Anda di halaman 1dari 18

Nama Anggota Kelompok :

Irfan Priambudi
Kurnia Cahya Rahmani
Layla Noer Andiena
Mega Fitriyani

BERPIKIR KRITIS, OBJEKTIF DAN SEIMBANG


A. Perintah Berpikir Kritis
Berpikir Kritis didefinisikan beragam oleh para pakar. Menurut
Mertes, berpikir kritis adalah “Sebuah proses yang sadar dan
sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi
informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan
kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.

Berangkat dari definisi di atas, sikap dan tindakan yang


mencerminkan berpikir kritis terhadap ayat-ayat Allah Swt.
Adalah berusaha memahaminya dari berbagai sumber,
menganalisis, dan merenungi kandungannya, kemudian
menindaklanjuti dengan sikap dan tindakan positif.
‫‪ Perintah Berpikir Kritis terdapat didalam Q.S.Ali‬‬
‫‪Imran/3:190-191.‬‬

‫)‪(190‬‬ ‫ض‬
‫ْٱل‬ ‫ف وٱ ها َٰ َي‬ ‫ن ى خلق ٱل س َم ْ‬
‫وٱلَر‬
‫ب‬
‫ٱلَّيل ل ر „ت ˚و ِلى ْل َٰ َب‬ ‫وٱخ َٰل‬ ‫َٰ َوت‬
‫ِْلُ‬ ‫لءا‬
‫جن هم و كرون ى خلق ٱل س َم‬ ‫ُ‬
‫ٱَّلذين ذكرونَّللَٱ ًۭ‬
‫ُعو ًۭ ˝دا‬
‫َٰ َوت‬ ‫َتف‬ ‫و‬ ‫وع ى و ق‬
‫˝م‬
‫ا‬
‫َي‬
‫خلَق َ ًۭ ˝ًل سب َ َقنا ب ٱل )‪(191‬‬ ‫ْ‬
‫وٱلَر ض ر َنا‬
‫ار‬ ‫َحَن بَ ط ف عذَا‬ ‫ما ت ه‬
‫ا‬
‫ك‬
Artinya : “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini
sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS.
Ali- ‘Imran: 190-191).
• Asbabun Nuzul

Asbabun nuzul adalah sebab-sebab/latar belakang turunnya


ayat/surat dalam Al-Qur'an. Asbabun Nuzul Q.S Ali Imran : 190-191 :
At-Thabrani dan Ibnu Hatim meriwayatkan hadist dari Ibnu Abbas
r.a., dia berkata, Orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang
Yahudi dan bertanya kepada mereka, "Apa tanda-tanda yang dibawa
Musa kepada kalian?". Orang-orang Yahudi itu menjawab, "Tongkat
dan tangannya yang putih bersinar bagi orang-orang
yang melihatnya." Kemudian orang-orang Quraisy itu mendatangi
orang-orang Nasrani, lalu bertanya kepada mereka "Apa tanda-
tanda yang diperlihatkan Isa?" Mereka menjawab, "Dia dulu
menyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kusta dan
menghidupkan orang mati". Selanjutnya mereka mendatangi Nabi
Muhammad SAW. lalu mereka berkata kepada beliau, "Berdoalah
kepada Tuhanmu untuk mengubah bukit Shafa dan Marwah
menjadi emas untuk kami" Lalu beliau berdoa, maka turunlah
firman Allah
: Q.S Ali Imran : 190-191.
Isi Kandungan
a) Tanda-tanda kebesaran Allah swt. Yang tersebar di alam raya
ini, harus dijadikan sebagai media berpikir oleh umat islam,
sehingga menghasilkan hikmah, manfaat, dan Maslahat.
b) Keteraturan pergantian siang dan malam, jangan dijadikan
sebagai pergantian biasa tanpa ada tujuan dan faedah, karena ia
merupakan salah satu tanda kebesaran Allah swt. Yang
membutuhkan akal untuk memikirkan;
 Semua tanda-tanda kebesaran Allah swt. Yang bertebaran di
alam raya ini, hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang
memiliki akal sehat dan akal budi yang disebut ulil albab.
 Ulil albab adalah hamba-hamba Allah swt. Yang selalu
mengisi setiap waktunya untuk mengingat Allah swt. Dalam
keadaan apapun, dan selalu menggunakan akal pikirannya,
sehingga menghasilkan maslahat yang banyak untuk orang
lain.
 Semua ciptaan Allah swt. Memiliki manfaat, dan tidak ada satu
jenis makhluk pun yang diciptakan tanpa makna (sia-sia),
meskipun tidak semua manusia dapat memahaminya.
 Ulil albab juga melakukan pemikiran kritis, objektif, dan seimbang
terhadap segala sesuatu atau problematika yang muncul, sehingga
hasil pemikirannya tidak menjadikan pihak lain ragu dan
bimbang, sampai pada akhirnya tidak memunculkan adanya
sangkaan buruk kepada segala ciptaan-Nya.
 Segala pemikiran yang dilakukan Ulil albab, menimbullkan
kesadaran diri bahwa semua ini bersumber dari Allah, dan
menimbulkan ajakan terhadap diri sendiri dan pihak lain agar
semakin dekat (taqarrub) kepada Allah swt. Sehingga jika pemikiran
seperti ini diterapkan akan mengantarkan pada keselamatan dunia
akhirat, sekaligus terhindar dari kesengsaraan hidup (api neraka).
Sikap yang mencerminkan Ayat
1. Berusaha memahami Al-Quran dan hadis dengan baik
dan benar, serta kritis dan objektif dalam menghadapi
problematika yang ada melalui berbagai sumber atau
rujukan yang terpercaya.
2. Berusaha bersikap kritis dalam memahami semua
fenomena alam, sehingga mampu menemukan
manfaat, faedah, dan maslahat dari tanda-tanda
kebesaran Allah swt. Yang ada di alam raya.
3. Mengedepankan pikiran yang kritis terhadap
problematika yang muncul, sehingga tidak menimbulkan
keburukan bagi orang lain.
4. Bukti orang bersyukur adalah menggunakan akal
pikiran, qalbu, dan nafsu secara seimbang dan
proposional, sehingga semua anugerah tersebut,
membuahkan hasil yang baik dan benar, positif, serta
bermanfaat.
5. Mengingat Allah swt., dalam segala kondisi, baik dalam
keadaan senang maupun susah, kaya-miskin, maupun
suka-duka, dengan menjalankan segala perintah-Nya
dan meninggalkan larangan-Nya.
Kajian Hadits Tentang Berpikir Kritis
Al-Quran dan hadits merupakan dua sumber hukum yang tidak dapat
dipisahkan. Hadits menguatkan hukum yang telah ditetapkan Al-Quran.
Berikut ini contoh hadits yang terkait dengan kajian berpikir kritis dan
objektif.

