Anda di halaman 1dari 5

4 Tahapan Dalam Pengharaman Khamar

Khamar atau lebih identik dengan minuman yang memabukkan telah diketahui oleh umat

Muslim sebagai minuman yang haram untuk dikonsumsi. Bahkan tidak hanya sebatas

pengharaman, Allah melalui lisan Rasul-Nya juga memeberikan sanksi di dunia bagi

peminumnya, penjualnya, dan pembuatnya. Ada banyak hadis yang mengisyaratkan demikian.

Di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik radliallahu 'anhu bahwasanya Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendera peminum khamar dengan pelepah kurma dan sandal,

dan Abu Bakar pernah men-jilid sebanyak empat puluh kali.1[1]

Jika dilihat dari kacamata sejarah pembentukan tasyri’ (hukum Islam) pada dasarnya

pemberian label hukum haram pada khamar tidaklah sekaligus. Setidaknya ada 4 tahap yang

dilalui sampai terbentuknya label haram. 4 tahap tersebut dapat kita ketahui melalui pengkajian

terhadap Asbab An-Nuzul ayat-ayat yang berkaitan dengan khamar.

1.      Tahap pertama

1[1]Ibnu Hajar Al-Asqalani, fathul bari Juz 33, alih bahasa Amir Hamzah, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2009, h. 21.
‫ك آليَ ةً لَِق ْوٍم‬ ِ
َ ‫َّخ ُذو َن ِمْن هُ َس َكًرا َو ِر ْزقً ا َح َس نًا ِإ َّن يِف َذل‬
ِ ‫اب َتت‬
ِ َ‫األعن‬ ِ ‫و ِمن مَثَ ر‬
ِ ‫ات الن‬
ْ ‫َّخي ِل َو‬ َ ْ َ
﴾٦٧﴿‫َي ْع ِقلُو َن‬
“Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang
yang memikirkan” (QS. An-Nahl 67)

Pada ayat di atas Allah sama sekali tidak menyinggung tentang dosa dan juga keharaman

bagi peminum khamar. Dengan kata lain pada saat awal Islam yang di bawa oleh Nabi

Muhammad Sallahu’alaihi Wa Sallam datang khamar bukanlah minuman yang haram untuk

dikonsumsi.

2.      Tahap kedua

ِ ‫ك َع ِن اخْلَ ْم ِر َوالْ َمْي ِس ِر قُ ْل فِي ِه َم ا ِإمْثٌ َكبِ ريٌ َو َمنَ افِ ُع لِلن‬
...‫َّاس َوِإمْثُُه َم ا َأ ْكَب ُر ِم ْن َن ْفعِ ِه َما‬ َ َ‫يَ ْس َألُون‬

﴾۲۱۹﴿

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat
dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya...”. (QS. Al-Baqarah 219)

Mudjab Mahalli dalam bukunya Asbabun Nuzul (Studi Pendalaman Alquran)

menyebutkan bahwa ayat tersebut adalah ayat pertama yang menyinggung tentang khamar. 2[2]

Ayat itu turun ketika Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alihi Wa Sallam pertama kali memasuki kota

Madinah. Pada saat itu Beliau mendapati penduduk Madinah gemar meminum arak (minuman

yang memabukkan) dan makan dari hasil perjudian.

2[2]A. Mudjab Mahalli, Asbabun Nuzul (studi Pendalaman Alquran), Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada, 2002, h. 94.
Kemudian mereka menanyakan tentang kebiasaan tersebut. Sehubungan dengan hal itu

Allah menurunkan ayat ke-219 dari Surah Albaqarah tentang mereka yang menanyakan khamar.

