Anda di halaman 1dari 36

Pengembangan

Diri Muslim
Ustadz Endri
Nugraha Laksana

@ngaji.bareng Ngaji Bareng Media


Dikemukakan oleh Ibnu Ishâq dan al-Baihaqî yang
bersumber dari Ibnu Abbas. Ibnu Abbas berkata:

Ketika para pendeta Yahudi dan Nasrani dari suku


Najran berkumpul di hadapan Rasulullah SAW, yang
saat itu tengah mengajak mereka masuk Islam, maka
salah seorang di antara mereka yaitu Abu Rafi’ al-
Quradhi berkata:

َ ْ َ ‫اﺑن‬
‫ﻣرﯾم ؟‬ ِ ْ َ ْ
‫ﻋﯾﺳﻰ‬ ِ ‫ﱠ‬
‫اﻟﻧﺻﺎرى‬
َ َ ُ ُ
‫ﺗﻌﺑد‬ْ َ ‫ﻛﻣﺎ‬
َ َ ‫دك‬
َ َ ُ ْ
‫ﻧﻌﺑ‬ َ ْ
‫أن‬َ ‫ﻣد‬
‫ﱠ‬ ‫ﻣﺣ‬
َ ُ ‫ﯾﺎ‬
َ ُ ْ
‫أﺗرﯾد‬ ُ َ
ِ
Apakah kamu, ya Muhammad,
menginginkan kami menyembahmu seperti
orang-orang Nasrani menyembah Isa?
Beliau (Nabi SAW) bersabda:

َ ِ َ ِ ‫ َﻣﺎ‬،‫ﻏﯾره‬
‫ﺑذﻟك‬ ِ ِ ْ َ ‫دة‬
ِ َ ‫ﺑﻌﺑﺎ‬ َ ُ ْ‫أن َﻧﺄ‬
َ ِ ِ ‫ﻣر‬ ْ َ ‫ أو‬،‫ﷲ‬ َ ْ َ ‫ﻧﻌُﺑَد‬
ِ ‫ﻏﯾر‬ َْ ‫ﷲ‬
ْ َ ‫أن‬ َ ََ
ِ ‫ﻣﻌﺎذ‬
ِ َ َ َ ‫ﺑذﻟك‬
‫أﻣرﻧﻲ‬ َ ِ َ ِ َ‫ َوﻻ‬،‫ﺑﻌﺛﻧﻲ‬ َََِ
Kami berlindung kepada Allah dari beribadah
kepada selain Allah, atau menyuruh ibadah
kepada selain-Nya. Aku tidak diutus untuk itu.
Tidak pula diperintah untuk berbuat seperti itu.
(Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli , Imâm Jalâludin ash-Suyûthî)
Dari peristiwa ini, maka Allah Ta’ala menurunkan sebuah ayat:

