Anda di halaman 1dari 4

Berpikir kritis dan Semangat mencintai Iptek

1. Berpikir kritis
a. Menelaah Ali Imran ayat 190-191
‫ِاَّن ِفۡى َخ ۡل ِق الَّس ٰم ٰو ِت َو اَاۡلۡر ِض َو اۡخ ِتاَل ِف اَّلۡي ِل َو الَّن َه اِر ٰاَل ٰي ٍت ُاِّلوِلى اَاۡلۡل َب اِب اَّل ِذْي َن َي ْذ ُك ُرْو َن َهّٰللا ِقَي اًم ا‬
‫َّو ُقُعْو ًد ا َّو َع ٰل ى ُج ُن ْو ِبِه ْم َو َي َتَفَّك ُرْو َن ِفْي َخ ْل ِق الَّس ٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۚض َر َّب َن ا َم ا َخ َلْق َت ٰه َذ ا َب اِط ۚاًل ُس ْب ٰح َن َك َفِقَن ا‬
‫َع َذ اَب الَّن اِر‬
Artinya : 190) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
orang yang berakal. 191) (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau.
Lindungilah kami dari azab neraka."

Asbabun Nuzul :

Surat Ali Imran ayat 190-191 di atas diturunkan sebagai


bantahan untuk kaum Yahudi yang mengklaim kefakiran dari
Allah SWT (Innallaha ta’ala faqirun wa nahnu aghniyaa). Di
dalam kitab Lubaabun Nuqul Fi Asbabin Nuzul karya Jalaluddin
as-Suyuti, Surat Ali ‘Imran ayat 190-191 diturun untuk
menjelaskan tentang bukti kaum Yahudi yang mengklaim
kefakiran Allah SWT.
Kemudian, Ibnu Abbas di dalam riwayat Ath-Thabrani dan Ibnu
Abi Hatim mengungkapkan bahwa “orang-orang Quraisy
mendatangi orang-orang Yahudi dan bertanya kepada mereka,
apa tanda-tanda yang dibawa oleh Musa kepada kalian
semua?”
“Tongkat dan tangan yang putih bagi orang-orang yang
melihatnya.” jawab orang-orang Yahudi.
Setelah itu, orang-orang Quraisy datang menghampiri orang-
orang Nasrani dan bertanya “apa tanda-tanda yang
diperlihatkan Isa?”
“Dia dulu menyembuhkan orang yang buta, orang sakit kusta
dan menghidupkan orang yang telah mati," kata orang-orang
Nasrani.
Tak sampai di situ, orang-orang Quraisy juga mendatangi Nabi
Muhammad SAW dan berkata "Berdoalah kepada Tuhanmu
untuk dapat mengubah bukit shafa menjadi emas untuk kami."
Setelah itu, Rasulullah SAW pun berdoa kepada Allah SWT,
lalu tak lama setelah itu turunlah ayat 190-191 dalam surat Ali
Imran.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, ayat 190 menjelaskan
tentang penciptaan langit dan bumi yang seluruh hikmahnya
hanya akan dirasakan oleh ulul albab, yakni orang-orang yang
mengingat kekuasaan Allah SWT.

Isi kandungan :
1) Surah All Imran ayat 190 menegaskan bahwa penciptaan langit
dan bumi serta pergantian malam dan siang merupakan tanda
kekuasaan Allah Swt.
2) Tanda kekuasaan Allah Swt ini hanya diketahui oleh ulil albab.
3) Surah Ali Imran ayat 191 menjelaskan dua ciri ulil albab yaitu
berzikir dan berpikir Util albab selalu ingat kepada Allah Swt
dalam segala situasi dan kondisi, Uli albab akan selalu
menggunakan akalnya untuk bertafakur memikirkan penciptaan
alam semesta
4) Tafakur dan berpikir dengan benar akan mengantarkan pada
kesimpulan bahwa Allah Swt. menciptakan alam semesta dan
segala isinya di dalamnya, tidak ada yang sia-sia, semuanya
benar dan bermanfaat
5) Tafakur atau berpikir dengan benar akan meningkatkan
kedekatan kita kepada Allah Swt.. mengakui bahwa manusia
makhluk yang lemah sehingga kita akan selalu bersyukur dan
berdoa kepada Allah Swt.

b. Hadis dan penjelasan lain tentang berpikir kritis.

Artinya: Dari Abi Dzar r.a. Nabi Saw. bersabda: “Pikirkanlah mengenai segala
sesuatu (yang diciptakan Allah), tetapi janganlah kalian memikirkan tentang Dzat
Allah, karena kalian akan rusak” (H.R. Abu Syeikh).
Isi kandungan :
1) Harus ada kesadaran bersama, pengetahuan yang merupakan permulaan
dilihat dari proses berpikir, tujuannya hanya seputar makhluk dan
semesta, termasuk dirinya sendiri. Jangan melangkah lebih jauh dari
kapasitas akal, yakni merenungkan Zat Allah Swt.
2) Isi hadis ini membimbing kita untuk selalu berpikir kritis atau berpikir
positif, yaitu berpikir kreatif tentang ciptaan Allah Swt. Itu berarti kita
didorong untuk berpikir, mengeksplorasi, dan menyelidiki segala sesuatu
yang berhubungan dengan makhluk-Nya, tetapi kita dilarang memikirkan
Zal-Nya.
3) Berpikir ada batasnya, tidak sebebas mungkin. Ada batasan yang tidak
boleh dilewati dan harus dihentikan, karena jika tidak, orang akan
melakukannya sendiri kemudian mengalami kebingungan dan kekacauan
dalam hidupnya. Tentu saja tidak diinginkan karena penggunaan nalar
dan budi pekerti untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., bukan
semakin jauh dari-Nya.
4) Dilarang merenungkan hakikat Allah Swt. karena jika Anda berpikir Zat
Allah, akal dan segala kemungkinan yang dimiliki manusia tentu tidak bisa
untuk mencapainya, sebagaimana Rasulullah saw. menuntun umatnya
untuk menggunakan pikiran dan hati yang hanya dipikirkan oleh makhluk-
Nya agar tidak membuat kesalahan yang akhirnya mengarah ke jalan yang
sesat

2. Mencintai Iptek
a) Menelaah Ar-rahman ayat 33
‫ۡل ٰط‬ ‫ۡل‬
‫ٰي َم ۡع َش َر ا ِج ِّن َو اِاۡلۡن ِس ِاِن اۡس َت َط ۡع ُت ۡم َاۡن َت ۡن ُفُذ ۡو ا ِم ۡن َاۡق َط اِر الَّس ٰم ٰو ِت َو اَاۡلۡر ِض َفاْنُفُذ ۡو اؕ‌ اَل َت ۡن ُفُذ ۡو َن ِااَّل ِبُس ۚ‌ٍن‬
Artinya : Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan
mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).

Asbabun Nuzul :
Tidak ada sebab khusus tentang turunnya ayat ini, tetapi secara umum, seperti yang
dipaparkan M. Quraish Shihab (Pakar Tafsir Indonesia) dalam karyanya berjudul
Tafsir Al Mishbah, Surat ini diturunkan, karena tanggapan negatif kaum musyrik
Makkah saat mereka diperintah untuk sujud kepada Allah yang ar-Rahmān.

Isi kandungan :
1) Allah Swt. menyeru kepada jin dan manusia untuk melintasi langit dan
bumi jika bisa melakukannya.
2) Di dunia ini, jin dan manusia tidak bisa lari dari takdir Allah Swt. dan
tidak bisa lari dari kekuasaan-Nya.
3) Di akhirat nanti, jin dan manusia tidak bisa lari dari
pertanggungjawaban atas amal perbuatannya di dunia.
4) Manusia bisa menjelajah ruang angkasa dengan kekuatan ilmu
pengetahuan, tetapi kekuatan manusia itu terbatas

b) Hadis dan Penjelasan lain tentang Iptek


‫ قال رسول ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬،‫ عن عبد هللا بن عمرو بن عاص رضي هَّللا عنه قال‬:
‫ِﺇَّﻥ ﻪﻠﻟﺍ ﻻ َﻳ ْﻘ ِﺒُﺾ ﺍﻟِﻌ ْﻠَﻢ ﺍْﻧ ِﺘَﺰﺍَﻋ ًﺎ َﻳ ْﻨَﺘِﺰُﻋُﻪ ﻣﻦ ﺍﻟِﻌﺒﺎِﺩ ﻭَﻟِﻜْﻦ َﻳ ْﻘ ِﺒُﺾ ﺍﻟِﻌ ْﻠَﻢ ِﺑَﻘْﺒِﺾ ﺍﻟُﻌ َﻠَﻤﺎِﺀ ﺣَّﺘﻰ ﺇﺫﺍ َﻟْﻢ ُﻳْﺒِﻖ َﻋ ﺎِﻟٌﻢ‬
‫ َﻓُﺴِﺌﻠﻮﺍ َﻓَﺄْﻓ َﺘْﻮﺍ ِﺑَﻐ ْﻴِﺮ ِﻋ ْﻠٍﻢ َﻓَﻀُّﻠﻮﺍ َﻭ َﺃَﺿ ُّﻠﻮﺍ‬، ‫ﺍَّﺗ َﺨَﺬ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅَﺳ ًﺎ ُﺟَّﻬﺎًﻻ‬
Artinya : Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma, beliau berkata,
“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para
hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama.
Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang
bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu.
mereka sesat dan menyesatkan.“ (HR. Bukhari)

Isi Kandungan :
1) Sejarah biografi tokoh-tokoh ilmuwan Islam kita dijadikan teladan
bagaimana ilmuwan sangat sungguh-sungguh dalam mencari ilmu.
2) Wafatnya ulama bukan berarti Allah Swt. mencabut ilmu dalam diri
manusia, tetapi menjadi ujian bagi manusia dalam memilih seseorang
yang dijadikan ulama sebagai panutan.
3) Kita harus hati-hati dalam menentukan teladan yang menjadi sumber
ilmu bagi kita.
4) Meneladani sikap kerja keras dan pantang menyerah para ulama
Islam dalam menuntut ilmu.
5) Kita tidak boleh mengidolakan seorang ulama hingga menyebabkan
kita mengikuti semua perintahnya walaupun perbuatannya salah dan
tidak baik. Oleh karena itu, dalam memilih ilmu dan guru sebagai
pedoman kita juga harus menggunakan ilmu.

Anda mungkin juga menyukai