Anda di halaman 1dari 16

TAFSIR SURAT AL-BURU<J

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Tafsir Maudhu’iy-2

Disusun Oleh :
Khurin’in (E93217068)
Sitty Lailanie Abroriyah (E93217094)

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. M. Roem Rowi, MA.

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL
SURABAYA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Alquran adalah Kalamullah yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad


saw., melalui perantara malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umatnya secara
muttawatir. Alquran sebagai pedoman bagi kehidupan manusia di dunia agar mencapai
kehidupan dunia dan akhirat dengan bahagia. Banyak sekali petunjuk Allah yang
terdapat dalam Alquran, oleh karena itu hendaknya manusia mengamalkan dan
memahami apa isi yang terkandung dalam Alquran. Salah satu petunjuk Allah yang
terdapat dalam Alquran adalah menjelaskan manusia tentang potensi-potensi untuk
menghadapi segala kesulitan sejak lahir sampai dengan meninggal dunia. Oleh karena
itu manusia seharusnya menguatkan dan menekankan aqidah dengan baik dan benar
mengenai terjadinya hari Kiamat seperti halnya yang terkandung dalam Surah al-Buruj.
Suraj ini memiliki beberapa sub tema penting yang baik untuk dibahas dan dikaji lebih
dalam lagi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat dan Terjemahan


َ ْ ُ ْ َ َّ ‫ َو َش‬٢ ‫ َو ْال َي ْوم ْال َم ْو ُع ْو‬١ ‫الس َماۤء َذات الْ ُب ُر ْوج‬
‫ات‬
َ َّ ْ ُ ْ ُْ ُ ٰ ْ َ ُ َّ ‫َو‬
ِ ‫ الن ِار ذ‬٤ ِ‫ ق ِتل اصحب الاخدود‬٣ ٍٍۗ‫اه ٍد ومشهود‬ِ ِ‫د‬ ِ ِ ِ ِ

ُ ْ ْ َ َّ ْ ََ ُ َ ْ ْ َ ُ َ ْ ٰ َ ُ ُ ُ ََ ُ ْ ُ ْ
‫ َو َما نق ُم ْوا ِمن ُه ْم ِال ٓا ان يؤ ِمن ْوا‬٧ ٍۗ‫ َّوه ْم على َما َيفعل ْون ِبال ُمؤمِ ِن ْين ش ُه ْود‬٦ ‫ ِاذ ه ْم عل ْي َها قع ْود‬٥ ِ‫ال َوق ْود‬

ُ َ َ َ ْ َّ َّ َ َ ُ ٰ َ ُ‫َ ه‬ َْ ُ ْ ُ ٗ َ ْ َّ َْ ْ َ ْ ‫ه‬
‫ ِان ال ِذين فتنوا‬٩ ٍۗ‫اّٰلل على ك ِل ش ْي ٍء ش ِه ْيد‬ ‫الس ٰم ٰو ِت َوالا ْر ِضٍۗو‬
َّ ‫ك‬ ‫ ال ِذي له مل‬٨ ‫ز ِز الح ِم ْي ِد‬
‫اّٰلل الع ِ ي‬
ِ ‫ِب‬

ُ َ ُ ٰ َ ْ َّ َّ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ َ َ ُ َ َ ْ ُ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َُّ ٰ ْ ُ ْ َ َ ْ ْ ُ ْ
‫ ِان ال ِذين ا َمن ْوا َوع ِملوا‬١٠ ٍۗ‫اب الح ِر ْي ِق‬ ‫المؤمِ ِنين والمؤمِ ن ِت ثم لم يتوبوا فلهم عذاب جهنم ولهم عذ‬

َ‫ اَّن ٗه ُهو‬١٢ ٍۗ‫ك َل َشد ْيد‬


َ َ َ ْ َ َّ َ ْ ُ ْ َْ َ ٰ َْْ َْ ْ َ ‫َ ه‬ َ ٰ ‫ه‬
ِ ِ ‫ ِان بطش ر ِب‬١١ ٍۗ‫الص ِلح ِت ل ُه ْم جنت تج ِر ْي ِم ْن تح ِت َها الان ٰه ُر ەٍۗ ذ ِلك الفوز الك ِبير‬
ُ ْ

