Anda di halaman 1dari 28

M emahami K andungan

AYAT
AL-KURSI
Ol eh :
K H . H USI N NAPARI N, L C. MA
BANJARMASIN
2010 M / 1431 H
1
AYAT AL-KURSI

<
Allah,
. l| | >
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melai nkan Dia,
_ >l `, 1l
yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya),
.:.>! . .. .
Tidak mengantuk dan tidak tidur,
.l ! . _ , . ..l ! . _ _
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi ,
_ . : _ _ : .: ..s | ..:|,
tiada yang dapat memberi syafa' at di sisi Allah tanpa izi n-Nya?
` l - , ! . _, , `,., ! . l >
Allah menget ahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di bel akang
mereka,
L,>`, ,`_ :, _. ..l s | ! ., ,! :
dan mereka ti dak mengetahui apa-apa dari il mu Allah mel ainkan apa
yang dikehendaki -Nya,
_. ,. , . ..l _
Kursi Allah mel iputi langit dan bumi ,
.::: , ! ,L>
dan Allah ti dak merasa berat memelihara keduanya,
> _l -l `,L -l
dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. "
2
Memahami Kandungan Ayat Kursi
PENDAHULUAN
Dalam Al-Qur'an ada satu ayat yang sangat populer, sebab sejak dari
orang awam sampai kepada golongan intelektual mengenalnya. Ada yang
mengatakan ayat ini sebagai penghulu Al-Qur'an, puncak daripada surah Al-
Baqarah dan paling agung diantara seluruh ayat-ayat Al-Qur'an. Itulah dia surah
Al-Baqarah ayat 255.
"Ayat ini dinamakan ayat Kursi, karena di dalamnya terdapat nama
kursi".
1
Ayat ini dikatakan paling agung, karena di dalamnya disebutkan minimal
enam belas bahkan tujuh belas kata yang menunjuk kepada Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa.
2
Ayat ini memiliki lisan dan bibir yang senantiasa mensucikan
Allah SWT.
3
Dalam ayat Kursi dilukiskan betapa kekuasaan Allah SWT, betapa
pemeliharaan dan perlindungan-Nya terhadap para hamba dan semua makhluk
ciptaan-Nya; dengan ayat ini anggapan negative terhadap Allah SWT dapat
tertolak, dan lebih jauh seseorang dapat ma'rifatullah (mengenal-Nya) dengan
sebaik-baik pengenalan.
Apa itu Kursi ?
Kursi berasal dari bahasa Arab artinya adalah tempat duduk atau
kedudukan. Bisa juga berarti penopang atau penyangga. Bila dikatakan
"kursiyyul-malik," maka kursi disini berarti singgasana atau takhta. Bila
dikatakan "kursiyyul-bilad," maka kursi disini berarti ibu kota.
4
Adapun maksud daripada kursi di dalam ayat ini, para ahli berbeda
pendapat. Bila kita membaca Inseklopedi Al-Qur'an (tematis) yang disusun oleh
Muhammad Kamil Hasan Al-Mahami dengan judul: "Al-Mausu'ah Al-
Qur'aniyah, Edisi Indonesia, Jilid 3, hal. 167 dst, disitu diuraikan sejumlah
pendapat, ada yang memberikan pengertian secara hissiy (materi) dan ada yang
memberikan pengertian secara maknawi (immateri). Mereka yang memberi
pengertian secara hissiy antara lain adalah Imam Hasan Bashri yang mengartikan
kursi adalah Al-Arsy artinya singgasana. Sementara itu Thabarsy mengatakan
bahwa Allah SWT menciptakan langit dan bumi lalu dibuat "kursi" sebagai
tempatnya, dan kemudian dibikin lagi "arsy" sebagai tempat bagi kursi.
Diriwayatkan, Rasul SAW pernah menerangkan kepada Abu Dzar bahwa langit
dan bumi dibanding dengan kursi seperti lubang sebuah cincin yang ditaruh
dipadang pasir yang luas; jika kursi dibanding dengan arsy adalah seperti halnya
lubang cincin ditaruh di padang pasir yang luas.
Isba' bin Natabah meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa langit dan
bumi beserta isinya berada di rongga kursi, kursi mempunyai empat malaikat
pemikulnya dengan izin Allah. Malaikat pertama berwujud manusia, ia berdo'a
1
Alawy Al-Maliki, 2003, hal. 84.
2
M. Quraish Shihab, 2002, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 1, hal. 664.
3
Ahsan Sakho Muhammad, Inseklopedi Al-Qur'an, Jilid 3, hal. 164.
4
Al-Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, hal. 1290.
3
meminta syafa'at dan rezeki untuk manusia; malaikat kedua berwujud lembu, ia
penghulu semua binatang ternak, ia berdo'a untuk kepentingan binatang ternak.
Sekarang ia merasa malu kepada Allah SWT karena Bani Israil menuhankan
anak sapi; malaikat ketiga berwujud burung garuda, ia penghulu burung-burung
dan berdo'a untuk kepentingan bangsa burung; dan malaikat keempat berwujud
singa, ia berdo'a untuk kepentingan semua binatang buas.
Ibnu Abbas mengartikan kursi dengan pengertian maknawi (immateri),
bahwa kursi adalah ilmu. Jadi ketika Allah SWT berfirman: Wasi'a kursiyyuhus
samawati wal ardh berarti luas ilmu-Nya meliputi langit dan bumi.
Adapun Muqatil menggabungkan antara pengertian hissiy dan maknawi
dimana menurutnya kursi adalah kerajaan (pengertian bersifat materi) dan
kekuasaan (pengertian bersifat maknawi). Wallahu 'alam.
Rahasia Ayat Kursi
Diriwayatkan Rasulullah SAW pernah bertanya kepada Abu Al-Mundzir
yaitu Ubay bin Ka'ab:
"Apa yang paling agung dalam Al-Qur'an?" Ubay menjawab: "Ayat
Kursi." Rasul berkata: "Mudah-mudahan ilmu membuatmu bahagia. Demi jiwa
Muhammad yang berada di tangan-Nya, ayat ini benar-benar memiliki lisan dan
bibir yang senantiasa mensucikan kekuasaan Allah SWT di sisi kaki Arsy."
Ats-Tsa'labi meriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. dengan sanad jayyid:
"Barang siapa membaca ayat kursi setiap usai shalat fardhu akan berada
dalam genggaman Allah SWT, Tuhan Maha Agung lagi Mulia dan laksana orang
yang berperang bersama Nabi SAW hingga gugur sebagai syahid."
Ali bin Abi Thalib pernah mendengar Rasulullah SAW berkhutbah di atas
mimbar, sabdanya:
"Siapa membaca ayat kursi setiap selesai shalat fardhu, tidak ada yang
menghalanginya untuk masuk surga kecuali kematian; tidak ada yang tekun
membaca ayat kursi kecuali orang yang benar dan ahli ibadah. Barang siapa
yang membacanya ketika hendak tidur, Allah SWT akan memberikan keampunan
terhadap dirinya, tetangganya dan tetangga dari tetangganya."
Diriwayatkan pula dari Ali bin Thalib, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai Ali, penghulu manusia adalah Adam,
- penghulu bangsa Arab adalah Muhammad,
- penghulu bangsa Persi adalah Salman,
- penghulu bangsa Romawi adalah Shuhaib,
- penghulu bangsa Habsyah adalah Bilal,
- penghulu gunung-gunung adalah gunung Sinai,
- penghulu pepohonan adalah pohon bidara,
- penghulu bulan-bulan adalah Asyhur Al-Hurum (bulan-bulan haram),
- penghulu hari adalah hari Jum'at, penghulu Kalamullah adalah Al-Qur'an,
- penghulu Al-Qur'an adalah surah Al-Baqarah, dan
- penghulu surah Al-Baqarah adalah ayat Kursi. Di dalam ayat tersebut ada
lima puluh kata,pada masing-masing kata ada lima puluh berkat."
Imam Ja'far Ash-Shadiq berkata:
4
"Setiap sesuatu mempunyai ujung (puncak), dan puncak Al-Qur'an adalah
ayat Kursi."
Imam Abu Ja'far Muhammad Al-Baqir berkata:
"Barang siapa yang membaca ayat Kursi sekali, maka Allah SWT
memalingkan daripadanya seribu kesulitann dunia dan seribu kesulitan akhirat.
Kesulitan dunia yang paling ringan adalah kefakiran dan kesulitan
akhirat yang paling ringan adalah siksa kubur."
Abdullah bin Mas'ud berkata:
"Barang siapa membaca sepuluh ayat dari pada surah Al-Baqarah pada
setiap malam di rumahnya, syaitan tidak masuk hingga pagi, yaitu empat ayat
pertama, ayat Kursi dan dua ayat berikutnya, dan tiga ayat terakhir."
Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik dialog antara Rasulullah
SAWdengan seorang sahabat.
Rasul SAW: "Wahai fulan, apakah engkau sudah beristri?"
Pulan: "Tidak, saya tidak mempunyai apa-apa untuk bisa beristri."
Rasul SAW: "Bukankah kamu memiliki Qulhuwallahu Ahad (Surah Al-
Ikhlash)?"
Pulan: "Betul"
Rasul SAW: "Itu seperempat Al-Qur'an; Bukankah kamu memiliki Qulya
Ayyuhal-kafirun (Surah Al-Kafirun)?"
Pulan: "Betul"
Rasul SAW: "Itu seperempat Al-Qur'an; Bukankah kamu memiliki Idza Dzulzilat
(Surah Az-Zalzalah)."
Pulan: "Betul"
Rasul SAW: "Itu seperempat Al-Qur'an; Bukankah kamu memiliki Idza Ja'a
Nashrullah (Surah An-Nashr)?"
Pulan: "Betul"
Rasul SAW: "Itu seperempat Al-Qur'an; Bukankah kamu memiliki ayat kursi,
Allahu la ilaha illa hu?"
Pulan: "Betul"
Rasul SAW: "Itu seperempat Al-Qur'an."
Imam Ahmad dan Nasa'i meriwayatkan dialog antara Abu Dzar Ra dengan
Rasulullah SAWdi masjid.
Rasul SAW: "Wahai Abu Dzar, sudahkah kamu shalat?"
Abu Dzar: "Belum"
Rasul SAW: "Berdirilah untuk shalat." Abu Dzar pun mendirikan shalat
kemudian duduk. Lalu Rasul berkata lagi: "Wahai Abu Dzar,
berlindunglah kamu dari kejahatan syaithan manusia dan jin.
Abu Dzar: "Wahai Rasul, apakah manusia mempunyai syaithan?"
Rasul SAW: "Betul"
Abu Dzar: "Wahai Rasul, bagaimana tentang shalat?"
Rasul SAW : "Shalat adalah sebaik-baik persoalan, siapa yang mau
kebajikannya sedikit, sedikitlah ia shalat; siapa yang mau kebajikannya
banyak, maka perbanyaklah shalat."
Abu Dzar: "Wahai rasul, bagaimana dengan puasa?"
Rasul SAW : "Puasa adalah kewajiban yang diganjar di sisi Allah dan
ganjarannya bertambah-tambah."
5
Abu Dzar: "Wahai Rasul, bagaimana dengan sedekah?"
Rasul SAW: "Sedekah itu ganjarannya berlipat ganda."
Abu Dzar: "Wahai Rasul, siapakah Nabi yang pertama?"
Rasul SAW: "Adam"
Abu Dzar: "Wahai rasul, berapa jumlah para Rasul?"
Rasul SAW: "319 atau 315, itu jumlah yang banyak"
Abu Dzar: "Ayat apa yang paling agung diturunkan kepadamu wahai Rasul?"
Rasul SAW:"Ayat Kursi"
5
Ayat Kursi sebagai Penolak Jin
Kita menemukan beberapa riwayat yang menceritakan bahwa ayat Kursi
dapat digunakan sebagai penolak jin dan setan.
Dirwayatkan, Abu Hurairah r.a. bertugas sebagai penjaga hasil zakat
Ramadhan. Di suatu malam datang seseorang yang hendak mengambil hasil
zakat tersebut. Abu Hurairah r.a. dapat menangkapnya dan ingin membawanya
kepada Rasulullah SAW tetapi ia memohon agar tidak dibawa ke hadapan
Rasulullah SAW, karena ia mencuri untuk memberi makan anak-anaknya.
Kejadian ini berlangsung sampai tiga kali. Pada kali yang ketiga, ketika
tertangkap ia minta dilepas dengan imbalan mengajarkan sesuatu yang dapat
melindungi diri dari setan. Ternyata yang ia ajarkan adalah ayat kursi. Rupanya
Rasulullah SAWmengetahui hal itu, beliau bersabda :
"Apa yang dikatakannya itu benar tetapi ia adalah pembohong."
Abu Hurairah bertanya kepada Rasul SAW :
"Siapa orang itu ?.
Rasul SAWmenjawab :
"Ia adalah setan."
Selanjutnya Rasulullah SAW menasehatkan agar ayat Kursi itu dibaca
ketika hendak tidur, karena dengan itu Allah SWT memelihara dirinya dari setan,
sehingga setan tidak bisa mendekati orang yang membacanya itu sampai pagi
hari.( HR.Bukhari).
Diriwayatkan pula dari Ubay bin Ka'ab bahwa ayahnya Ka'ab memiliki
lumbung korma yang tadinya penuh, tetapi terus menyusut dan berkurang. Suatu
malam Ka'ab mengawasi lumbung kormanya. Tiba-tiba ia melihat ada suatu
bayangan yang besarnya seperti anak yang belum baligh memasuki lumbung
korma itu tadi.
Ka'ab bertanya :
"Siapa kamu?"
Ia tidak menjawab.
Ka'ab bertanya lagi :
"Apakah kamu jin atau manusia ?"
Ia menjawab :
"Aku adalah jin."
Ka'ab bertanya lagi :
"Kalau kamu betul jin, perlihatkan tanganmu." Hal ini ia lakukan untuk
mengujinya apakah yang datang itu betul-betul jin, jangan-jangan hanya pencuri
yang ingin menakutinya. Lalu ia perlihatkan tangannya, ternyata tangannya
5
Muhammad Ali Ash-Shabuni, 1981, hal. 228 dan Ahsan Sakho Muhammad, II, hal. 167.
6
berbulu seperti anjing. Ka'ab pun mengucapkan isti'adzah kepada Allah SWT
dengan ungkapan :
.
Artinya:
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku
berlindung kepada Allah dari kamu dan makhluk lain seperti kamu."
Jin itu dapat ia tangkap. Tetapi ia bersungut-sungut minta dilepas. Ia
menerangkan bahwa mencuri korma tersebut untuk menghalangi Ka'ab dari
bersedekah karena Ka'ab seorang ahli sedekah. Ka'ab bersedia melepasnya
dengan perjanjian jin itu menerangkan kepadanya sesuatu yang bisa menghalangi
manusia daripada kejahatan jin. Jin itu menjawab bahwa yang bisa menghalangi
dari gangguan jin adalah membaca ayat Kursi. Ka'ab pun membacanya sehingga
jin itu tidak pernah lagi datang.
6
Riwayat yang semisal bahwa Abu Ayyub Al-Anshari memiliki lumbung
korma yang isinya selalu menyusut dan berkurang. Di suatu malam ketika ia
awasi ada sesosok perempuan berambut panjang memasuki lumbungnya itu.
Rambutnya kusut dan kedua matanya mengeluarkan bunga api, kukunya panjang
sangat menakutkan, tetapi ketika Abu Ayyub membaca basmallah, sosok itu
menjadi tenang. Sehingga dapat ditangkapnya. Ia menangis dan berkata mencuri
adalah untuk memberi makan anak-anaknya. Ia menasehatkan agar membaca
ayat Kursi dengan suara yang keras di rumah, baik di waktu siang, malam dan
pagi agar terbebas dari gangguan jin. Ka'ab pun membacanya sehingga sosok jin
itu tidak pernah lagi datang.
7
Isi Ayat Kursi
Seorang pembaca ayat Kursi, seyogianya ia menyerahkan jiwa raganya
kepada Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam; yang kepada-Nya ia memohon
perlindungan. Dengan demikian seseorang akan mendapatkan ketenteraman jiwa
karena ia yakin sikapnya adalah benar dan tidak keliru, sebab Dia yang dimintai
perlindungan adalah Maha Melindungi, itulah Dia Allah SWT yang tidak ada
Tuhan selain-Nya.
M. Quraisy Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah menulis bahwa dalam ayat
Kursi terdapat tidak kurang enam belas bahkan tujuh belas kata yang menunjuk
kepada Allah SWT, hal ini dapat dilihat sebagai berikut :
1. ( )
Allah,
2. ( )
Tidak ada Tuhan (penguasa Mutlak dan berhak disembah) kecuali Dia,
3. ( )
Yang Maha Hidup,
4. ()
Maha Kekal, Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya,
6
Ensiklopedi Al-Qur'an (tematis), Edisi Indonesia, Jilid 3, hal. 178.
7
Ensiklopedi Al-Qur'an (tematis), Edisi Indonesia, Jilid 3, hal. 176.
7
5. ( )
Dia tidak dikalahkan oleh kantuk dan tidak tidur,
6. ( )
Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi,
7. ( )
Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya,
8. ( )
Tanpa izin-Nya,
9. ()
Dia (Allah) mengetahui,
10. )
Apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui
sesuatu dari ilmu-Nya,
11. ( )
Melainkan apa yang dikehendaki-Nya,
12. ( )
Kursi (ilmu/kekuasaan)-Nya meliputi
langit dan bumi,
13. ( )
Dia tidak lelah memelihara keduanya,
14. ()
Dan Dia,
15. ( )
Maha Tinggi,
16. ()
Lagi Maha Besar.
Jika melihat pada redaksi ayat, maka jumlahnya hanya enam belas. Tetapi
sebenarnya ia berjumlah tujuh belas yaitu pada kalimat: La ya'uduhu hufzhu
huma. Redaksi ini mengisyaratkan kalimat ( ) yang artinya tidak
berat Dia memelihara keduanya. Pengulangan tujuh belas kata yang menunjuk
nama Allah itu bila dicamkan dan dihayati akan memberi kekuatan batin
tersendiri bagi pembacanya.
Ibrahim Ibn Umar Al-Biqa'i memberi penafsiran "suprarasional"
menyangkut ayat Kursi, ia menulis dalam tafsirnya Nazhm Ad-Durar:
"Lima puluh kata adalah lambang dari lima puluh shalat yang pernah
diwajibkan Allah kepda Nabi Muhammad SAW ketika beliau berada di tempat
yang maha tinggi dan saat dimi'rajkan. Lima puluh kali itu diringankan menjadi
lima kali dengan tujuh belas rakaat sehari semalam.
8
Di sisi lain, perjalanan menuju Allah ditempuh oleh malaikat dalam lima
puluh ribu tahun menurut perhitungan manusia." Allah SWT berfirman :
_`-. .l.l _l ,l| ,, l .:'.1. _,..- l ..
Artinya:
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari
yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (QS. Al-Ma'arij: 4).
Dari sinilah pakar tafsir itu mengaitkan bilangan ayat Kursi dengan
perlindungan Allah.
Al-Biqa'i mengatakan:
"Kalau di hadirat Allah gangguan tidak mungkin akan menyentuh
seseorang dan setan tidak akan mampu mendekat, bahkan akan menjauh maka
menghadirkan Allah dalam benak dan jiwa melalui bacaan ayat Kursi dapat
menghindarkan manusia dari gangguan setan serta memberinya perlindungan
dari segala macam yang ditakutinya."
8
Selanjutnya terdapat lima puluh kata dalam susunan redaksinya.
_.
41
!.
31
:
21

