BAB II
PEMBAHASAN
menyembuhkan
orang
yang
buta,
orang
yang
sakit
kusta
dan
emas
adalah di
Mekah.3[3]
Namun
demikian riwayat
ini
QS.
Ali-Imran:
190-200
yang
terdiri
dari
dua
puluh
lima
4[4] Syaikh Imam Al-Qurtubi, Al Jami li Ahkam Al-Quran: Tafsir Al Qurtubi, penj.,
Dudi Rosyadi, et al., edit., Ahmad Zubairin, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, hlm.
765-784
5[5] QS. Ali-Imran: 190
6[6] HR. Bukhari pada pembahasan tentang tafsir (3/116), dan Muslim pada
pembahasan tentang tata cara shalat bagi orang yang sedang bepergian, bab:
Doa yang dibaca pada shalat malam (6/526).
yang
berpikir
mengenai
Allah,
lalu
Nabi
saw.
bersabda:
Pertama:
Firman
Allah
swt.
artinya:
Sesungguhnya
dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.12[12]
Abu Jafar berkata: Ayat tersebut merupakan bantahan dan
argumentasi dari Allah swt. untuk orang yang mengatakan kata-kata
tersebut,13[13] serta hujjah bagi semua makhluk-Nya, bahwa Dialah yang
mengatur segalanya sesuai kehendak-Nya, dan kemampuan menjadikan
kaya dan miskin ada di tangan-Nya.
Allah swt. berfirman, Wahai manusia, merenung dan ambillah
pelajaran! Sungguh, apa yang Aku ciptakan di langit dan di bumi adalah
untuk kehidupan, kebutuhan, dan rezeki kalian. Demikian pula siang dan
malam, keduanya Aku jadikan bergantian; pada siang hari kalian bekerja,
sementara pada malam hari kalian istirahat. Sungguh, pada semuanya
ada pelajaran dan tanda kekuasaan-Ku. Siapa saja diantara kalian yang
memiliki akal, pasti tahu bahwa menyatakan kefakiran kepada-Ku dan
menyatakan yang lain sebagai yang kaya, adalah sebuah kedustaan yang
nyata, karena semuanya ada di tangan-Ku. Akulah yang mengaturnya,
dan seandainya Aku membatalkannya maka kalian pasti hancur.
Bagaimana bisa kefakiran itu dituduhkan kepada Allah, Dzat Yang
memiliki segala makhluk hidup, baik di langit maupun di bumi, bahkan
semuanya ada di tangan-Nya dan kembali kepada-Nya? Bagaimana bisa
seseorang dianggap kaya, sementara rezekinya ada di tangan Allah?
Oleh karena itu, berpikirlah wahai orang-orang yang berakal!
Kedua: Firman Allah swt. artinya: (Yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
11[11] Abu Jafar Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Jami Al Bayan an Tawil Ayi Al
Quran: Tafsir Ath-Thabari, penj., Akhmad Affandi, edit., Besus Hidayat Amin,
Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, hlm. 303-308
12[12] QS. Ali-Imran [3]: 190
13[13] Maksudnya kata Sesungguhnya Allah fakir, sementara kami kaya dalam
tafsir Ath-Thabari pada surah Ali-Imran ayat 189.
Arab
dan
kaidah-kaidahnya
yang
lazim
digunakan
dalam
15[15] Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir
min Ibni Katsiir: Ringkasan Ibnu Katsir, penj., M. Abdul Ghoffar, edit., M. Yusuf, et
al., murajaah tim Pustaka Imam SyafiI, Jakarta: Pustaka Imam Asy-SyafiI, hlm.
xi
duduk,
jika
kamu
berbaring
tidak
mampu,
maka
lakukanlah sambil
Maksudnya,
mereka
tidak
putus-putus
berdzikir
dalam
semua
keadaan, baik dengan hati maupun dengan lisan mereka. Dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Maksudnya, mereka
memahami apa yang terdapat pada keduanya (langit dan bumi) dari
kandungan hikmah yang menunjukkan keagungan al-Khaliq (Allah),
kekuasaan-Nya, keluasan ilmu-Nya, hikmah-Nya, pilihan-Nya, juga rahmatNya.
Syaikh Abu Sulaiman ad-Darani berkata: Sesungguhnya aku keluar
dari rumahku, lalu setiap sesuatu yang aku lihat, merupakan nikmat Allah
dan ada pelajaran bagi diriku. Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dun-ya
dalam Kitab at-Tawakkul wal Itibar.
Al-Hasan al-Basri berkata: Berfikir sejenak lebih baik dari bangun
shalat malam.
Al-Fudhail mengatakan bahwa al-Hasan berkata: Berfikir adalah
cermin yang menunjukkan kebaikan dan kejelekanmu.
Sufyan bin Uyainah berkata: Berfikir (tentang kekuasaan Allah -ed)
adalah cahaya yang masuk ke dalam hatimu.
Nabi Isa as. berkata: Berbahagialah bagi orang yang lisannya selalu
berdzikir, diamnya selalu berfikir (tentang kekuasaan Allah -ed), dan
pandangannya mempunyai ibrah (pelajaran).
Luqman al-Hakim berkata: Sesungguhnya lama menyendiri akan
mengilhamkan untuk berfikir dan lama berfikir (tentang kuasaan Allah -ed)
adalah jalan-jalan menuju pintu surga.
Sungguh Allah mencela orang yang tidak mengambil pelajaran
tentang makhluk-makhluk-Nya yang menunjukkan kepada dzat-Nya, sifatNya, syariat-Nya, kekuasaan-Nya dan tanda-tanda (kekuasaan)-Nya.
Dan di sisi lain Allah swt. memuji hamba-hamba-Nya yang
beriman:(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi. Yang mana mereka berkata: Ya Rabb,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Artinya, Engkau tidak
menciptakan
semuanya
ini
dengan
sia-sia,
tetapi
dengan
penuh
adalah
usaha
mengubah
tingkah
laku
individu
dalam
mengenai
pendidikan
Islam
adalah
proses
upaya
pengajaran,
pembiasaan,
bimbingan,
pengasuhan,
4.
5.
Melalui
upaya
pengajaran,
pembiasaan,
bimbingan,
pengasuhan,
1.
dan lain-lain.
Pengetahuan.
Dalam
aspek
pendidikan
ada
tiga
ranah
yang
memahami
pengetahuan
faktual
dengan
cara
mengamati
20[20] Ibid.
21[21] QS. Ali-Imran:190-191
22[22] M. Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013: Dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs, & SMA/MA. cet., 1, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 50
tidak didapat kecuali dengan mengembangkan potensi akal, dan ini telah
tertuang dalam surah Ali-Imran menurut Al-Qurthubi di atas.
4. Sikap dan keterampilan. Keduanya dalam pendidikan disebut afektif dan
psikomotorik. Pendidikan tidak hanya menekankan pada ranah kognitif
tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik, ketiganya (termasuk
kognitif) tidak dapat dipisahkan bahkan harus seimbang. Dan kedua aspek
ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. yang tertuang dalam
haditsnya
dalam
menafsirkan
dan
merealisasikan
ayat
ini
dalam