Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB 1: MEMBIASAKAN BERPIKIR KRITIS DAN SEMANGAT


MENCINTAI IPTEK

Kelas XI. 1

Disusun Oleh Kelompok 1:


Yanuar Al Fatwa (kreator)
Jack Axel Alana Dolok Saribu (Mencari Materi Bab 1)

Guru Pembimbing :
Irma Fitriani Tanjung S. Ag.

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


SMA NEGERI 1 KANDIS
Pendahuluan
Assalamualaikum w.r w.b

Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, segala puji bagi Allah Swt. marilah senantiasa kita
ucapkan atas limpahan rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang diberikan kepada kami.

Sholawat serta salam tak lupa kita sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw., semoga
kita mendapat syafaat beliau di yaumil mahsyar kelak. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.

Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam semester ganjil, dan judul makalah ini adalah:

“MEMBIASAKAN BERPIKIR KRITIS DAN SEMANGAT MENCINTAI IPTEK”

Kami ucapkan terimakasih kepada ibu Irma Fitriani Tanjung S. Ag. selaku guru
pembimbing. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah.

1. Tujuan Pembelajaran
1) Agar dapat merealisasikan berpikir kritis dan semangat mencintai iptek dalan kehidupan
sehari-hari.
2) Membaca dengan tartil Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191 dan QS. ar-Rahmān/55: 33, serta
Hadis tentang berpikir kritis dan semangat mencintai ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek).
3) Menghafalkan dengan fasih dan lancar Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191 dan QS.
ar-Rahmān/55: 33, serta Hadis tentang berpikir kritis dan semangat mencintai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4) Mempresentasikan tentang Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191 dan Q.S. ar-Rahmān/55: 33, serta
Hadis tentang berpikir kritis dan semangat mencintai ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga terbiasa membaca Al-Qur’an.
5) Meyakini bahwa berpikir kritis dan semangat mencintai ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah perintah agama.
6) Membiasakan rasa ingin tahu, berpikir kritis, kreatif, dan adaptif terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Kata Kunci

1) Berpikir Kritis
2) Tabayyun
3) IPTEK
4) Ulil Albab
5) Menuntut Ilmu

3. Infografis

Berpikir Kritis dan Bertabayyun terhadap


Informasi yang kita dapat
4. Tadabbur
a. Q.S Ali ‘Imran/3: 190-191 tentang Berpikir Kritis
1) Surat Ali Imrah ayat 190 menjelaskan bahwa langit, bumi dan pergantian malam-
siang diciptakan sebagai tanda kekuasaan Allah SWT.
2) Ayat 191 dalam Surat Ali Imran menjelaskan tentang dua ciri ulul albab, yaitu
berdzikir dan berpikir. Selain itu, ulul albab juga senantiasa mengingat Allah dalam
berbagai situasi dan menggunakan akalnya untuk bertafakkur.
3) Tafakkur yang benar mampu membuat kita semakin dekat dengan Allah, mengakui
kekuasaan Allah, dan banyak dlberdoa kepada-Nya.
4) Tafakkur yang benar akan mampu mengajak manusia untuk memahami bahwa Allah
menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini tidak ada yang sia-sia. Sebab,
semuanya pasti mengandung manfaat.

b. Q.S Ar Rahman/55: 33 tentang Mencintai IPTEK


1) Allah Swt. mengancam kepada jin dan manusia, bahwa kelak di akhirat mereka tidak
bisa mengelak akan pertanggung jawaban dari semua nikmat yang sudah diberikan.
Meskipun mereka berusaha lari ke segala penjuru langit dan bumi, Sementara langit
dan bumi serta alam semestaini dimiliki dan berada dalam kekuasaan Allah Swt. Jika
tidak percaya, silakan menembus dan melintasi ke semua penjuru alam raya ini, pasti
mereka tidak mampu melakukan.
2) Jika saat ini muncul kelompok manusia yang mampu melintasi beberapa planet di
angkasa dengan kekuatan dan ilmu yang didapat, itu hanya seberapa, tidak
sebanding dengan luasnya alam semesta, dan harus diingat agar menjadi kesadaran
bersama, bahwa kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) harus semakin
menumbuhkan kesadaran keimanan kepada Allah Swt. Itu artinya, semakin luas dan
dalamnya ilmu yang dimiliki, hidupnya harus semakin dekat kepada-Nya, bahwa
semuanya merupakan nikmat yang pasti akan diminta pertanggung jawaban.
3) Sebagian ulama menjadikan ayat ini sebagai isyarat ilmiah bahwa kekuatan dan
penguasaan ilmu menjadi hal yang mutlak dimiliki, jika ingin menjadi umat, golongan
atau kelompok yang sukses merengkuh dunia, apalagi akhirat, dan Islam sangat
menekankan tentang ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Seperi yang kita
dapati sekarang ini, bahwa peradaban maju, pasti berbasis kepada ilmu, termasuk
negara-negara maju, disebabkan kemampuan dan kemajuan di bidang ipteknya.
4) Didahulukan penyebutan jin baru manusia, karena jin lebih memiliki kemampuan
menembus luar angkasa, begitu juga perannya di bumi, meski lebih terbatas (Q.S.
Jin/72: 9). Sebaliknya, saat Allah Swt. memberi tantangan untuk membuat semisal
Al-Qur’an (Q.S al-Isrā’: 88), penyebutan manusia lebih didahulukan dibanding jin. Hal
ini disebabkan kemampuan manusia lebih tinggi dibanding jin, apalagi yang paling
ingkar menolak Al-Qur’an adalah jenis manusia.
5. Kisah Inspiratif

