ًس ا ْم َرأَة
َّ ضا َو َِل يَ ْش َهدَ َجنَازَ ة ً َو َِل يَ َم ً ف أَ ْن َِل يَعُودَ َم ِري ِ سنَّةُ َعلَى ْال ُم ْعتَ ِك ُّ ت ال ْ َشةَ أَنَّ َها قَالَ َِع ْن َعائ
اف ِإ َِّل فِي
َ ص ْو ٍم َو َِل ا ْعتِ َك َ اف ِإ َِّل ِب
َ َو َِل يُبَا ِش َر َها َو َِل يَ ْخ ُر َج ِل َحا َج ٍة ِإ َِّل ِل َما َِل بُدَّ ِم ْنهُ َو َِل ا ْعتِ َك
ِ َمس ِْج ٍد َج
ام ٍع
Dari Aisyah ia berkata: Sunnah (disyariatkan) bagi mu'takif tidak boleh menengok yang sakit,
menghadiri jenazah, menyentuh istri dan bercumbu dengannya, dan tidak keluar dari masjid kecuali
karena suatu keperluan yang tidak bisa dilaksanakan di masjid, tidak ada i'tikaf kecuali dengan shaum
dan tidak ada i'tikaf kecuali di masjid jami'. ( Sunan Abu daud bab al mu'takif ya'udul maridh, no 247
).
KESIMPULAN:\
1. Pengertian I’tikaf ada dua: I’tikaf lughowi (bahasa) dan I’tikaf syar’i
2. I’tikaf lughowi (bahasa) adalah menetap atau tinggal Dimana saja dan kapan saja untuk
kebaikan maupun kejelekan
3. I’tikaf syar’i adalah tinggal di masjid jami’ selama 10 hari terakhir di bulan Ramadhan dengan
niat ibadah
4. I’tikaf Ramadhan kurang atau lebih dari sepuluh hari tidak disyari’atkan (bid’ah)