Advertisement
Sholawat Nabi memang salah satu dzikir yang sangat dianjurkan menjadi amalan rutin bagi
siapa saja. Karena sholawat adalah perintah langsung dari Allah yang termaktub dalam al-
Quran. Bahkan dinyatakan dalam ayat itu bahwa Allah dan para Malaikat-Nya pun
bersholawat kepada Nabi. Melihat ini tentu bacaan sholawat ini adalah sesuatu yang sangat
bernilai. Selain mendapatkan pahala karena menjalankan perintah Allah untuk bersholawat,
Macam-Macam Sholawat
Ada banyak sholawat yang kita kenal. Sholawat Nabi, Sholawat Jibril, Sholawat Nariyah, Sholat
Nuridzati, Sholawat Nuril Anwar, Sholawat Fatih, Sholawat Thibbil Qulub dan sebagainya.
Semuanya adalah merupakan pernyataan cinta penyusunnya dan juga pembacanya kepada
Meski ada yang tidak setuju dengan macam-macam sholawat yang ada, namun menurut
hemat penulis semuanya adalah ungkapan perasaan cinta kepada Rasulullah dari
umatnya.Dan penyusunnya adalah para ulama yang tentu saja memiliki ilmu yang sangat
online. Shalawat Nabi dan shalat jamaah adalah dua senjata Achmad Masduqie Machfudh.
Tiap menerima aduan masalah dari masyarakat, ia selalu berwasiat untuk membaca shalawat,
minimal 1000 kali setiap hari dan 10.000 kali setiap malam Jumat.
Rais Syuriyah PBNU periode 2010-2015 yang juga pendiri Pondok Pesantren Salafiyah
Syafiiyyah Nurul Huda Mergosono Malang ini memiliki pengalaman menarik tentang shalawat
Nabi, tepatnya pada tahun 1956, saat ia masih duduk di sebuah SLTA di Yogjakarta.
Suatu ketika, ia mendapat gangguan jin di sebuah masjid tempat belajarnya sehingga selama
tiga hari Maduqie muda merasa ingin banyak makan tapi anehnya tidak bisa buang hajat. Di
hari ke empat, tubuhnya pun sangat panas dan saat itu juga beliau berpesan kepada adiknya.
Dek, nanti kalau aku mati, tolong jangan bawa pulang janazahku ke Jepara tetapi dikuburkan
di Jogja saja, pinta kiai yang wafat pada 1 Maret 2014 ini kepada sang adik. Kiai Masduqie
datang ke Jogja berniat untuk mondok. Beliau khawatir syahidnya hilang jika wafat di Jogja
Sontak saja adiknya semakin khawatir kondisinya. Maka diajaklah sang kakak menemui
seorang seorang kiai. Mari kita pergi ke kiai itu, kiai yang Mas biasa ngaji di hari Ahad.
Kiai Masduqie menerima ajakan adiknya. Pergilah beliau bersama adiknya dengan naik becak
dan sampai di rumah pak kiai yang di maksud pada pukul satu malam. Ketika beliau datang,
pintu rumah Pak Kiai masih terbuka. Tentu tengah malam itu sang tuan rumah sudah tidak
melayani tamu, karena sejak pukul 10 malam adalah waktu khusus Pak Kiai untuk ibadah
kepada Allah. Karena melihat Masduqie muda yang datang di tengah malam dengan keadaan
Masduqie muda pun tertidur di rumah kiai itu. Baru beberapa jam di rumah kiai, tepatnya
pukul 3 malam, beliau terbangun karena merasa mulas ingin buang hajat. Setelah itu, rasa
saya sakit. Bukannya merasa iba, Pak Kiai hanya tersenyum. Dan anehnya, rasa panas yang
Iya, wong bukan penyakit dokter, sampean kok bawa ke dokter, ya uang sampean habis.
Pokoknya kalau sampean kepengin sembuh, sampean tidak boleh pegang kitab apapun,
jawab kiai.
