Khamar atau lebih identik dengan minuman yang memabukkan telah diketahui oleh umat
Muslim sebagai minuman yang haram untuk dikonsumsi. Bahkan tidak hanya sebatas
pengharaman, Allah melalui lisan Rasul-Nya juga memeberikan sanksi di dunia bagi
peminumnya, penjualnya, dan pembuatnya. Ada banyak hadis yang mengisyaratkan demikian.
Di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik radliallahu 'anhu bahwasanya Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendera peminum khamar dengan pelepah kurma dan sandal,
Jika dilihat dari kacamata sejarah pembentukan tasyri’ (hukum Islam) pada dasarnya
pemberian label hukum haram pada khamar tidaklah sekaligus. Setidaknya ada 4 tahap yang
dilalui sampai terbentuknya label haram. 4 tahap tersebut dapat kita ketahui melalui pengkajian
1[1]Ibnu Hajar Al-Asqalani, fathul bari Juz 33, alih bahasa Amir Hamzah, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2009, h. 21.
ك آليَ ةً لَِق ْوٍم ِ
َ َّخ ُذو َن ِمْن هُ َس َكًرا َو ِر ْزقً ا َح َس نًا ِإ َّن يِف َذل
ِ اب َتت
ِ َاألعن ِ و ِمن مَثَ ر
ِ ات الن
ْ َّخي ِل َو َ ْ َ
﴾٦٧﴿َي ْع ِقلُو َن
“Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang
yang memikirkan” (QS. An-Nahl 67)
Pada ayat di atas Allah sama sekali tidak menyinggung tentang dosa dan juga keharaman
bagi peminum khamar. Dengan kata lain pada saat awal Islam yang di bawa oleh Nabi
Muhammad Sallahu’alaihi Wa Sallam datang khamar bukanlah minuman yang haram untuk
dikonsumsi.
ِ ك َع ِن اخْلَ ْم ِر َوالْ َمْي ِس ِر قُ ْل فِي ِه َم ا ِإمْثٌ َكبِ ريٌ َو َمنَ افِ ُع لِلن
...َّاس َوِإمْثُُه َم ا َأ ْكَب ُر ِم ْن َن ْفعِ ِه َما َ َيَ ْس َألُون
﴾۲۱۹﴿
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat
dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya...”. (QS. Al-Baqarah 219)
menyebutkan bahwa ayat tersebut adalah ayat pertama yang menyinggung tentang khamar. 2[2]
Ayat itu turun ketika Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alihi Wa Sallam pertama kali memasuki kota
Madinah. Pada saat itu Beliau mendapati penduduk Madinah gemar meminum arak (minuman
2[2]A. Mudjab Mahalli, Asbabun Nuzul (studi Pendalaman Alquran), Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada, 2002, h. 94.
Kemudian mereka menanyakan tentang kebiasaan tersebut. Sehubungan dengan hal itu
Allah menurunkan ayat ke-219 dari Surah Albaqarah tentang mereka yang menanyakan khamar.
Setelah mendapat jawaban mereka berkata “Tidak diharamkan kita meminum khamar, hanya
saja berdosa besar”. Oleh sebab itu mereka meneruskan kebiasaan tersebut.3[3]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan...” (QS.An-Nisa 43)
Ayat di atas merupakan tahapan selanjutnya sebelum pemberian label haram pada
khamar. Imam Alqurtubhi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ayat tersebut turun dilatar
belakangi suatu kejadian dimana ada seorang laki-laki yang meminum khamar kemudian maju
untuk mengimami shalat. Karena khamar yang diminum menyebabkan ia mabuk, bacaan yang
dibacanya pun menjadi keliru. Ia keliru membaca ayat قُ ْل يَا َأيُّ َه ا الْ َك افُِرو َن َْأعبُ ُد َم ا َت ْعبُ ُدو َن
yang seharusnya dibaca قُ ْل يَ ا َأيُّ َه ا الْ َك افُِرو َن ال َْأعبُ ُد َم ا َت ْعبُ ُدو َن. Sehubungan dengan itu
kebiasaan mereka meminum minuman keras. Di samping itu memang belum ada larangan tegas
3[3]Ibid., h. 343.
4[4]Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi Juz 6, alih bahasa Ahmad Rijali Kadir, Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008, h. 474.
ِ َالش يط ِ األزالم ِرج ِ ي ا َأيُّه ا الَّ ِذين آمنُ وا ِإمَّنَ ا اخْل م ر والْمي
ان ْ َّ س م ْن َع َم ِل ٌ ْ ُ ْ وَ اب
ُ ص
َ ن
ْ األوَ ر
ُ س َْ َ ُ َْ َ َ َ َ
ض اء يِف ِ َّ ﴾ ِإمَّنَ ا يُِري ُد۹۰﴿اجتَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُح و َن
َ َ الش ْيطَا ُن َأ ْن يُوق َع َبْينَ ُك ُم الْ َع َد َاو َة َوالَْب ْغ ْ َف
﴾۹۱﴿الة َف َه ْل َأْنتُ ْم ُمْنَت ُهو َن ِ الصَّ ص َّد ُك ْم َع ْن ِذ ْك ِر اللَّ ِه َو َع ِن ِ
ُ َاخْلَ ْم ِر َوالْ َمْيس ِر َوي
“(90)Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (91) Sesungguhnya
setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS.Al-Maidah 90-91)
Ayat di atas merupakan akhir dari tahap pengharaman khamar. Setelah ayat tersebut turun
khamar menjadi haram. Imam Al-Qurthubi menyebutkan bahwa sampai-sampai sebagaian umat
Muslim mengatakan bahwa Allah Swt tidak pernah mengharamkan sesuatu yang sangat dahsyat
kecuali khamar.5[5]
Abu Maisarah berkata, “Ayat ini turun sebab Umar bin Khatab. Sesungguhnya ia
manusia, maka ia pun berdo’a kepada Allah Swt agar khamar diharamkan seraya berkata, “Ya
Allah jelaskan kepada kami mengenai hukum khamar dengan penjelasan yang memuaskan”
maka turunlah ayat-ayat tersebut. Kemudian umar berkata, “kami menyudahinya, kami
menyudahinya.”6[6]
Salah satu hikmah yang dapat kita ambil dari tahapan-tahapan pengharaman khamar ialah
hal ini membuktikan bahwa Islam bukanlah Agama yang memberatkan umatnya. Islam
mengajarkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan yang besar diperlukan tahapan yang tidak
5[5]Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi Juz 5, alih bahasa Ahmad Rijali Kadir, Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008, h. 683.
6[6]Ibid.
sebentar. Ini juga menunjukan bahwa untuk membiasakan suatu hal yang baru haruslah dimulai
dari tahap yang paling mudah tidak langsung kepada tahap yang sulit.