ُ َ َ َٰ ْ َ ُ َ ََّ ُ ْ َْ ُ ُ ُ ْ ُ َْ ُ ُ ُ
‫ هل اتىك ح ِد ْيث‬١٦ ٍۗ‫ فعال ِلما ُي ِر ْيد‬١٥ ‫ ذو الع ْر ِش ال َم ِج ْيد‬١٤ ‫ َوه َو الغف ْو ُر ال َود ْود‬١٣ ُۚ‫ُي ْب ِدئ َو ُي ِع ْيد‬

ٰ ُ ُ ْ َ َّ ْ
‫ َبل ه َو ق ْران‬٢٠ ُۚ‫م ْيط‬ ْ ُ ‫ َّو ه‬١٩ ‫ َبل الذيْ َن ك َف ُر ْوا ف ْي َت ْكذ ْيب‬١٨ ‫ ف ْر َع ْو َن َو َث ُم ْو َد‬١٧ ‫ال ُج ُن ْو‬
ِ‫اّٰلل ِمن َّو َراۤى ِِٕه ْم ح‬ ٍ ِ ِ ِ ِ ٍۗ ِ ِ‫د‬

ُ ْ َّ َ َّ
٢٢ ࣖ ‫ ِف ْي ل ْو ٍح محف ْو ٍظ‬٢١ ‫ِمج ْيد‬

“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,” (1) “Dan demi hari yang dijanjikan.
(2) Demi yang menyaksikan dan yang disaksikan.” (3) “Binasalah orang-orang yang membuat
parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman),” (4) “Yang berapi (yang mempunyai) kayu
bakar,” (5) “Ketika mereka duduk di sekitarnya,” (6) “Sedang mereka menyaksikan apa yang
mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin,” (7) “Dan mereka menyiksa orang-orang
mukmin itu hanya karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa,
Maha Terpuji,” (8) “Yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan
segala sesuatu.” (9) “Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh,
menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat,
maka mereka akan mendapat azab Jahanam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang
membakar.” (10) “Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka
akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, itulah kemenangan yang
agung.” (11) “Sungguh, azab Tuhanmu sangat keras.” (12) “Sungguh, Dialah yang memulai
pen-ciptaan (makhluk) dan yang menghidupkannya (kembali).” (13) “Dan Dialah Yang Maha
Pengampun, Maha Pengasih,” (14) “Yang memiliki ‘Arsy, lagi Mahamulia,” (15) “Mahakuasa
berbuat apa yang Dia kehendaki.” (16) “Sudahkah sampai kepadamu berita tentang bala tentara
(penentang),” (17) “(yaitu) Fir‘aun dan Samud?” (18) “Memang orang-orang kafir (selalu)
mendustakan,” (19) “Padahal Allah mengepung dari belakang mereka (sehingga tidak dapat
lolos).” (20) “Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Qur'an yang mulia,” (21) “Yang
(tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfudz).” (22)

B. Pengantar Umum Surat


Para Ulama tafsir berpendapat bahwa surah al-Buru>j termasuk dalam kategori
surah Makkiyah, yaitu surah yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Kota
Madinah. Surah ini diturunkan setelah surah Asy-Syams.1 Surah ini memaparkan
beberapa hakikat aqidah dan kaidah-kaidah tashawwur ‘imani yakni cara pandang yang
berdasarkan iman. Hampir setiap ayat, kata, membuka lubang jendela terhadap suatu
alam yang sangat luas jangkaunnya yang membahas tentang suatu hakikat.
Surah al-Buru>j merupakan surah yang ke-85 dalam Alquran sesuai dengan
urutan mushaf Utsmani. Dan surah ke-27 dalam perurutan pewahyuan. Surah ini terdiri
atas 22 ayat dan dinamakan al-Buru>j yang berarti Gugusan Bintang karena dimulai
dengan sumpah Allah dengan langit yang mempunyai gugusan bintang-bintang.2 Surah
ini berkenaan dengan bukti-bukti kekuasaan dan ke-Esaan Allah yang ditunjukkan
kepada manusia tentang balasan orang-orang kafir yang dzalim akan menerima azab
dari Allah.
Adapun sebab turunnya surah ini adalah untuk menghibur Nabi SAW. dan para
sahabat dari gangguan orang-orang kafir dengan menjelaskan bahwa semua umat
terdahulu mengalami perlakuan dan kondisi seperti penduduk Mekkah. Seperti
Asha>bul Ukhdu>d di Najran Yaman, Fir’aun dan Tsamud. Seluruhh orang-orang kafir