11
<
1
,.
42
l>
32
_
22
.
12

2
,...l

43

33
_:
23
.l
13
.l|
3
_
44
L,>`,
34
.:..s
24
!.
14
|
4

45
,`_:,
35
|
25
_
15
>
5
.:::,
46
_.
36
..:|,
26
,...l
16
_>l
6
!,L>
47
..ls
37
`l-,
27
!.
17
`,1l
7
>
48
|
38
!.
28
_
18

8
_l-l
49
!.,
39
_,,
29
_
19
.:.>!.
9
`,L-l
50
,!:
40
`,.,
30
_.
20
..
10
Kandungan Ayat Kursi
( ).
8
M. Quraish Shihab, 2002, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 1, hal. 665-668.
9
Dialah Allah yang Maha Besar, Maha Agung, Maha Esa; yang berhak
untuk dimintai perlindungan, pergantungan segala harapan.
( ).
Dia memiliki kehidupan yang sempurna, Maha Kekal selamanya, tidak
berpermulaan dan tidak mati. Dia mandiri dan terus-menerus mengurus makhluk-
Nya tanpa lelah dengan pengayoman sempurna, dengan perencanaan penuh
keharmonisan dan keserasian.
( ).
Dia tidak pernah dikalahkan oleh kantuk dan tidur. Hal ini menunjukkan
kehebatan dan keperkasaan-Nya. Apabila seseorang diserang oleh kantuk dan
tidur, berarti ia lelah dan capek. Hal ini menunjukkan kelemahannya. Jika
demikian, maka Allah SWT yang tidak diserang oleh kantuk dan tidur, berarti
Maha Perkasa. Hal ini menunjukkan pula bahwa Dia tidak pernah lalai dan
lengah mengurus makhluk-Nya, bahkan tanpa pamrih.
Abu Musa Al-Asy'ari meriwayatkan sebuah hadits bernilai shahih, bahwa
Rasululllah SAW pernah bersabda:

Artinya:
"Sesungguhnya Allah SWT tidak tidur dan tidur tidak layak bagi-Nya."
Diriwayatkan pula bahwa suatu hari Bani Israil bertanya kepada Nabi
Musa a.s.:
"Wahai Musa, apakah Tuhanmu itu tidur?"
Musa menjawab:
"Ittaqullah, (maksudnya bertaqwalah kepada Allah SWT daripada
menuduh-Nya yang bukan-bukan)."
Lalu Tuhan menyeru Musa:
"Wahai Musa, mereka bertanya kepadamu apakah (Aku) Tuhanmu tidur?
Ambil olehmu dua buah gelas dan pegang dengan kedua tanganmu, lalu
berdirilah kamu sepanjang malam."
Musa pun melakukannya. Manakala sepertiga malam telah berlalu ia pun
mengantuk, maka jatullah kedua gelas itu ke lututnya. Kemudian ia tersadar, lalu
kedua gelas itu dipegangnya lagi erat-erat. Manakala diakhir malam ia
mengantuk lagi sehingga kedua gelas itu jatuh dan pecah.
Maka berkatalah Tuhan:
"Wahai Musa, seandainya Aku tidur niscaya langit dan bumi jatuh
sehingga menjadi hancur seperti pecahnya kedua gelas yang ada di tangan
kamu."
Maka Allah SWT menurunkan kepada Nabi-Nya Muhammad ayat Kursi.
(HR. Ibnu Abi Hatim dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas)
( )
Maksudnya seluruh apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
adalah milik-Nya dan hamba-Nya, kesemuanya dibawah duli kekuasaan-Nya.
Allah SWT berfirman:
10
,- _,: < _-,, .` l`. _. _ ,...l _ !sL !>
,l| _`->`,
Artinya: "Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,
padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di
bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan." (QS. Ali-Imran : 83).
( ).
Maksudnya tidak seorangpun mampu meminta pertolongan kepada-Nya
untuk seseorang kecuali ia diberi izin oleh-Nya sendiri. Ibnu Katsir berkata: "Hal
ini menunjukkan keagungan, kebesaran dan keperkasaan-Nya, dimana tidak ada
seorangpun yang bisa menjadi perantara untuk menolong kecuali dengan izin-
Nya. M. Quraish Shihab berkata: "Dia demikian perkasa sehingga berbicara
dihadapan-Nya pun harus setelah memperoleh restu-Nya, bahkan apa yang
disampaikan harus sesuatu yang benar dan hak. Karena itu jangan menduga akan
ada permintaan yang bertentangan dengan keadilan dan kebenaran."
9
( ).
Maksudnya Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka yaitu
kehidupan dunia; dan apa yang ada di belakang mereka, maksudnya kehidupan
akhirat. Sungguh ilmu-Nya meliputi semua yang ada.
Menurut Quraish Shihab Allah SWT mengetahui apa yang manusia
lakukan dan rencanakan baik berkaitan dengan masa kini dan yang akan datang
maupun masa lampau.
( )
Maksudnya mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah SWT
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Berarti apa yang direncanakan Allah SWT
tidak mungkin diketahui oleh siapapun kecuali apa yang diizinkan-Nya untuk
mereka ketahui.
( )
Menurut Ibnu Abbas maksudnya adalah ilmu Allah SWT meliputi langit
dan bumi berdasarkan ucapan para malaikat kepada Allah SWT :
!.`, -. _ ,`_: .> !.ls
Artinya: "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu,".
(QS. Al-Mu'min/Ghafir : 7)
Lewat ayat ini kita dapat pula mengetahui akan keperkasaan Allah SWT
karena alam raya seluruhnya berada dalam genggaman-Nya.
9
M. Quraish Shihab, 2002, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 1, hal. 666.
11
( )
Maksudnya Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Dengan
ungkapan ini akan menepis anggapan seseorang yang mengira karena keluasan
kekuasaan-Nya Dia akan capek memelihara dan mengurusnya, sebagaimana
halnya manusia bila memiliki kekuasaan yang luas, tentu akan letih dan bahkan
bisa-bisa bosan mengurusnya.
( ).
Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
10
Lima Asma Al-Husna dalam Ayat Kursi
1. Allah
Melalui firman-Nya, Allah SWT menegaskan bahwa Dia adalah Allah
:
`l.! .. .l| | <
Artinya:
"Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,Tuhan)
selain Allah" (QS. Muhammad ayat 19)
Di dalam Al Qur'an ada sekitar 2.697 kali nama Allah disebutkan.
Lafaz Allah berasal dari kata alaha ( ), jamaknya alihah ( )
artinya apa saja yang disembah atau yang dipertuhankan. Kemudian lafaz
alaha ini ditambah dengan alif dan lam makrifah, sehingga menjadi al-ilah (
), kemudian huruf hamzahnya dibuang dan lam pertama dimasukkan ke
dalam lam kedua (idgham), maka jadilah Allah (). Pada perkembangan
terakhir, Allah hanya nama yang diperuntukkan bagi Tuhan yang sebenarnya
dan berhak untuk disembah.
11
Sungguh menakjubkan, apapun huruf di permulaannya yang
dikurangi, maknanya akan selalu menunjukkan kepada Dia yang punya
nama. Kalau alif dihilangkan, maka akan muncul lillah( ), berarti untuk
Allah atau karena Allah; kalau lam pertama dihapus, muncul lahu ( ) berarti
bagiNya; begitu pula jika lam kedua dibuang, maka akan tersisa huruf ha.
Bila huruf ha ini dibaca secara sukun ( ) maka akan muncul ucapan : "ah".
Inilah bunyi rintihan semua manusia yang menderita atau meringis, hal ini
10
M. Quraish Shihab, 2002, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 1, hal. 664-668 dan Muhammad Ali Ash-
Shabuni, 1981, Shafwat At-Tafasir, hal 162 dan 163; Mukhtasar Ibnu Katsir, hal. 230.
11
Ibrahim Anis, Al-Mujam Al-Wasith, Jilid I, hal. 25.
2
12
merupakan sebutannya terhadap Tuhan baik orang itu kenal kepada-Nya atau
tidak.
12
(H.M. Zurkani Jahja, Asmaul Husna, PT. Grafika Wangi Kalimantan, cet. I, 2002,
hal 4)
Para teolog Asy'ariyah berpendapat bahwa "Allah" adalah satu-
satunya nama Tuhan yang tertuju kepada Dzat-Nya; sedangkan nama-nama
terbaik lainnya hanya tertuju kepada sifat-Nya, seperti Maha Pengasih (Ar-
Rahman) dan Maha Penyayang (Ar-Rahim). Oleh karena itu lafaz "Allah"
tidak boleh diganti dengan kata lain kendati menunjukkan nama-Nya;
umpamanya Allahu Akbar dalam takbiratul-ihram, tidak boleh diganti
dengan Ar-Rahman Akbar. Allah adalah nama sejati dari Tuhan kita.
13
2. Al-Hayy
Al-Hayy artinya Allah Maha Hidup. Allah SWT hidup kekal abadi,
tidak didahului oleh sifat 'adam (tidak ada) dan tidak pernah berakhir. Dalam
Al-Qur'an ada lima ayat yang menyatakan hal itu. Namun demikian dalam
Al-Qur'an ada juga disebut Al-Hayy (yang hidup) sebagai sifat makhluk;
tetapi tentu amat berbeda antara hidup Allah SWT sebagai pencipta (Al-
Khaliq) dengan hidup sang makhluk yang diciptakan-Nya, dimana diciptakan
berasal dari tidak ada kepada ada, dan kemudian kembali kepada tidak ada,
terakhir dikembalikan kepada sang Pencipta. Oleh sebab itulah si makhluk
harus menyembah Khaliq. Allah berfirman:
!. _| .,s _ _.L ,l| `->.
Artinya:
"Mengapa Aku tidak menyembah (Tuhan) yang Telah menciptakanku dan
yang Hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan?" (QS.
Yasin: 32)
Kepada-Nyalah makhluk diperintahkan untuk menyerahkan diri
(bertawakkal). Seorang mukmin yang sepenuhnya menyadari bertuhankan
Al-Hayy (hidup yang abadi), niscaya ia menjadikan qalbunya di depan Allah
SWT sebagai jenazah berada di tangan tukang mandi; kemana dan
bagaimana saja kemauannya ia turuti.
14
Dengan sifat Al-Hayy, Allah SWT sepertinya ingin menegaskan
kepada para hamba-Nya betapa pentingnya memaknai hidup yang dijiwai
oleh keimanan kepada-Nya. Ia harus sadar bahwa hidup harus diisi dengan
ibadah kepada-Nya, karena dalam pandangan Allah SWT hidup yang
bermakna adalah hidup dalam taqwa; semua atribut kehidupan berupa hartra,
tahta, popularitas dan kemewahan duniawi adalah untuk sarana beribadah
kepada-Nya dalam rangka mencapai taqwa. Untuk mencapai ketaqwaan itu
tidak saja dengan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT sang pencipta
tetapi juga antar sesama makhluk tercipta. Ia pun menghargai hak hidup
orang lain, ia menjauhi keonaran, kekacauan, pertikaian apalagi peperangan.
Ia berkiprah untuk menyebarkan kebaikan dan juga memberikan kesemptan
kepada oramng lain untuk berkiprah yang sama.
12
H.M. Zurkani Jahja, 2002, Asmaul Husna, hal 4.
13
H.M. Zurkani Jahja, 2002, Asmaul Husna, hal 4.
14
H.M. Zurkani Jahja, 2002, Asmaul Husna, hal. 56.
13
3. Al-Qayyum
Al-Qayyum artinya Allah SWT Maha Berdiri Sendiri. Ada yang
mengartikan Maha Mandiri (Zurkani Jahja, 2, hal. 57). Tim Penterjemah Al-
Qur'an mengartikan Al-Qayyum dengan: Tuhan yang terus menerus
mengurus makhluk-Nya. Di dalam sifat dua puluh Al-Qayyum identik
dengan qiyamuh ta'ala binafsih (berdiri Allah SWT dengan sendirinya)
Allah SWT tidak memerlukan siapapun dalam menguyrus semesta
alam ini, dan Dia mengurusnya terus menerus semua keperluan hamba-Nya,
melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya. Di dalam Al-Qur'an kata Al-
Qayyum tersebut tiga kali, kesemuanya menunjuk kepada Allah SWT.
dengan sifat Al-Qayyum ini Allah menunjukkan kekausaan serta keagungan-
Nya seperti digambarkan dalam ayat kursi.
Manusia yang beriman akan Qayyumnya Allah hendaklah berusaha
dalam hidupnya untuk berdiri sendiri dan tidak menjadi orang yang
bergantung kepada orang lain. Sikap inilah yang mendorong seseorang
bekerja keras selama masih mampu berdiri sendiri. Rasulllah SAW bersabda
yang artinya: "Meletakkan seikat kayu bakar di atas punggung salah seorang
diantara kamu lebih baik daripada meminta-minta pada orang lain yang
kemudian bisa jadi ia memberi atau menolaknya." Di dalam hadits yang lain
Rasul SAW bersabda: "Tak ada seseorang yang memakan sesuatu yang lebih
baik daripada memakan makanan hasil usahanya sendiri. Sesungguhnya
Nabi Daud makan dari hasil usahanya sendiri." (HR. Bukhari)
Manusia yang bertuhankan Al-Qayyum disamping bekerja keras juga
menghargai akan jerih payah orang lain.
Dua sifat Allah Al-Hayy dan Al-Qayyum bergandengan. Allah
menyebutkan hal itu dengan firman-Nya
< .l| | > _>l `,1l
Artinya:
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya"(QS. Ali Imran: 2)
Semua makhluk ciptaan-Nya tunduk kepada Al-Hayy dan Al-
Qayyum. Allah berfirman:
.s :`>'l _>ll ,,1l . l> _. _.- !.lL
Artinya:
"Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Tuhan yang
hidup kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). dan Sesungguhnya
Telah merugilah orang yang melakukan kezaliman." (QS. Thaha: 111)
Nabi SAW bila ditimpa kesusahan, beliau berdo'a dengan memanggil
kedua nama kembar ini: dengan doa'nya

