Anda di halaman 1dari 8

Nama : Vira Agustin Pratiwi

Kelas : XII IPA 2

LEMBAR KERJA KETIGA

a. Cari ayat-ayat al-Qur’an yang memotivasi/menginspirasi manusia untuk merenung dan


meneliti dengan ciri-ciri di antaranya menggunakan kata (yang artinya) “ BERPIKIR,
BERAKAL, BERTADABBUR, MELIHAT, dan sejenisnya!
Jawab:
1. Berpikir (surah Al Baqarah ayat 219)

‫اس َوا ِْث ُم ُه َمٓا اَ ْك َب ُر ِمنْ َّن ْفع ِِه َم ۗا‬ ِ ۖ ‫مْر َو ْال َم ْيسِ ۗ ِر ُق ْل فِي ِْه َمٓا ا ِْث ٌم َك ِب ْي ٌر وَّ َم َنافِ ُع لِل َّن‬
ِ ‫ك َع ِن ْال َخ‬ َ ‫َيسْ ٔـََٔ&لُ ْو َن‬
ِ ‫ك ُي َبيِّنُ هّٰللا ُ َل ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬
‫ت َل َعلَّ ُك ْم َت َت َف َّكر ُْو ۙ َن‬ َ ِ‫ك َم َاذا ُي ْنفِقُ ْو َن ەۗ قُ ِل ْال َع ْف ۗ َو َك ٰذل‬
َ ‫َو َيسْ ٔـََٔ&لُ ْو َن‬
219. Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah,
“Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya
lebih besar daripada manfaatnya.” Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang
(harus) mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan,
2. Berakal (surah Al Imran ayat 190-191)

َ ‫ِين َي ْذ ُكر‬
‫ُون‬ َ ‫ب الَّذ‬ ِ ‫ت أِل ُولِي اأْل َ ْل َبا‬ ِ ‫اخ ِتاَل فِ اللَّي ِْل َوال َّن َه‬
ٍ ‫ار آَل َيا‬ ْ ‫ض َو‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ ِ ‫إِنَّ فِي َخ ْل ِق ال َّس َم َاوا‬
‫ت ٰ َه َذا‬
َ ‫ض َر َّب َنا َما َخ َل ْق‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ِ ‫ُون فِي َخ ْل ِق ال َّس َم َاوا‬ َ ‫وب ِه ْم َو َي َت َف َّكر‬ِ ‫هَّللا َ قِ َيامًا َوقُعُو ًدا َو َع َل ٰى ُج ُن‬
‫ار‬ ِ ‫اب ال َّن‬ َ ‫ك َفقِ َنا َع َذ‬َ ‫بَاطِ اًل ُسب َْحا َن‬

190-191. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang yang mengingat Allah,
sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Mahasuci Engkau, peliharalah kami dari siksa api neraka.'" (QS Ali Imran [3]: 190-191).

3. Bertadabbur (surah Al Maidah ayat 83)

‫َوا َِذا َس ِمع ُْوا َمٓا ا ُ ْن ِز َل ِا َلى الرَّ س ُْو ِل َت ٰ ٓرى اَعْ ُي َن ُه ْم َتفِيْضُ م َِن ال َّدم ِْع ِممَّا َع َرفُ ْوا م َِن ْال َح ۚ ِّق َيقُ ْولُ ْو َن‬
‫اك ُت ْب َنا َم َع ال ٰ ّش ِه ِدي َْن‬
ْ ‫َر َّب َنٓا ٰا َم َّنا َف‬

83. Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad),
kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah
mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah
beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al
Quran dan kenabian Muhammad SAW).

