Anda di halaman 1dari 8

BERPIKIR KRITIS, OBJEKTIF DAN SEIMBANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunianya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Berpikir kritis, Objektif dan
seimbang” ini dapat terselesaikan.

Dalam penulisan tugas ini kami merasa masih memiliki banyak kekurangan baik
segi materi maupun dari segi penulisan, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan tugas
ini.

Dalam penulisan tugas ini kami menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini, semoga Tuhan
memberi imbalan yang setimpal atas bantuan dan semoga dapat menjadikan bantuan ini
sebagai ibadah, Amin
A. Perintah Berpikir Kritis

Berpikir Kritis didefinisikan beragam oleh para pakar. Menurut Mertes, berpikir kritis adalah
“Sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi
informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu
keyakinan dan tindakan”.

Berangkat dari definisi di atas, sikap dan tindakan yang mencerminkan berpikir kritis
terhadap ayat-ayat Allah Swt. Adalah berusaha memahaminya dari berbagai sumber,
menganalisis, dan merenungi kandungannya, kemudian menindaklanjuti dengan sikap dan
tindakan positif.

▪ Perintah Berpikir Kritis terdapat didalam Q.S.Ali Imran/3:190-191.

ِ َ‫ت أِّل ُ ۟ولِى ٱأْل َ ْل ٰب‬


)190(‫ب‬ Hِ َ‫ٱختِ ٰل‬
ِ َ‫ف ٱلَّي ِْل َوٱلنَّه‬
ٍ ۢ َ‫ار َل َءا ٰي‬ ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫َّن فِى خَ ْل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
‫ض َربَّنَا َما خَ لَ ْقت ٰهَ َذا‬
ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬ ِ ‫م َويَتَفَ َّكرُونَ فِى خَ ْل‬Hْ ‫ٱلَّ ِذينَ يَ ْذ ُكرُونَ ٱهَّلل َ قِ ٰيَ ًۭما َوقُعُو ۭ ًدا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
)191(‫ار‬ ِ َّ‫اب ٱلن‬َ ‫ٰبَ ِطاًۭل ُس ْب ٰ َحنَكَ فَقِنَا َع َذ‬
Artinya : “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191).

• Asbabun Nuzul
Asbabun nuzul adalah sebab-sebab/latar belakang turunnya ayat/surat dalam Al-Qur'an.
Asbabun Nuzul Q.S Ali Imran : 190-191 :

At-Thabrani dan Ibnu Hatim meriwayatkan hadist dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata, Orang-
orang Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi dan bertanya kepada mereka, "Apa tanda-
tanda yang dibawa Musa kepada kalian?". Orang-orang Yahudi itu menjawab, "Tongkat
dan tangannya yang putih bersinar bagi orang-orang yang  melihatnya." Kemudian orang-
orang Quraisy itu mendatangi orang-orang Nasrani, lalu bertanya kepada mereka "Apa
tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?" Mereka menjawab, "Dia dulu menyembuhkan orang
yang buta, orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati". Selanjutnya mereka
mendatangi Nabi Muhammad SAW. lalu mereka berkata kepada beliau, "Berdoalah kepada
Tuhanmu untuk mengubah bukit Shafa dan Marwah menjadi emas untuk kami" Lalu beliau
berdoa, maka turunlah firman Allah : Q.S Ali Imran : 190-191.
● Isi Kandungan
a) Tanda-tanda kebesaran Allah swt. Yang tersebar di alam raya ini, harus dijadikan
sebagai media berpikir oleh umat islam, sehingga menghasilkan hikmah, manfaat, dan
Maslahat.

b) Keteraturan pergantian siang dan malam, jangan dijadikan sebagai pergantian biasa
tanpa ada tujuan dan faedah, karena ia merupakan salah satu tanda kebesaran Allah
swt. Yang membutuhkan akal untuk memikirkan;

✔ Semua tanda-tanda kebesaran Allah swt. Yang bertebaran di alam raya ini, hanya
dapat dipahami oleh orang-orang yang memiliki akal sehat dan akal budi yang disebut
ulil albab.

✔ Ulil albab adalah hamba-hamba Allah swt. Yang selalu mengisi setiap waktunya
untuk mengingat Allah swt. Dalam keadaan apapun, dan selalu menggunakan akal
pikirannya, sehingga menghasilkan maslahat yang banyak untuk orang lain.

✔ Semua ciptaan Allah swt. Memiliki manfaat, dan tidak ada satu jenis makhluk pun
yang diciptakan tanpa makna (sia-sia), meskipun tidak semua manusia dapat
memahaminya.

✔ Ulil albab juga melakukan pemikiran kritis, objektif, dan seimbang terhadap segala
sesuatu atau problematika yang muncul, sehingga hasil pemikirannya tidak
menjadikan pihak lain ragu dan bimbang, sampai pada akhirnya tidak memunculkan
adanya sangkaan buruk kepada segala ciptaan-Nya.

