Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam, dimana di dalamnya terkandung
petunjuk-petunjuk bagi umat Islam di dalam menjalani kehidupan. Penjelasan
ayat Al-Qur’an adakalanya masih bersifat mujmal, sehingga diperlukan
penafsiran, baik secara tekstual maupun kontekstual dalam mengartikannya.
Salah satu hal yang telah diatur dalam al-Qur’an adalah mengenai wasiat.
Dimana telah dirumuskan dalam surah al-Baqarah 180-181 dan surah al-
Maidah 106-108. Meski demikian masih banyak masyarakat yang belum
mengerti akan perihal wasiat tersebut. Padahal semuanya telah dijelaskan Allah
dalam ayat-ayat kedua surah tersebut.
Berangkat dari masalah di atas, kami mencoba mentafsirkan ayat-ayat
mengenai wasiat tersebut, dengan berdasar pada berbagai pendapat dari para
ahli tafsir. Sehingga diharapkan masyarakat tidak lagi bingung akan perihal
wasiat ini.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Apa kandungan hukum dan tafsiran surat Al-Baqarah ayat 180-181?
1.2.2 Apa kandungan hukum surat dan tafsiran Al-Maidah ayat 106-108?

1.3. Tujuan Masalah


1.3.1 Mengetahui kandungan hukum dan tafsir surat Al-Baqarah ayat 180-
181
1.3.2 Mengetahui kandungan hukum dan tafsir surat Al-Maidah ayat 106-108

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 180-181

ِ ِ ِ ِ
َ ِ‫ت ِإ ْن َتَر َك َخْيًرا الْ َوصيَّةُ ل ْل َوال َديْ ِن َواَأْل ْقَرب‬
‫ني‬ ُ ‫َأح َد ُك ُم الْ َم ْو‬
َ ‫ضَر‬ َ ‫ب َعلَْي ُك ْم ِإذَا َح‬
َ ‫ُكت‬
ِ َّ ‫ِ ِإ ِإ‬ ِ ِ
‫ين يُبَ ِّدلُونَهُ ِإ َّن‬
َ ‫) فَ َم ْن بَ َّدلَهُ َب ْع َد َما مَس َعهُ فَ مَّنَا مْثُهُ َعلَى الذ‬١٨٠( ‫ني‬ َ ‫بِالْ َم ْع ُروف َحقًّا َعلَى الْ ُمتَّق‬
‫يم‬ ِ ِ‫اللَّه مَس‬
ٌ ‫يع َعل‬ ٌ َ
Artinya: Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu
kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak,
Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah)
kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.180. Maka Barangsiapa yang
mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, Maka Sesungguhnya dosanya
adalah bagi orang-orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.181

2.2 Makna Mufradat

‫ب‬ ِ
َ ‫ ُكت‬              : diwajibkan.
 ‫ضر‬
َ َ ‫ َح‬          : telah datang tanda-tanda maut (kematian).
‫ َخْيًرا‬               : harta.
‫وف‬ِ ‫ بِالْمعر‬      : dengan adil, yaitu tidak boleh lebih dari sepertiga.
ُْ َ
ُ‫ بَ َّدلَه‬                : mengubah wasiat itu.