4. Melihat (surah An Nisa ayat 58)

‫ت ا ٰ ِٓلى اَهْ لِه ۙا وا َِذا ح َك ْم ُتم بيْن ال َّناس اَنْ َتحْ ُكم ُْوا ب ْالع ْدل ۗ اِنَّ هّٰللا‬
َ ِ َ ِ ِ َ َ ْ َ َ َ ِ ‫اِنَّ هّٰللا َ َيأْ ُم ُر ُك ْم اَنْ ُت َؤ ُّدوا ااْل َ ٰم ٰن‬
‫ان َس ِم ْيع ًۢا بَصِ يْرً ا‬ ‫هّٰللا‬ ُ ‫ِن ِعمَّا َيع‬
َ ‫ِظ ُك ْم ِبهٖ ۗ اِنَّ َ َك‬
58. Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,
dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya
dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh,
Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.
b. Cari asbabun nuzul dan tafsir ayat-ayat tersebut dalam kitab tafsir modern baik langsung
maupun melalui internet!
Jawab:
1. Berpikir (Surah Al Baqarah ayat 219)
· Asbabun nuzul:
Di dalam hadits riwayat Ahmad dari Abu Hurairah diterangkan sebab turunnya ayat tersebut
sebagai berikut : Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah, didapatinya orang-orang
minum khamr dan berjudi (sebab hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak dari nenek
moyang mereka). Lalu para shahabat bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hukumnya,
maka turunlah ayat tersebut. Mereka memahami dari ayat tersebut bahwa minum khamr dan
berjudi itu tidak diharamkan, tetapi hanya dikatakan bahwa pada keduanya terdapat dosa
yang besar, sehingga mereka masih terus minum khamr.
· Tafsir:
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan :
Maka ayat ini (Al-Baqarah : 219) merupakan pendahuluan bagi pengharaman khamar secara
total. Pengharaman dalam ayat ini secara sindiran & tidak jelas. Oleh karena itu setelah Umar
membaca ayat ini, dia berkata,”Ya Allah, terangkanlah kepada kami ihwal khamar sejelas-
jelasnya.” Kemudian turunlah penjelasan pengharamannya dalam surah Al-Ma’idah (5) : 90-
91.
2. Berakal (Surah Al Imron ayat 190-191)
· Asbabun nuzul:
As-Suyuthi dalam kitabnya menyebutkan mengenai asbabun nuzul Surah Ali-‘Imran ayat 190
dengan mengutip hadits riwayat ath-Thabrani. Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim
meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang
Yahudi dan bertanya kepada mereka, ‘Apa tanda-tanda yang dibawa Musa kepada kalian?’
Orang-orang Yahudi itu menjawab, ‘Tongkat dan tangan yang putih bagi orang-orang yang
melihatnya.’ Lalu orang-orang Quraisy itu mendatangi orang-orang Nasrani, lalu bertanya
kepada mereka, ‘Apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?’ Mereka menjawab, ‘Dia dulu
menyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati.’
Lalu mereka mendatangi Nabi SAW, lalu mereka berkata kepada beliau, ‘Berdoalah kepada
Tuhanmu untuk mengubah bukit Shafa dan Marwah menjadi emas untuk kami.’ Lalu beliau
berdoa, maka turunlah firman Allah
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (HR. ath-Thabrani)
· Tafsir:
Menurut Ibnu Kasir dalam tafsirnya mengatakan, riwayat ini sulit dimengerti, mengingat ayat
ini adalah ayat Madaniyyah, sedangkan permintaan mereka yang menghendaki agar bukit
Shafa dan Marwah menjadi emas adalah di Mekah. Namun demikian riwayat ini
menjelaskan mengenai sebab turunnya Surah Ali-‘Imran ayat 190 dan sebagai penjelas
baginya.