Jangankan membaca, menyentuh saja tidak diperbolehkan. Padahal pada saat itu, Masduqie
Yai, dua bulan lagi saya ujian, kok enggak boleh pegang buku, Masduqie muda matur kepada
Pak Kiai.
Seketika itu Pak Kiai menanggapinya dengan marah-marah, Yang bikin kamu lulus itu
Lalu bagaimana syariatnya (upaya yang dilakukan), Yai? tanya Masdqie muda lagi.
Tiap hari, kamu harus baca shalawat yang banyak, jawab, Pak Kiai.
Pak Kiai pun menjawab, Ya paling sedikit seribu, habis baca 1000 shalawat, minta dengan
berkat shalawat yang saya baca, saya minta lulus ujian dengan nilai bagus.
Ya sudah, Masduqie muda tidak berani pegang kitab maupun buku, karena memang ingin
sembuh. Mendengar cerita dari Masduqie muda, Paman beliau marah-marah. Bagaimana
kamu ini? Dari Jepara ke sini, kamu kok nggak belajar? Masduqie muda tidak berani
komentar apa-apa. Karena beliau menuruti dawuh kiai untuk tidak menyentuh kitab atau
Menjelang beliau ujian, pelajaran bahasa Jerman, bukunya ternyata diganti oleh gurunya
dengan buku yang baru. Karena masih dilarang menyentuh buku, maka beliau tetap taat titah
kiai.
Namun setelah seminggu, Masduqie muda tidak langsung mendatangi guru bahasa Jerman,
karena larangan pegang buku belum selesai. Baru setelah selesai, Masduqie muda mendatangi
Pak Guru.
Pak Guru : Nilai delapan kok minta ujian lagi. Kamu itu minta nilai berapa?
Dari nilai angka 3, karena shalawat, akhirnya mingkem menjadi angka 8. Setelah itu, beliau
tidak pernah meninggalkan baca shalawat. Itulah satu pengalaman shalawat KH Masduqie
Juga dialami oleh KH. Ahmad Masduqie Mahfudh sebagai Wasilah untuk Atasi Penyakit dan
Kesulitan. Pengalaman shalawat beliau lagi, yakni ketika Kiai Masduqie harus melaksanakan
dinas dinas di Tarakan, Kalimantan Timur. Pada suatu hari, ada tamu pukul 5 sore, dan bilang
ke Kiai Masduqie, Saya disuruh oleh ibu, disuruh minta air tawar.
Kiai Masduqie mengaku masih bodoh saat itu. Seketika itu ia menjawab, Ya, silakan ambil
Bukan itu, Pak. Air tawar yang dibacakan doa-doa untuk orang sakit itu, Pak, kata si tamu.
O, kalau itu ya tidak bisa sekarang. Ambilnya harus besok habis shalat shubuh persis.
Kiai Masduqie menjawab begitu karena beliau ingin bertanya kepada sang istri perihal abah
mertua yang sering nyuwuk-nyuwuk (membaca doa untuk mengobati) dan ingin tahu apa
yang dirapalkan. Ternyata istri beliau tidak tahu tentang doa yang dibaca abahnya di rumah.
shalawat. Inti hadits tersebut kurang lebih, Siapa yang baca shalawat sekali, Allah beri
rahmat sepuluh. Baca shalawat sepuluh, Allah beri rahmat seratus. Baca shalawat seratus,
Allah beri rahmat seribu. Tidak ada orang yang baca shalawat seribu, kecuali Allah
mengabulkan permintaanya.
Setelah mencari di berbagai kitab, ketemulah hadits tersebut sebagai jawabannya. Lalu belaiu
pun bangun di tengah malam, mengambil air wudlu dan air segelas, setelah itu membaca
Setelah beliau selesai membaca seribu shalawat, beliau berdoa, Allahumajal hadzal ma
daw-an liman syarabahu min jamil amrdh. Arti doa tersebut, Ya allah, jadikanlah air ini
sebagai obat dari segala penyakit bagi peminumnya. Lalu meniupkan ke air gelas dan baca
shalawat satu kali lagi. Di pagi hari, diberikanlah air tersebut kepada orang yang memintanya.