2.3 Tafsir Ayat

2
Surat al-Baqarah termasuk dalam kelompok Madaniyyah yang diturunkan
di Madinah setelah hijrah, ini adalah surat terpanjang di antara seluruh surat al-
Qur’an sebanyak 286 ayat.
 Penggalan ayat (Kutiba Alaikum) menunjukkan arti wajib atas apa yang
diterangkannya, sedangkan (idza hadhara ahadukum al mauta) bukan diartikan
dengan waktu kematian, karena pada waktu itu orang yang berwasiat dalam
keadaan tidak mampu untuk berwasiat, adapun yang dimaksud dengan (idza
hadhara ahadukum al mauta) itu terdapat dua pendapat, pertama yaitu yang
banyak dipilih bahwa maksud dari ayat itu adalah datangnya tanda-tanda
kematian  yaitu sakit yang menakutkan (berbahaya). Kedua yaitu pendapat
Ashim bahwa maksud dari ayat tersebut adalah wasiat itu diwajibkan bagi
kalian dalam keadan sehat, dalam keadaan sehat itu kalian berwasiat “jika kita
meninggal, maka lakukanlah begini”, Al qodhi berkata bahwa pendapat yang
pertama lebih utama.1
2.4 Makna ijmali
Wasiat adalah segala sesuatu yang diperintahkan untuk dikerjakan, yang
hal tersebut diminta untuk dikerjakan pada waktu pemberi wasiat masih hidup
atau setelah ia meninggal dunia, akan tetapi secara Uruf/ adat hal ini hanya
dikhususkan bagi permintaan yang dilakukan oleh pemberi wasiat saat ia masih
hidup untuk dilakukan setelah ia meninggal2.
Setelah Allah SWT menyebutkan tentang Qishos (yaitu dengan kematian)
dan Diyat pada ayat sebelumnya, lalu Allah memberikan pengingat tentang
Wasiat pada ayat ini dan penjelasan bahwa itu merupakan sesuatu yang telah
Allah syariatkan kepada hambaNya, jelaslah munasabah ayat ini dan ayat
sebelumnya, supaya setiap orang ingat dan memberikan Wasiat sebelum ajal

1
Imam Fakhruddin Muhammad bin Umar Bin Husain bin Hasan ibnu Ali At Tamimi Al bakri Ar Rozi
As Safi’I, Tafsir Kabir Au Mafatih Al Ghoib jilid 3 (Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiyah, tt), hlm.51.
2
Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi, al Jami’ liahkamil Quran, (Muassasah Ar Risalah: Beirut,
2006) , Cet 1, juz 3, hal 93

3
menjemput dengan tiba-tiba sehingga meninggal dalam keadaan belum
berwasiat.
Allah mewajibkan wasiat sebagai hak yang tetap bagi seorang mu’min
yang bertaqwa kepada Allah dan mengimani kitabNya. Barangsiapa yang
merubah wasiat baik itu saksi atau orang yang kepadanya diwasiatkan sesuatu
setelah mendengar wasiat maka dia akan berdosa atas perubahan itu sementara
orang yang berwasiat akan mendapatkan pahala atas wasiat yang ia berikan.
Merubah wasiat bisa dalam bentuk mengingkarinya atau mengurangi dari
jumlah yang telah diwasiatkan dalam keadaan mengetahuinya.
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang diucapkan oleh pewasiat dan
orang yang merubahnya, hendaklah mereka berhati-hati dalam niat dan
tindakan mereka, ini peringatan dari Allah supaya mereka terjauh dari Azab
yang pedih.
Tidak termasuk merubah jika perubahan tersebut dilakukan demi
kebenaran dan nasehat, seperti jika seseorang berwasiat dalam keadaan lupa
atau khilaf baik itu sengaja atau tidak maka bagi yang mengetahuinya wajib
untuk mengoreksinya antara pewasiat dan orang yang memperoleh wasiat atau
antara pewasiat dan ahli warisnya dengan cara mengembalikan wasiat kepada
aturan dan ukuran yang telah ditetapkan oleh syariah, tidak berdosa perubahan
yang dilakukan dalam hal ini sesungguhnya Allah mengampuni bagi yang
merubahnya dengan niat untuk membenarkan dan nasehat3.

2.5 Tafsir Surat Al-Maidah ayat 106-108


ِ َ‫ضر َأح َد ُكم الْموت ِحني الْو ِصيَّ ِة ا ْثن‬
‫ان ذَ َوا َع ْد ٍل ِّمن ُك ْم َْأو‬ ‫ِ ِإ‬ ِ َّ
َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ ‫ين َآمنُواْ َش َه َادةُ َبْين ُك ْم ذَا َح‬
َّ ‫ت حَتْبِ ُسو َن ُه َما ِمن َب ْع ِد‬
‫الصالَِة‬ ِ ‫صيبةُ الْمو‬
ِ
ْ َ َ ‫َأص َابْت ُكم ُّم‬
َ َ‫ض ف‬
ِ
َ ‫آخَر ِان م ْن َغرْيِ ُك ْم ِإ ْن َأنتُ ْم‬
ْ ‫ضَر ْبتُ ْم يِف‬
ِ ‫اَألر‬ َ
ِ‫ِ مِث‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫َفُي ْقس َمان بِاللّه ِإن ْارَتْبتُ ْم الَ نَ ْشرَتِ ي بِه مَثَنًا َولَ ْو َكا َن ذَا ُقْرىَب َوالَ نَكْتُ ُم َش َه َادةَ اللّه ِإنَّا ِإذًا لَّم َن اآل‬
( ‫ني‬
3
Wahbah Az Zuhaili, Tafsir al Munir, (Darul Fikr: Damsyik, 2009), Cet 10, Juz 1, hal 485