3. Bertadabbur (surah Al Maidah ayat 83)

· Asbabun Nuzul:
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Said bin Musayyab dan Abu Bakar
bin Abdurrahman serta Urwah bin Zubair. Mereka menceritakan, bahwa Rasulullah saw.
pernah mengutus Amr bin Umayyah Adh-Dhamari membawa sepucuk surat yang ditujukan
kepada Najasyi. Amr akhirnya datang ke hadapan Najasyi lalu ia membaca surat Rasulullah
saw. Lalu sang raja memanggil Jakfar bin Abu Thalib dan orang-orang yang ikut berhijrah
bersamanya, sang raja pun mengutus agar memanggil para rahib dan para pendeta. Setelah
semuanya berkumpul sang raja memerintahkan kepada Jakfar bin Abu Thalib agar
membacakan sesuatu kepada mereka. Jakfar lalu membacakan surah Maryam di hadapan
mereka. Akhirnya mereka semua beriman kepada Alquran bahkan mata mereka mencucurkan
air mata dan merekalah orang-orang yang dimaksudkan oleh Allah ketika menurunkan
firman-Nya, 'Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya...' sampai
dengan firman-Nya, '...maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas
kebenaran Alquran dan kenabian Muhammad saw.)'" (Q.S. Al-Maidah 82-83). Ibnu Abu
Hatim meriwayatkan sebuah hadis dari Said bin Jubair yang menceritakan, bahwa Najasyi
pernah mengirimkan tiga puluh orang utusan yang terdiri dari sahabat-sababat pilihannya
kepada Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw. membacakan kepada mereka surah Yasin.
Akhirnya mereka menangis mendengarkan pembacaan surah-itu, kemudian turunlah ayat ini
yang berkenaan dengan sikap mereka itu. Imam Nasai mengetengahkan sebuah hadis dari
Abdullah bin Zubair yang mengatakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Najasyi
dan sahabat-sahabat terdekatnya, "Yaitu mereka yang apabila mendengar apa yang
diturunkan kepada Rasul-Nya akan mengalirkan air mata...." (Q.S. Al-Maidah 83) Imam
Thabrani mengetengahkan hadis yang serupa dari jalur Ibnu Abbas, bahkan hadisnya ini lebih
sederhana daripada hadis yang di atas.
· Tafsir:
Dalam ayat ini diterangkan bahwa pada saat-saat kaum Nasrani itu mendengar ayat-ayat
Alquran, mereka mencucurkan air mata karena sangat terharu dan yakin atas kebenaran
Alquran yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. yang ternyata membenarkan
kitab suci mereka dan mereka terharu pula oleh sifat-sifat Nabi Muhammad saw. yang telah
mereka kenal sebelumnya dari kitab suci mereka. Pada saat yang demikian itu, mereka
dengan rendah hati berkata, "Ya Tuhan kami, kami beriman kepada-Mu dan kepada rasul-
rasul-Mu, terutama Nabi Muhammad. Oleh sebab itu tuliskanlah nama kami bersama orang-
orang yang mengakui kebenaran Alquran dan Nabi Muhammad, yang akan menjadi saksi
pada hari kiamat nanti bahwa Engkau benar-benar telah mengutus para nabi dan rasul-rasul-
Mu, dan bahwa mereka benar-benar telah menyampaikan agama-Mu kepada umat mereka
masing-masing." Selanjutnya mereka itu berkata, "Tak ada sesuatu pun yang dapat
menghalangi mereka untuk beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang telah
diturunkan-Nya melalui rasul-Nya yang terakhir yang diutus-Nya untuk seluruh umat
manusia." Kemudian mereka tegaskan pula bahwa mereka beriman kepada Allah dan kepada
kebenaran yang dibawa rasul-rasul-Nya itu, karena mereka sangat ingin agar Allah swt.
memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang saleh, yaitu umat Nabi
Muhammad saw. yang telah tumbuh menjadi suatu umat yang benar-benar baik, karena
ajaran-ajaran Agama Islam yang benar, baik mengenai keimanan, ibadah, muamalah dan
akhlak yang luhur.
4. Melihat (Surah An Nisa ayat 58)
· Asbabun Nuzul:
Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih dari Al Kalbi dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu
Abbas: bahwa setelah Fathu Makkah (pembebasan Mekah) Rasulullah Saw memanggil
Utsman bin Thalhah untuk meminta kunci Ka’bah, Ketika Utsman datang menghadap Nabi
untuk menyerahkan kunci, berdirilah Abbas dan berkata: “Ya Rasulallah, demi Allah
serahkan kunci itu kepadaku untuk saya rangkap jabatan tersebut dengan jabatan siqayah
(urusan pengairan)”. Utsman menarik kembali tangannya. Maka bersabdalah Rasulullah:
“Berikanlah kunci itu kepadaku wahai Utsman!” Utsman berkata: “Inilah dia, amanat dari
Allah”, maka berdirilah Rasulullah membuka Ka’bah dan terus keluar untuk thawaf di
Baitullah. Turunlah Jibril membawa perintah supaya kunci itu diserahkan kepada Utsman.
Rasulullah melaksanakan perintah itu sambil membaca ayat tersebut di atas (An-Nisaayat
58).
Diriwayatkan oleh Syu’bah di dalam tafsirnya dari Hajaj yang bersumber dari Ibnu Juraij:
bahwa turunnya ayat ini (An-Nisaayat 58) berkenaan dengan Utsman bin Thalhah. Ketika itu
Rasulullah Saw mengambil kunci Ka’bah darinya pada waktu Fathu Makkah. Dengan kunci
itu Rasulullah masuk Ka’bah. Di waktu keluar dari ka’bah beliau membaca ayat ini (An-Nisa
ayat 58). Kemudian beliau memanggil Utsman untuk menyerahkan kembali kunci itu.
Menurut Umar bin Khattab kenyataannya ayat ini (An-Nisa ayat 58) turun di dalam ka’bah,
karena pada waktu itu Rasulullah keluar dari ka’bah, membawa ayat itu, dan ia bersumpah
bahwa sebelumnya belum pernah mendengar ayat itu.
· Tafsir:
Di akhir ayat, ditegaskan bahwa Allah Maha Mendangar lagi Maha Melihat.

