Anda di halaman 1dari 2

APABILA RAMADHAN 29 HARI, APAKAH I’TIKAFNYA JADI 9 HARI?

Disusun oleh : Irfan Al-farisi

ْْٓ ‫ِل ِب ْي ِه َوقَ ْو ِم ٖه َما ٰه ِذ ِه الت َّ َماثِ ْي ُل الَّ ِت‬


َ‫ي ا َ ْنت ُ ْم لَ َها عٰ ِكفُ ْون‬ َ ِ ‫اِذْ قَا َل‬
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, “Patung-patung apakah ini yang
kamu i'tikaf (tetap menyembah) kepadanya?” ( Qs. Al-Anbiyā : 52 )

‫ّٰللا فَ ََل ت َ ْق َرب ُْوه َۗا َك ٰذلِكَ يُبَ ِينُ ه‬


ِ َّ‫ّٰللاُ ٰا ٰيتِ ٖه ِللن‬
َ‫اس لَ َعلَّ ُه ْم يَتَّقُ ْون‬ ِ ‫َو َِل تُبَا ِش ُر ْوه َُّن َوا َ ْنت ُ ْم عٰ ِكفُ ْو َۙنَ فِى ْال َمسٰ ِج ِد ۗ ِت ْلكَ ُحد ُْود ُ ه‬
"Dan janganlah kamu campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah
ketentuan-ketentuan Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa." ( Qs. Al Baqoroh : 187 )

َ ‫سلَّ َم قَا َل َم ْن َكانَ ا ْعتَ َك‬


‫ف‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّٰللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ّٰللاُ َع ْنهُ أَ َّن َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬
َ ‫ّٰللا‬ َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫س ِعي ٍد ْال ُخد ِْري ِ َر‬ َ ‫َع ْن أَ ِبي‬
ِ ‫ف ْال َع ْش َر ْاْل َ َو‬
‫اخ َر‬ ْ ‫َم ِعي فَ ْل َي ْعتَ ِك‬
Dari Abu said Al khudriy ia berkata : telah bersabda Rasulullah Saw, "Barangsiapa yang beri'tikaf
bersamaku hendaklah ia beri'tikaf di 10 hari terakhir". ( Shohih Al Bukhari, kitab al i'tikaf bab al i'tikaf
fil asyril awakhiri, no 2027 )

ِ ‫ف ْال َع ْش َر ْاْل َ َو‬


‫اخ َر ِم ْن‬ ُ ‫سلَّ َم َكانَ َي ْعتَ ِك‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َّ ‫ّٰللاُ َع ْن َها أَ َّن النَّ ِب‬
َ ‫ي‬ َّ ‫ي‬َ ‫ض‬ ِ ‫شةَ َر‬َ ‫َع ْن َعا ِئ‬
َّ ُ‫ضانَ َحتَّى تَ َوفَّاه‬
‫ّٰللاُ َع َّز َو َج َّل‬ َ ‫َر َم‬
Dari Aisyah ia berkata : Rasulallah Saw biasa beri'tikaf di 10 hari terakhir dari bulan ramadhan hingga
Allah mewafatkannya. ( Hr. Imam Muslim 1:479)

ً‫س ا ْم َرأَة‬
َّ ‫ضا َو َِل يَ ْش َهدَ َجنَازَ ة ً َو َِل يَ َم‬ ً ‫ف أَ ْن َِل يَعُودَ َم ِري‬ ِ ‫سنَّةُ َعلَى ْال ُم ْعتَ ِك‬ ُّ ‫ت ال‬ ْ َ‫شةَ أَنَّ َها قَال‬َ ِ‫َع ْن َعائ‬
‫اف ِإ َِّل فِي‬
َ ‫ص ْو ٍم َو َِل ا ْعتِ َك‬ َ ‫اف ِإ َِّل ِب‬
َ ‫َو َِل يُبَا ِش َر َها َو َِل يَ ْخ ُر َج ِل َحا َج ٍة ِإ َِّل ِل َما َِل بُدَّ ِم ْنهُ َو َِل ا ْعتِ َك‬
ِ ‫َمس ِْج ٍد َج‬
‫ام ٍع‬

Dari Aisyah ia berkata: Sunnah (disyariatkan) bagi mu'takif tidak boleh menengok yang sakit,
menghadiri jenazah, menyentuh istri dan bercumbu dengannya, dan tidak keluar dari masjid kecuali
karena suatu keperluan yang tidak bisa dilaksanakan di masjid, tidak ada i'tikaf kecuali dengan shaum
dan tidak ada i'tikaf kecuali di masjid jami'. ( Sunan Abu daud bab al mu'takif ya'udul maridh, no 247
).