1
Saiful Bahri, Tadabur Juz Amma (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2019), 98.
2
Adil Muhammad Khalil, Tadabur Al-Qur’an: Menyelami Makna Al-Qur’an dari Al-Fatihah Sampai
An-Nas (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 373.
sama dalam pendustaan. Maka dari itu, Allah akan membalas mereka karena mereka
berada dalam kekuasaan-Nya.3
C. Tema Surat Al-Buru>j
1. Tema Sentral
Tema sentral dari Surah al-Buru>j adalah uraian tentang kekuasaan Allah
serta ancaman kepada mereka yang menganiaya kaum beriman karena
keimanannya. Yaitu pada peristiwa Asha>bul Ukhdu>d. Topiknya adalah segolongan
orang beriman pada zaman dahulu sebelum Islam datang, golongan tersebut adalah
golongan Nashara yang bertauhid sebagaimana yang tercantum dalam surah al-
Buruj ayat 8. Mereka mendapat perlakuan sadis dari musuh-musuh mereka, yaitu
penguasa diktator yang sangat egois dan sangat jahat. Penguasa itu menghendaki
agar mereka yang beriman meninggalkan aqidahnya dan murtad dari agamanya,
tetapi mereka menolaknya dan tetap berpegang teguh pada aqidahnya.

2. Sub Tema Surat Al-Buru>j


Dalam tafsir al-Munir karya Wahbah az-Zuhaili, ayat dalam surah al-
Buru>j dikategorisasikan ke dalam tiga tema. Pertama, ayat 1-9 menjelaskan
tentang kisah Asha>bul Ukhdu>d. Kedua, ayat 10-11 menjelaskan tentang siksa bagi
orang-orang kafir dan pahala bagi kaum mukmin. Ketiga, ayat 12-22 menjelaskan
tentang kesempurnaan kekuasaan Allah untuk menguatkan janji, ancaman, dan
mengambil pelajaran dari penghancuran umat-umat kafir terdahulu.4
a) Kisah Asha>bul Ukhdu>d (Ayat 1-9)
Tafsir surah al-Buru>j ayat 1-9
ِ
ٍ ‫اه ٍد وم ْشه‬
(3) ‫ود‬ ِ ِ ِ َ‫السم ِاء ذ‬
‫( َو َش َ َ ر‬2) ‫( َوالْيَ ْوم ال َْم ْو رعود‬1) ‫وج‬
ِ ‫ات ال رُْبر‬ َ َّ ‫َو‬
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,” (1) “Dan demi hari yang
dijanjikan. (2) Demi yang menyaksikan dan yang disaksikan.” (3)

3
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir Aqidah, Syari’ah, Manhaj (Gema Insani, 2016), 455.
4
Ibid., 456.
Dari ayat tersebut disebutkan bahwasanya Allah bersumpah dengan
langit dan bintang-bintang di dalamnya. Yang artinya Allah menegaskan untuk
memperhatikan langit yang mempunyai bintang-bintang, alangkah besar, luas,
dan jauh entah sampai mana batasnya. Di sana terdapat bintang-bintang yang
berjuta-juta banyaknya.5 Pendapat yang masyhur adalah gugusan yang
berjumlah dua belas bintang yang masing-masing disebut rasi. Bumi dan benda-
benda langit lain akan melewati gugusan-gugusan itu setiap kali berputar
mengelilingi matahari. Adapun nama-nama gugusan bintang itu sebagaimanan
disebutkan dalam tafsir Al-Misbah adalah Aries, Taurus, Gemini, Kanser, Leo,
Virgo, Libra, Skorpio, Sagitarius, Kaprikronus, Akuarius, dan Pisces.6 Allah
bersumpah dengan itu semua bertujuan untuk mengagungkannya karena
perubahan-perubahan di bumi tegantung kepada bintang-bintang tersebut.
Karena dengan adanya bintang-bintang itulah muncul empat musim, serta
jumlah dan hitungan tahun.7

Kata al-buru>j (‫ )البروج‬merupakan bentuk jamak dari kata al-burj

(‫ )البرج‬yang berarti sesuatu yang nampak. Kata ini sering digunakan dalam arti
bangunan besar atau istana yang tinggi, karena nampak jelas dengan kebesaran
dan ketinggiannya. Benteng juga dinamai buruj karena merupakan bangunan
pertama yang terlihat sebelum memasuki kota. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa ayat ini bermaksud menggambarkan sesuatu yang agung.8
Pada ayat kedua dan ketiga, Allah juga bersumpah dengan hari kiamat
yang dijanjkan dengan orang yang bersaksi pada hari tersebut serta orang yang
di saksikan (dari kata syahadah yang berarti kesaksian). Dan yang dimaksud