Bijak Terhadap Informasi


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
“Cukuplah seseorang disebut pendusta orang yang mengatakan (membicarakan) semua
yang ia dengar” (HR. Muslim).

Hadits ini memberi pelajaran penting, agar membiasakan menyaring informasi atau
dalam Islam dikenal sebagai tabayyun. Dalam penerapannya Rasulullah SAW. pernah
melakukan tabayyun terhadap para sahabatnya.

“Siapa yang mengajarkan surah (Alquran) yang kamu baca ini?” Umar bertanya kepada
Hisyam. “Rasulullah,” jawab Hisyam. Umar kaget dengan jawaban Hisyam, karena ia merasa,
Rasulullah mengajarkannya bukan dengan bacaan seperti itu. Dengan tegas dan keras Umar
berkata, “Dusta kamu! Apa yang diajarkan Rasulullah SAW kepadaku berbeda dengan cara
kamu membaca.” Umar merasa marah dengan ulah Hisyam. Ia ingin membuktikan bahwa
Hisyam bersalah. Umar menyeretnya menemui Rasulullah SAW. Setelah menghadap
Rasulullah, Umar pun mengadu tentang perihal ini. Apa kata Rasulullah kepada Umar?
Rasulullah SAW bersabda, “Lepaskan dia, Umar! Bacalah, Hisyam!”

Dari sini Rasulullah menghendaki agar Umar melepaskan Hisyam dan menyuruh Hisyam
untuk membaca Alquran. Rasulullah menyuruh Umar melepaskan Hisyam sebagai upaya
agar Hisyam dapat menjawab dengan tenang tanpa tekanan. Sedangkan Rasulullah
menyuruh Hisyam untuk membaca Alquran agar Hisyam membuktikan bahwa dirinya tidak
bersalah. Kemudian, Hisyam membaca Alquran menggunakan dialek yang berbeda dengan
dialek Umar. Setelah mendengar bacaan Alquran Hisyam, Rasulullah SAW bersabda,
“Begitulah ia diwahyukan.” Artinya, benarlah apa yang dibacakan Hisyam.

Setelah mengetahui bacaan Hisyam benar, Rasulullah menyuruh Umar membacanya,


takutnya dialek Umarlah yang salah. Lagi-lagi di sini Rasulullah tabayun. Sekalipun Umar
adalah sahabat yang terdekat dengannya, beliau tak peduli. Beliau hanya taat kepada
kebenaran, sekali lagi agar tidak timbul fitnah di kemudian hari. Sebab, bisa jadi, hanya
karena hal sepele, Islam menjadi rusak dan umat terpecah belah.

Setelah memastikan bahwa bacaan Umar juga benar, Rasulullah SAW kemudian
bersabda, “Begitu pulalah ia diwahyukan. Alquran diwahyukan untuk dibacakan dengan
tujuh cara (qira'ah as-sab'ah), maka bacalah dengan cara yang mudah bagimu.” Rasulullah
menghendaki agar umatnya mau tabayun (mencari informasi yang benar) atas kejadian
yang menimpa saudaranya. Sehingga kelak, tidak timbul fitnah dan ghibah. Mencari
informasi yang benar atau tabayun, merupakan sikap yang sudah seharusnya melekat pada
diri orang-orang beriman. Dengan cara seperti itulah umat Islam tidak mudah diadu domba
oleh pihak yang tidak menginginkan Islam dan umatnya jaya. Allah berfirman dalam QS. Al-
Hujurat/49:6 yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik
datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak
mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu
menyesali perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujurat/49:6).

