Anda di halaman 1dari 6

TEMA 2

BAB 1 “ Kajian Q.S Ali Imran/3 : 190—191 dan Hadits tentang Berpikir Kritis,
Objektif, dan Seimbang”

A. Kajian Q.S Ali Imran/3 : 190-191 tentang Berpikir Kritis, Objektif, dan Seimbang

1. Bacaan

َ ‫ِين َي ْذ ُكر‬
َ ‫ُون هَّللا‬ َ ‫) الَّذ‬١٩٠( ‫ب‬ ِ ‫ت أِل ُولِي اأْل َ ْل َبا‬ ِ ‫اخ ِتاَل فِ اللَّي ِْل َوال َّن َه‬
ٍ ‫ار آَل َيا‬ ْ ‫ض َو‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬
ِ ‫إِنَّ فِي َخ ْل ِق ال َّس َم َاوا‬
‫اًل‬ َ ٰ ْ َ ‫أْل‬ ْ
‫ك‬َ ‫ُسب َْحا َن‬ ِ‫ت َهذا بَاط‬ َ
َ ‫ض َر َّب َنا َما َخلق‬ ِ ْ‫ت َوا ر‬ ِ ‫ُون فِي َخل ِق ال َّس َم َاوا‬ َّ ِ ‫قِ َيامًا َوقُعُو ًدا َو َعلَ ٰى ُجن‬
َ ‫وب ِه ْم َو َي َت َفكر‬ ُ
)١٩١(‫ار‬ ِ ‫اب ال َّن‬ َ ‫َفقِ َنا َع َذ‬

2. Kajian Tajwid

3. Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa orang-
orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan bertanya : bukti apakah yang di
bawa Musa kepadamu? Dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih
bersinar bagi yang memandangnya.”
Mereka juga mendatangi kaum Nasrani, dan bertanya, “Bagaimana
halnya dengan Isa?” Dijawab, “Isa menyembuhkan mata orang buta sejak
lahir dan penyakit sopak, serta menghidupkan orang yang sudah mati.”
Selanjutnya, mereka juga mendatangi Rasulullah Saw., Dan berkata,
“Mintalah kepada Tuhanmu agar bukit Shafa itu jadi emas untuk kami.” Nabi
Muhammad Saw. berdoa, dan turunlah ayat ini (Q.S Ali Imran/3:190-191).

4. Terjemahan Ayat
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang berakal (190) (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua itu sia-sia, Mahasuci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka. (191)” (Q.S Ali Imran/3:190-191)

5. Isi Kandungan Ayat


a. Tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Yang tersebar adalah
adanya alam semesta ini. Hal ini harus di jadikan sebagai
media berpikir oleh umat Islam sehingga menghasilkan
hikmah, manfaat, dan maslahat.
b. Keteraturan pergantian siang dan malam, bukan
pergantian biasa saja tanpa ada tujuan dan faedah, karena
ia merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT. Yang
membutuhkan akal untuk memikirkan.
c. Semua tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Yang
bertebaran di alam semesta ini, hanya dapat di pahami
oleh orang-orang yang memiliki akal sehat dan nurani
yang di sebut Ulil Albab.
d. Ulil Albab adalah hamba-hamba Allah SWT. Yang selalu
mengisi setiap waktunya untuk mengingat Allah SWT.
Dalam keadaan apapun, dan selalu menggunakan akal
pikirannya, sehingga menghasilkan maslahat untuk orang
banyak.
e. Semua ciptaan Allah SWT. Memiliki manfaat, dan tidak
ada satu jenis makhluk pun yang di ciptakan tanpa makna
(sia-sia), namun tidak semua manusia dapat
memahaminya.
f. Ulil Albab juga melakukan pemikiran kritis, objektif dan
seimbang terhadap segala atau problematika yang muncul
sehingga hasil pemikirannya tidak menjadikan pihak lain
ragu dan bimbang, sampai pada akhirnya tidak
memunculkan adanya sangkaan buruk kepada segala
ciptaan-Nya.
g. Segala pemikiran yang dilakukan Ulil Albab menimbulkan
kesadaran diri bahwa semua ini bersumber dari Allah
SWT. Dan menimbulkan ajakan terhadap diri sendiri dan
pihak lain agar semakin dekat (taqarrub) kepada Allah
SWT. Sehingga jika pemikiran seperti ini diterapkan akan
mengantarkan pada keselamatan dunia akhirat, sekaligus
terhindar dari kesengsaraan hidup (api neraka).

6. Sikap dan Perilaku yang Mencerminkan Pengalaman Ayat


a. Berusaha memahami Al-Qur’an dan Hadits dengan baik
dan benar, serta kritis dan objektif dalam menghadapi
problematika yang ada melalui berbagai sumber atau
rujukan terpercaya.
b. Berusaha bersikap kritis dalam memahami semua
fenomena alam sehingga mampu menemukan manfaat,
faedah, dan maslahat dari tanda-tanda kebesaran Allah
SWT. Yang ada di alam semesta.
c. Mengedepankan pikiran yang kritis terhadap problematika
yang muncul sehingga tidak menimbulkan keburukan bagi
orang lain.
d. Bukti orang bersyukur adalah menggunakan akal pikiran,
qalbu, dan nafsu secara seimbang dan proporsional
sehingga semua anugerah tersebut membuahkan hasil
yang baik dan benar, positif, serta bermanfaat.
e. Mengingat Allah SWT., dalam segala kondisi, baik dalam
keadaan senang maupun susah, kaya maupun miskin, suka
maupun duka, dengan menjalankan segala perintah-Nya
dan meninggalkan larangan-Nya.

B. Kajian Hadits tentang Berpikir Kritis, Objektif, dan Seimbang


1. Bacaan
‫عن ابن عباس رضي هللا عنهما قال بث عند خالتي ميمونة فتحدث رسول هللا صلى هللا‬
‫عليه وسلم@ مع أهله ساعة ثم رقد فلما كان ثلث الليل اآلخر قعد فنظر@ إلى السماء فقال‬
‫(إن في خلق السموت واألرض والختالف اليل والنهار اليت ألولي األلباب) ثم قام‬
@‫فتوضأ واشئن فصلى إحدى عشرة ركعة ثم أذن بالل فصلى ركعتين ثم خرج فصلى‬
)‫الصبح (رواه البخاري‬

2. Makna Kata

3. Terjemahan Hadits
Ibnu Abbas r.a berkata : ketika aku menginap di rumah
bibiku Maimunah, Rasulullah Saw., berbincang-bincang
sesaat bersama istrinya. Kemudian beliau tidur. Tatkala tiba
waktu sepertiga malam terakhir, beliau duduk dan melihat
ke langit, lalu beliau membaca, “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-
orang yang berakal.” (Q.S Ali Imran/3:190) Lalu beliau
berwudhu dan bersiwak, kemudian shalat sebelas rakaat.
Setelah Bilal mengumandangkan azan, beliau shalat dua
rakaat kemudian beliau keluar untuk shalat subuh.” (H.R
Bukhari)

4. Kandungan Makna Hadist


a. Informasi bahwa Rasulullah Saw., adalah seorang hamba
yang sangat rajin beribadah, terutama di malam hari,
padahal beliau adalah seorang Rasul yang mas’um (terjaga
dari dosa)
b. Rasulullah Saw., mengingatkan kita melalui bacaan Q.S Ali
Imran/3:190, agar akal pikiran digunakan sehingga tidak
terlenakan hanya untuk urusan duniawi, tetapi harus
mengejar ukhrawi.
c. Keseimbangan menggunakan seluruh potensi yang di
miliki, harus selalu dilakukan, sehingga pola hidupnya
tidak terjerembab dalam kehinaan dan tidak terjerumus
dalam dosa atau maksiat.
d. Semakin cerdas seseorang, seharusnya semakin
mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. Yang di buktikan
dengan melaksanakan shalat malam dan amalan Sunnah
lainnya.

C. Penjelasan Q.S Ali Imran/3:190-191 dan Hadits tentang Berpikir Kritis,


Objektif, dan Seimbang

Allah SWT., melalui Q.S Ali Imran/3:190 mengajak manusia untuk


berpikir dan merenungi tentang penciptaan langit dan bum Semua itu,
merupakan tanda-tanda kebesaran Allah swt. Bagi mereka yang mau
memikirkan fenomena tersebut dan mereka itulah yang disebut ulil
albab.
Karakter ulil albab, ditandai dengan selalu mengingat Allah swt.
Dalam kondisi apapun, senantiasa memikirkan ciptaan Allah swt. Dengan
segala kemampuan sehingga mereka yakin tidak ada ciptaan Allah swt.
Yang sia-sia
Melalui proses perenungan dan penelitian, mengantarkan mereka
menyucikan Allah swt. Dari segala anggapan yang tidak pantas sehingga
mereka memohon perlindungan kepada Allah swt. Dari siksa neraka atas
dosa dan kesalahan yang pernah diperbuat.
Lebih lanjut, Ibnu Katsir menjelaskan makna lainnya, yaitu:
perlunya manusia memikirkan dan mengambil manfaat dari penciptaan
langit dengan ketinggian dan luasnya, serta penciptaan bumi dengan
kerendahannya (dalam pandangan manusia), ketebalannya, dan
kekokohannya.
Kemudian, apa yang terdapat di antara keduanya, seperti bintang-
bintang, lautan, gunung, pepohonan, tumbuhan, buah-buahan,
binatang, barang tambang, pergantian malam dan siang, semua itu
merupakan kehendak Allah swt.
Fenomena tersebut adalah tanda-tanda kebesaran Allah swt. Bagi
orang-orang yang memiliki akal sempurna. Akal yang mampu
menangkap hakikat dan hikmah segala sesuatu, dan semua itu menjadi
inspirasi orang berakal. Tidak seperti orang yang berpura-pura tidak
mendengar seruan Allah dan Rasul-Nya serta selalu berpaling dari semua
tanda-tanda kebesaran Allah swt., meski tanda-tanda tersebut
terbentang dengan jelas dan nyata.
Dalam Q.S. Ali Imran/3: 191, dijelaskan karakter lain ulil albāb,
yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat-Nya dalam keadaan
berdiri, duduk. Dan berbaring. Rasulullah saw. Menegaskan, agar kita
senantiasa mengingat Allah swt. Dalam segala keadaan, baik sedang
kaya atau miskin, suka dan duka. Artinya, kita jangan pernah putus dari
zikir (mengingat Allah), baik melalui hati, lisan maupun dengan
perbuatan.
Silih bergantinya siang dan malam merupakan fenomena yang
sangat kompleks. Fenomena ini melibatkan rotasi bumi, mengelilingi
matahari dengan sumbu bumi miring. Dalam fenomena fisika, bumi
berputar mengelilingi matahari. Gerakan miring tersebut memberi
dampak musim yang berbeda. Selain itu rotasi bumi distabilkan oleh
bulan yang mengelilingi bumi, sehingga semua saling terkait.
Kompleksnya fenomena penciptaan langit dan bumi serta silih
bergantinya malam dan siang, tidak akan dapat dipahami dan diungkap
rahasianya, kecuali oleh orang-orang yang tekun, tawadhu’, dan cerdas.
Mereka itulah para “ulil albāb.”
Orang yang berpikir kritis dan cerdas adalah orang yang memiliki
visi jauh ke depan dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang
sesungguhnya, yaitu kehidupan di akhirat. Orang yang tidak meyakini
akan adanya hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk
menyiapkan diri dengan amal apapun.
Imam Ibnu Katsir memuat banyak nasihat tentang berpikir kritis,
antara lain sebagai berikut:
 Ibnu Abbas berkata: “Shalat dua rakaat yang sedang (tidak
terlalu lama dan tidak pula terlalu singkat) dengan penuh
perenungan, lebih baik daripada shalat sepanjang malam
tetapi hatinya lalai.”
 Hasan al-Basri berkata:
•>“Berpikir (merenung) adalah cermin yang
memperlihatkan kebaikan dan keburukanmu.”
•>“Hai anak Adam, makanlah untuk sepertiga perutmu,
minumlah untuk sepertiganya lagi, dan biarkan sepertiga
lainnya lapang supaya bisa berpikir.”
•>“Saya mendengar dari banyak sahabat nabi berkata:
“Sesungguhnya cahaya iman adalah tafakur.”
 Sufyan bin Uyainah berkata: “berpikir (merenung) adalah
cahaya yang merasuki jiwa.”
 Wahab bin Munabbih berkata: “Tidaklah seseorang
memikirkan sesuatu dalam waktu lama kecuali dia paham,
tidaklah seseorang memahami sesuatu kecuali dia
mengetahui (hakikatnya), dan tidaklah seseorang
mengetahui (hakikat) sesuatu kecuali dia akan
mengamalkannya.”
 Umar bin Abdul Aziz berkata: “Berbicara masalah zikrullah
itu baik, tetapi berpikir tentang nikmat Allah adalah ibadah
yang paling utama.”
 Sebagian hukamā (orang bijak) berkata: “Barang siapa
memandang dunia tanpa ibrah (tanpa mengambil
pelajaran/lalai), niscaya akan semakin jauh dari mata
hatinya (başirah-nya), sejauh kelalaiannya itu.”
 Basyar bin Harits berkata: “Seandainya manusia itu mau
berpikir (tafakkur) niscaya mereka tidak akan durhaka
(kepada Allah).”

D. Hikmah Berpikir Kritis, Objektif, dan Seimbang


Berikut hikmah berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari.
1. Dapat memahami makna-makna yang tersembunyi di balik
penciptaan alam semesta dan fenomenanya yang terjadi.
2. Dapat memanfaatkan alam untuk kepentingan umat manusia
secara optimal.
3. Semakin tertantang untuk melakukan penelitian terhadap
fenomena alam yang terjadi sehingga mampu mengungkap lebih
banyak makna, faedah, dan manfaat yang terkandung di balik
penciptaan alam semesta dan problematika yang muncul.
4. Semakin bersyukur kepada Allah SWT., atas anugerah berupa akal
sehat, bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan, dan
bersemangat untuk beramal shalih sebagai bekal di akhirat kelak.

Anda mungkin juga menyukai