5
Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 10, 7941.
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 15 (Jakarta:
Lentera Hati, 2005), 154.
7
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir…, 458.
8
Shihab, Tafsir Al-Mishbah…, 154.
kata asy-Sya>hid dalam ayat tersebut adalah seluruh makhluk yang ada pada hari
perhitungan. Sedangkan yang dimaksud al-Masyhu>d adalah hari itu sendiri.9
Tetapi dalam riwayat lain juga disebutkan, sebagaimana yang terdapat
dalam tafsir A-Azhar. Menurut suatu penafsiran yang dinukilkan oleh Imam
Ahmad dari Abu Hurairah, bahwa hari yang dijanjikan (al-Mau’ud) adalah hari
kiamat, syahid adalah hari Jumat, dan masyhud adalah hari wuquf di padang
Arafah. Menurut suatu tafsiran dari Ikrimah, bahwa yang dimaksud dengan
Syahid adalah Nabi Muhammad SAW. dan masyhud adalah hari Jumat.
Menurut suatu penafsiran pula dari Ibnu Abbas, Syahid adalah Allah sendiri
dan masyhud adalah hari kiamat. Ada pula yang menafsirkan syahid adalah
insan, masyhud adalah hari Jumat.10
Setelah Allah mengemukakan tiga sumpah yang begitu hebat, mulai dari
sumpah pertama tentang kebesaran langit dengan bintang-bintang burujnya,
kemudian sumpah kedua tentang hari yang dijanjkan, dan kemudian sumpah
ketiga tentang penyaksi dengan yang disaksikan, maka barulah pada ayat
selanjutnya masuk kepada apa yang Dia tuju dengan persumpahan itu:
ِ ‫ات الْوقر‬
(5)‫ود‬ ِ ‫َصحاب األ ْخ رد‬
ِ َ‫( النَّا ِر ذ‬4)‫ود‬ ِ
َ ‫قرت َل أ ْ َ ر‬
“Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di
Yaman),” (4) “Yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar,” (5)

Ayat ini merupakan jawab sumpah pada ayat sebelumnya. Yaitu


pemberitahuan atas orang-orang kafir agar jauh dari rahmat Allah. Maksudnya,
Allah mengutuk binasalah orang-orang yang telah sengaja menggali lubang
atau parit yang dalam (Asha>bul Ukhdu>d) yang mereka pergunakan untuk
membakar orang-orang yang bersiteguh mempertahankan imannya kepada
Allah. “Dari api yang menyala-nyala”. (ayat 5) Mereka menggali lubang lalu

9
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir…, 458.
10
Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 10, 7942.
mereka lemparkan orang-orang yang beriman kepada Allah ke dalam lubang
itu, lalu mereka membakar, sehingga api menyala-nyala.11
Sebagian besar ulama menyatakan bahwa mereka (Asha>bul Ukhdu>d)
adalah sekelompok kaum beriman pemeluk agama Nasrani yang hidup di
wilayah Najran, suatu lembah di perbatasan antara Saudi Arabia dan Yaman.
Peristiwa itu konon terjadi pada tahun 523 M. ada juga riwayat lain yang
menyatakan bahwa mereka adalah penduduk Habasyah (Ethiopia).12
ِ
َ ِ‫( َو ره ْم َعلَى َما يَ ْف َعلرو َن ِِبل رْم ْؤمن‬6) ‫إِ ْذ ره ْم َعلَْي َها قرعرود‬
(7) ‫ني رش رهود‬
“Ketika mereka duduk di sekitarnya,” (6) “Sedang mereka menyaksikan apa
yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin,” (7)