ِ َ‫إِنَّاللَّـهَ َكانَ َس ِميعًاب‬


‫صيرًا‬
“Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Imam as Sya’rani memahami ungkapan ini sebagai kode bahwa kita harus mendengar dengan
sebaik-baiknya agar bisa bertindak adil. Ketika harus memutuskan suatu hukum, kita harus
mendengarkan berbagai keterangan saksi dan bukti yang ada tanpa melewatkan segala hal
detil nya. Di samping itu, sebagai hakim (pemutus suatu perkara hukum) kita harus waspada
terhadap pandangan, tidak boleh main mata kepada salah satu pihak sehingga menghasilkan
keputusan hukum yang timpang. Ungkapan samii’an (Yang Maha Mendengar) didahulukan
dari bashiiran (Yang MahaMelihat) karena, menurut Imam as-Sya’rani pula, menjadi
perlambang bahwa pengetahuan manusia yang diperoleh dari pendengaran lebih dominan
daripada yang berasal dari penglihatan. Meskipun begitu, pengetahuan Allah tanpa batas
dengan ‘pendengaran’ dan ‘penglihatan’ yang maha luas dan sama-sama tiada batasnya.
WallahuA’lam.
c. Amati pada link berikut dan berikan tanggapan terhadap fakta temuan tentang phenomena
air laut yang terpisah.