6. Wawasan Keislaman

Berpikir Kritis

a. Q.S Ali ‘Imran/3: 190-191 tentang Berpikir Kritis

١٩٠ ‫الس ٰم ٰو ِت َوااۡل َ ۡر ِض َوا ۡخ ِتاَل ِف ال َّ ۡي ِل َوالهَّن َ ِار اَل ٰيٰ ٍت اِّل ُوىِل ااۡل َلۡ َب ِاب‬ َّ ‫ِا َّن ىِف ۡ َخلۡ ِق‬
َّ ‫اذَّل ِ ۡي َن ي َ ۡذ ُك ُر ۡو َن اهّٰلل َ ِق َيا ًما َّوقُ ُع ۡودًا َّوعَىٰل ُجنُ ۡوهِب ِ ۡم َوي َ َت َفكَّ ُر ۡو َن ىِف ۡ َخلۡ ِق‬
‫الس ٰم ٰو ِت َوااۡل َ ۡر ِضۚ َربَّنَا‬
١٩١ ‫َما َخلَ ۡق َت ه َٰذا اَب ِطاًل ۚ ُس ۡب ٰحنَ َك فَ ِقنَا عَ َذ َاب النَّ ِار‬
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,[190] (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari
azab neraka.”[191]

b. Asbabun Nuzul
Kedua ayat di atas adalah bantahan bagi kaum Yahudi yang mengklaim kefakiran Allah.
Pada kitab Lubaabun Nuqul Fi Asbabin Nuzul karangan Jalaluddin as-Suyuti, Surat Ali ‘Imran
ayat 190-191 diturun guna menjelaskan bukti kaum Yahudi mengklaim kefakiran Allah SWT.
Ibnu Abbas pada riwayat Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim mengatakan bahwa “orang-orang
Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi dan bertanya kepada mereka, apa tanda-tanda
yang dibawa Musa kepada kalian?” “Tongkat dan tangan yang putih bagi orang-orang yang
melihatnya.” kata orang-orang Yahudi. Kemudian orang-orang Quraisy itu datang kepada
orang-orang Nasrani dan bertanya “apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?” “Dia dulu
menyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati,"
jawab orang-orang Nasrani. Orang-orang Quraisy lalu mendatangi Nabi SAW dan berkata
"Berdoalah kepada Tuhanmu untuk mengubah bukit shafa menjadi emas untuk kami."
Setelah itu, Rasulullah berdoa kepada Allah dan turunlah ayat 190 191. Ayat 190
menjelaskan penciptaan langit dan bumi yang hikmahnya hanya dirasakan oleh ulul albab,
yaitu orang-orang yang mengingat Allah SWT.

Isi Kandungan Ayat:

5) Surat Ali Imrah ayat 190 menjelaskan bahwa langit, bumi dan pergantian malam-
siang diciptakan sebagai tanda kekuasaan Allah SWT.
6) Ayat 191 dalam Surat Ali Imran menjelaskan tentang dua ciri ulul albab, yaitu
berdzikir dan berpikir. Selain itu, ulul albab juga senantiasa mengingat Allah dalam
berbagai situasi dan menggunakan akalnya untuk bertafakkur.
7) Tafakkur yang benar mampu membuat kita semakin dekat dengan Allah, mengakui
kekuasaan Allah, dan banyak dlberdoa kepada-Nya.
8) Tafakkur yang benar akan mampu mengajak manusia untuk memahami bahwa Allah
menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini tidak ada yang sia-sia. Sebab,
semuanya pasti mengandung manfaat.

Kandungan Surat Ali Imran ayat 190 dan 191 yang dijelaskan di atas diharapkan bisa
memberikan pencerahan bagi umat Muslim tentang betapa besar kekuasaan Allah SWT.
Dengan begitu, iman dan ketakwaan kita bisa semakin meningkat.

c. Hadits tentang Berpikir Kritis

Artinya: Dari Abi Dzar r.a Nabi Saw. bersabda: “Pikirkanlah mengenai segala sesuatu (yang
diciptakan Allah), tetapi janganlah kalian memikirkan tentang Dzat Allah, karena kalian
akan rusak” (H.R. Abu Syeikh).