ُ ‫سلَّ َم تِ ْسعًا َو ِع ْش ِرينَ أَ ْكثَ َر ِم َّما‬


‫ص ْمنَا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ِ ‫ص ْمنَا َم َع النَّبِي‬
ُ ‫َع ْن اب ِْن َم ْسعُو ٍد قَا َل َ َما‬
َ‫َمعَهُ ثَ ََلثِين‬
Dari Ibnu Mas'ud ia berkata : "Shaum yang kami laksanakan bersama Rasulullah Saw selama 29 hari
lebih banyak daripada shaum yang kami laksanakan bersamanya selama 30 hari". ( Hr. Ad Daruquthni,
Ath Thabrani, Ahmad dan Al Baihaqi )

‫ضان‬ ُ ‫سلَّ َم يَ ْعتَ ِك‬


َ ‫ف فِي ُك ِل َر َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّٰللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ ُّ ِ‫ّٰللاُ َع ْنهُ قَا َل َكانَ النَّب‬
َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ِ ‫َع ْن أَبِي ه َُري َْرةَ َر‬
‫ف ِع ْش ِرينَ َي ْو ًما‬َ ‫ض ِفي ِه ا ْعتَ َك‬ َ ِ‫َع ْش َرة َ أَي ٍَّام فَلَ َّما َكانَ ْال َعا ُم الَّذِي قُب‬
Dari Abu Hurairah ia berkata : "Nabi Saw biasa beri'tikaf di setiap ramadhan 10 hari, ketika di tahun
beliau wafat beliau i'tikaf selama 20 hari". ( Shohih Al Bukhari, Kitab al I'tikaf bab al i'tikaf fil asyril
ausath min romadhan, no 2044 )
Dari ayat dan hadits-hadits di atas teranglah bahwa I’tikaf itu termasuk ibadah mahdzoh yang
mempunyai ketentuan ketentuan khusus (sifatin makhshushotin). Ketentuan-ketentuan tersebut
mengikat dan menjadikannya sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ibarat shalat sunat rawatib
yang dua raka’at, tidak bisa dengan alasan sunat dilaksanakan satu raka’at saja. Karena ia telah menjadi
ibadah mahdzoh yang terikat dengan aturan, sehingga dalam hal ini kita dituntut untuk melaksanakan
saja tanpa harus berfikir untuk membuat hal-hal baru sekehendak kita. Apalagi berani meninggalkan
dalil untuk mengamalkan fikiran sendiri, seperti melebihi atau mengurangi jumlah hari I’tikaf, atau
hanya melaksanakan I’tikaf di malamnya saja, atau beri’tikaf di luar masjid. Jika tidak sesuai dengan
yang disyari’atkan maka pelaksanaan I’tikaf seperti itu tidak bisa disebut I’tikaf syar’I melainkan hanya
I’tikaf lughowi saja. Dan jika diyakini sebagai tuntunan syari’at maka I’tikaf semacam itu adalah I’tikaf
Bid’ah.

KESIMPULAN:\
1. Pengertian I’tikaf ada dua: I’tikaf lughowi (bahasa) dan I’tikaf syar’i
2. I’tikaf lughowi (bahasa) adalah menetap atau tinggal Dimana saja dan kapan saja untuk
kebaikan maupun kejelekan
3. I’tikaf syar’i adalah tinggal di masjid jami’ selama 10 hari terakhir di bulan Ramadhan dengan
niat ibadah
4. I’tikaf Ramadhan kurang atau lebih dari sepuluh hari tidak disyari’atkan (bid’ah)

Anda mungkin juga menyukai