ً َ ِ ‫ﻛوﻧوا‬
‫ﻋﺑﺎدا ِﻟﻲ‬ ُ ُ ‫ﻟﻠﻧﺎس‬
ِ ‫ﱠ‬ ِ َ ُ
‫ﯾﻘول‬ َ ‫ﺛم‬
‫ﱠ‬ ُ َ
‫وة‬ ‫ﱠ‬ ُ
‫ﺑ‬ ‫ﱡ‬
‫واﻟﻧ‬ َ ‫ﺣﻛم‬
َ ْ ُ ْ
‫واﻟ‬ َ َ
‫اﻟﻛﺗﺎب‬
َ ِ ْ ُ ‫ﱠ‬
‫ﷲ‬ ُ
‫ﮫ‬ ‫ﯾؤﺗﯾ‬
َ ِ ْ ُ ‫أن‬ْ َ َ َ ِ ‫ﻛﺎن‬
‫ﻟﺑﺷر‬
ٍ َ َ ‫َﻣﺎ‬
ْ ُ ْ ُ ‫وﺑﻣﺎ‬
َ ُ ‫ﻛﻧﺗم َ ْﺗدُر‬
‫ﺳون‬ َ َ ِ ْ ‫ﻣون‬
َ ِ َ ‫اﻟﻛﺗﺎب‬ َ ُ ‫ﺗﻌﻠﱢ‬ َ ُ ‫ﻛﻧﺗم‬ ْ ُ ْ ُ ‫ﺑﻣﺎ‬َ ِ ‫ﯾﯾن‬َ ‫ﺑﺎﻧ ﱢ‬
ِ ‫ﻛوﻧوا َر ﱠ‬ ْ ِ َٰ َ ‫ﷲ‬
ُ ُ ‫وﻟﻛن‬ ِ ‫دون ﱠ‬ ِ ُ ‫ﻣن‬ ْ ِ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan
kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata
kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-
penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia
berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani,
karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya.
(Ali Imran : 79)
Pembahasan
Surah Ali Imran
Ayat 79
ُ‫وة ﱠ‬
‫ﺛم‬ ‫ﺣﻛم َ ﱡ‬
َ ‫واﻟﻧُﺑ ﱠ‬ ْ َ ‫اﻟﻛﺗﺎب‬
َْ ُ ‫واﻟ‬ َ َ ِ ْ ُ‫ﷲ‬‫ﯾؤﺗﯾُﮫ ﱠ‬
َ ِ ْ ُ ‫أن‬ْ َ ‫ﻟﺑﺷر‬
ٍ َ َ ِ ‫ﻛﺎن‬
َ َ ‫َﻣﺎ‬
ِ ‫دون ﱠ‬
‫ﷲ‬ ِ ُ ْ
‫ﻣن‬ِ ‫ﻟﻲ‬ِ ً
‫ﻋﺑﺎدا‬
َ ِ ُ
‫ﻛوﻧوا‬ُ ‫ﻟﻠﻧﺎس‬
ِ ‫ﱠ‬ ِ ‫ﯾﻘول‬
َ ُ َ
Tidak wajar bagi seseorang manusia
yang Allah berikan kepadanya Al Kitab,
hikmah dan kenabian, lalu dia berkata
kepada manusia: "Hendaklah kamu
menjadi penyembah-penyembahku
bukan penyembah Allah".
(Ali Imran: 79)
‫اﻟﺣرام‬
َ َ َ ْ ‫ﮭم‬
ُ ُ َ
‫ﻟ‬ ْ ُ
‫وﺣﻠﻠوا‬ ‫ﱠ‬ َ َ ‫اﻟﺣﻼل‬
َ َ َ ْ ُ ِ ْ َ َ ‫ﮭم َﺣﱠرُﻣوا‬
‫ﻋﻠﯾﮭم‬ ْ ُ ‫ِ ﱠإﻧ‬
ْ ُ ‫ﮭم إِﱠﯾﺎ‬
‫ھم‬ ُ َ ‫ﻋﺑﺎ‬
ْ ُ ‫دﺗ‬ َ ِ ‫ﻓذﻟك‬ َ ِ َ ‫ھم‬ ْ ُ ‫ﻌو‬ َ‫َ ﱠ‬
ْ ُ ‫ﻓﺎﺗﺑ‬
Sungguh rahib-rahib dan ahli ibadah itu
telah mengharamkan atas kalian apa yang
halal dan menghalalkan apa yang haram
kemudian para pengikutnya mengikutinya.
Demikianlah ibadah yang dilakukan para
pengikutnya kepada para rahib dan ahli
ibadah mereka.
(HR. Ahmad dan Tirmidzi dan beliau menghasankannya)
‫ﱢ‬
َ ُ ‫ﺗﻌﻠ‬
‫ﻣون‬ ُ
َ ‫ﻛﻧﺗم‬ ُ
ْ ‫ﺑﻣﺎ‬ْ ُ َ ‫ﺑﺎﻧ ﱢ‬
َ ِ ‫ﯾﯾن‬ ُ ُ َ
ْ ِ َ
ِ ‫وﻟﻛن ﻛوﻧوا َر ﱠ‬ ٰ
ْ ُ ْ ُ ‫وﺑﻣﺎ‬
َ ُ ‫ﻛﻧﺗم َ ْﺗدُر‬
‫ﺳون‬ َ َِ ْ
َ ِ َ ‫اﻟﻛﺗﺎب‬
Akan tetapi (dia berkata),
“Hendaklah kamu menjadi orang-
orang Rabbani, karena kamu selalu
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya.”
(Ali Imran : 79)
Abu Ubaidah ‫ﻋﻠم‬
َ ِ َ ‫ﺑﻣﺎ‬
َ ِ ‫وﻋﻣل‬
َ ِ َ َ ‫ﻋﻠم‬ َ ِ َ ‫اﻟذي‬ ِ َ ْ ِ ْ ‫ﻋﻠﻰ‬
ِ ‫اﻹﻧﺳﺎن َ ﱠ‬ ُ َ ‫ﻓﮭﻲ‬
َ َ ‫ﺗدﱡل‬
ِْ َ ْ ‫طرق‬ ُ
mendefinisikan ‫اﻟﺧﯾر‬ ِ ُ ِ ْ ِ ْ َ ِ ‫واﺷﺗﻐل‬
‫ﺑﺗﻌﻠﯾم‬ ُ َِِ َ ،
Rabbani adalah:
Yang menunjukkan pada
orang yang berilmu dan
mengamalkannya serta sibuk
mengajarkan jalan kebaikan.
Karakter Orang Rabbani

