Adapun pengertian dari naskh. Naskh secara izalah (menghilangkan), dan secara bahasa,
naskh berarti pembatalan, penghapusan, pemindahan dari satu wadah ke wadah lain, dan lainnya.
Dengan demikian naskh (menghapus) karena menghapus dan menggantikan hukum yang awal
turun sedangkan hukum yang pertama disebut sebagai al mansukh (yang terhapus). Sementara
itu penghapusan hukum tersebut dinamakan al naskh. Jadi, ketentuan yang datang kemudian
menghapus ketentuan atau hukum yang datang sebelumnya. Hal ini di karenakan yang terakhir di
pandang lebih luas dan lebih sesuai. Akan tetapi ketentuan tersebut juga harus melalui prosedur
persyaratan dari naskh dan mansukh.
Menurut Az-Zarkazi, yang di nasakh atau dihapus adalah ayat-ayat Makkiyah, sedang yang
menasakh adalah ayat-ayat Madaniyah. Pemahaman didasarkan pada Makkiyah itu sebagai ayat
yang turun pertama dalam ukuran waktu, dan Madaniyah yang kedua, maka yang pertama yang
dinasakh, dan yang kedua yang menasakh. Namun tidak berarti setiap yang turun di Mekkah di
nasakh oleh yang turun di Madinah. Prinsip penghapusan itu dilakukan jika antara ayat yang
turun di Mekkah dan Madinah terjadi kontradiksi.
Contoh dari pengertian diatas misalnya: matahari menghilangkan bayang-bayang; dan
angin menghapus jejak perjalanan. Kata naskh juga dipergunakan untuk makna memindahkan
sesuatu dari suatu tempat ke tempat yang lain. Misalnya artinya saya memindahkan (menyalin)
apa yang ada dalam buku.
Dapat disimpulkan, nasakh berarti menghilangkan, meniadakan, dan mengganti. Sementara
Mansukh, adalah sesuatu yang dihilangkan, dibatalkan, digantikan, dihapus, dipindahkan, dan
diubah.
B. Syarat-syarat Naskh
1. Hukum yang mansūkh (dihapus) adalah hukum syara’.
2. Dalil nāsikh harus datang lebih dulu daripada mansūkh .
3. Khit{ab yang mansūkh hukumnya tidak terikat dengan waktu.
َوالَّ ِذينَ يُتَ َوفَّوْ نَ ِم ْن ُك ْم َويَ َذرُونَ أَ ْز َواجًا يَتَ َربَّصْ نَ بِأ َ ْنفُ ِس ِه َّن أَرْ بَ َعةَ أَ ْشه ٍُر َو َع ْشرًا
ِ فَإ ِ َذا بَلَ ْغنَ أَ َجلَه َُّن فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم فِي َما فَ َع ْلنَ فِي أَ ْنفُ ِس ِه َّن بِ ْال َم ْعر
[ ٢٣٤ : ُوف َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِيرٌ] البقرة
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari.
kemudian apabila telah habis 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan
mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat . (QS.Al-Baqarah [2]: 234)2[3]
2. Nasakh as-Sunnah dengan as-Sunnah Hadith mutawatir dan ahad dinasakh oleh hadits
mutawatir, dan hadits ahad dinasakh oleh hadith ahad.
Contoh:
ار ِة ْالقُبُوْ ِر أَالَ فَ ُزوْ رُوْ هَا ُ ُك ْن
َ َم ع َْن ِزي€ْ ت نَهَ ْيتُ ُك
“Dahulu aku melarang kalian melakukan ziarah kubur, maka sekarang berziarahlah”
ُب الرَّابِ َع ِة فَا ْقتُلُوْ ه
َ ْفَإ ِ ْن ُشر
“Apabila dia minum (khamar) keempat kalinya maka bunuhlah”
2
Dahulu aku melarang kalian menyimpan daging kurban karena ada golongan yang
membutuhkan, maka sekarang simpanlah.
Selain memberikan manfaat ketika mempelajari nasikh dan mansukh, terdapat beberapa
rintangan dalam memahami Al-qur’an dan menafsirkannya adalah dakwaan adanya nasakh
(penghapusan hukum) suatu ayat Al-qur’an, tanpa adanya bukti yang meyakinkan dan
mewajibkan nasakh itu. Allah SWT menurunkan kitab suci ini agar diamalkan isinya, perintah-
perintahnya dijalankan, larangannya dijauhi, dan hududnya tidak dilanggar. Seperti firman Allah
SWT setelah membicarakan talak dan khulu’
“….itulah hukum-hukum Allah maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang
melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dzalim”. (Al-Baqarah:229)
Seperti diketahui ada tiga kecenderungan dalam masalah ini semenjak lama salah satunya
yaitu ada yang meluaskan diri dalam mengklaim adanya nasakh dan mansukh dalam Al-qur’an
dan berpendapat bahwa ayat sekian dalam surat sekian di nasakh, sementara tidak ada dalil yang
kuat terhadap penasakhan itu.
Untuk itulah, sebagai umat muslim di era ini, sebaiknya pandai dalam menempatkan diri
pada nasakh yang terbukti kebenarannya.