✔ Segala pemikiran yang dilakukan Ulil albab, menimbullkan kesadaran diri bahwa
semua ini bersumber dari Allah, dan menimbulkan ajakan terhadap diri sendiri dan
pihak lain agar semakin dekat (taqarrub) kepada Allah swt. Sehingga jika pemikiran
seperti ini diterapkan akan mengantarkan pada keselamatan dunia akhirat, sekaligus
terhindar dari kesengsaraan hidup (api neraka).

● Sikap yang mencerminkan Ayat


1. Berusaha memahami Al-Quran dan hadis dengan baik dan benar, serta kritis dan
objektif dalam menghadapi problematika yang ada melalui berbagai sumber atau
rujukan yang terpercaya.

2. Berusaha bersikap kritis dalam memahami semua fenomena alam, sehingga mampu
menemukan manfaat, faedah, dan maslahat dari tanda-tanda kebesaran Allah swt.
Yang ada di alam raya.
3. Mengedepankan pikiran yang kritis terhadap problematika yang muncul, sehingga
tidak menimbulkan keburukan bagi orang lain.

4. Bukti orang bersyukur adalah menggunakan akal pikiran, qalbu, dan nafsu secara
seimbang dan proposional, sehingga semua anugerah tersebut, membuahkan hasil
yang baik dan benar, positif, serta bermanfaat.

5. Mengingat Allah swt., dalam segala kondisi, baik dalam keadaan senang maupun
susah, kaya-miskin, maupun suka-duka, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya.

● Kajian Hadits Tentang Berpikir Kritis


Al-Quran dan hadits merupakan dua sumber hukum yang tidak dapat dipisahkan. Hadits
menguatkan hukum yang telah ditetapkan Al-Quran. Berikut ini contoh hadits yang terkait
dengan kajian berpikir kritis dan objektif.

Ibnu Abbas r.a. berkata: ketika aku menginap dirumah bibiku Maimunah, Rasulullah saw.
Berbincang-bincang sesaat bersama istrinya. Kemudian beliau tidur. Tatkala tiba waktu
sepertiga malam terkahir, beliau duduk dan melihat ke langit, lalu beliau membaca,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal.” (Q.S. Ali Imran/3:
190). Lalu beliau berwudhu dan bersiwak, kemudian shalat sebelas rokaat. Setelah
mendengar Bilal adzan, beliau shalat dua raka’at kemudian beliau keluar untuk shalat
subuh.” (H.R. Bukhari)

● Kandungan Makna Hadits


❑ Informasi bahwa Rasulullah saw., adalah seorang hamba yang sangat rajin beribadah,
terutama di malam hari, padahal beliau adalah seorang Rasul yang ma’sum (terjaga
dari dosa).

❑ Rasulullah saw., mengingatkan kita melalui bacaan Q.S. Ali Imran/3:190. Agar akal
pikiran digunakan bukan hanya untuk urusan duniawi, tetapi juga untuk ukhrawi.

❑ Keseimbangan menggunakan seluruh potensi yang dimiliki, harus selalu dilakukan,


sehingga pola hidupnya tidak terjerembab dalam kehinaan dan kubangan dosa atau
maksiat.

❑ Semakin cerdas seorang, seharusnya semakain mendekatkan dirinya kepada Allah


swt. Yang dibuktikan dengan melaksanakan shalat malam dan amalan sunnah lainnya.
● Penjelasan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Hadits Terkait tentang
Berpikir Kritis
Allah swt., melalui Q.S. Ali Imran/3: 190, mengajak manusia untuk berpikir dan
merenungi tentang penciptaan langit dan bumi. Semua itu, merupakan tanda-tanda
kebesaran Allah swt., bagi mereka yang mau memikirkan fenomena tersebut, dan
mereka itulah yang disebut ulil albab.

Lebih lanjut, Ibnu Katsir menjelaskan makna lainnya, yaitu: perlunya manusia
memikirkan dan mengambil manfaat dari penciptaan langit dengan ketinggian dan
luasnya, serta penciptaan bumi dengan kerendahannya (dalam pandangan manusia),
ketebalannya, dan kekokohannya.

Kemudian, apa yang terdapat di antara keduanya, seperti bintang-bintang, lautan,


gunung, pepohonan, tumbuhan, buah-buahan, binatang, barang tambang, pertukaran
malam dan siang, semua itu merupakan kehendak Allah swt.

Semula, fenomena tersebut adalah tanda-tanda kebesaran Allah swt. Bagi orang-
orang yang memiliki akal sempurna. Akal yang mampu menangkap hakikat dan
hikmah segala sesuatu , dan semua itu menjadi inspirasi orang berakal. Tidak seperti
orang yang berpura-pura tidak mendengar seruan Allah dan Rasul-Nya serta selalu
berpaling dari semua tanda-tanda kebesaran Allah swt., meski tanda-tanda tersebut
terbentang dengan jelas dan nyata.

Semula, fenomena tersebut adalah tanda-tanda kebesaran Allah swt. Bagi


orang-orang yang memiliki akal sempurna. Akal yang mampu menangkap
hakikat dan hikmah segala sesuatu , dan semua itu menjadi inspirasi
orang berakal. Tidak seperti orang yang berpura-pura tidak mendengar
seruan Allah dan Rasul-Nya serta selalu berpaling dari semua tanda-
tanda kebesaran Allah swt., meski tanda-tanda tersebut terbentang
dengan jelas dan nyata.

Sementara itu, dalam Q.S.Ali Imran/3: 191, dijelaskan karakter lain ulil albab, yaitu
orang-orang yang senantiasa mengingat-Nya dalam keadaan berdiri, duduk, dan
berbaring, Rasulullah saw., menegaskan, agar kita senantiasa mengingat Allah swt.,
dalam segala keadaan, baik sedang kaya atau miskin, suka dan duka. Artinya, kita
jangan pernah putus dari zikir (mengingat Allah), baik melalui sarana hati, lisan
maupun dengan perbuatan.
Silih bergantinya siang dan malam, merupakan fenomena yang sangat kompleks.
Fenomena ini melibatkan rotasi bumi, mengelilingi matahari dengan sumbu bumi
miring. Dalam fenomena fisika, bumi berputar mengelilingi matahari. Gerakan miring
tersebut memberi dampak musim yang berbeda. Selain itu, rotasi bumi distabilkan
oleh bulan yang mengelilingi bumi, sehingga semua saling terkait.

Orang yang berfikir kritis dan cerdas adalah orang yang memiliki visi jauh ke
depan dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang sesungguhnya, yaitu kehidupan
di akhirat. Orang yang tidak meyakini akan adanya hari pembalasan, tentu tidak akan
pernah berpikir untuk menyiapkan diri dengan amal apapun.

● Imam ibnu katsir memuat banyak nasihat tentang berpikir kritis,


antara lain sebagai berikut:
1. Ibnu Abbas berkata: “Shalat dua rakaat yang sedang (tidak terlalu lama dan tidak pula
terlalu singkat) dengan penuh perenungan, lebih baik daripada shlata sepanjang
malam tetapi hatinya lalai.”

2. Hasan al-Basri berkata:

✔ “Berpikir (merenung) adalah cermin yang memperlihatkan kebaikan dan


keburukanmu.”

✔ “Hai anak Adam, makanlah untuk sepertiga perutmu, minumlah untuk sepertiganya
lagi, dan biarkan sepertiga lainnya lapang supaya bisa berpikir.”

✔ “Saya mendengar dari banyak sahabat nabi berkata: “Sesungguhnya cahaya iman
adalah tafakur.”

3. Sufyan bin Uyainah berkata: “berpikir (merenung) adalah cahaya yang merasuki
jiwa.”

4. Wahab bin Munabbih berkata: “Tidaklah seseorang memikirkan sesuatu dalam waktu
lama kecuali dia paham, tidaklah seseorang memahami sesuatu kecuali dia
mengetahui (hakikat-nya), dan tidaklah seseorang mengetahui (hakikat) sesuatu
kecuali dia akan mengamalkannya.”

5. Umar bin Abdul Aziz berkata: “Berbicara masalah zikrullah itu baik, tetapi berpikir
tentang nikmat Allah adalah ibadah yang paling utama.”

6. Sebagian hukama (orang bijak) berkata: “Barang siapa memandang dunia tanpa ibrah
(tanpa mengambil pelajaran/lalai), niscaya akan semakin jauh dari mata hatinya
(basirah-Nya) sejauh kelalaiannya itu.”

7. Basyar bin Harits berkata: “Seandainya manusia itu mau berpikir (tafakur) niscaya
mereka tidak akan durhaka (kepada Allah).”
● Hikmah Berpikir Kritis

1. Dapat memahami makna-makna yang tersembunyi di balik penciptaan alam semesta


dan fenomenanya yang terjadi.

2. Dapat memanfaatkan alam untuk kepentingan umat manusia secara optimal.

3. Semakin tertantang untuk melakukan penelitian terhadap fenomena Alam yang


terjadi, sehingga mampu mengungkapkan lebih banyak makna, faedah, dan manfaat
yang terkandung di balik penciptaan alam semesta dan problematika yang muncul.

4. Semakin bersyukur kepada Allah swt., atas anugerah berupa akal sehat, bertambah
keyakinan tentang adanya hari pembalasan, dan bersemangat untuk beramal shalih
sebagai bekal di akhirat kelak.

Anda mungkin juga menyukai