1 َ ُ ‫َ ْاﻟ‬
‫ﻣرﱢﺑﻰ‬ َ َ ِ ْ ‫ﻣون‬
‫اﻟﻛﺗﺎب‬ َ ُ ‫ﺗﻌﻠﱢ‬ ْ ُ ْ ُ ‫ﺑﻣﺎ‬
َ ُ ‫ﻛﻧﺗم‬ َِ
Al-Murobbi Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab

2 َ َ ُ ‫َ ْاﻟ‬
‫ﻣﺗرﱢﺑﻰ‬ َ ِ ْ ‫ﺳون‬
‫اﻟﻛﺗﺎب‬ ْ ُ ْ ُ ‫وﺑﻣﺎ‬
َ ُ ‫ﻛﻧﺗم َ ْﺗدُر‬ َِ َ
Al-Mutarobbi dan disebabkan kamu tetap mempelajari Al Kitab
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
Orang Rabbani
adalah generasi ‫وﻋﻠﻣُﮫ‬ َ ْ ُ ْ ‫ﺗﻌﻠم‬
َ ‫اﻟﻘرآن َ َ ﱠ‬ َ ‫ﻣن َ َ ﱠ‬ ْ ُ ُ ‫ﺧﯾ‬
ْ َ ‫رﻛم‬ َْ
yang terbaik Sebaik-baik kalian adalah
setiap masa. orang yang belajar Al-Qur`an
dan mengajarkannya.
(HR. Bukhari)
Keutamaan

Menjadi
Murobbi
Keutamaan
Menjadi Murobbi 1 Lebih Baik Daripada
Dunia dan Seisinya

Rasulullah saw bersabda:

ِ َ ‫ﻣر ﱠ‬
‫اﻟﻧﻌم‬ ِ ْ ‫ﻟك ُﺣ‬ َ ُ َ ‫ﻟك ِﻣْن أَْن‬
َ َ ‫ﯾﻛون‬ ِ َ ً‫ﺑك َرُﺟﻼ‬
ٌ ْ َ ً‫واﺣدا‬
َ َ ‫ﺧﯾر‬ َْ ،‫ﷲ‬
َ ِ ْ َ ‫ﻷن‬
َ ِ ُ‫ﯾﮭدي ﷲ‬ ِ ‫َ َﻓو‬
“Demi Allah, apabila Allah memberikan hidayah
kepada seseorang dengan perantaraan usahamu,
maka hal itu lebih baik daripada engkau memiliki
unta-unta merah.”
(Muttafaq ‘Alaih)
Keutamaan
Menjadi Murobbi 2 Mendapatkan Pahala dari
Orang yang Mengikuti

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


َ ُ ُ َ َ َ َ ُْ َ ُ َ َ ً ً َ
‫َ ْ َ ﱠ ِ ا ِ ْ ِم ُ ﱠ َ َ َ ُ ِ ِ َ َ ْ َ ُه ِ َ ُ ِ أ ْ ِ َ ْ ِ ِ َ َو َ ْ ُ ِ ْ أ ُ ِر ِ ْ ْ ٌء‬
Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan
lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan
dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang
mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi
ganjaran yang mereka peroleh.