Mereka dilaknat ketika menyalakan api seraya duduk di atas kursi di


tepi parit. Orang-orang yang memuat parit tersebut, yaitu raja dan para
pengikutnya menyaksikan apa yang terjadi pada kaum muslim. Kehadiran
mereka dalam pembakaran tersebut merupakan dalil bahwa mereka adalah
kaum yang bengis yang penuh dengan kekufuran dan kebatilan. Hal ini juga
merupakan sebuah dalil bahwa kaum Mukminin lebih kuat dari gunung dalam
menjaga agama, keimanan, dan kebebasan berkeyakinan.13
Kemudian, pada ayat selanjutnya Allah menyebutkan sebab siksaan dan
pembakaran ini:
ِ َّ ‫ْك‬ ‫( الَّ ِذي لَهر رمل ر‬8) ‫يد‬ ِ
ِ ‫َّلل الْع ِزي ِز ا ْْل ِم‬ ِ ِ
ِ ‫األر‬
‫ض‬ ْ ‫الس َم َاوات َو‬ َ َ َّ ‫َوَما نَ َق رموا م ْن ره ْم إِال أَ ْن ير ْؤمنروا ِِب‬

(9) ‫اَّللر َعلَى رك ِِّل َش ْي ٍء َش ِهيد‬


َّ ‫َو‬
“Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena (orang-orang
mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji,” (8) “Yang
memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (9)

11
Ibid, 7942.
12
Shihab, Tafsir Al-Mishbah…, 156.
13
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir…, 459.
Kesalahan orang-orang mukmin sehingga dimasukkan ke dalam lubang
dan dibakar itu adalah hanya karena mereka senantiasa beriman kepada Allah,
mereka tidak mau menukar kepercayaannya dengan yang lain dan tetap
bersiteguh pada keyakinannya kepada Allah. Baik atas adanya Allah, maupun
terhadap perintah dan larangan Allah. Tidak ada perintah lain yang mereka
junjung tinggi melainkan perintah Allah, Yang Maha Perkasa, lagi Maha
Terpuji.14
Selanjutnya, Allah berfirman “Yang memiliki kerajaan langit dan
bumi”. Diantara kesempurnaan sifat-Nya bahwa Dia adalah pemilik seluruh
langit dan bumi serta segala sesuatu yang terdapat di antara keduanya. “Dan
Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” Maksudnya, tidak ada sesuatu pun
di seluruh langit dan bumi yang tidak diketahui-Nya, dan tidak ada sesuatu pun
yang tersembunyi dari-Nya.15 Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Dalam
hal ini merupakan ancaman bagi Asha>bul Ukhdu>d dan janji bagi kaum mukmin
yang disiksa karena mempertahankan keimanannya kepada Allah meskipunn
dalam kondissi yang sangat mencekam.
b) Siksa bagi Orang-orang Kafir dan Pahala Bagi Kaum Mukmin (Ayat 10-
11)
Tafsir surah al-Buru>j ayat 10-11
ِ ِ ِ
َ ِ‫ين فَتَ نروا ال رْم ْؤمن‬
ِ َّ
‫اب ا ْْلَ ِر ِيق‬
‫َّم َوََلر ْم َع َذ ر‬
َ ‫اب َج َهن‬
‫ني َوال رْم ْؤمنَات رُثَّ ََلْ يَتروبروا فَ لَ ره ْم َع َذ ر‬ َ ‫إِ َّن الذ‬
ِ َ ِ‫ار ذَل‬
‫ك الْ َف ْورز الْ َكبير‬ ْ ‫ات ََلر ْم َجنَّات ََتْ ِري ِم ْن ََتْتِ َها‬
‫األْنَ ر‬
ِ َّ ‫(إِ َّن الَّ ِذين آمنروا و َع ِملروا‬10)
ِ ‫اْل‬
َ ‫الص‬ َ َ َ
(11)
“Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh,
menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak
bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahanam dan mereka akan mendapat azab

14
Hamka, Tafsir Al-Azhar…, 7943.
15
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir jilid 8, Terj. Abdullah bin Muhammad (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i,
2004), 439.
(neraka) yang membakar.” (10) “Sungguh, orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, itulah kemenangan yang agung.” (11)

Dari ayat diatas dapat diperhatikan bahwasanya Allah mengarahkan


firman-Nya kepada kaum musyrikin yang seringkali menganiaya kaum
mukmin. Bahwa sesungguhnya orang-orang yang menganiaya kaum mukin
karena beriman kepada Allah, dan tidak membiarkan mereka bebas dalam
beragama serta memaksa mereka untuk meninggalkan agama, lalu tidak
bertaubat dari perbuatan kejinya, maka kelak di akhirat mereka akan
mendapatkan siksa neraka Jahannam, Allah akan membalas kekejamannya
dengan siksa yang berlipat ganda. Mereka juga akan disiksa dengan dibakar api
neraka karena pembalasan adalah sejenis dengan kejahatan yang dilakukan.16
Kalimat ‘adza>bul hari>q merupakan penguat dari kalimat ‘adza>bu
jahannam. Ada yang mengatakan bahwa kedua kalimat tersebut berbeda
tingkatan. Yang pertama akibat kekufuran mereka, dan yang kedua akibat
menguji kaum mukmin dengan membakar tubuh mereka. Api yang digunakan
untuk membalas perbuatan mereka adalah api lain yang sangat besar. Bisa juga
bermakna mereka akan disiksa dengan siksa neraka jahannam di akhirat dan di
siksa dengan api al-hariq di dunia. Ada riwayat yang mengatakan bahwa api
yang mereka nalakan itu berbalik membakar diri mereka sendiri.17
Setelah penjelasan balasan siksa terhadap orang-orang kafir, pada ayat
11 dijelaskan pula mengenai pahala atau ganjaran bagi kaum mukmin. Bahwa
sesungguhnya orang-orang yang beriman dan membenarkan Allah sebagai
satu-satunya Tuhan yang patut untuk disembah, beriman kepada para Rasul,
Malaikat, Kitab-kitab Allah, serta beramal saleh, di antara mereka adalah
orang-orang yang sabar terhadap api Asha>bul Ukhdu>d dan tetap memegang
teguh agama mereka, maka mereka akan mendapatkan surga yang mengalir

16
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir…, 462.
17
Ibid., 462.
sungai di bawah istana-istana dan pohon-pohonnya.18 Hal ini merupakan
balasan atas keimanan dan ketaatan mereka terhadap Allah. Sehingga
kesakitan yang diderita ketika di dunia itu mendapat balasan yang mulia di
sisi Allah.

c) Kesempurnaan Kekuasaan Allah untuk Menguatkan Janji, Ancaman, dan


Mengambil Pelajaran dari Penghancuran umat-umat Kafir Terdahulu
(Ayat 12-22)
Setelah menjelaskan tentang ancaman dan siksa bagi orang-orang yang
menyiksa kaum mukmin dan janji untuk orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, Allah menguatkan janji dan ancaman yang menunjukkan
kesempurnaan kekuasaan-Nya atas hal itu. Kemudian Allah menjelaskan
keadaan orang-orang kafir pada setiap masa dengan para Nabi yang serupa
dengan kisah Asha>bul Ukhdu>d.
ِ ‫( إِنَّهر رهو ي ْب ِد ر‬12)‫ش ِديد‬
‫( ذرو‬14) ‫ود‬
‫ور ال َْو رد ر‬
‫( َو ره َو الْغَ رف ر‬13) ‫ئ َويرعي رد‬ ‫َ ر‬ َ َ‫ك ل‬ َ ‫إِ َّن بَط‬
َ ِِّ‫ْش َرب‬

(16)‫( فَ عَّال لِ َما ير ِري رد‬15) ‫ش ال َْم ِجي رد‬


ِ ‫ال َْع ْر‬
“Sungguh, azab Tuhanmu sangat keras.” (12) “Sungguh, Dialah yang
memulai pen-ciptaan (makhluk) dan yang menghidupkannya (kembali).” (13) “Dan
Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih,” (14) “Yang memiliki ‘Arsy, lagi
Mahamulia,” (15) “Mahakuasa berbuat apa yang Dia kehendaki.” (16)

Sesungguhnya balasan Tuhan kepada orang-orang zalim dan musuh-


musuh-Nya yang telah mendustakan para rasul-Nya serta menyelisihi perintah-
Nya pastilah keras dan besar. Karena sesungguhnya Allah mempunyai
kekuatan yang sangat kuat, kalau Dia berkehendak, apapun akan terjadi
sebagaimana yang dikehendaki dalam sekejap mata atau lebih cepat dari itu.19
Hal ini merupakan penguat bagi ancaman kepada orang-orang kafir.

18
Ibid., 462.
19
Katsir, Tafsir Ibnu Katsir…, 443.
Kemudian, hal itu diperkuat lagi dengan firman-Nya pada ayat 13,
“Sungguh, Dialah yang memulai pen-ciptaan (makhluk) dan yang
menghidupkannya (kembali).” Sesungguhnya Allah mempunyai kekuatan
yang sempurna. Yakni dengan kekuatan dan kekuasaan-Nya yang sempurna
Dia lah yang memulai penciptaan dan kemudian mengembalikannya lagi
seperti sediakala tanpa ada yang menghalangi dan mencegah.20 Dalam hal ini
terdapat ancaman kepada orang-orang kafir bahwa Dia akan membalas kepada
mereka karena telah mengkufuri nikat penciptaan penciptaan dan mendustakan
hari pembangkitan. Kemudian, Allah menguatkan janji dengan menyebutkan
sifat-sifat kemuliaan dan kebesaran-Nya, yaitu :
“Dan Dialah Yang Maha Pengampun, lagi Maha Pengasih” (ayat 14).
Allah Maha pengampun dosa hamba-hamba-Nya yang beriman jika mereka
bertaubat kepada-Nya. Meskipun dosa yang dilakukan besar maupun kecil.
Allah juga sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang taat. Dengan memberi
pahala kepada orang-orang yang taat dengan pahala yang paling sempurna.21
“Yang memiliki ‘Arsy, lagi Mahamulia,” (ayat 15). Allah adalah pemilik ‘Arsy
yang berada di atas seluruh makhluk dan pemilik kerajaan dan kekuasaan yang
agung dan tinggi.22 “Mahakuasa berbuat apa yang Dia kehendaki.” (ayat 16).
Apapun yang dikehendaki untuk Dia lakukan pasti akan Dia lakukan, tidak ada
yang menuntut balas terhadap hukum-Nya dan juga tidak dipertanyakan
mengenai apa yang diperbuat-Nya. Karena keagungan, keperkasaan,
kebijaksanaan, dan keadilan-Nya.23
Setelah dijelaskan sifat-sifat Allah yang dapat menggungah hati siapa
pun yang hendak mendekat kepada-Nya, pada ayat selanjutnya kembali

20
Katsir, Tafsir Ibnu Katsir…, 443.
21
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir…, 466.
22
Ibid., 466.
23
Katsir, Tafsir Ibnu Katsir…, 443.
mengemukakan ancaman kepada siapa pun dengan mengingatkan perlakuan-
Nya kepada orang-orang kafir pembangkang pada masa lalu.

َ ‫( فِ ْر َع ْو َن َوََث‬17) ‫ود‬
(18)‫رود‬ ِ ‫يث ا ْْلنر‬ ِ
‫َه ْل أ َََت َك َحد ر ر‬
“Sudahkah sampai kepadamu berita tentang bala tentara (penentang),” (17)
“(yaitu) Fir‘aun dan Tsamud?” (18)

Ayat diatas menyatakan dengan nada bertanya untuk menggambarkan


betapa besar siksa itu sambil menyindir kaum musyrikin Mekkah, yang artinya
apakah telah sampai kepadamu berita tentang adzab dan juga malapetaka yang
telah menimpa mereka orang-orang kafir yang mendustakan para Nabi mereka
dengan mengirim pasukan mereka untuk membunuh para Nabi tersebut? Atau
apakah telah sampai kepadamu mengenai siksaan yang ditimpakan oleh Allah
kepada mereka karena kekafiran mereka?
Di antara pasukan-pasukan yang paling terkenal ceritanya adalah
Fir’aun dan bala tentaranya serta kaum Tsamud yang merupakan kaum Arab
Badui, kaum Nabi Shaleh a.s. Adapun Fir’aun dan bala tentaranya, telah Allah
tenggelamkan di Laut Merah. Sementara kaum Tsamud yang telah
menyembelih unta betina Nabi Shaleh, telah Allah hancurkan negeri mereka
dengan topan yang dahsyat.24 Hal ini merupakan penegasan bagi firman Allah
sebelumnya (pada ayat 12). Maksudnya, jika Dia menimpakan siksaan kepada
orang zalim maka dia akan mengadzabnya dengan adzab dari Tuhan yang
Maha Perkasa lagi Mahakuasa.25

(21) ‫( بَ ْل ره َو قر ْرآن ََِميد‬20) ‫اَّللر ِم ْن َوَرائِ ِه ْم رُِميط‬


َّ ‫( َو‬19) ‫يب‬ ِ ‫ب ِل الَّ ِذين َك َفروا ِف تَك‬
ٍ ‫ْذ‬ ‫َ ر‬ َ
ٍ ‫ِف لَو ٍح َُْم رف‬
(22) ‫وظ‬ ْ
“Memang orang-orang kafir (selalu) mendustakan,” (19) “Padahal Allah
mengepung dari belakang mereka (sehingga tidak dapat lolos).” (20) “Bahkan (yang