Artunya: "Wahai Yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri, dengan rahmat
Engaku aku memiohon pertolongan." (HR. Tarmidzi dari Anas bin Malik)
Dikatakan bahwa bangsa Israel pernah meminta kepada Nabi Musa
a.s., ketika mereka memasuki lautan agar mengajarkan kepada mereka ism
14
a'zham. Lalu Nabi Musa a.s. menjawa: Ahyan syarahiyan (yakni Ya Hayyu
Ya Qayyum), maka Allah menyelamatkan mereka dari bahaya tenggelam.
(Mahmud Sami Edisi Latin, hal. 65)
Demikianlah menjelang shalat Subuh, panggilan kepada Tuhan yang
menyebut kedua nama kembarnya ini terdengar di pucak-puncak menara di
Kalimantan Selatan:

Artinya:
"Wahai Yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri, tidak ada Tuhan yang berhak
disembah melainkan Engkau."
Panggilan ini ditutup dengan permohonan agar dianugerahi: khusnul
khatimah, rahmat yang luas, taubat yang diterima dan dosa yang beerampun.
4. Al-Aliyy
Salah satu nama terbaik Allah SWT adalah Al-Aliyy, yaitu Dzat Yang
Maha Tinggi. Martabat-Nya di luar jangkauan akal pikiran manusia. Al-
Aliyy berasal dari kata "uluww" artinya di atas, sebagai lawan dari kata
"supla" artinya di bawah. Kedua kata ini bisa menunjukkan posisi yang bisa
diindera seperti ungkapan di atas gedung atau di bawah kolong rumah; tetapi
juga bisa menunjukkan posisi maknawi seperti ungkapan ia sudah menjadi
pejabat tinggi, dan ungkapan bupati di bawah gubernur.
Adapun Al-Aliyy sebagai nama Allah SWT yang menunjukkan sifat-
Nya dalam bentuk superlatif, maksudnya sangat tinggi. Dengan demikian Al-
Aliyy merupakan salah satu nama terbaik Allah SWT berarti Dia di atas
segalanya; selain Dia, semua berada di bawah-Nya.
15
Al-Aliyy tersebut di
dalam hadits Tirmizi; dan di dalam Al-Qur'an disebutkan sebanyak lima kali
bergandengan dengan Al-Kabir. Al-Aliyy dan Al-Kabir adalah dua sifat
kesempurnaan Allah SWT yang tidak dapat diindera oleh manusia tetapi
bersifat maknawi.
Refleksi sifat Al-Aliyy bagi seorang mukmin ialah dengan tidak
arogansinya ia jika mendapat kedudukan tinggi, baik karena jabatan atau
kekayaan atau keilmuan. Ia tetap rendah hati karena sadar bahwa yang tinggi
hanyalah Allah SWT. Disamping itu ia bersyukur mendapat percikan sifat
Al-Aliyy dari Allah SWT sehingga derajat dirinya terangkat diantara sesama
makhluk-Nya.
Seorang mukmin yang mererefleksikan nama Al-Aliyy dibenarkan
mencita-citakan martabat terhormat dengan usaha dan do'a, serta selalu
bertaqarrub kepada Al-Aliyy dengan beribadah kepada-Nya, karena dengan
bertaqarrub kepada Yang Maha Tinggi akan menghasilkan martabat yang
tinggi.
5. Al-Azhim
Al-Azhim adalah puncak tertinggi tingkat kebesaran yang tak
terbayangkan oleh pikiran. Dia memiliki ketinggian, kemuliaan, dan
kekuasaan yang tidak memerlukan pembantu dan tidak dibatasi oleh ruang
dan waktu. Dia Maha Besar secara mutlak lahir dan batin. Semula, Al-Azhim
adalah sifat yang ditujukan kepada sesuatu yang berbentuk seperti bumi
15
Zurkani Jahja, Op cit, hal. 109
15
besar atau bertubuh seperti gajah besar; sedangkan Allah SWT tidak
demikian. Di dalam Al-Qur'an, Al-Azhim juga tertuju kepada hal-hal lain,
seperti siksa Tuhan dikatakan: 'azabun-'azhim didalam surah Al-Baqarah
ayat 7; anugerah, dikatakan: wallahu zul-fadhlil-'azhim didalam surah Al-
Baqarah ayat 105; ganjaran, dikatakan : ajrun-'azhim didalam surah Ali-
Imran ayat 172; keberuntungan, dikatakan: al-fauzul-azhim didalam surah
As-Shaf ayat 12; dan 'arsy, dikatakan: 'arsyun-'azhim didalam surah An-
Naml ayat 23.
Seorang mukmin yang menyadari akan keagungan Allah SWT (Al-
Azhim), tidak akan menghinakan diri kecuali hanya kepada-Nya yang
memiliki keagungan. Bila memiliki keistimewaan berupa pangkat dan
jabatan, ia tidak arogan kepada siapapun yang lebih rendah daripadanya
karena ia tahu kelebihan yang ia miliki itu adalah anugerah Al-Azhim; dan ia
akan menggunakannya sebagai sarana untuk beramal saleh dalam rangka
mengabdi kepada-Nya. Bila menjadi bawahan atau lebih rendah dari orang
lain, ia hormat kepada orang yang lebih tinggi daripadanya dan bahkan ia
mentaatinya, selama tidak keluar dari aturan agama, karena ia tahu mereka
itu adalah orang-orang yang mendapat kelebihan dari Al-Azhim.
Kesimpulan
Membaca ayat Kursi diperintahkan dalam Islam pada waktu-waktu
tertentu dan bahkan pada setiap kesempatan, untuk:
- mendapatkan pahala,
- mendapatkan perlindungan diri dan keluarga dari berbagai kejahatan
makhluk jahat, baik yang nampak maupun yang tersmbunyi,
- mendapatkan kemantapan iman dan ma'rifat (pengenalan) kepada Allah
SWT.
Lampiran 1:
Masalah Syafa'at
Syafa'at artinya pertolongan atau bantuan yang diberikan seseorang
kepada orang lain yang mengharapkan pertolongannya; usaha dalam memberikan
suatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan suatu mudharat bagi orang
lain.
16
Allah berfirman dalam surah An-Nisa ayat 4:
_. _: -.: ..> _>, .` ',.. !.. _. _: -.: .,. _>, .` _
!.. l < _ls _ ,`_: !.,1.
Artinya:
Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh
bahagian (pahala) dari padanya. dan barangsiapa memberi syafa'at yang buruk,
niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (QS. An-Nisa: 4)
Abu Musa Al-Asy'ari meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:
16
Ensiklopedi Islam, Vol. 4, hal. 315.
16