(HR. Muslim no. 1017)


Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dalam
Syu’ab Iman dari Umar bin Khattab:

ِ ْ َ ‫ﺑﺈﯾﻣﺎن‬
‫أھل‬ َ ْ
ِ ِِ ٍ ْ
‫ﺑﻛر‬َ ْ َ
ِ ‫إﯾﻣﺎُن‬
‫أﺑﻲ‬ َ ِ ُ ‫َ ْﻟو‬
َ ْ ِ ‫وزن‬
‫ﺑﮭم‬
ْ ِ ِ ‫ﺟﺢ‬َ ‫ﻟر ﱠ‬ ِ َْ ْ
َ َ ‫اﻷرض‬
Jika ditimbang keimanan Abu Bakar
dengan keimanan seluruh umat maka
akan lebih berat keimanan Abu Bakar.
(Syu’abul-Iman, bab Al-Qaul fi Ziyadatil-Iman wa
Naqshanih; I/69)
Keutamaan
Menjadi Murobbi 3 Didoakan Allah, Malaikat,
Penduduk Langit, Penduduk
Bumi, Ikan di Lautan, dan
Semut di Sarangnya
Sabda Rasulullah:

‫وﺣﺗﻰ‬‫ﺣرھﺎ َ َ ﱠ‬ َ َ ْ ‫اﻟﻧ‬
َ ِ ْ ‫ﻣﻠﺔ ِﻓﻲ ُﺟ‬ ‫ﺣﺗﻰ ﱠ‬ َ ِ َ َ ْ َ ‫ﺳﻣوات‬
‫واﻷرﺿﯾن َ ﱠ‬ َ ْ َ‫وﻣﻼﺋﻛﺗُﮫ َوأ‬
ِ َ َ ‫ھل اﻟ ﱠ‬ َ ‫إِﱠن ﱠ‬
ََِ َ َ َ ‫ﷲ‬
َ ْ ‫اﻟﻧﺎس‬
َ ْ ‫اﻟﺧ‬
‫ﯾر‬ ِ ‫ﻣﻌﻠم ﱠ‬ ‫ﱢ‬ َ َ ‫ﯾﺻﻠون‬
ِ َ ُ ‫ﻋﻠﻰ‬ َ ُ ‫ْاﻟ‬
َ ‫ﺣوت َﻟ ُ َ ﱡ‬
Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penduduk
langit dan bumi sampai pun semut di sarangnya dan
ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang
yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.

(HR. At-Tirmidzi)
Ketakutan

Menjadi
Murobbi
Ketakutan
Menjadi Murobbi 1 Merasa Tidak
Punya Ilmu

Mereka yang mau menjadi murobbi seringkali


terbayangi bahwa dirinya belum mempunyai ilmu
yang cukup tentang ke-Islaman. Apalagi sejak kecil
tidak diasuh dalam keluarga pesantren atau tidak
diajarkan tentang ilmu ke-Islaman.

Sehingga muncul pertanyaan,


apakah pantas saya menjadi
murobbi?
Dalam masalah ini, Rasulullah saw
menjawab :
َ ْ َ ‫ َ ُ ﱠب ُ َ ﱠ ـ َ ْاو‬, ُ َ َ َ َ ُ َ ‫َ ﱠ َ ُ ا ْ َ ًأ َ َ ﱠ َ ْ ً َ َ ﱠ ـ‬
ٍِ ِ ٍ ِ ِ ِ
Semoga Allah memberi kebaikan
kepada orang yang mendengar
sesuatu dariku lalu menyampaikannya
sebagaimana ia mendengarnya, bisa jdi
orang yang diberi penyampaian itu
lebih bisa memahami daripada orang
yang mendengar langsung".

