PEMBAHASAN
1
Al-Qur’an, Syaamil Al-Qur’an Terjemah Per-Kata, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009, hlm. 75
3
4
1. Tafsir Al-Qurtubi4
2
Jalaluddin as-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-Sebab Turunnya Ayat, penj., Tim Abdul
Hayyie, cet. 1, Jakarta: Gema Insani, 2008, hlm. 148-149
3
Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Al-Qur’an Al-‘azhim: Tafsir
Ibnu Kasir, penj., Bahrun Abu Bakar, cet., 1, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000, hlm. 358
4
Syaikh Imam Al-Qurtubi, Al Jami’ li Ahkam Al-Qur’an: Tafsir Al Qurtubi, penj., Dudi
Rosyadi, et al., edit., Ahmad Zubairin, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, hlm. 765-784
5
5
QS. Ali-‘Imran: 190
6
HR. Bukhari pada pembahasan tentang tafsir (3/116), dan Muslim pada pembahasan tentang
tata cara shalat bagi orang yang sedang bepergian, bab: Doa yang dibaca pada shalat malam
(6/526).
6
7
QS. Ali-‘Imran: 191
8
QS. An-Nisaa’: 103
7
9
QS. Ali-‘Imran: 191
10
Hadits ini disebutkan oleh As-Suyuthi dalam kitab Al Jaami’ Al Kabiir (2/1142) yang
diriwayatkan dari Abu Asy-Syeikh, dari Ibnu Abbas (hadits mauquf). Dan disebutkan juga dalam
kitab Ash-shagir (no. 3346) dan As-Suyuthi mengisyaratkan bahwa hadits ini termasuk hadits yang
lemah.
8
2. Tafsir Ath-Thabari11
Tafsir karya Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari adalah tafsir bil ma’tsur yang
mu’tabar dan banyak dijadikan rujukan para ulama. Dan dalam bagian ini
akan disebutkan tafsir surah Ali-’Imran ayat 190-191 menurut Ath-Thabari.
Pertama: Firman Allah swt. artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-
tanda bagi orang-orang yang berakal”.12
Abu Ja’far berkata: Ayat tersebut merupakan bantahan dan
argumentasi dari Allah swt. untuk orang yang mengatakan kata-kata
tersebut,13 serta hujjah bagi semua makhluk-Nya, bahwa Dialah yang
mengatur segalanya sesuai kehendak-Nya, dan kemampuan menjadikan kaya
dan miskin ada di tangan-Nya.
Allah swt. berfirman, “Wahai manusia, merenung dan ambillah
pelajaran! Sungguh, apa yang Aku ciptakan di langit dan di bumi adalah
untuk kehidupan, kebutuhan, dan rezeki kalian. Demikian pula siang dan
malam, keduanya Aku jadikan bergantian; pada siang hari kalian bekerja,
sementara pada malam hari kalian istirahat. Sungguh, pada semuanya ada
pelajaran dan tanda kekuasaan-Ku. Siapa saja diantara kalian yang memiliki
akal, pasti tahu bahwa menyatakan kefakiran kepada-Ku dan menyatakan
yang lain sebagai yang kaya, adalah sebuah kedustaan yang nyata, karena
semuanya ada di tangan-Ku. Akulah yang mengaturnya, dan seandainya Aku
membatalkannya maka kalian pasti hancur.”
Bagaimana bisa kefakiran itu dituduhkan kepada Allah, Dzat Yang
memiliki segala makhluk hidup, baik di langit maupun di bumi, bahkan
11
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami’ Al Bayan an Ta’wil Ayi Al Qur’an:
Tafsir Ath-Thabari, penj., Akhmad Affandi, edit., Besus Hidayat Amin, Jakarta: Pustaka Azzam,
2008, hlm. 303-308
12
QS. Ali-‘Imran [3]: 190
13
Maksudnya kata “Sesungguhnya Allah fakir, sementara kami kaya” dalam tafsir Ath-
Thabari pada surah Ali-‘Imran ayat 189.
9
14
QS. Ali-‘Imran [3]: 191
10
Allah swt. lalu menyifati orang-orang tersebut dengan Ulul Albab (yang
berakal), adalah karena jika mereka melihat orang-orang yang diperintah dan
yang dilarang, maka ia berkata, “Wahai Rabb, Engkau tidak menciptakan
mereka dalam keadaan batil atau sebatas senda-gurau, akan tetapi Engkau
menciptakan mereka karena perkara yang sangat besar, yakni neraka atau
surga.”
Mereka kemudian memohon kepada Allah swt. agar diselamatkan dari
api neraka dan tidak dijadikan sebagai orang yang bermaksiat kepada-Nya
serta menentang perintah-Nya, sehingga menjadi ahli neraka.
15
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir min Ibni Katsiir:
Ringkasan Ibnu Katsir, penj., M. Abdul Ghoffar, edit., M. Yusuf, et al., muraja’ah tim Pustaka
Imam Syafi’I, Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, hlm. xi
11
16
Ibid, hlm. 210-213
12
17
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, cet.,
3, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 8
14
18
Ibid.
19
Abdul Mujib dan Ahmad Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, cet., 2, Jakarta: Kencana,
2008, hlm. 27-29
20
Ibid.
21
QS. Ali-‘Imran:190-191
15
menjelaskan hal ini dalam tafsirnya mengenai tafsir surah Ali-‘Imran ayat
190 di atas. Dengan merujuk pada tafsirnya, maka ayat ini membicarakan
berbagai bidang ilmu seperti: Astronomi, Biologi, Fisika, Kimia, Geografi,
dan lain-lain.
3. Pengetahuan. Dalam aspek pendidikan ada tiga ranah yang dikembangkan
dari peserta didik, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotorik. Kognitif
merupakan salah satu kompetensi inti dalam Kurikulum 2013, yaitu
memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah
dan di sekolah.22 Pengetahuan tidak didapat kecuali dengan mengembangkan
potensi akal, dan ini telah tertuang dalam surah Ali-’Imran menurut Al-
Qurthubi di atas.
4. Sikap dan keterampilan. Keduanya dalam pendidikan disebut afektif dan
psikomotorik. Pendidikan tidak hanya menekankan pada ranah kognitif tetapi
juga pada aspek afektif dan psikomotorik, ketiganya (termasuk kognitif) tidak
dapat dipisahkan bahkan harus seimbang. Dan kedua aspek ini telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. yang tertuang dalam haditsnya
dalam menafsirkan dan merealisasikan ayat ini dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti dikatakan bahwa tafakur adalah thinking (kognitif), shalat dan dzikir
adalah (afektif dan psikomotorik). Inilah suri tauladan yang baik dan patut
dicontoh bagi pendidik maupun peserta didik.
22
M. Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013: Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, &
SMA/MA. cet., 1, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 50