Artinya:
"Berilah syafa'at (pertolongan) supaya kamu mendapat pahala dan Allah akan
memutuskan melalui lidah Nabi-Nya yang Dia kehendaki." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Berdasarkan ayat dan hadits tersebut di atas, umat beriman disyariatkan
untuk menolong orang lain jika memungkinkan dan ada kemampuan, tentu dalam
hal kebaikan. Tetapi dalam masalah kejahatan, umat beriman terlarang
melaksanakannya. Bahkan Rasulullah SAW membenci orang yang memohon
pertolongan untuk diringankan terhadap pelanggaran hukum Tuhan. Demikianlah
suatu ketika terjadi seorang perempuan terhormat dari Bani Makhzum mencuri.
Para pemimpin Quraisy ingin meminta keringanan kepada Rasulullah melalui
anak kecintaannya Usamah. Mendengar hal itu Rasulullah angkat bicara:


Artinya:
"Sesungguhnya Bani Israil, apabila orang terhormat mereka mencuri mereka
biarkan, tetapi apabila orang rendahan mencuri mereka laksanakan hukuman.
(Adapun aku) seandainya Fatimah (putriku) mencuri, niscaya aku potong
tanganya. " (HR. Bukhari)
Di dalam hadits yang lain Rasul bersabda:

Artinya:
"Apabila hukuman had sudah sampai kepada Sultan (pemerintah), maka Allah
melaknat orang yang memberi pertolongan dan orang yang ditolong." (HR.
Bukhari)
Adapun pembicaraan tentang syafa'at dalam ayat Kursi tertuju kepada
syafa'at Nabi Muhammad SAW dihari kiamat terhadap umat beriman berupa
keringanan atau kebebasan dari hukuman Allah SWT. Selain itu syafa'at yang
datang dari selain Nabi SAW juga dengan izin Allah SWT untuk meningkatkan
derajat umat beriman di dalam surga.
Menurut Imam Nawawi, syafa'at itu ada lima macam:
1. Syafa'at yang khusus bagi Nabi Muhammad SAW untuk kelapangan dihari
kiamat dan kesegeraan perhitungan (hisab) bagi umatnya.
2. Syafa'at berupa masuknya suatu kaum ke dalam surga tanpa hisab.
3. Syafa'at kepada mereka yang seharusnya masuk neraka, tetapi dengan
syafa'at Nabi Muhammad SAW yang diizinkan Allah SWT mereka selamat
sehingga urung masuk neraka.
4. Syafa'at bagi mereka yang masuk neraka karena dosa-dosa, tetapi dengan
syafa'at Nabi Muhammad SAW mereka dikeluarkan dari neraka.
5. Syafa'at berupa peningkatan derajat kepada penghuni surga, hal ini bisa
didapatkan selain dari Nabi SAW, disebut syafa'at shughra. Sedangkan
syafaat yang didapatkan khusus dari Nabi SAWdisebut syafa'at kubra.
17
Ibnu Qayyim dan lainnya meriwayatkan pula akan adanya syafa'at khusus
dari Nabi SAW kepada Abu Thalib berupa keringanan azab neraka. Nabi SAW
bersabda yang artinya: "Semoga syafa'atku dapat memberi manfaat pada hari
kiamat sehingga ia berada di neraka pada bagian yang dangkal dimana api
membakarnya sampai batas mata kakinya dan juga mendidihkan otaknya."
Ucapan ini beliau katakan bila nama Abu Thalib disebutkan. (HR. Muttafaqalaih)
Muktazilah hanya mengakui syafa'at yang pertama dan kedua saja,
sedangkan terhadap syafa'at yang lain mereka tolak.
Syafa'at kubra hanya diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Demikianlah, ketika manusia datang kepada para Nabi itu agar diberikan syafa'at,
mereka menolak.
Nabi Adam a.s. menolak karena pernah melanggar perintah Allah SWT
yaitu memakan buah terlarang.
Nabi Nuh a.s. menolak karena pernah bersalah mendo'akan umat sesuatu
yang tidak baik.
Nabi Ibrahim a.s. menolak karena pernah berbuat salah berbohong ketika
menghancurkan berhala-berhala.
Nabi Musa a.s. menolak karena pernah bersalah membunuh seseorang
yang tidak diperintahkan untuk dibunuh.
Nabi Isa a.s. menolak kendati ia tidak menyebutkan apa dosanya.
Adapun Nabi Muhammad SAW ketika diminta langsung menghadap
Allah SWT dan sujud di bawah Arsy. Allah SWT memberi pertolongan dan
pemberitahuan yang tidak pernah Dia berikan kepada siapapun sebelumnya. Dia
berfirman:
"Hai Muhammad angkatlah kepadamu. Mintalah, maka kamu akan diberi,
mintalah syafa'at maka akan diizinkan memberi syafa'at."
Lalu Nabi Muhammad mengangkat kepala dan berkata :
"Ya Tuhanku, tolonglah umatku, tolonglah umatku."
Tuhan menjawab:
"Hai Muhammad, masukkanlah ke dalam surga umatmu yang bebas dari
hisab dari pintu kanan surga, dan selain mereka lewat pintu yang lain lagi."
Nabi Muhammad menerangkan antara dua pintu itu sebanding antara
Mekkah dan Himyar atau Mekkah dan bashrah." (HR. Muttafaqalaih)
Mendapatkan Syafa'at
Untuk mendapatkan syafa'at diperlukan do'a dan usaha. Seseorang berdo'a
memohon kepada Allah SWT agar Nabi Muhammad SAW diizinkan dapat
memberikan syafa'at baginya. Doa hendaknya dibarengi dengan amal yang dapat
membawa ke arah dikabulkannya do'a tersebut mendapatkan syafa'at.
17
Do'a Mendapatkan Syafa'at

Artinya:
"Ya Allah, (izinkan) Nabi Engkau memberikan syafa'at."
17
Abu Bakar Jabir Al-Jaza'iri, Aqidah Al-Mu'min, hal. 163.
18

Artinya:
"Ya Allah, berilah aku rezeki syafa'atnya Nabi Engkau."