4
ِ ‫) فَِإ ْن عثِر علَى َأنَّهما استَحقَّا ِإمْثًا فَآخر ِان يُِقوما ُن م َقامهما ِمن الَّ ِذين استَح َّق علَي ِهم اَألولَي‬١٠٦
‫ان‬َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ َ ََُ َ َ ََ َ ْ َُ َ َُ
ِ ِِ ِ ِ‫هِت‬ ِ ِ ِِ ِ
َ ‫ذَل‬ )١٠٧( ‫ني‬
‫ك َْأدىَن َأن‬ َ ‫َأح ُّق من َش َه َاد َما َو َما ْاعتَ َد ْينَا ِإنَّا ِإذًا لَّم َن الظَّالم‬
َ ‫َفُي ْقس َمان باللّه لَ َش َه َاد ُتنَا‬

‫َّه َاد ِة َعلَى َو ْج ِه َها َْأو خَيَافُواْ َأن ُتَر َّد َأمْيَا ٌن َب ْع َد َأمْيَاهِنِ ْم َو َّات ُقوا اللّهَ َوامْسَعُواْ َواللّهُ الَ َي ْه ِدي الْ َق ْو َم‬
َ ‫يَْأتُواْ بِالش‬
)١٠٨( ‫ني‬ ِِ
َ ‫الْ َفاسق‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu


menghadapi kematian, sedang Dia akan berwasiat, Maka hendaklah (wasiat
itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang
berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan dimuka bumi lalu
kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah
sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan
Nama Allah, jika kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) Kami tidak akan membeli
dengan sumpah ini harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang),
walaupun Dia karib kerabat, dan tidak (pula) Kami Menyembunyikan
persaksian Allah; Sesungguhnya Kami kalau demikian tentulah Termasuk
orang-orang yang berdosa4".(106)
Jika terbukti kedua saksi itu berbuat dosa, Maka dua orang yang lain
menggantikan kedudukannya, yaitu di antara ahli waris yang berhak dan lebih
dekat kepada orang yang mati, lalu keduanya bersumpah dengan nama Allah:
"Sungguh, kesaksian Kami lebih layak diterima daripada kesaksian kedua saksi
itu, dan Kami tidak melanggar batas. Sesungguhnya jika Kami berbuat
demikian tentu Kami Termasuk orang-orang zalim". (107)
Dengan cara itu mereka lebih patut memberikan kesaksiannya menurut
yang sebenarnya, dan mereka merasa takut akan dikembalikan sumpahnya
(kepada ahli waris) setelah mereka bersumpah. Bertakwalah kepada Allah dan
4
Departemen Agama, Alquran Tajwid dan Terjemah, (Syamil Cipta Media: Bandung, tt), hal 125

5
dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang fasik. (108)

2.6 Makna Mufrodat


Dalam surat al-Maidah ayat 106-108 terdapat beberapa kata yang menjadi
kata kunci dalam penafsiran dan memahami kandungan ayat tentang wasiat ini,
yaitu:

‫َش َه َادةُ َبْينِ ُك ْم‬ : kalimat berita yang bermakna perintah yang artiya hendaklah

disaksikan. Mengidzofahkan lafadz syahadah kepada lafadz baina menunjukkan


makna keluasan memilih.

‫ت‬
ُ ‫ الْ َم ْو‬: tanda-tanda kematian

ُ‫ الْ َو ِصيَّة‬: berwasiat menunjukkan hukum wajib jika ia syartiyah

‫ان َذ َوا َع ْد ٍل ِمْن ُك ْم َْأو آَ َخَر ِان ِم ْن َغرْيِ ُك ْم‬


ِ َ‫ ا ْثن‬: oleh dua orang yang adil diantara kamu,
atau dua orang selain kamu, dipahami dalam arti bahwa kamu hai kaum
beriman. Pemahaman ini berawal dari redaksi yang berawal dengan ajakan
kepada orang-orang beriman. Ada juga yang memahami dalam arti “dua orang
diantara suku atau kabilah kamu, dan jika tidak ditemukan maka dua orang
selain suku dan kabilah kamu”.