Setelah tiga hari, ada berita dari orang tersebut bahwa si penderita penyakit sudah sembuh
setelah meminum air dari Kiai Masduqie. Padahal, sakitnya sudah empat bulan dan belum ada
obat yang bisa menyembuhkan. Dokter pun sudah tidak sanggup menangani penyakit yang
diderita orang ini dan menyarankan untuk mencari obat di luar. Anehnya, pemberi kabar itu
mengatakan bahwa Kiai Masduqie selama tiga hari itu mengelus-elus perut orang yang sakit.
Mengelus-ngelus perut? Tentu saja tidak, apalagi si penderita penyakit adalah perempuan
yang bukan mahramnya. Hal itu juga mustahil karena Kiai Masduqie selama tiga hari di rumah
Sejak peristiwa itu di Kalimantan timur Kiai Masduqie terkenal sebagai guru agama yang
pintar nyuwuk. Sampai penyakit apa saja bisa disembuhkan. Jika beliau tidak membacakan
shalawat, ya istri beliau mengambilkan air jeding, yang sudah dipakai untuk wudlu. Ya sembuh
juga penyakitnya. Inilah pengalaman shalawat Kiai Masduqie ketika dinas di Kalimantan.
Aji Pangeran Tenggung Pranoto. Dalam pertengahan perjalanan melalui laut, tepatnya di
Tanjung Makaliat kapal yang diinaikinya terkena angin puting beliung. Maka goyang-goyanglah
kapal tersebut. Kiai Masduqie sadar, berwudlu, lalu naik ke atas kapal. Beliau ajak para awak
kapal untuk mengumandangkan adzan agar malaikat pengembus angin dahsyat tersebut
berhenti. Lalu berhentilah angin tersebut. Inilah salah satu pengalaman shalawat Kiai
Masduqie.
Kalau ada orang menderita penyakit aneh-aneh, datang ke Mergosono, insya Allah saya
bacakan shalawat seribu kali. Kalau ndak mempan sepuluh ribu kali, insyaallah qabul, kata
Berkat shalawat Nabi, sampean tahu sekarang, saya bangun pondok sampai tingkat tiga,
nggak pernah minta sokongan dana masyarakat, mengedarkan edaran, proposal nggak
pernah. Modalnya hanya shalawat saja. Uang yang datang ya ada juga, tapi nggak habis-
Kisah lainnya, suatu ketika, seorang bidan mengadu kepada Kiai Masduqie tentang suaminya
yang pergi meninggalkannya karena terpikat dengan wanita lain. Ia berharap suaminya bisa
kembali. Abah, demikian para santrinya menyapa, menjawab bidang tersebut dengan tegas
menganjurkan untuk baca shalawat. Bidan pun secara istiqamah mengamalkannya, dan dalam
Kiai Masduqie memiliki sembilan putra/putri ini yang di samping sarjana juga bisa membaca
kitab semua. Saat anak beliau ada yang mau ujian, di samping putranya juga disuruh baca
shalawat, belaiu juga membacakan shalawat untuk kelancaran dan kesuksesan putra-putrinya.
Kiai Masduqie pernah dawuh, Berkat shalawat Nabi SAW, semua yang saya inginkan belum
ada yang tidak dituruti oleh Allah. Belum ada permintaan yang tidak dituruti berkat shalawat
biasa. Selain dijanjikan syafaat dari Nabi, ada bonus-bonus lain bagi mereka yang senantiasa
Mari Bersholawat. Shallu alan Nabi Muhammad! Allahumma shalli wa sallim ala sayyidina
Muhammad.