu’minun ayat 12-14 yang menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut jelas terlihat bagaimana
proses penciptaan manusia dimulai dari tahap sulalah (saripati makanan) kemudian nutfah
(sperma) lalu terjadi konsepsi (pembuahan) dan masuk kedalam rahim (menjadi embrio)
kemudian berkembang membentuk ‘alaqah kemudian berproses menjadi mudhghah, ‘izaman
(tumbuh tulang belulangnya) kemudian tulang-tulang itu dibungkus dengan daging.Setelah
terbentuk manusia yang utuh, kemudian Allah SWT meniupkan (nafakha) kepadanya ruh nya
kemudian jadilah ia makhluk yang unik (khalqan Akhar). Disebut demikian karena manusia
memiliki substansi psikis yang berasal dari substansi tuhan sama sekali
3.2 Saran
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, besar harapan penulis para pembaca
mendapattambahan pengetahuan mengenai konsep manusia dalam Islam dan dapat
mengaplikasikannyadalam kehidupan sehari-hari agar dapat menjadi seorang manusia yang
bersyukur akan anugerahyang diberikan oleh Alloh SWT. Demikian makalah yang dapat
kami paparkan tentang hukumsyar’i, semoga bermanfa’at bagi pembaca pada umumnya dan
pada kami pada khususnya. Dantentunya makalah ini tidak lepas dari kekurangan,
untuk itu saran dan kritik yang bersifatkonstruktif sangat kami butuhkan, guna
memperbaiki makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009)
Akmal Ridho Gunawan Hasibuan, Menyinari Kehidupan dengan Cahaya Al-Qur’an, (PT
Elex Media Komputindo, Jakarta: 2018)
Made Marthana Yusa, Sinergi Sains, Teknologi dan Seni dalam Proses Berkarya Kreatif di
Dunia Teknologi Informasi (STMIK STIKOM Indonesia, Denpasar: 2016).
Rosman Yunus, Bambang Haryanto, Choirul Abadi, Teori Darwin dalam Pandangan Sains
dan Islam, (Prestasi, Jakarta: 2006).
Rusyja Rustam, Zainal A. Harus, Buku Ajar Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi,
(CV Budi Utama, Yogyakarta: 2018)
Taufiqurrahman, Siti Musawwamah, Pendidikan Karakter Mahasiswa dalam Sistem
Pendidikan Tinggi Islam, (Duta Media Publishing, Pamekasan: 2017).
https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alfath/article/view/3253
https://www.liputan6.com/hot/read/4545569/4-tujuan-penciptaan-manusia-menurut-
islam-ketahui-keistimewaannya