Anda di halaman 1dari 8

Kisah Nyata Keajaiban dan Khasiat Sholawat Nabi

Diposkan oleh Admin di Juni 07, 2016

Advertisement

Sholawat Nabi memang salah satu dzikir yang sangat dianjurkan menjadi amalan rutin bagi

siapa saja. Karena sholawat adalah perintah langsung dari Allah yang termaktub dalam al-

Quran. Bahkan dinyatakan dalam ayat itu bahwa Allah dan para Malaikat-Nya pun

bersholawat kepada Nabi. Melihat ini tentu bacaan sholawat ini adalah sesuatu yang sangat

bernilai. Selain mendapatkan pahala karena menjalankan perintah Allah untuk bersholawat,

insyaAllah juga syafaat dan Nabi kelak di hari Akhir.

Macam-Macam Sholawat

Ada banyak sholawat yang kita kenal. Sholawat Nabi, Sholawat Jibril, Sholawat Nariyah, Sholat

Nuridzati, Sholawat Nuril Anwar, Sholawat Fatih, Sholawat Thibbil Qulub dan sebagainya.

Semuanya adalah merupakan pernyataan cinta penyusunnya dan juga pembacanya kepada

baginda Nabi Shollallahu alaihi wasallam.

Meski ada yang tidak setuju dengan macam-macam sholawat yang ada, namun menurut

hemat penulis semuanya adalah ungkapan perasaan cinta kepada Rasulullah dari

umatnya.Dan penyusunnya adalah para ulama yang tentu saja memiliki ilmu yang sangat

tinggi dibanding kita generasi abad ini.

Kisah Keajaiban Sholawat 1


Kisah pertama dialami oleh KH.Ahmad Masduqie Machfudzh yang ditulis di web nu

online. Shalawat Nabi dan shalat jamaah adalah dua senjata Achmad Masduqie Machfudh.

Tiap menerima aduan masalah dari masyarakat, ia selalu berwasiat untuk membaca shalawat,

minimal 1000 kali setiap hari dan 10.000 kali setiap malam Jumat.

Rais Syuriyah PBNU periode 2010-2015 yang juga pendiri Pondok Pesantren Salafiyah

Syafiiyyah Nurul Huda Mergosono Malang ini memiliki pengalaman menarik tentang shalawat

Nabi, tepatnya pada tahun 1956, saat ia masih duduk di sebuah SLTA di Yogjakarta.

Suatu ketika, ia mendapat gangguan jin di sebuah masjid tempat belajarnya sehingga selama

tiga hari Maduqie muda merasa ingin banyak makan tapi anehnya tidak bisa buang hajat. Di

hari ke empat, tubuhnya pun sangat panas dan saat itu juga beliau berpesan kepada adiknya.

Dek, nanti kalau aku mati, tolong jangan bawa pulang janazahku ke Jepara tetapi dikuburkan

di Jogja saja, pinta kiai yang wafat pada 1 Maret 2014 ini kepada sang adik. Kiai Masduqie

datang ke Jogja berniat untuk mondok. Beliau khawatir syahidnya hilang jika wafat di Jogja

namun jenazahnya dimakamkan di Jepara.

Sontak saja adiknya semakin khawatir kondisinya. Maka diajaklah sang kakak menemui

seorang seorang kiai. Mari kita pergi ke kiai itu, kiai yang Mas biasa ngaji di hari Ahad.

Kiai Masduqie menerima ajakan adiknya. Pergilah beliau bersama adiknya dengan naik becak

dan sampai di rumah pak kiai yang di maksud pada pukul satu malam. Ketika beliau datang,

pintu rumah Pak Kiai masih terbuka. Tentu tengah malam itu sang tuan rumah sudah tidak

melayani tamu, karena sejak pukul 10 malam adalah waktu khusus Pak Kiai untuk ibadah

kepada Allah. Karena melihat Masduqie muda yang datang di tengah malam dengan keadaan

payah, kiai pun mempersilahkan Masduqie muda beristirahat di rumah.

Masduqie muda pun tertidur di rumah kiai itu. Baru beberapa jam di rumah kiai, tepatnya

pukul 3 malam, beliau terbangun karena merasa mulas ingin buang hajat. Setelah itu, rasa

sakit dan panas yang dirasakan sedikit hilang.


Pada pagi harinya, beliau yang masih panas badannya bertemu dengan Pak Kiai. Pak Kiai,

saya sakit. Bukannya merasa iba, Pak Kiai hanya tersenyum. Dan anehnya, rasa panas yang

beliau rasakan hilang seketika itu.

Pak Kiai dawuh, Mas, sampean gendeng mas.

Kenapa gendeng, Yai? tanya Masduqie muda.

Iya, wong bukan penyakit dokter, sampean kok bawa ke dokter, ya uang sampean habis.

Pokoknya kalau sampean kepengin sembuh, sampean tidak boleh pegang kitab apapun,

jawab kiai.

Jangankan membaca, menyentuh saja tidak diperbolehkan. Padahal pada saat itu, Masduqie

muda dua bulan lagi akan mengikuti ujian akhir sekolah.

Yai, dua bulan lagi saya ujian, kok enggak boleh pegang buku, Masduqie muda matur kepada

Pak Kiai.

Seketika itu Pak Kiai menanggapinya dengan marah-marah, Yang bikin kamu lulus itu

gurumu? Apa bapakmu? Apa mbahmu?

Masduqie muda menjawab, Pada hakikatnya Allah, Yai.

Lha iya gitu! timpal Pak Kiai.

Lalu bagaimana syariatnya (upaya yang dilakukan), Yai? tanya Masdqie muda lagi.

Tiap hari, kamu harus baca shalawat yang banyak, jawab, Pak Kiai.

Masduqie muda kembali bertanya, Banyak itu berapa, Yai?

Pak Kiai pun menjawab, Ya paling sedikit seribu, habis baca 1000 shalawat, minta dengan

berkat shalawat yang saya baca, saya minta lulus ujian dengan nilai bagus.
Ya sudah, Masduqie muda tidak berani pegang kitab maupun buku, karena memang ingin

sembuh. Mendengar cerita dari Masduqie muda, Paman beliau marah-marah. Bagaimana

kamu ini? Dari Jepara ke sini, kamu kok nggak belajar? Masduqie muda tidak berani

komentar apa-apa. Karena beliau menuruti dawuh kiai untuk tidak menyentuh kitab atau

buku, beliau nurut saja.

Menjelang beliau ujian, pelajaran bahasa Jerman, bukunya ternyata diganti oleh gurunya

dengan buku yang baru. Karena masih dilarang menyentuh buku, maka beliau tetap taat titah

kiai.

Setelah ujian, Masduqie muda dipanggil guru bahasa Jerman.

Pak Guru : Kamu her (remidi/mengulang)

Masduqie : Berapa nilai saya pak?

Pak Guru : Tiga!

Masduqie : Iya, Pak. Kapan, Pak?

Pak Guru : Seminggu lagi

Namun setelah seminggu, Masduqie muda tidak langsung mendatangi guru bahasa Jerman,

karena larangan pegang buku belum selesai. Baru setelah selesai, Masduqie muda mendatangi

Pak Guru.

Masduqie : Pak, saya minta ujian, Pak.

Pak Guru : Ujian apa?

Masduqie : Ya ujian bahasa Jerman, Pak.

Pak Guru : Lha kamu bodoh apa?


Masduqie : Lho kenapa, Pak?

Pak Guru : Nilai delapan kok minta ujian lagi. Kamu itu minta nilai berapa?

Masduqie : Lho, ya sudah Pak, barang kali bisa nilai sepuluh.

Dari nilai angka 3, karena shalawat, akhirnya mingkem menjadi angka 8. Setelah itu, beliau

tidak pernah meninggalkan baca shalawat. Itulah satu pengalaman shalawat KH Masduqie

Mahfudz saat muda.

Kisah keajaiban sholawat 2

Juga dialami oleh KH. Ahmad Masduqie Mahfudh sebagai Wasilah untuk Atasi Penyakit dan

Kesulitan. Pengalaman shalawat beliau lagi, yakni ketika Kiai Masduqie harus melaksanakan

dinas dinas di Tarakan, Kalimantan Timur. Pada suatu hari, ada tamu pukul 5 sore, dan bilang

ke Kiai Masduqie, Saya disuruh oleh ibu, disuruh minta air tawar.

Kiai Masduqie mengaku masih bodoh saat itu. Seketika itu ia menjawab, Ya, silakan ambil

saja, air tawar. kan banyak itu di ledeng-ledeng itu.

Bukan itu, Pak. Air tawar yang dibacakan doa-doa untuk orang sakit itu, Pak, kata si tamu.

O, kalau itu ya tidak bisa sekarang. Ambilnya harus besok habis shalat shubuh persis.

Kiai Masduqie menjawab begitu karena beliau ingin bertanya kepada sang istri perihal abah

mertua yang sering nyuwuk-nyuwuk (membaca doa untuk mengobati) dan ingin tahu apa

yang dirapalkan. Ternyata istri beliau tidak tahu tentang doa yang dibaca abahnya di rumah.

Padahal Kiai Masduqie sudah janji.

Baca juga : Amalan Sholawat Penarik Rezeki Dari Segala Penjuru


Habis isya saat beliau harus wiridan membaca dalail, beliau menemukan hadits tentang

shalawat. Inti hadits tersebut kurang lebih, Siapa yang baca shalawat sekali, Allah beri

rahmat sepuluh. Baca shalawat sepuluh, Allah beri rahmat seratus. Baca shalawat seratus,

Allah beri rahmat seribu. Tidak ada orang yang baca shalawat seribu, kecuali Allah

mengabulkan permintaanya.

Setelah mencari di berbagai kitab, ketemulah hadits tersebut sebagai jawabannya. Lalu belaiu

pun bangun di tengah malam, mengambil air wudlu dan air segelas, setelah itu membaca

shalawat seribu kali. Allahumma shalli wa sallim ala sayyidin Muhammad.

Setelah beliau selesai membaca seribu shalawat, beliau berdoa, Allahumajal hadzal ma

daw-an liman syarabahu min jamil amrdh. Arti doa tersebut, Ya allah, jadikanlah air ini

sebagai obat dari segala penyakit bagi peminumnya. Lalu meniupkan ke air gelas dan baca

shalawat satu kali lagi. Di pagi hari, diberikanlah air tersebut kepada orang yang memintanya.

Setelah tiga hari, ada berita dari orang tersebut bahwa si penderita penyakit sudah sembuh

setelah meminum air dari Kiai Masduqie. Padahal, sakitnya sudah empat bulan dan belum ada

obat yang bisa menyembuhkan. Dokter pun sudah tidak sanggup menangani penyakit yang

diderita orang ini dan menyarankan untuk mencari obat di luar. Anehnya, pemberi kabar itu

mengatakan bahwa Kiai Masduqie selama tiga hari itu mengelus-elus perut orang yang sakit.

Mengelus-ngelus perut? Tentu saja tidak, apalagi si penderita penyakit adalah perempuan

yang bukan mahramnya. Hal itu juga mustahil karena Kiai Masduqie selama tiga hari di rumah

saja. Berkat shalawat, atas izin Allah penyakitnya sembuh.

Sejak peristiwa itu di Kalimantan timur Kiai Masduqie terkenal sebagai guru agama yang

pintar nyuwuk. Sampai penyakit apa saja bisa disembuhkan. Jika beliau tidak membacakan

shalawat, ya istri beliau mengambilkan air jeding, yang sudah dipakai untuk wudlu. Ya sembuh

juga penyakitnya. Inilah pengalaman shalawat Kiai Masduqie ketika dinas di Kalimantan.

Kisah-kisah lain tentang keajaiban dan khasiat Sholawat


Cerita lain, suatu ketika beliau harus ke Samarinda dengaan naik kapal pribadi milik Gubernur

Aji Pangeran Tenggung Pranoto. Dalam pertengahan perjalanan melalui laut, tepatnya di

Tanjung Makaliat kapal yang diinaikinya terkena angin puting beliung. Maka goyang-goyanglah

kapal tersebut. Kiai Masduqie sadar, berwudlu, lalu naik ke atas kapal. Beliau ajak para awak

kapal untuk mengumandangkan adzan agar malaikat pengembus angin dahsyat tersebut

berhenti. Lalu berhentilah angin tersebut. Inilah salah satu pengalaman shalawat Kiai

Masduqie.

Kalau ada orang menderita penyakit aneh-aneh, datang ke Mergosono, insya Allah saya

bacakan shalawat seribu kali. Kalau ndak mempan sepuluh ribu kali, insyaallah qabul, kata

Kiai Masduqie saat pengajian di Majelis Riyadul Jannah.

Berkat shalawat Nabi, sampean tahu sekarang, saya bangun pondok sampai tingkat tiga,

nggak pernah minta sokongan dana masyarakat, mengedarkan edaran, proposal nggak

pernah. Modalnya hanya shalawat saja. Uang yang datang ya ada juga, tapi nggak habis-

habis. Itu berkat shalawat, lanjut Kiai Masduqie dalam pengajiannya.

Kisah lainnya, suatu ketika, seorang bidan mengadu kepada Kiai Masduqie tentang suaminya

yang pergi meninggalkannya karena terpikat dengan wanita lain. Ia berharap suaminya bisa

kembali. Abah, demikian para santrinya menyapa, menjawab bidang tersebut dengan tegas

menganjurkan untuk baca shalawat. Bidan pun secara istiqamah mengamalkannya, dan dalam

selang beberapa lama suaminya kembali seraya bertobat.

Kiai Masduqie memiliki sembilan putra/putri ini yang di samping sarjana juga bisa membaca

kitab semua. Saat anak beliau ada yang mau ujian, di samping putranya juga disuruh baca

shalawat, belaiu juga membacakan shalawat untuk kelancaran dan kesuksesan putra-putrinya.

Kiai Masduqie pernah dawuh, Berkat shalawat Nabi SAW, semua yang saya inginkan belum

ada yang tidak dituruti oleh Allah. Belum ada permintaan yang tidak dituruti berkat shalawat

Nabi. Semua permintaan saya terpenuhi berkat shalawat.


Demikian kisah-kisah kehebatan, keajaiban dan khasiat bacaan sholawat yang sangat luar

biasa. Selain dijanjikan syafaat dari Nabi, ada bonus-bonus lain bagi mereka yang senantiasa

mengamalkan dzikir sholawat Nabi ini.

Mari Bersholawat. Shallu alan Nabi Muhammad! Allahumma shalli wa sallim ala sayyidina

Muhammad.

Anda mungkin juga menyukai