Ibnu Abbas r.a. berkata: ketika aku menginap dirumah bibiku


Maimunah, Rasulullah saw. Berbincang-bincang sesaat bersama istrinya.
Kemudian beliau tidur. Tatkala tiba waktu sepertiga malam terkahir,
beliau duduk dan melihat ke langit, lalu beliau membaca,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian
malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-
orang yang berakal.” (Q.S. Ali Imran/3: 190). Lalu beliau berwudhu dan
bersiwak, kemudian shalat sebelas rokaat. Setelah mendengar Bilal
adzan, beliau shalat dua raka’at kemudian beliau keluar untuk shalat
subuh.” (H.R. Bukhari)
Kandungan Makna Hadits
 Informasi bahwa Rasulullah saw., adalah seorang hamba yang
sangat rajin beribadah, terutama di malam hari, padahal beliau
adalah seorang Rasul yang ma’sum (terjaga dari dosa).
 Rasulullah saw., mengingatkan kita melalui bacaan Q.S. Ali
Imran/3:190. Agar akal pikiran digunakan bukan hanya
untuk urusan duniawi, tetapi juga untuk ukhrawi.
 Keseimbangan menggunakan seluruh potensi yang dimiliki,
harus selalu dilakukan, sehingga pola hidupnya tidak
terjerembab dalam kehinaan dan kubangan dosa atau
maksiat.
 Semakin cerdas seorang, seharusnya semakain
mendekatkan dirinya kepada Allah swt. Yang dibuktikan
dengan melaksanakan shalat malam dan amalan sunnah
lainnya.
Penjelasan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Hadits Terkait
tentang Berpikir Kritis
Allah swt., melalui Q.S. Ali Imran/3: 190, mengajak manusia untuk
berpikir dan merenungi tentang penciptaan langit dan bumi. Semua itu,
merupakan tanda-tanda kebesaran Allah swt., bagi mereka yang mau
memikirkan fenomena tersebut, dan mereka itulah yang disebut ulil albab.
Lebih lanjut, Ibnu Katsir menjelaskan makna lainnya, yaitu: perlunya
manusia memikirkan dan mengambil manfaat dari penciptaan langit dengan
ketinggian dan luasnya, serta penciptaan bumi dengan kerendahannya
(dalam pandangan manusia), ketebalannya, dan kekokohannya.
Kemudian, apa yang terdapat di antara keduanya, seperti bintang-bintang,
lautan, gunung, pepohonan, tumbuhan, buah-buahan, binatang, barang
tambang, pertukaran malam dan siang, semua itu merupakan kehendak Allah
swt.
Semula, fenomena tersebut adalah tanda-tanda kebesaran Allah swt. Bagi
orang-orang yang memiliki akal sempurna. Akal yang mampu menangkap
hakikat dan hikmah segala sesuatu , dan semua itu menjadi inspirasi orang
berakal. Tidak seperti orang yang berpura-pura tidak mendengar seruan
Allah dan Rasul-Nya serta selalu berpaling dari semua tanda-tanda kebesaran
Allah swt., meski tanda-tanda tersebut terbentang dengan jelas dan nyata.
Semula, fenomena tersebut adalah tanda-tanda
kebesaran Allah swt. Bagi orang-orang yang
memiliki akal sempurna. Akal yang mampu
menangkap hakikat dan hikmah segala sesuatu ,
dan semua itu menjadi inspirasi orang berakal.
Tidak seperti orang yang berpura-pura tidak
mendengar seruan Allah dan Rasul-Nya serta
selalu berpaling dari semua tanda-tanda
kebesaran Allah swt., meski tanda-tanda
tersebut terbentang dengan jelas dan nyata.
Sementara itu, dalam Q.S.Ali Imran/3: 191, dijelaskan karakter lain ulil
albab, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat-Nya dalam keadaan
berdiri, duduk, dan berbaring, Rasulullah saw., menegaskan, agar kita
senantiasa mengingat Allah swt., dalam segala keadaan, baik sedang kaya
atau miskin, suka dan duka. Artinya, kita jangan pernah putus dari zikir
(mengingat Allah), baik melalui sarana hati, lisan maupun dengan
perbuatan.
Silih bergantinya siang dan malam, merupakan fenomena yang sangat
kompleks. Fenomena ini melibatkan rotasi bumi, mengelilingi matahari
dengan sumbu bumi miring. Dalam fenomena fisika, bumi berputar
mengelilingi matahari. Gerakan miring tersebut memberi dampak musim
yang berbeda. Selain itu, rotasi bumi distabilkan oleh bulan yang
mengelilingi bumi, sehingga semua saling terkait.
Orang yang berfikir kritis dan cerdas adalah orang yang memiliki visi
jauh ke depan dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang
sesungguhnya, yaitu kehidupan di akhirat. Orang yang tidak meyakini
akan adanya hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk
menyiapkan diri dengan amal apapun.
Imam ibnu katsir memuat banyak nasihat tentang berpikir kritis, antara
lain sebagai berikut:
1. Ibnu Abbas berkata: “Shalat dua rakaat yang sedang (tidak terlalu
lama dan tidak pula terlalu singkat) dengan penuh perenungan,
lebih baik daripada shlata sepanjang malam tetapi hatinya lalai.”
2. Hasan al-Basri berkata:
 “Berpikir (merenung) adalah cermin yang memperlihatkan
kebaikan dan keburukanmu.”
 “Hai anak Adam, makanlah untuk sepertiga perutmu, minumlah
untuk sepertiganya lagi, dan biarkan sepertiga lainnya lapang supaya
bisa berpikir.”
 “Saya mendengar dari banyak sahabat nabi berkata:
“Sesungguhnya cahaya iman adalah tafakur.”
3. Sufyan bin Uyainah berkata: “berpikir (merenung) adalah cahaya
yang merasuki jiwa.”
4. Wahab bin Munabbih berkata: “Tidaklah seseorang memikirkan
sesuatu dalam waktu lama kecuali dia paham, tidaklah seseorang
memahami sesuatu kecuali dia mengetahui (hakikat-nya), dan
tidaklah seseorang mengetahui (hakikat) sesuatu kecuali dia
akan mengamalkannya.”
5. Umar bin Abdul Aziz berkata: “Berbicara masalah zikrullah itu
baik, tetapi berpikir tentang nikmat Allah adalah ibadah yang
paling utama.”
6. Sebagian hukama (orang bijak) berkata: “Barang siapa
memandang dunia tanpa ibrah (tanpa mengambil pelajaran/lalai),
niscaya akan semakin jauh dari mata hatinya (basirah-Nya) sejauh
kelalaiannya itu.”
7. Basyar bin Harits berkata: “Seandainya manusia itu mau berpikir
(tafakur) niscaya mereka tidak akan durhaka (kepada Allah).”
Hikmah Berpikir Kritis
1) Dapat memahami makna-makna yang tersembunyi di balik
penciptaan alam semesta dan fenomenanya yang terjadi.
2) Dapat memanfaatkan alam untuk kepentingan umat manusia
secara optimal.
3) Semakin tertantang untuk melakukan penelitian terhadap
fenomena Alam yang terjadi, sehingga mampu
mengungkapkan lebih banyak makna, faedah, dan manfaat
yang terkandung di balik penciptaan alam semesta dan
problematika yang muncul.
4) Semakin bersyukur kepada Allah swt., atas anugerah berupa
akal sehat, bertambah keyakinan tentang adanya hari
pembalasan, dan bersemangat untuk beramal shalih sebagai
bekal di akhirat kelak.

Anda mungkin juga menyukai