‫ِإ ِن ْارَتْبتُ ْم‬ : kalau kamu ragu terhadap kebenaran keduanya pada apa yang

mereka tetapkan.

2.7 Tafsir
Surat al-Maidah termasuk kelompok surat Madaniyyah. Surat ini
berisikan 120 ayat, dan merupakan surat yang terakhir kali turun.
Ayat ini menyeru kaum beriman: Hai orang-orang yang mengaku
beriman, persaksikan di antara kamu apabila tanda-tanda dekatnya kematian

6
telah hadir kepada salah seorang kamu sedang dia akan berwasiat, adalah
bahwa persaksian wasiat itu oleh dua orang beriman yang adil di antara kamu,
wahai kaum beriman, atau dua orang selain kamu yakni yang berlainan agama
dengan kamu jika kamu tidak menemukan yang wajar menjadi saksi dari umat
yang seagama dengan kamu, misalnya, jika kamu dalam perjalanan di muka
bumi lalu kamu ditimpa musibah dengan hadirnya tanda-tanda kematian.5
Kata kamu dalam firman-Nya: oleh dua orang yang adil di antara kamu,
atau dua orang selain kamu, dipahami dalam arti kamu hai kaum beriman.
Namun ada juga yang memahaminya dalam arti: “Dua orang adil di antara suku
atau kabilah kamu, dan bila tidak ditemukan maka dua orang selain dari suku
atau  kabilah kamu. Ialah: mengambil orang lain yang tidak seagama dengan
kamu sebagai saksi dibolehkan, bila tidak ada orang Islam yang akan dijadikan
saksi.

Maksudnya: melakukan kecurangan dalam persaksiannya, dan hal ini diketahui


setelah ia melakukan sumpah.
Maksud sumpah itu dikembalikan, ialah saksi-saksi yang berlainan agama itu ditolak
dengan bersumpahnya saksi-saksi yang terdiri dari karib kerabat, atau berarti orang-
orang yang bersumpah itu akan mendapat Balasan di dunia dan akhirat, karena
melakukan sumpah palsu.

2.8 Makna Ijmali


Wasiat adalah pesan memberikan harta secara sukarela kepada sesorang
(atau beberapa orang), selain ahli waris. Harta yang diwasiatkan tidak boleh
melebihi 1/3 harta yang dimiliki. Harta yang diwasiatkan ini diberikan setelah
pemberi wasiat meninggal dunia.  Surat al-Maidah ayat 106 menyebutkan
bahwa wasiat mesti disaksikan dengan dua orang saksi yang adil. Sedapat
mungkin dua orang saksi ini adalah dua orang muslim yang adil. Namun, jika
5
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Volume 3, (Jakarta: lentera Hati, 2002), hlm.229-230.

7
tidak ada dua orang muslim, misalnya dalam perjalanan atau berada di suatu
tempat yang tidak ada orang muslim, maka dua orang saksi tersebut boleh dari
orang yang beragama lain.
Surat al-Maidah ayat 107 menangani masalah jika terjadi penghianatan
atau kecurangan yang dilakukan oleh seorang atau kedua saksi yang disebutkan
pada ayat sebelumnya. Jika kedua orang yang diangkat menjadi saksi terhadap
wasiat dan diserahkan kepadanya harta untuk disampaikan kepada para pewaris,
sedangkan keduanya pun dipercayai mereka dengan tidak bersumpah, maka
persoalan wasiat tidak perlu diragukan karena tujuan sumpah adalah untuk
memperkuat persaksian. Tetapi jika ada keraguan, maka hendaklah kedua saksi
tersebut ditahan agar tidak kemana-mana sampai sembahyang ashar kemudian
dilakukan sumpah. Jika  penghianatan saksi  dapat dibuktikan, maka kesaksian
gugur dan kesaksian dapat diganti oleh dua orang ahli waris yang berhak. Saksi
dua orang ahli waris inipun harus diambil sumpah dengan teks sumpah yang
telah tertera di ayat ini.
Yang dimaksud shalat di sini adalah shalat Ashar, karena Nabi
menyumpah Adi dan Tamim sesudah waktu itu, karena merupakan kebiasaan
yang telah berlaku, dan karena waktu itulah yang biasa digunakan para hakim
untuk memutuskan berbagai persengketaan. Sebab pada waktu itu orang-orang
telah selesai mengerjakan sebagian besar pekerjaannya di waktu siang.
Diriwayatkan dari ibnu Abbas, jika kedua saksi itu bukan Muslim, maka yang
dimaksud dengan shalat di sini adalah upacara peribadatan yang berlaku dalam
agama mereka.6
Surat al-Maidah ayat 108 menjelaskan tentang orang yang menjadi saksi
mestilah menyadari bahwa kesaksian mereka sangat penting. Bahwa yang
menjadi saksi harus bersaksi dengan sebenarnya. Dalam hal ini maksudnya

6
Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Terjemah Tafsir Al-Maraghiy, Juz VII (Semarang: Toha
Putra Semarang, 1987), Hal. 80

8
adalah membenarkan apa yang diwasiatkan oleh pemberi wasiat. Tidak boleh
menyembunyikan kesaksian dan berkhianat atas kesaksian. Jika hal ini terjadi
maka saksi telah berbuat fasik.

BAB III

PENUTUP

9
3.1 Kesimpulan
3.2.1 Wasiat adalah pesan - baik yang disampaikan kepada orang lain untuk
dikerjakan, baik saat hidup atau setelah kematian yang berpesan. Tetapi
kata ini biasa digunakan untuk pesan-pesan yang disampaikan untuk
dilaksanakan setelah kematian yang memberi wasiat. Wasiat dihukumi
wajib dilakukan, sebelum turunnya ayat tentang pembagian waris. Tetapi
sesudah turunnya ayat yang menjelaskan pembagian waris, maka
kewajiban ini mansukh, dan tetap sebagai perbuatan sunnah dan dilakukan
hanya boleh dilakukan terhadap orang yang bukan ahli waris yang sudah
ditetapkan bagiannya oleh Allah.  Wasiat hendaknya dipersaksikan oleh
dua orang mukmin yang adil. Disyaratkan jumlah harta yang diwasiatkan
tidak lebih dari 1/3 harta mayyit. Penerima wasiat bukanlah seorang ahli
waris.  Wasiat mesti disaksikan dengan dua orang saksi, sedapat mungkin
dua orang saksi ini adalah dua orang muslim yang adil. Jika kesaksian
kedua orang yang diangkat menjadi saksi terhadap wasiat dipercayai
dengan tidak bersumpah, maka persoalan wasiat tidak perlu diragukan
karena tujuan sumpah adalah untuk memperkuat persaksian. Tetapi jika
ada keraguan, maka hendaklah kedua saksi tersebut ditahan dan kemudian
disumpah. Orang yang menjadi saksi mestilah menyadari bahwa kesaksian
mereka sangat penting. Bahwa yang menjadi saksi harus bersaksi dengan
sebenarnya.

DAFTAR ISI

10
Imam Fakhruddin Muhammad bin Umar Bin Husain bin Hasan ibnu Ali At Tamimi
Al bakri Ar Rozi As Safi’I, Tafsir Kabir Au Mafatih Al Ghoib jilid 3 (Beirut:
Dar Al Kutub Al Ilmiyah, tt), hlm.51.
Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi, al Jami’ liahkamil Quran, (Muassasah Ar
Risalah: Beirut, 2006) , Cet 1, juz 3, hal 93
Wahbah Az Zuhaili, Tafsir al Munir, (Darul Fikr: Damsyik, 2009), Cet 10, Juz 1, hal
485
Departemen Agama, Alquran Tajwid dan Terjemah, (Syamil Cipta Media: Bandung,
tt), hal 125
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Volume 3, (Jakarta: lentera Hati, 2002),
hlm.229-230.
Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Terjemah Tafsir Al-Maraghiy, Juz VII (Semarang:
Toha Putra Semarang, 1987), Hal. 80

11

Anda mungkin juga menyukai