(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia


berkata: "Ini hadits Hasan Shahih")
Yang dituntut dari agama ini adalah
sampaikan yang kita tahu. Kita tidak
perlu memaksakan diri untuk
menyampaikan yang kita tidak tahu.
Hal ini malah dilarang dalam agama.

Seandainya kita tidak tahu, maka


yang harus kita lakukan adalah
mencari tahu, bukan memaksakan
diri memberitahu.

Sayyidina Ali ra berkata,


“Ilmu jika disampaikan akan
bertambah”
Ketakutan
Menjadi Murobbi 2 Bukankah Sudah Ada
Ulama Besar dan Para Kiai?

Seringkali mereka yang mau menjadi murobbi dibayangi


rasa gentar karena sudah banyak ulama besar yang
lebih pantas menjadi murobbi.

“Apalah kita dibandingkan mereka.”


Rasulullah saw sudah menjawab
dalam masalah ini. Dari Abdullah bin
Amr ra, bahwa Nabi saw bersabda:

ً َ ‫وﻟو‬
‫آﯾﺔ‬ ُ‫َﱢ‬
‫ﺑﻠﻐوا َ ﱢ‬
ْ َ َ ‫ﻋﻧﻰ‬
Sampaikanlah dariku walau
hanya satu ayat.
(HR. Bukhari)
Ulama besar dan para kiai tentu saja tidak mampu
untuk menjadi murobbi bagi seluruh manusia.
Bahkan di pesantren, ulama besar dan para kiai
membutuhkan peran para Pembina Asrama.

Kaum Muslimin bisa saja mengikuti kajian para ulama


dan kiai lewat media sosial atau langsung mengikuti
kajiannya. Tetapi dalam keseharian, para ulama dan
kiai tidak bisa selalu mendampingi karena
keterbatasan tenaga dan waktu. Maka peran
murobbi adalah mendampingi para mutarobbi
untuk berinteraksi dengan Islam dalam keseharian.
Baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun
kehidupan berorganisasi.
Al-Mubarrid berpendapat bahwa
murobbi adalah:

ْ ُ ‫ﯾﻌﻠﱢُﻣ‬
‫ﮭم‬ َ ُ : ‫اﻟﻧﺎس أي‬َ ‫ب ﱠ‬ َِْْ ‫ب‬
َ ُ َ ‫اﻟﻌﻠم و‬
‫ﯾر ﱡ‬ ِ ‫ھو ﱠ‬
َ ُ ‫اﻟذي‬
‫ﯾر ﱡ‬ َ ُ ‫َو‬
ْ ِ ِ ْ َ ِ ‫ﯾﻘوم‬
‫ﺑﺄﻣرھم‬ ْ ُ ُ ‫َو ُ َ ﱢ‬
ُ ْ ُ َ ‫ﯾﺻﻠﺣﮭم َو‬
yang mengurus ilmu, dan yang
mengurus manusia, yaitu yang
mengajar, membina keshalihan dan
yang bertanggung jawab tentang
urusan manusia.

Al-Mubarrid menisbatkannya pada


ُ ‫رﺑ ﱠ‬
‫ﯾﺔ‬ ‫ ﱠ‬yaitu yang memelihara ilmu dan
ِ ْ ‫اﻟﺗ‬
mendidik manusia.
Ketakutan
Menjadi Murobbi 3 Belum Bisa
Mengamalkan Islam

Ketakutan yang sering muncul dalam diri seorang


murobbi, bahkan seringkali menghentikan dirinya
dari dakwah Islamiyah adalah merasa belum
mampu mengamalkan ajaran Islam.

Sehingga dirinya selalu merasa belum bisa


memberi teladan kepada mutarobbinya, dan
merasa diancam dengan Al-Qur’an Surat Al-
Baqarah ayat 44 dan Ash-Shaff ayat 2-3.
Persoalan ini dijawab oleh Anas bin Malik yang
bertanya kepada Rasulullah saw:

ِ َ ْ ‫ﺣﺗﻲ َﻧ‬
‫ﺟﺗﻧُﺑُﮫ‬ ِ َ ْ ُ ‫ﻋن ْاﻟ‬
‫ﻣﻧﻛر َ ﱠ‬ َ ْ َ َ‫ﻧﻔﻌﻠُُﮫ َو ﻻ‬
ِ َ ‫ﻧﻧﮭﻲ‬ َ ْ َ ‫ﺣﺗﻲ‬
‫ْوف َ ﱠ‬ َ ْ ِ ‫ﷲ ﻻَ َﻧﺄُْﻣُر‬
ِ ‫ﺑﺎﻟﻣْﻌُر‬ َ ‫َﯾﺎ َرُﺳ‬
ِ ‫ْول‬
“Wahai Rasulallah SAW, tidaklah aku
memerintahkan kebaikan sehingga aku sendiri
melakukannya, dan tidaklah aku mencegah
kemungkaran sehingga aku menjauhinya”.

Maka Rasulullah SAW menjawab :


‫ﺟﺗﻧُﺑ ْوهُ ُﻛﻠﱡُﮫ‬ ِ َ ْ ُ ‫ﻋن ْاﻟ‬
ِ َ ْ ‫ﻣﻧﻛر َو ِاْن َ ْﻟم َﺗ‬ َ ْ ‫ﺗﻔﻌﻠُ َْوه َو‬
ِ َ ‫اﻧﮭ ْوا‬ َ ْ َ ‫ْوف َو ِاْن َ ْﻟم‬ َ ْ ِ ‫ُﻣُر ْوا‬
ِ ‫ﺑﺎﻟﻣْﻌُر‬
“Perintahkan olehmu akan kebaikan walaupun
kamu belum melakukannya. Dan cegahlah olehmu
kemungkaran walaupun kamu belum menjauhkan
seluruhnya".

(HR. Ath-Thabrany)
Islam memerintahkan dua hal:
Ÿ Dakwah kepada diri sendiri
Ÿ Dakwah kepada orang lain
Jika seorang Muslim menjalankan keduanya,
maka sempurnalah pahalanya. Jika seorang
Muslim meninggalkan salah satunya, maka dia
mendapatkan pahala satu, dan dosa satu.

Untuk itulah Imam Ibnu Taimah dalam kitabnya


“Amar Ma’ruf Nahi Mungkar” mengatakan:
“Bagi seorang pemabuk, wajib mencegah
orang lain mabuk seperti dirinya”.

Sedangkan Ibnu Katsir dalam Tafsirnya berkata


“Jika seseorang berdakwah kepada orang lain
menunggu dirinya sempurna, maka tidak ada
orang yang akan berdakwah di muka bumi”.
Ketakutan
Menjadi Murobbi 4 “Bagaimana Kalau Orang
Menolak Ajakan Kita?”

Yang kadangkala menghantui para calon


murobbi adalah ketakutan orang menolak
dakwah kita, dikarenakan keterbatasan kita.
Seorang murobbi membayangkan bagaimana
orang bisa mendapatkan hidayah lewat ajakan dan
omongan kita.
Allah SWT menjawab masalah ini:

ْ َ ‫ﯾﮭدي‬
‫ﻣن‬ َِْ ‫ﷲ‬‫وﻟﻛﱠن َﱠ‬ِ َ ٰ َ ‫أﺣﺑﺑت‬
َ ْ َ ْ َ ‫ﻣن‬ ِ ْ َ ‫إﻧك َﻻ‬
ْ َ ‫ﺗﮭدي‬ َ ‫ِﱠ‬
‫ﺑﺎﻟﻣﮭﺗدﯾن‬ ُ َ ْ َ ‫وھو‬
َ ِ َ ْ ُ ْ ِ ‫أﻋﻠم‬ ُ َ َ
َ ُ َ ۚ ‫ﯾﺷﺎء‬
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk.