Artinya:
"Ya Allah, jadikanlah aku diantara orang yang diberi syafa'at oleh Nabi
Engkau."
Do'a-do'a tersebut dibarengi dengan amal yang dapat memberi ke aerah
berhasilnya mendapat syafa'at; tersimpul sebagai berikut:
1. Ikhlas dalam ibadah kepada Allah SWT dan menghindarkan syirik.
Nabi SAW pernah ditanya:

"Siapa orang yang paling berbahagia dengan mendapat syafa'at dari mu
wahai Rasul SAW? Beliau menjawab:

Artinya:
"Barangsiapa yang menyatakan Lailaha Illallah dengan hati atau jiwa yang
ikhlas." (HR. Bukhari, 1/35)
2. Banyak shalat.
Seorang sahabat yang banyak melayani Rasul meminta kepada beliau agar
diberikan kesempatan kembali melayani Rasul di dalam surga. Rasul
menjawab kalau itu yang kamu minta, tolonglah aku untuk bisa memenuhi
permintaanmu itu dengan banyak sujud (maksudnya banyak shalat). (HR.
Muslim, 2/52)
3. Bersalawat dan memohon wasilah.
Ibnu Umar bin Ash mendengar Nabi SAW bersabda:




Artinya:
"Apabila kamu mendengar adzan, maka sebutlah seperti apa yang dikatakan
olehnya, kemudian bersalawatlah kepadaku. Maka barangsiapa yang
bersalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bersalawat kepadanya sepuluh
kali sebagai imbalan salawatnya satu kali tadi. Kemudian mintakan pula aku
wasilah, wasilah itu adalah satu martabat di dalam surga yang tidak layak
kecuali bagi seorang hamba daripada hamba Allah, aku berharap yang
mendapatkannya itu adalah aku. Barangsiapa yang memohon wasilah
19
kepada Allah untukku niscaya ia akan mendapatkan syafa'at." (HR. Muslim,
2/4)
Sementara itu didapatkan keterangan lain bahwa sesorang akan
mendapatkan syafa'at Nabi SAW dengan ziarah ke pusara/kuburannya. Beliau
bersabda:

Artinya:
"Barangsiapa menziarahi kuburanku atau beliau bersabda menziarahi aku, aku
pasti memberikan syafa'at kepadanya atau menjadi saksi baginya." (HR.
Baihaqi)
Diterangkan pula didalam hadits lain bahwa seseorang yang meninggal di
madinah juga bisa mendapatkan syafa'at Nabi SAW, beliau bersabda:
`
Artinya:
"Barangsiapa yang bisa meniggal di Madinah, hendaklah meninggal di sana,
maka aku memberikan syafa'at kepada orang yang meninggal di madinah." (HR.
Ahmad)
Selain Nabi Muhammad SAW ada yang diizinkan Allah memberikan
syafa'at, ini disebut dengan syafa'at shughra, yaitu mengangkat derajat di akhirat.
Mereka itu adalah:
1. Membaca Al-Qur'an.
Nabi bersabda:

Artinya:
"Bacalah Al-Qur'an, nanti Al-Qur'an pada hari kiamat datang menjadi
penolong (memberi syafa'at)bagi orang yang membacanya." (HR. Muslim)
2. Puasa.
Nabi SAW bersabda:
,
,

Artinya:
"Puasa dengan Al-Qur'an memberikan syafa'at kepada para hamba di hari
kiamat. Puasa berkata "Wahai Tuhan, aku cegah ia dari pada makanan dan
nafsunya di siang hari maka izinkan aku memberikan syafa'at untuknya." Al-
Qur'an berkata (pula): "Wahai Tuhan, aku halangi ia dari tidur di malam
hari, izinkan aku memberinya syafa'at." Maka keduanya (puasa dan Al-
Qur'an) memberi syafa'at." (HR. Ahmad dan Hakim)
3. Shalatnya orang beriman.
Orang-orang beriman yang menshalatkan mayyit beriman dapat membawa
syafa'at.
Nabi SAW bersabda:
20

Artinya:
"Tidaklah setiap mayit yang dishalatkan oleh umat Islam mencapai seratus
orang, mereka semua memintakan syafa'at, melainkan mereka dapat
memberikan syafa'at untuknya." (HR. Muslim)
Di dalam hadits yang lain Nabi SAW bersabda:


Artinya:
"Tidaklah seorang muslim yang meninggal jenazahnya dishalatkan oleh
empat puluh orang yang tidak menyekutukan Allah, melainkan mereka dapat
memberi syafa'at kepadanya." (HR. Muslim)
4. Syafa'at anak.
Seorang anak dapat memberikan syafa'at kepada kedua orang tuanya. Nabi
SAW bersabda:
. :

Artinya:
"Sesungguhnya Allah benar-benar meningkatkan derajat seorang hamba
yang shaleh di dalam surga. Ia pun bertanya: "Wahai Tuhan, darimana
semua ini? Dijawab: "(Itu anda dapatkan) dengan istighfar anak anda."
(HR. Ahmad, 2/509)
Diriwayatkan dua orang anak kecil disuruh masuk surga pada hari kiamat,
kedua anak itu berkata: "Nanti kami masuk setelah ayah dan ibuku datang."
Lalu dikatakan kepada mereka:
"Mereka nanti akan datang."
Tuhan berkata:
"Mengapa anak itu enggan, masukkan saja ke dalam surga."
Anak-anak itu berkata lagi:
"Wahai Tuhan, bagaimana ayah dan ibu kami?" Maka Allah SWT
menjawab:
"Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan kedua orang tuamu." (HR.
Ahmad)
5. Seorang yang mati syahid.
Seorang yang mati syahid dapat memberi syafa'at kerabat dan keluarganya.
Rasul SAW bersabda:

21
Artinya:
"Seorang syahid dapat memberi syafa'at kepada tujuh puluh orang ahli
rumahnya (keluarganya)." (HR. Abu Daud, Ibnu Hibban dan Baihaqi)
Di dalam hadits yang lain beliau bersabda:

Artinya:
"Memberi syafa'at tujuh puluh orang kerabat dekatnya." (HR. Tarmidzi,
Ibnu Majah dan Ahmad)
6. Syafa'at seorang mukmin.
Nabi SAW bersabda:

Artinya:
"Sesungguhnya seorang (mukmin) memberi syafa'at untuk dua sampai tiga
orang, (minimal kepada satu orang)." (HR. Ibnu Huzaimah)
7. Seorang haji.
Ibnu Umar r.a. berkata suatu ketika aku duduk-duduk bersama Rasul SAW
dimana beliau memaparkan keutamaan orang yang berhaji, Sabda beliau:
:
Artinya :
"Sesungguhnya Allah berkata kepada orang-orang yang berhaji ketika
mereka wuquf di Arafah: "Wahai hamba-Ku, berangkatlah kalian dalam
keadaan telah menapat keampunan dan orang-orang yang kalian mintakan
syafa'at." (HR. Al-Bazzar)
22
Lampiran 2 :
Do'a Ayat Kursi

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih
Maha Penyayang

Segala puji bagi Allah Yang telah menciptaan alam dan memudahkan ilmu
pengetahuan

Dia telah memutar orbit dan menciptakan
bintang-gemintang

Dalam ilmu-Nya sama antara yang tersurat (diucapkan) dan yang tersirat (dapat
dipahamkan)

Dia mengetahui yang nampak dan rahasia nan tersembunyi
` ` `
Semua yang hidup, ada rezeki yang termaktub disisi-Nya dan ada ketentuan ajal
sampai hari yang ditentukan.