Setelah mendapat jawaban mereka berkata “Tidak diharamkan kita meminum khamar, hanya

saja berdosa besar”. Oleh sebab itu mereka meneruskan kebiasaan tersebut.3[3]

3.      Tahap Ketiga

﴾۶۳﴿‫الصال َة َوَأْنتُ ْم ُس َك َارى َحىَّت َت ْعلَ ُموا َما َت ُقولُو َن‬ ِ َّ


َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
َّ ‫ين َآمنُوا ال َت ْقَربُوا‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan...” (QS.An-Nisa 43)

Ayat di atas merupakan tahapan selanjutnya sebelum pemberian label haram pada

khamar. Imam Alqurtubhi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ayat tersebut turun dilatar

belakangi suatu kejadian dimana ada seorang laki-laki yang meminum khamar kemudian maju

untuk mengimami shalat. Karena khamar yang diminum menyebabkan ia mabuk, bacaan yang

dibacanya pun menjadi keliru. Ia keliru membaca ayat ‫قُ ْل يَا َأيُّ َه ا الْ َك افُِرو َن َْأعبُ ُد َم ا َت ْعبُ ُدو َن‬

yang seharusnya dibaca ‫قُ ْل يَ ا َأيُّ َه ا الْ َك افُِرو َن ال َْأعبُ ُد َم ا َت ْعبُ ُدو َن‬. Sehubungan dengan itu

turunlah ayat ke-43 dari surah An-Nisa.4[4]

Meskipun demikian ternyata masyarakat Muslim bulumlah dapat meninggalkan

kebiasaan mereka meminum minuman keras. Di samping itu memang belum ada larangan tegas

tentang keharaman meminumnya.

4.      Tahap Keempat

3[3]Ibid., h. 343.

4[4]Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi Juz 6, alih bahasa Ahmad Rijali Kadir, Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008, h. 474.
ِ َ‫الش يط‬ ِ ‫األزالم ِرج‬ ِ ‫ي ا َأيُّه ا الَّ ِذين آمنُ وا ِإمَّنَ ا اخْل م ر والْمي‬
‫ان‬ ْ َّ ‫س م ْن َع َم ِل‬ ٌ ْ ُ ْ ‫و‬َ ‫اب‬
ُ ‫ص‬
َ ‫ن‬
ْ ‫األ‬‫و‬َ ‫ر‬
ُ ‫س‬ َْ َ ُ َْ َ َ َ َ
‫ض اء يِف‬ ِ َّ ‫﴾ ِإمَّنَ ا يُِري ُد‬۹۰﴿‫اجتَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُح و َن‬
َ َ ‫الش ْيطَا ُن َأ ْن يُوق َع َبْينَ ُك ُم الْ َع َد َاو َة َوالَْب ْغ‬ ْ َ‫ف‬
﴾۹۱﴿‫الة َف َه ْل َأْنتُ ْم ُمْنَت ُهو َن‬ ِ ‫الص‬َّ ‫ص َّد ُك ْم َع ْن ِذ ْك ِر اللَّ ِه َو َع ِن‬ ِ
ُ َ‫اخْلَ ْم ِر َوالْ َمْيس ِر َوي‬
“(90)Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (91) Sesungguhnya
setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS.Al-Maidah 90-91)

Ayat di atas merupakan akhir dari tahap pengharaman khamar. Setelah ayat tersebut turun

khamar menjadi haram. Imam Al-Qurthubi menyebutkan bahwa sampai-sampai sebagaian umat

Muslim mengatakan bahwa Allah Swt tidak pernah mengharamkan sesuatu yang sangat dahsyat

kecuali khamar.5[5]

Abu Maisarah berkata, “Ayat ini turun sebab Umar bin Khatab. Sesungguhnya ia

menyampaikan kepada Nabi Saw kelemahan-kelemahan khamar dan pengaruhnya terhadap

manusia, maka ia pun berdo’a kepada Allah Swt agar khamar diharamkan seraya berkata, “Ya

Allah jelaskan kepada kami mengenai hukum khamar dengan penjelasan yang memuaskan”

maka turunlah ayat-ayat tersebut. Kemudian umar berkata, “kami menyudahinya, kami

menyudahinya.”6[6]

Salah satu hikmah yang dapat kita ambil dari tahapan-tahapan pengharaman khamar ialah

hal ini membuktikan bahwa Islam bukanlah Agama yang memberatkan umatnya. Islam

mengajarkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan yang besar diperlukan tahapan yang tidak

5[5]Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi Juz 5, alih bahasa Ahmad Rijali Kadir, Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008, h. 683.

6[6]Ibid.
sebentar. Ini juga menunjukan bahwa untuk membiasakan suatu hal yang baru haruslah dimulai

dari tahap yang paling mudah tidak langsung kepada tahap yang sulit.

Anda mungkin juga menyukai