Anda di halaman 1dari 2

KHITBAH

Khitbah adalahPermintaan seorang laki –laki terhadap seorang wanita tertentu


untuk tujuan dinikahinya, serta memohon kepada wanita tersebut atau kepada
keluargany (walinya) dengan disertai menjelaskan akan keadaan laki - laki
tersebut. Karena sesungguhnya hal tersebu ttermasuk kesempurnaan dalam
indahnya hubungan sehingga kedua calon suami-isteri dapat mengenal satu
dengan lainnya pada aspek fisik, etika, agama dan juga watak atau karakter
Mengenai pinangan nikah yang diriwayatkan oleh nabi SAW jumhur
fuqaha mengatakan bahwa hal itu tidak wajib, sedangakan daud berpendapat
bahwa hal itu wajib
Perbedaan pendapat ini disebabakan, apakah perbuatan nabi yang berkenaan
dengan soal itu diartikan wajib atau sunnah.
Mengenai pinangan atas pinangan, larangan terhadap hal itu telah
diriwayatkan dengan sahih dari nabi muhammad SAW. fuqaha berbeda pendapat,
apakah larangan tersebut menunjukkan rusaknya perbuatan yang dilarang atau
tidak.
Jika menunjukan rusaknya perbuatan itu tersebut, maka dalam kondisi
bagaimankah dapat berlaku.
Dawud berpendapat bahwa perkawinan dibatalkan.
Syafi;i dan abu hanifah berpendapat bahwa perkawinan tidak dibatalkan.
Dari malik diriwayatkan 2 pendapat ini, disamping pendapat yang ketiga
mengatakan bahwa perkawinanan dibtalkan sebelum terjadinya percampuran,
daan tidak dibatalkan apabila terjadi percampuran.
Ibnu qasim berpendapat, maksud larangan tersebut, jika seorang yang
shaleh meminang diatas pinangan orang yang shaleh pula. Sedang apabila
peminang pertama tidak baik, sementara peminang kedua baik, maka pinangan
semacam ini dperbolehkan.
Mengenai waktu perkawinan, kebanyakan fuqaha berpendapat bahwa
waktunya, ketika peminang dan yang dipinang sudah cenderung satu dengan yang
lainnya ( sudah menjalin cinta), dan bukan awal peminangan.
Pendapat ini berdasarkan hadis fatimah binti Qais ra.

‫حيث جاءت إىل النيب صلى اهلل عليه وسلم فذكرت له أن أبا جهم بن حذيفة ومعاوية بن‬
‫ "أما أبو جهم فرجل ال يرفع عصاه عن النساء وأما معاوية‬:‫أيب سفيان خطباها فقال‬
."‫فصعلوك ال مال له ولكن انكحي أسامة‬
Mengenai tentang batasan melihat terhadap wanita ulama berbeda
pendapat
Ulama maliki hanya memperbolehkan pada bagian muka dan dua telapak
tangan.
Fuqaha yang lain memperbolehkan melihat seluruh bagian badan kecuali dua
kemaluan. Sementara fuqaha yang lain lagi melarang melihat sama sekali.
Sedangkan imam abu hanifah berpendapat memperbolehkan melihat dua
telapak kaki, muka dan dua telapak tangan.
Berpedaan pendapat ini disebabkan dalam persoalan ini terdapat suruhan
untuk melihat wanita secara mutlaq, terdapat pula larangan secara mutlaq, dan
adapula suruhan yang bersifat terbatas, yakni pada muka dan dua telapak tangan,
berdasarkan pendapat kebanyakan ulama berkenan dengan firman Allah

‫َواَل ُتْب ِد يْ َن ِز ْينََت ُه َّن اِاَّل َما ظَ َهَر ِمْن َها‬


Dan janganlah mereka (kaum wanita) menampakkan perhiasaanya, kecuali yang
(biasa) nampak pada dirinya (an Nur 31)
juga diqiyaskan dengan kebolehan membuka muka dan dua telapak
tangan pada waktu berhaji bagi kebanyakan fuqaha
Sedangkan fuqaha yang melarang melihat sama sekali berpegangan dengan aturan
pokok, yaitu larangan melihat orang-orang wanita.
Seperti halnya perkara-perkara yang seharusnya dilakukan sebelum
berlansungnya akad nikah atau perkawinan, khitbah (peminangan) adalah sebagai
cara atau jalan untuk saling mengenal antar kedua calon (pria dan wanita) agar
dapat mengenal antara satu dengan yang lain. Karena hal tersebut merupakan
sebuah jalan atau cara untuk ‘mempelajari’ atau mengenalakan etika (akhlak),
karakter /tabiat, kecenderungan pada kedua belah pihak. Akan tetapi yang menjadi
catatan penting dalam hal ini adalah melakukan khitbah(peminangan) tidaklah
keluar garis batas dan koridor yang ditentukan dan diperbolehkan oleh syari’at
Islam.

Anda mungkin juga menyukai