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).

Dia telah menghancurkan masa nan telah lalu,
bangsa demi bangsa

Dia telah melenyapkan masa nan telah lewat,
hari demi hari
`
(Dia) adil dalam vonis hukum-Nya
sehingga tak ditemukan adanya celaan
`
Maha Suci Dia, tidak mengantuk dan tidak tidur.
23

Manusia menyembah-Nya
(dengan ibadah fardhu demi fardhu)

Banyaklah pemberian (Nya), maka berlebihlah uluran kedermawananNya dan
adil pulalah (Dia)
bila menyempitkan.

Maha suci Dia, bagi-Nyalah apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi.

Dia turunkan tirai tebal-Nya (untuk menutupi)
orang-orang yang maksiat.

Dia tenangkan dengan aman-Nya rasa takutnya
orang-orang yang ketakutan.

Dia limpahkan taufiq dan anugerah-Nya
terhadap orang-orang yang beriman.

Dia mudahkan ketaatan bagi hamba-hamba-Nya yang baik.

Maha suci Dia, tiada yang dapat memberi syafaat
di sisi Allah kecuali dengan izinNya.

Dia ciptakan para hamba(Nya) dan Dia limpahkan rezeki kepada mereka; orang-
orang yang mendapat bimbingan, Dia tunjuki untuk taat kepada-Nya.

Dia mudahkan, Dia pilih dan Dia muliakan mereka
ke arah redha-Nya.

Orang-orang yang maksiat diancam dengan azab-Nya.

24
Maha suci Dia, Dia mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan apa-apa
yang dibelakang mereka.

Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya
sesuai dengan kehendak-Nya.

Dia berikan keistimewaan siapa yang dikehendakiNya dan Dia menentukan
segala sesuatu sesuai
apa yang Dia kehendaki.

Mahasuci Dia, tidak diketahui sedikitpun apa yang ada dalam ilmuNya, kecuali
apa yang dikehendakinya.

Dialah Perancang dan Pencipta putaran (nasib) dan Pembuat jin dan manusia
serta Pemilik keduanya.

Dialah Tuhan Pengatur dua masyrik (Timur)
dan dua magrib (Barat)
dan apa-apa yang ada diantara keduanya.

Mahasuci Dia, Kursi-Nya meliputi langit dan bumi
dan Dia tidak sulit memelihara keduanya.

Maha berkat Allah Tuhan kita Yang memiliki Ihsan (kebajikan).
`
Tidak ada sesuatu yang qadim bersyarikat dengan-Nya
sejak zaman azali.

Dia menyediakan istana kenikmatan bagi para aulia-Nya.

Mereka dimuliakan oleh-Nya di dalam istana itu dengan mampunya memandang
wajah-Nya yang mulia.

Dia sediakan azab jahanam bagi musuh-Nya .
25

Dia sesatkan orang yang Dia kehendaki, dan Dia tunjuki orang yang Dia
kehendaki ke arah jalan yang lurus.

Mahasuci Dia, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Ya Allah, limpahkan salawat bagi
Nabi dan Rasul-Mu yang terpilih.

yang memiliki mukjizat, peninggalan, petunjuk,
sejumlah rahasia, kemuliaan dan cahaya-cahaya.

Allah bersalawat kepadanya dan kepada para keluarga terbaiknya, juga kepada
orang-orang muhajirin serta anshar.

Dan kepada para pengikut mereka dengan kebajikan sampai ke akhir zaman hari
pembalasan.

Ya Allah, turunkanlah kepada kami kebajikan
dan barakah-Mu.

Yang terbaik daripada apa yang pernah Engkau turunkan kepada para hamba-
Mu.

Dan kepada mereka yang Engkau istimewakan
dan Engkau sucikan .

Berilah kami rezeki sejuknya kemaafan-Mu
dan manisnya keampunan-Mu.

Tebarkan kiranya kepada kami rahmat-Mu
yang meliputi segala sesuatu dari segi ilmu.

Berilah kami dari sisi-Mu kecintaan, penerimaan, kejujuran dan jawaban.
26


Yang meliputi para hadirin dan mereka yang tidak ada yang hidup dan yang
telah meninggal,
dengan rahmat-Mu jualah wahai Tuhan
Yang Pengasih Penyayang.

Ya Allah, janganlah kiranya Engkau pupuskan apa yang
kami minta kepadaMu, dan janganlah kiranya Engkau haramkan kami apa yang
kami minta kepada-Mu.

Peliharalah kami ketika kami hidup dan ketika kami sudah mati, Engkau jualah
yang memperkenankan segala doa.

Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah.

Allah bershalawat dan bersalam kepada penghulu kami Nabi Muhammad serta
keluarga dan para sahabatnya.
`
Mahasuci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Tinggi
dari segala apa yang yang mereka sebutkan;
dan salam sejahtera buat para Nabi dan segala puji bagi Allah Tuhan pencipta
semesta alam.
Catatan : Do'a ini diambil dari Wirid Karyawan Kementerian Agama Kota
Banjarmasin pada setiap pengajian hari Senin.
27
REFERENSI
Abu Bakar Jabir Al-Jaza'iri, 1977, 'Aqidah Al-Mu'min, Kairo: Maktabah Al-
Kulliyyat Al-Azhariyah.
Ahmad Muhammad Yusuf, 2009, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur'an dan
Hadits, Jakarta: Widya Cahaya.
Dewan Redaksi Islam, 1994, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Intermasa.
Ibrahim Anis, dkk, cet. II, Al-Mu'jam Al-Wasith, Iran: Majma' Al-Lughah Al-
Arabiyyah Intisharat Nashir Khusru'.
Ibrahim bin Abdullah Al-Kharimi, 1993, Asy-Syafa'ah wa Bayan Alladzina
Yasyfa'un, Riyadh: Dar Asy-Syarif.
Imam Nawawi, Al-Adzkar An-Nawawiyah.
Mahmud Samiy, 2006, cet. I Edisi Revisi, Rahasia 99 Nama Allah Yang Indah,
Bandung: Pustaka Hidayah.
M. Ali Hasan, 2003, cet. III, Memahami dan Meneladani Asmaul Husna, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
M. Zurkani Jahja, 2002, cet. I, Asmaul Husna, Banjarmasin: PT. Grafika Wangi.
M. Quraish Shihab, 2002, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati.
Muhammad Syafii Antonio, 2009, cet. III, Asma'ul Husna For Success in
Business & Life, Jakarta: Tazkia.
Muhammad Ali Ash-Shabuni, 1981, Shafwat At-Tafasir, Beirut: Dar Al-Qur'an
Al-Karim.
Muhammad Ali Ash-Shabuni, 1981, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir, Beirut: Dar
Al-Qur'an Al-Karim.
Muhammad Kamil Hasan Al-Mahani, Ensiklopedi Al-Qur'an (Edisi Indonesia),
Jakarta: PT. Kharisma Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai