Khitbah (Peminangan)
kelompok 10
RovikaYuherman 021190920
TA. 2022/2023
PENDAHULUAN
Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,logis dan
memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih
merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang merupakan
pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan materi yang baik dalam lingkup
I
KHITBAH
1. Pengertian Khitbah
Kata khitbah merupakan bentuk masdar dari kata khataba yang diartikan
sebagai meminang atau melamar. Kata khitbah dalam istilah bahasa Arab
merupakan akar dari kata al- khitbah dan al- khatbu. Al- khitab berarti
pembicaraan. Jika al- khitab (pembicaraan) ada kaitannya dengan perempuan,
maka makna eksplisit yang bisa kita tangkap adalah pembicaraan yang
menyinggung ihwal pernikahan. Sehingga, makna meminang bila ditinjau dari
akar katanya adalah pembicaraan yang berhubungan dengan lamaran atau
permohonan untuk menikah.
1
____________________________________________
1
Dahlan Idhamy, Azas-azas Fiqh Munakahat Hukum Keluarga Islam, (Surabaya: AlIkhlas, 2008), h. 15
2
Eko Endarmoko, Kamus Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2006), h. 477.
.
Beberapa ahli Fiqih berbeda pendapat dalam pendefinisian peminangan.
Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
2
____________________________________________
3
al- Athar, Saat Anda Meminang, h. 15-16. 10 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang
Perkawinan, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1995), h. 59.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pinangan
(khitbah) adalah proses permintaan atau pernyataan untuk mengadakan
pernikahan yang dilakukan oleh dua orang, lelaki dan perempuan, baik secara
langsung ataupun dengan perwalian. Pinangan (khitbah) ini dilakukan sebelum
acara pernikahan dilangsungkan.
2.Dasar Hukum
3
____________________________________________
4
Muhammad Thalib, 40 Petujunk Menuju Perkawinan Islam, (Bandung: Irsyad
Baitus Salam, 1995), h. 60.
Mengenai peminangan ini telah diatur oleh hukum Islam, baik dalam al-
Qur‟an maupun al- Hadiś. Dalam al- Qur‟an surat al- Baqarah ayat 235 menjadi
dasar dari peminangan, yang berbunyi:
“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran
atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah
mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu
janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali
sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'rufdan janganlah
kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan
ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka
takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun”.
4
Mayoritas fuqahā berpendapat bahwa orang yang meminang boleh
memandang pinangannya. imam malik, imam syafi‟i dan imam ahmad
memberikan batasan pada telapak tangan dan wajah saja. Karena wajah cukup
untuk bukti kecantikannya dan dua tangan cukup untuk bukti keindahan dan
kehalusan kulit badannya. Adapun yang lebih jauh dari itu kalau dimungkinkan,
maka hendaknya orang yang meminang mengutus ibunya atau saudara
perempuannya untuk mengetahuinya, seperti bau mulutnya, bau ketiaknya dan
badannya, serta keindahan rambutnya. Sebagaimana Nabi SAW pernah mengutus
seseorang untuk mendatangi perempuan dengan sabdanya:
Lihatlah urat kentirnya dan ciumlah kuduknya” dan dalam riwayat lain: “dan
ciumlah gigi depannya”. (HR. Ahmad, Hakim, Tabrani dan Baihaqi)
____________________________________________
5
Al- Asqolani, Ibn Hajr, Bulugh al-Maram, (Semarang: Karya Toha Putrah, 1378 H), h. 209
B. Melihat Perempuan yang di pinang
Para ulama sepakat bahwa laki-laki yang hendak menikahi seorang wanita,
maka terlebih dahulu ia harus melihat wanita tersebut. Di antara dalilnya
sebagaimana yang diceritakan oleh al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu,
bahwa beliau hendak melamar seorang wanita. Kemudian Nabi SAW memberi
saran kepadanya
Lihat dulu calon istrimu, karena itu akan lebih bisa membuat kalian saling
mencintai.” (Ahmad 18154, Turmudzi 1110 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Meminang pinangan orang lain yang dilarang itu bilamana wanita itu telah
menerima pinangan pertama dan walinya telah dengan jelas mengijinkannya.
Tetapi kalau pinangan semula ditolak oleh pihak yang dipinang, atau karena
peminang pertama telah memberi ijin pada peminang yang kedua, maka yang
demikian tidak dilarang.
6
Tentang hal ini Ibnu Qasim berpendapat bahwa yang dimaksud larangan
tersebut adalah jika seorang yang baik (saleh) meminang di atas pinangan orang
saleh pula. Sedangkan apabila peminang pertama tidak baik, sedang peminang
kedua adalah baik, maka pinangan semacam itu dibolehkan.
b) Wanita yang dipinang adalah perempuan yang tidak bersuami dan tidak dalam
keadaan iddah, boleh, baik dengan terang-terangan atau sindiran. Apabila ia dalam
keadaan bersuami, tidak boleh, baik terang-terangan maupun sindiran, jika sedang
iddah, ada beberapa kemungkinan:
Tentang hal ini Ibnu Qasim berpendapat bahwa yang dimaksud larangan
tersebut adalah jika seorang yang baik (saleh) meminang di atas pinangan orang
saleh pula. Sedangkan apabila peminang pertama tidak baik, sedang peminang
kedua adalah baik, maka pinangan semacam itu dibolehkan.
c. Apabila iddah karna mati atau talak batin, boleh dipinang dengan sindiran.
d. Tidak boleh meminang wanita yang sedang iddah ditinggal mati suaminya
dengan terang-terangan, hal ini untuk menjaga perasaan wanita dan ahli waris
lainnya yang sedang berkabung tetapi tidak dilarang meminang dengan sindiran.
e. Wanita yang dipinang haruslah wanita yang boleh dinikahi, artinya wanita
yang bukan mahrom dari pria yang akan meminangnya. Dalam pendapat lain
mengemukakan bahwa perempuan yang boleh dipinang adalah yang memenuhi
syarat sebagai berikut:
7____________________________________________
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm 74
C. Tujuan dan Hikmah Peminangan
c. Suatu pemberian kesempatan bagi kedua belah pihak untuk mengenal lebih jauh
lagi calon suami, agar nantinya menjadi pasangan yang harmonis.
Yang terpenting dari tujuan peminangan bila ditinjau secara umum adalah:
9
Kedua: Supaya di antara keduanya rasa cinta dan kasih lebih cepat
tumbuh.
10
DAFTAR PUSTAKA
Al- Asqolani, Ibn Hajr, Bulugh al-Maram, (Semarang: Karya Toha Putrah, 1378
H), h. 209