Jawab:

Hal tersebut membuktikan bahwa kebenaran Al Qur'an memang benar adanya. Al Qur'an
bukan hanya kitab ilmu agama, namun juga memuat tentang ilmu pengetahuan. Bahkan,
Profesor Shroeder, ahli kelautan dari Jerman mengungkapkan kekagumannya akan kebenaran
Al Qur'an yang telah diturunkan 14 abad yang lalu telah berbicara mengenai laut dua warna.
Terterang jelas dalam surah Ar Rahman/55:19-22 yang mempunyai arti "Dia membiarkan
dua lautan mengalir yang keduanya ada batas yang tidak dilampui oleh masing-masing. Maka
nikmat Allah manakah yang kamu dustakan. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan" serta
surah Al Furqan/25:53 "Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir
(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan
antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi"
d. Temukan keajaiban lain dalam dunia laut dan diskusikan dengan teman sekelompokmu!
Buat laporan hasil kegiatan dan presentasikan di depan kelas!
Keajaiban lain dalam dunia laut:
a) Fenomena api di dasar laut
Dua ahli geologi berkebangsaan Rusia, Anatol Sbagovich dan Yuri Bagdanov bersama
rekannya ilmuwan Amerika Serikat (AS), Rona Clint pernah meneliti tentang kerak bumi dan
patahannya di dasar laut. Para ilmuwan tersebut, menyelam ke dasar laut sedalam 1.750
kilometer di lepas pantai Miami. Sbagovich bersama kedua rekannya menggunakan kapal
selam canggih yang kemudian beristirahat di batu karang dasar laut. Di dasar laut itulah,
mereka dikejutkan dengan fenomena aliran air yang sangat panas mengalir ke arah retakan
batu.