24
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir…, 467.
25
Katsir, Tafsir Ibnu Katsir…, 444.
didustakan itu) ialah Al-Qur'an yang mulia,” (21) “Yang (tersimpan) dalam (tempat)
yang terjaga (Lauh Mahfudz).” (22)

Dimulai dengan kata Bal, menjelaskan bahwasanya orang-orang kafir


itu selamanya akan tetap mendustakan. Mereka tidak mengambil pelajaran dari
apa yang dialami oleh kaum kafir terdahulu. Baik dari zaman Fir’aun, zaman
Tsamud, maupun di zaman Nabi Muhammad SAW. dngan susunan seakan-
akan tentara mereka menantang dan mendustakan apa yang dibawa oleh
Rasul.26 Setelah Allah menghibur hati Rasulullah dengan cerita kaum
terdahulu, Allah menghibur beliau dari sisi lain, dengan firman-Nya, “Padahal
Allah mengepung dari belakang mereka (sehingga tidak dapat lolos).” (ayat
20). Sesungguhnya Allah mampu menurunkan siksa kepada mereka
sebagaimana yang telah Dia lakukan terhadap kaum terdahulu. Bagaimanapun
kekuasaan mereka sebagai Fir’aun dan Tsamud itu, namun Allah telah
mengepung mereka dari kiri-kanan, muka-belakang, atas-bawah.27 Satu
diantara kepungan Allah adalah maut, yang tidak akan bisa untuk mereka
tantang. Mereka semua berada di dalam kekuasaan-Nya sehingga tidak ada
tempat untuk menghiindar bagi mereka. Oleh karena itu, tidak perlu khawatir
dengan pendustaan, kekafiran, dan pembangkangan mereka.
Kemudian, Allah membantah pendustaan mereka atas Alquran dalam
firman-Nya, “Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Qur'an yang mulia,” (21)
“Yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfudz).” (22).
Sesungguhnya Alquran yang telah mereka dustakan sangatlah mulia dalam
susunan kata dan tata bahasanya hingga tidak ada seorang pun yang mampu
menandinginya. Sebab kata-kata yang termaktub didalamnya adalah Kalam
Ilahi yang terjaga dari perubahan dan pemalsuan. Alquran tersebut tertulis di
Lauh Mahfudz, dan ia adalah Ummul kitab.28

26
Hamka, Tafsir Al-Azhar…, 7954.
27
Ibid.
28
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir…, 467.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Surah al al-Buru>j terdiri dari 22 ayat. Surah ini berarti “Gugusan Bintang”.
dinamai dengan al-Buru>j karena dimulai dengan sumpah Allah dengan langit yang
mempunyai gugusan bintang-bintang. Adapun tema sentral dari surah ini adalah uraian
tentang kekuasaan Allah serta ancaman kepada mereka yang menganiaya kaum
beriman karena keimanannya. Khususnya pada peristiwa Asha>bul Ukhdu>d. surah ini
memiliki tiga subtema. Yang pertama, pada ayat 1-9 menjelaskan tentang kisah
Asha>bul Ukhdu>d. Kedua, ayat 10-11 menjelaskan tentang siksa bagi orang-orang kafir
dan pahala bagi kaum mukmin. Ketiga, ayat 12-22 menjelaskan tentang kesempurnaan
kekuasaan Allah untuk menguatkan janji, ancaman, dan mengambil pelajaran dari
penghancuran umat-umat kafir terdahulu.
DAFTAR PUSTAKA

Az-Zuhaili, Wahbah. 2016. Tafsir al-Munir Aqidah, Syari’ah, Manhaj. Gema Insani.

Bahri, Saiful. 2019. Tadabur Juz Amma. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 10.

Katsir, Ibnu. 2004. Tafsir Ibnu Katsir jilid 8, Terj. Abdullah bin Muhammad. Bogor:
Pustaka Imam Syafi’i.

Khalil, Adil Muhammad. 2018. Tadabur Al-Qur’an: Menyelami Makna Al-Qur’an


dari Al-Fatihah Sampai An-Nas. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Shihab, M. Quraish. 2005. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an Vol. 15. Jakarta: Lentera Hati.

Anda mungkin juga menyukai