Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rini indrian

NIM : 21030802200078
Matkul : Ulumul Qur'an

No 1
Surah Ali Imran (3) ayat 96 :
َ‫اس لَلَّ ِذي بِبَ َّكةَ ُمبَا َر ًكا َوهُدًى لِ ْل َعالَ ِمين‬
ِ َّ‫ض َع لِلن‬ ٍ ‫ِإ َّن َأ َّو َل بَ ْي‬
ِ ‫ت ُو‬
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat (beribadah) manusia ialah
baitullah yang ada di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh
alam”.

Kedua, Kesalahan, yaitu peristiwa yang merupakan perbuatan salah yang dilakukan oleh
sahabat kemudian turun ayat guna meluruskan kesalahan tersebut agar tidak terulang lagi.
Misalnya kejadian yang menyebabkan turunnya surah An-Nisa (4) ayat 43, yaitu:
َ ‫صاَل ةَ َوَأ ْنتُ ْم ُس َك‬
‫ارى‬ َّ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَ ْق َربُوا ال‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu dekati shalat padahal kamu sedang mabuk”.

Pada suatu ketika Abdurrahman bin Auf melakukan jamuan (kenduri). Dia mengundang para
sahabat Nabi dan menjamu mereka dengan makanan dan minuman khamr. Mereka pun
berpesta dengan makanan dan minuman tersebut kemudian mabuk. Selanjutnya waktu
maghrib pun tiba. Mereka lalu shalat dengan diimami oleh seorang dari mereka. Sang imam
dalam shalatnya membaca surah dengan bacaan yang salah. Beliau membaca laa nafyi (kata
yang bermakna tidak) pada kata Laa a’budu maa ta’budun tidak dipanjangkan, sehingga
berubah maknanya. Peristiwa ini kemudian disampaikan kepada Nabi, maka turunlah ayat di
atas.

Ketiga, Harapan dan Keinginan, seperti turunnya ayat:


ُ ‫ْج ِد ْال َح َر ِام َو َحي‬
‫ْث َما ُك ْنتُ ْم‬ ْ ‫ فَ َو ِّل َوجْ هَكَ َش‬z‫ضاهَا‬
ِ ‫ط َر ْال َمس‬ َ ْ‫ب َوجْ ِهكَ فِي ال َّس َما ِء فَلَنُ َولِّيَنَّكَ قِ ْبلَةً تَر‬ َ ُّ‫قَ ْد ن ََرى تَقَل‬
ْ ‫م َش‬zْ ‫فَ َولُّوا ُوجُوهَ ُك‬
ُ‫ط َره‬
“Sungguh Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit. Maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram. Dan dimana saja kamu berada palingkanlah mukamu ke arahnya”.
Al-Barra’ mengatakan setelah sampai di kota Madinah, Rasul saw shalat menghadap Baitul
Maqdis selama 16 bulan, padahal Ia lebih suka berkiblat ke Ka’bah. Maka setiap kali shalat,
Nabi selalu menengadah ke langit mengharap turunnya wahyu yang memerintahkan beliau
menghadap ke Ka’bah. Maka justru itu, turunlah ayat di atas.

Peristiwa yang menyebabkan turunnya suatu ayat pada hakikatnya adalah hadis. Oleh sebab
itu, asbabun nuzul termasuk ilmu riwayah bukan dirayah. Ia ada yang shahih dan ada pula
yang tidak shahih. Yang boleh dijadikan pedoman dalam menentukan asbabun nuzul adalah
perkataan para sahabat yang langsung menyaksikan peristiwa, atau diterimanya berita tentang
peristiwa itu dari sahabat lain.

No 2
Surat Al Baqarah ayat 79

ْ َ‫ بِ ِه ثَ َمنًا قَلِياًل ۖ فَ َو ْي ٌل لَهُ ْم ِم َّما َكتَب‬z‫َاب بَِأ ْي ِدي ِه ْم ثُ َّم يَقُولُونَ ٰهَ َذا ِم ْن ِع ْن ِد هَّللا ِ لِيَ ْشتَرُوا‬
‫ت‬ َ ‫فَ َو ْي ٌل لِلَّ ِذينَ يَ ْكتُبُونَ ْال ِكت‬
َ‫َأ ْي ِدي ِه ْم َو َو ْي ٌل لَهُ ْم ِم َّما يَ ْك ِسبُون‬
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan
mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka,
akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi
mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (Surat Al-Baqarah: 79)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma tentang firman Allah di atas ia berkata, “Ayat ini
turun terkait ahlul kitab.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalan Ikrimah dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Ayat
ini turun terkait ulama-ulama Yahudi, mereka menemukan ciri-ciri Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam tertulis dalam Taurat; bermata hitam, bermata besar dan bening, berpostur sedang,
berambut ikal dan berwajah tampan. Tapi mereka menghapus ciri-ciri ini karena iri dan
dengki. Atau mereka mengatakan, “Kami mendapatinya (dalam kitab kami) bertubuh
jangkung, bermata biru dan berambut lurus.”
Penamaan Surat Al-Baqarah. Surat yang mulia ini dinamakan Al-Baqarah untuk mengenang
mukjizat luar biasa yang muncul di zaman Nabi Musa Al-Kalim (yang diajak bicara Allah).
Alkisah, seorang dari bani Israil terbunuh tanpa ada yang mengetahui siapa pembunuhnya.
Mereka melaporkan masalah ini kepada Nabi Musa dengan harapan ia bisa mengetahui si
pelaku. Lantas Allah mewahyukan kepada Musa agar ia memerintah mereka menyembelih
seekor sapi dan memukulkan bagian dari sapi ini kepada korban yang terbunuh. Maka korban
akan hidup dengan izin Allah dan memberitahukan kepada mereka siapa yang telah
membunuhnya. Hal ini sekaligus menjadi bukti atas kemampuan Allah menghidupkan
makhluk setelah mati. Kisah ini akan disebutkan dengan lengkap di tempatnya, insya Allah.

No.3
َ ‫صاَل ةَ َوَأ ْنتُ ْم ُس َك‬
‫ارى‬ َّ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَ ْق َربُوا ال‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu dekati shalat padahal kamu sedang mabuk”.

Pada suatu ketika Abdurrahman bin Auf melakukan jamuan (kenduri). Dia mengundang para
sahabat Nabi dan menjamu mereka dengan makanan dan minuman khamr. Mereka pun
berpesta dengan makanan dan minuman tersebut kemudian mabuk. Selanjutnya waktu
maghrib pun tiba. Mereka lalu shalat dengan diimami oleh seorang dari mereka. Sang imam
dalam shalatnya membaca surah dengan bacaan yang salah. Beliau membaca laa nafyi (kata
yang bermakna tidak) pada kata Laa a’budu maa ta’budun tidak dipanjangkan, sehingga
berubah maknanya. Peristiwa ini kemudian disampaikan kepada Nabi, maka turunlah ayat di
atas.

Ketiga, Harapan dan Keinginan, seperti turunnya ayat:

‫وهَ ُك ْم‬zz‫ا ُك ْنتُ ْم فَ َولُّوا ُو ُج‬z‫ْث َم‬ ْ z‫ك َش‬


ُ ‫ َر ِام َو َحي‬z‫ ِج ِد ْال َح‬z‫ط َر ْال َم ْس‬ َ zَ‫ َو ِّل َوجْ ه‬zَ‫اهَا ف‬z‫ض‬ َ َّ‫ َما ِء فَلَنُ َولِّيَن‬z‫الس‬
َ ْ‫ةً تَر‬zَ‫ك قِ ْبل‬ َ ُّ‫قَ ْد نَ َرى تَقَل‬
َ ‫ب َوجْ ِه‬
َّ ‫ك فِي‬
ُ‫ط َره‬ ْ ‫َش‬

“Sungguh Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit. Maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram. Dan dimana saja kamu berada palingkanlah mukamu ke arahnya”.
Al-Barra’ mengatakan setelah sampai di kota Madinah, Rasul saw shalat menghadap Baitul
Maqdis selama 16 bulan, padahal Ia lebih suka berkiblat ke Ka’bah. Maka setiap kali shalat,
Nabi selalu menengadah ke langit mengharap turunnya wahyu yang memerintahkan beliau
menghadap ke Ka’bah. Maka justru itu, turunlah ayat di atas.

Peristiwa yang menyebabkan turunnya suatu ayat pada hakikatnya adalah hadis. Oleh sebab
itu, asbabun nuzul termasuk ilmu riwayah bukan dirayah. Ia ada yang shahih dan ada pula
yang tidak shahih. Yang boleh dijadikan pedoman dalam menentukan asbabun nuzul adalah
perkataan para sahabat yang langsung menyaksikan peristiwa, atau diterimanya berita tentang
peristiwa itu dari sahabat lain.

Anda mungkin juga menyukai