Aliran air itu disertai dengan semburan lava cair panas layaknya api di daratan dan debu
vulkanik layaknya asap kebakaran di daratan. Tidak tanggung-tanggung, panasnya suhu api
vulkanis di dalam air tersebut ternyata mencapai 231 derajat celcius. Meskipun suhu lava
tersebut luar biasa tingginya, ia tidak bisa membuat air laut menguap, dan begitu pula dengan
air laut yang berlimpah di sekililingnya, tidak bisa memadamkan api.
Mereka menemukan fakta bahwa fenomena alam itu terjadi akibat aliran lava vulkanis yang
terjadi di dasar laut, layaknya gunung api bila di daratan. Penemuan tersebut diikuti dengan
ditemukannya lebih banyak lagi gunung api aktif di bawah laut yang tersebar diseluruh
lautan.
Sesungguhnya, Alquran telah menyebutkan fakta itu sejak 1.400 tahun lalu. Simak firman
Allah SWT berikut ini:
ۡ ِ ‫﴾ َوالس َّۡق‬4﴿ ‫ت ۡال َم ۡع ُم ۡو ۙر‬
ِ ‫﴾ َو ۡالبَ ۡي‬3﴿ ‫﴾ فِ ۡى َرقٍّ َّم ۡن ُش ۡو ۙ ٍر‬2﴿ ‫ب َّم ۡسطُ ۡو ۙ ٍر‬
ٍ ‫﴾ َو ِك ٰت‬1﴿ ‫الط ۡو ۙ ِر‬ ُّ ‫َو‬
ِ ۙ ‫ف ال َم ۡرفُ ۡو‬
﴿‫ع‬ ِ
8 ﴾8﴿ ‫﴾ َّما لَهٗ ِم ۡندَافِ ۙ ٍع‬7﴿ ‫ك ل َواقِ ٌع‬ َ ِّ‫اب َرب‬ َ ‫﴾  اِ َّن َع َذ‬6﴿‫﴾ َو ۡالبَ ۡح ِر ۡال َم ۡسج ُۡو ۙ ِر‬5
Artinya:
"Demi bukit, dan Kitab yang ditulis, pada lembaran yang terbuka, dan demi Baitul Makmur
(Ka'bah), dan atap yang ditinggikan (langit), dan demi laut yang di dalam tanahnya ada api,
sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, tidak seorangpun yang dapat menolaknya.” (Qs.
Ath-Thuur: 1-8)
Bangsa Arab, pada waktu diturunkannya Al-Qur’an tidak mampu menangkap dan memahami
isyarat sumpah Allah SWT demi lautan yang di dalam tanahnya ada api ini. Hal ini
disebabkan karena bangsa Arab (kala itu) hanya mengenal makna “sajara” sebagai
menyalakan tungku pembakaran hingga membuatnya panas atau mendidih. Sehingga dalam
persepsi mereka, panas dan air adalah sesuatu yang bertentangan. Air mematikan panas
sedangkan panas itu menguapkan air. Lalu bagaimana mungkin dua hal yang berlawanan
dapat hidup berdampingan dalam sebuah ikatan yang kuat tanpa ada yang rusak salah
satunya? Persepsi demikian mendorong mereka untuk menisbatkan kejadian ini sebagai
peristiwa di akhirat (bukan di dunia nyata).
Hal inilah yang mendorong sejumlah ahli tafsir untuk meneliti makna dan arti bahasa kata
kerja “sajara” selain menyalakan sesuatu hingga membuatnya panas. Dan mereka ternyata
menemukan makna dan arti lain dari kata "sajara," yaitu “mala'a” dan “kaffa” (memenuhi dan
menahan). Mereka tentu saja sangat gembira dengan penemuan makna dan arti baru ini
karena makna baru ini dapat memecahkan kemusykilan ini dengan pengertian baru bahwa
Allah SWT telah memberikan anugerah kepada semua manusia dengan mengisi dan
memenuhi bagian bumi yang rendah dengan air sambil menahannya agar tidak meluap secara
berlebihan ke daratan.
Fenomena api di dasar lautan juga telah disampaikan oleh Muhammad SAW. Nabi SAW
bersabda: "Tidak ada yang mengarungi lautan kecuali orang yang berhaji, berumrah atau
orang yang berperang di jalan Allah. Sesungguhnya di bawah lautan terdapat api dan di
bawah api terdapat lautan."
Tidak seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui fenomena api di dasar lautan ini
kecuali baru pada beberapa dekade terakhir. Sehingga lontaran fakta ini dalam hadits
Rasulullah SAW benar-benar merupakan kemukjizatan dan saksi yang menegaskan ke-Nabi-
an Muhammad SAW dan kesempurnaan ke-Rasul-annya.
b) Sungai di bawah laut.
Fakta bahwa sebenarnya sungai di bawah laut sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an ialah salah
satu fakta yang sangat menakjubkan mengenai Al-Qur’an yang ternyata telah terbukti di
kehidupan nyata. Sungai di bawah laut sebenarnya terdengar mustahil bagi logika manusia.
Namun pada kenyataannya, hal itu benar-benar ada di dunia ini. Sebelum ada peralatan
canggih untuk menyelidiki hal itu, Al-Qur’an telah menuliskan secara terperinci mengenai
adanya sungai di bawah tanah tersebut.
Percampuran antara air asin dan air laut yang dapat terpisah secara alami merupakan salah
satu bukti kebesaran Allah yang dapat dilihat oleh seluruh umat manusia. Kepada pencinta
kumpulan misteri, berikut ini merupakan penjelasan yang lebih terperinci bahwa sungai di
bawah laut sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Salah satu bukti dari keajaiban ini berawal dari penelitian seorang ilmuwan yang
mengemukakan adanya air tawar di dalam air asin ketika sedang melakukan penyelaman.
Pada awalnya, ilmuwan tersebut sama sekali tak percaya bahwa ia sedang menemukan air
tawar yang dapat terpisah dengan sendirinya di dalam lautan yang memiliki air asin. Namun
ternyata hal itu benar adanya. Ketika diselami lebih dalam lagi, ternyata di dalam laut
tersebut terdapat sungai yang memiliki air tawar.
Dalam Surat Al-Furqan ayat 53 yang berbunyi,”Dan Dialah yang membiarkan dua laut
mengalir berdampingan, yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin dan pahit; dan
Dia jadikan antara keduanya dinding dan barat yang tidak ditembus.”. Dalam ayat tersebut
sudah cukup jelas dipaparkan bahwa sesungguhnya air tawar dan air asin dapat terpisah
karena kehendak Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai