Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TAFSIR SURAH ALI-IMRAN AYAT 190-191

DI SUSUN OLEH :
Umi Maktum Amahoru
Syari Hidayah Kaplale
Suryati Sanaky
Solehati

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SAID PERINTAH MASOHI JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat dan salam
semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW yang selalu kita harapkan
syafaatnya kelak di yaumul kiyamah.

Makalah yang kami susun ini bertemakan Tafsir Surah Ali Imran Ayat 190-191.
Dengan rujukan dari berbagai sumber akhirnya makalah ini berhasil kami susun meskipun
jauh dari kata sempurna.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami berharap kritikan dan saran dari
pembaca dan semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

Halaman Sampul……………………………………………………………………I
Kata Pengantar……………………………………………………………………...II
Daftar Isi……………………………………………………………………....……III

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….………1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..……..1
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………….…….…………1

BAB II PEMBAHASAN
1. Surah Ali-Imran Ayat 190
2. Surah Ali-imran ayat 191

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………………………………
B. Saran………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi yang tanpa ada contoh sebelumnya dan
dalam pergantian malam dan siang dan perbedaan waktu keduanya dengan memanjang dan
memendek benar-benar merupakan petunjuk-petunjuk dan bukti-bukti yang agung atas
keesaan Allah bagi orang-orang yang mempunyai akal-akal yang selamat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Surah Ali-Imran Ayat 190

ِ َ‫ت ُأِّل ۟ولِى ٱَأْل ْل ٰب‬


‫ب‬ ِ َ‫ٱختِ ٰل‬
ِ َ‫ف ٱلَّ ْي ِل َوٱلنَّه‬
ٍ َ‫ار َل َءا ٰي‬ ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫ِإ َّن فِى َخ ْل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬

Arab-Latin: inna fī khalqis-samāwāti wal-arḍi wakhtilāfil-laili wan-nahāri la`āyātil li`ulil-


albāb
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
1. Tafsir Surah Ali-Imran Ayat 190 Menurut Beberapa Ahli Tafsir
a. Tafsir Al- Muyassar
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi yang tanpa ada contoh sebelumnya dan
dalam pergantian malam dan siang dan perbedaan waktu keduanya dengan memanjang dan
memendek benar-benar merupakan petunjuk-petunjuk dan bukti-bukti yang agung atas
keesaan Allah bagi orang-orang yang mempunyai akal-akal yang selamat.
b. Tafsir al-Mukhtashar
Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, dari tidak ada menjadi ada serta
tanpa ada contoh sebelumnya, dan di dalam pergantian malam dan siang serta perbedaan
panjang dan pendeknya waktu, benar-benar terdapat bukti-bukti nyata bagi orang-orang yang
berakal sehat yang menunjukkan mereka kepada Sang Maha Pencipta alam semesta, hanya
Dia Yang berhak disembah.
c. Tafsir al-Wajiz
Sesungguhnya dalam penciptaan dan pembuatan langit dan bumi, pergantian malam dan
siang hari dengan sangat rinci, pergantian keduanya dalam waktu yang lama maupun singkat,
panas dan dingin, serta peristiwa lainnya itu mengandung dalil yang jelas atas keberadaan,
kuasa dan keesaan Allah bagi orang-orang yang berakal sehat. Ayat ini diturunkan ketika
suku uraisy meminta Nabi SAW dengan berkata: “Bedoalah kepada Tuhanmu untuk
menjadikan bukit Shafa menjadi emas” Lalu beliau berdoa kepada Tuhan. Kemudian turunlah
ayat ini {Inna fii khalqissamaawaati}, Maka sebaiknya kalian memikirkan hal tersebut.
d. Zubdatut Tafsir
Karena hanya dengan memikirkan apa yang Allah sebutkan pada ayat ini cukup bagi
orang yang berakal untuk menyampaikkannya pada keimanan yang tidak dapat
digoncangakan oleh syubhat dan tidak terhalang oleh keraguan
Surat Ali Imran ayat 190 ini menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi serta
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab.
Yakni orang-orang yang berakal. Orang-orang yang mau berpikir. Orang-orang yang mau
memperhatikan alam. Orang-orang yang kritis.

“Al Quran mengarahkan hati dan pandangan manusia secara berulang-ulang dan intens untuk
memperhatikan kitab yang terbuka (alam) ini, yang tidak pernah berhenti halaman-
halamannya berbolak-balik,” kata Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran. “Maka dalam
setiap halamannya tampaklah ayat yang mengesankan dan mengkonsentrasikan dalam fitrah
yang sehat perasaan terhadap kebenaran dan desain alam ini.”

Ibnu Katsir menjelaskan, surat Ali Imran ayat 190 ini memotivasi untuk memperhatikan
ketinggian langit dan keluasan bumi, tata letak dan semua yang ada padanya mulai gunung
hingga lautan. Mulai padang pasir hingga hutan. Mulai hewan hingga tumbuhan dan
pepohonan. Juga bintang-bintang.

“Renungkanlah alam, langit dan bumi. Langit yang melindungimu dan bumi yang
terhampar tempat kamu hidup,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar. “Pergunakanlah
pikiranmu dan tiliklah pergantian antara siang dan malam. Semuanya itu penuh dengan ayat-
ayat, tanda-tanda kebesaran Allah.”

Ulul albab menurut Ibnu Katsir adalah orang yang memiliki akal sempurna lagi
memiliki kecerdasan. Sedangkan menurut Sayyid Qutb, ulul albab adalah orang-orang yang
memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar. Orang yang memahami bahwa penciptaan
langit dan bumi serta pergantian siang dan malam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah,
mereka itulah ulul albab. Sedangkan orang-orang bodoh, meskipun ia melihat langit dan
bumi serta melihat pergantian siang dan malam setiap hari, mereka tidak sampai pada
kebenaran itu. Meskipun secara akademis dikenal pandai. Karena itulah, Amr bin Hisyam
yang oleh kaumnya diberi gelar Abul Hakam, dalam Islam diberi gelar Abu Jahal.

B. Tafsir surah Ali- Imran Ayat 191

‫ض َربَّنَا َما خَ لَ ْقتَ ٰهَ َذا ٰبَ ِطاًل ُس ْب ٰ َحنَكَ فَقِنَا‬


ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬ ِ ‫ٱلَّ ِذينَ يَ ْذ ُكرُونَ ٱهَّلل َ قِ ٰيَ ًما َوقُعُودًا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِى خَ ْل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬

ِ َّ‫اب ٱلن‬
‫ار‬ َ ‫َع َذ‬

Arab-Latin: allażīna yażkurụnallāha qiyāmaw wa qu'ụdaw wa 'alā junụbihim wa


yatafakkarụna fī khalqis-samāwāti wal-arḍ, rabbanā mā khalaqta hāżā bāṭilā, sub-ḥānaka fa
qinā 'ażāban-nār

Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Siapakah ulul albab yang disebutkan dalam Surat Ali Imran ayat 190? Ayat 191 ini
menjelaskannya. Bahwa ulul albab adalah orang yang banyak berdzikir dan bertafakkur. Ia
berdzikir dalam segala kondisi baik saat berdiri, duduk ataupun berbaring. Ia juga
mentafakkuri (memikirkan) penciptaan alam ini hingga sampai pada kesimpulan bahwa Allah
menciptakan alam tidak ada yang sia-sia. Maka ia pun berdoa kepada Allah, memohon
perlindungan dari siksa neraka.

“Di sini bertemulah dua hal yang tidak terpisahkan yakni dzikir dan pikir,” kata Buya Hamka
dalam Tafsir Al Azhar.

“Mereka tidak pernah terputus dari berdzikir mengingat-Nya dalam semua keadaan
mereka,” tulis Ibnu Katsir saat menafsirkan Surat Ali Imran ayat 191. “Lisan, hati dan jiwa
mereka semuanya selalu mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

“Wayatafakkaruuna fii khalqis samaawaati wal ardl” menurut Ibnu Katsir maknanya


adalah, mereka memahami semua hikmah yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan
kepada kebesaran Penciptanya, kekuasaan-Nya, pengetahuan-Nya, pilihan-Nya dan rahmat-
Nya

Maka Hasan Al Basri mengatakan, “berpikir selama sesaat  lebih baik daripada berdiri
shalat semalam.Umar bin Abdul Aziz mengatakan, “Berbicara untuk berdzikir kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala adalah baik dan berpikir tentang nikmat-nikmat Allah lebih utama
daripada ibadah.”

Sayyid Qutb menjelaskan, memikirkan kekuasaan Allah dalam penciptaan makhluk ini
merupakan ibadah kepada Allah dan juga bentuk dzikir kepada-Nya. Dan ayat-ayat Allah di
alam semesta ini tidak menampakkan hakikatnya yang mengesankan kecuali kepada hati
yang selalu berdzikir dan beribadah.

1. Tafsir Surah Ali-Imran Ayat 191 menurut para ahli tafsir

a. Tafsir al-Muyassar

Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam semua kondisi mereka, baik
berdiri,duduk dan dalam keadaan mereka berbaring. Mereka mentadaburi dalam penciptaan
langit dan bumi seraya berkata, ”wahai tuhan kami, Engkau tidaklah menciptakan makhluk
ciptaan ini dengan sia-sia. Dan Engkah Maha suci dari hal itu. Maka jauhkanlah dari kami
siksaan neraka.

b. Tafsir al-Mukhtashar)

Mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam kondisi apapun.
Baik dalam kondisi berdiri, duduk maupun berbaring. Dan mereka juga senantiasa
menggunakan akal pikiran mereka untuk memikirkan penciptaan langit dan bumi. Mereka
pun berkata, “Wahai Rabb, Engkau tidak menciptakan makhluk yang sangat besar ini untuk
bersenda gurau. Mahasuci Engkau dari senda gurau. Maka jauhkanlah kami dari azab Neraka,
dengan cara Engkau bimbing kami kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan Engkau
lindungi kami dari perbuatan-perbuatan yang buruk.
c. Tafsir al-Wajiz

Orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam segala kondisinya, yaitu dalam keadaan
berdiri ketika shalat, duduk di masjlis mereka, dan bersandar ketika dalam keadaan junub.
Mereka berpikir tentang kehebatan penciptaan langit, bumi dan meyakininya. Mereka
berkata: “Wahai Tuhan Kami, Engkau tidak menciptakan hal ini sia-sia dan hanya sebagai
hiburan, namun Engkau menciptakannya sebagai petunjuk atas kuasa dan hikmahMu. Kami
menyucikanmu dari segala sesuatu yang tidak sesuai denganMu dan dari kesia-siaan. Maka
jadikanlah ketaatan kami kepadaMu itu sebagai pelindung dari neraka”

d. Zubdatut Tafsir

‫( الَّ ِذينَ يَ ْذ ُكرُونَ هللاَ قِ ٰي ًما َوقُعُودًا َو َعلَ ٰى جُ نُوبِ ِه ْم‬yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring) Yakni mereka senantiasa berzikir kepada Allah
dalam setiap keadaan. Dan dulu Rasulullah senantiasa berzikir kepada Allah di setiap waktu.
Pendapat lain mengatakan yang dimaksud dari kata zikir disini adalah shalat, yakni mereka
tidak melalaikannya dalam keadaan apapun, sehingga mereka senantiasa melakukan shalat
baik dengan berdiri ketika tidak ada uzur dan halangan atau dengan duduk atau berbaring
ketika terhalang untuk berdiri. ‫ض‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫( َويَتَفَ َّكرُونَ فِى خَ ْل‬dan mereka memikirkan tentang
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬
penciptaan langit dan bumi) Yakni tentang kehebetan dan kedetailan penciptaan keduanya
padahal ukurannya sangat besar. ‫(( َربَّنَ••ا َم••ا خَ لَ ْقتَ ٰه• َذا ٰب ِطاًل‬seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia) Yakni Engkau tidak menciptakan ini dengan
sia-sia atau main-main akan tetapi Engkau menciptakannya sebagai bukti atas hikmah dan
kekuasaan-Mu, dan untuk Engkau jadikan bumi sebagai tempat menguji hamba-hamba-Mu
agar terlihat siapa diantara mereka yang mentaati-Mu dan siapa yang bermaksiat kepada-Mu.
َ‫( ُسب ْٰحنَك‬Maha Suci Engkau) Yakni Engkau Maha Suci dari apa yang tidak layak untuk-Mu.

B. Kandungan Surah Ali- Imran Ayat 190-191

Berikut ini adalah isi kandungan Surat Ali Imran ayat 190-191:

1. Penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang merupakan tanda
kekuasaan Allah.
2. Tanda kekuasaan Allah di alam semesta ini hanya diketahui oleh ulul albab.
3. Ulul albab adalah orang yang berdzikir dan berpikir. Ia selalu ingat kepada Allah
dalam segala kondisi dan ia juga mempergunakan akalnya untuk memikirkan
penciptaan alam semesta.
4. Tafakkur atau berpikir yang benar akan mengantarkan pada kesimpulan bahwa
Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia. Semuanya benar, semuanya
bermanfaat.
5. Tafakkur atau berpikir yang benar juga melahirkan kedekatan kepada Allah dan
memperbanyak doa kepada-Nya.

Demikian Surat Ali Imran ayat 190-191 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah
dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat dan
memotivasi kita untuk senantiasa berdzikir dan berpikir sehingga lebih dekat kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam bish shaw
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibnu Katsir menjelaskan, surat Ali Imran ayat 190 ini memotivasi untuk memperhatikan
ketinggian langit dan keluasan bumi, tata letak dan semua yang ada padanya mulai gunung
hingga lautan. Mulai padang pasir hingga hutan. Mulai hewan hingga tumbuhan dan
pepohonan. Juga bintang-bintang.

B. Saran

Kami merasa Makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat di harapkan untuk perbaikan makalah.
DAFTAR PUSTAKA

tafsir surah ali imran ayat 190-191 - Search (bing.com)

Anda mungkin juga menyukai