(Al-Qashash : 56)
Yang perlu kita sadari bahwa hidayah adalah
wewenang Allah SWT sepenuhnya. Orang
yang terbaik di antara manusia, ayitu Rasulullah
saw saja tidak dapat memberi hidayah kepada
pamannya, Abu Thalib, untuk masuk Islam.

Bahkan Rasulullah saw dan para shahabat


menghadapi penolakan dakwah saat di Makkah,
di Thaif, di musim haji dan lain-lain.

Tugas kita hanya menjadi murobbi,


hidayah adalah wewenang Allah
SWT sepenuhnya.
Ketakutan
Menjadi Murobbi 5 Merasa Belum Berpengalaman
dan Belum Menemukan
Metode Efektif dalam Dakwah
Seorang murobbi kadang merasa ragu dalam
berdakwah karena belum berpengalaman
dalam berdakwah dan belum menemukan
metode yang efektif dalam berdakwah.

Sehingga dia masih mencari-cari bagaimana


metode efektif dalam berdakwah.
Allah SWT menjawab persoalan ini:

َ ْ َ ‫ﺑك ۖ َوإِْن َ ْﻟم‬


‫ﺗﻔﻌْل‬ َ ‫ﯾك ِﻣْن َر ﱢ‬ َ ِ ْ ُ ‫ﺑﻠﻎ َﻣﺎ‬
َ ْ ‫أﻧزل ِ َإﻟ‬ ْ ‫ﯾﮭﺎ اﻟﱠرُﺳوُل َ ﱢ‬َ ‫َﯾﺎ أَ ﱡ‬
‫ﷲ َﻻ‬ َ ‫اﻟﻧﺎس ۗ إِﱠن ﱠ‬
ِ ‫ﻣن ﱠ‬ ِ ْ ‫وﷲُ َﯾ‬
َ ُ ‫ﻌﺻ‬
َ ِ ‫ﻣك‬ ‫رﺳﺎﻟﺗُﮫ ۚ َ ﱠ‬ َ ْ ‫ﻓﻣﺎ َ ﱠ‬
َ َ َ ِ ‫ﺑﻠﻐت‬ ََ
َ ِ ِ َ ْ ‫ْوم‬
‫اﻟﻛﺎﻓرﯾن‬ َ ‫اﻟﻘ‬َ ْ ‫ﮭدي‬ ِ ْ ‫َﯾ‬
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.

(Al-Maa’idah : 56)
Rasulullah saw ketika ditolak dakwahnya di
Tha’if, maka beliau mendakwahi para jama’ah
haji di Mina. Setiap kali Rasulullah saw
berdakwah kepada mereka, Umayyah dan Abu
Jahal mengikutinya dan mengatakan bahwa
Muhammad adalah orang gila.

Maka semua kabilah Arab menolak dakwah


Muhammad. Tetapi Rasulullah saw terus
berdakwah sampai akhirnya Suku Khazraj
menerima dakwah Rasulullah saw, dan itu
menjadi prolog terjadinya peristiwa hijrah.
Menjadi Murobbi
Adalah Darah dan
Nafas Bagi Aplikasi
Ajaran Islam
Bisa Dibuktikan dalam Perjalanan Dakwah Kaum Muslimin

Fase Awal Di Tha’if Di Mina kepada Di Madinah


di Makkah Jama’ah Haji
al-Mukaramah

Pada Masa Pada Masa Kepada para Raja Setelah


Tabi’in Khulafaur Rasyidin Perjanjian Hudaibiyah

Pada Masa Pada Masa Pada Masa Sampai Hari


Tabi’ut-Tabi’in Daulah Islamiyah Sekarang Kiamat
‫ﻣرﺑﯾﺎ‬ ُ
ً ‫ﻧﻛون ُ َ ﱢ‬ َ
َ ْ ‫أن‬ َ ‫ﻻَ ُ ﱠ‬
ْ ‫ﺑد‬
Tidak Bisa Tidak, Kita
Harus Menjadi Murobbi

Anda mungkin juga menyukai