Isi Kandungan Hadits:

1) Isi Hadis ini membimbing kepada kita agar selalu berpikir kritis atau berpikir positif
(positive thinking), yakni memikirkan tentang ciptaan Allah Swt. Maksudnya, kita
digalakkan untuk berpikir, meneliti dan mengkaji segala hal yang terkait dengan
makhluk ciptaan-Nya, tetapi dilarang memikirkan Dzat-Nya.
2) Terlarang memikirkan Dzat Allah Swt. itu disebabkan: jika dipikir Dzat Allah, pasti
akal dan segala potensi yang dimiliki manusia tidak mampu mencapainya.
Sebagaimana Rasulullah Saw. menuntun kita dalam menggunakan akal dan kalbu
yang dipikirkan hanya makhluk-Nya saja, agar tidak sesat pikir, yang akhirnya
menjadi sesat jalan.
3) Harus menjadi kesadaran bersama, bahwa berilmu, yang awalnya dimulai dari proses
berpikir, obyeknya hanya di seputar makhluk dan alam semesta, termasuk dirinya
sendiri. Jangan sampai melampaui kapasitas akal, yakni berpikir tentang Dzat Allah
Swt.
4) Berpikir itu ada batasnya, tidak sebebas-bebasnya. Ada batas yang tidak boleh dilalui
dan harus berhenti, karena jika tidak, manusia sendiri yang mengalami kebingungan
dan kekacauan dalam hidupnya. Ini tentu tidak dikehendaki, karena penggunaan akal
pikiran dan akal budi, bermuara kepada semakin dekatnya kepada Allah Swt., bukan
malah menjauh dari-Nya.

d. Penjelasan Lebih Luas tentang Berpikir Kritis


Berpikir merupakan fitrah seorang manusia yang menjadikannya sebagai makhluk yang
dimuliakan Allah SWT. Karena kemampuan berpikirlah manusia dapat menemukan ilmu
pengetahuan dan teknologi atau IPTEK.
Dalam Islam sangat menekankan adanya berpikir kritis. Segala informasi atau berita yang
didapat harus disaring dan dicari tahu kebenarannya agar tidak menimbulkan fitnah dan
dusta, dalam Islam hal ini disebut dengan tabayyun.
Berpikir terambil dari bahasa Arab, yakni ‫الفكر‬, berarti kekuatan yang menembus suatu
objek, sehingga menghasilkan pengetahuan. Jika pengetahuan itu didukung oleh bukti-bukti
kuat, dinamakan ‘ilm atau pengetahuan. Jika buktinya belum meyakinkan, namun
kebenarannya lebih dominan, disebut dzon atau dugaan. Jika kemungkinan benar dan
salahnya seimbang disebut syakk atau keraguan. Sementara jika tidak didukung bukti, atau
bukti tersebut lemah disebut dengan wahm.

Mencintai IPTEK

a. Q.S Ar Rahman/55: 33 tentang Mencintai IPTEK

‫الس ٰم ٰو ِت َوااۡل َ ۡر ِض فَانْ ُف ُذ ۡواؕ اَل‬


َّ ‫يٰ َم ۡعرَش َ الۡ ِج ِّن َوااۡل ِن ۡ ِس ِا ِن ۡاس َت َط ۡعمُت ۡ َا ۡن تَ ۡن ُف ُذ ۡوا ِم ۡن َا ۡق َط ِار‬
٣٣ ۚ‫تَ ۡن ُف ُذ ۡو َن ِااَّل ب ُِسلۡ ٰط ٍن‬
Artinya: “Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali
dengan kekuatan (dari Allah).”

b. Asbabun Nuzul
Tidak ada sebab khusus tentang turunnya ayat ini, tetapi secara umum, seperti yang
dipaparkan M. Quraish Shihab (Pakar Tafsir Indonesia) dalam karyanya yang berjudul Tafsir
Al Mishbah, surat ini diturunkan, karena tanggapan negatif kaum musyrik Makkah saat
mereka diperintah untuk sujud kepada Allah SWT yang maha pengasih (Ar Rahman).
Hal ini sejalan dengan Q.S. Al Furqan/25: 60 yang artinya “Dan apabila dikatakan kepada
mereka, “Sujudlah kepada Yang Maha Pengasih”, mereka menjawab, “Siapakah yang Maha
Pengasih itu? Apakah kami harus sujud kepada Allah yang engkau (Muhammad)
perintahkan kepada kami (bersujud kepada-Nya)?” Dan mereka makin jauh lari (dari
kebenaran).”

Isi Kandungan Ayat:

1) Allah Swt. mengancam kepada jin dan manusia, bahwa kelak di akhirat mereka tidak
bisa mengelak akan pertanggung jawaban dari semua nikmat yang sudah diberikan.
Meskipun mereka berusaha lari ke segala penjuru langit dan bumi, Sementara langit
dan bumi serta alam semestaini dimiliki dan berada dalam kekuasaan Allah Swt. Jika
tidak percaya, silakan menembus dan melintasi ke semua penjuru alam raya ini, pasti
mereka tidak mampu melakukan.
2) Jika saat ini muncul kelompok manusia yang mampu melintasi beberapa planet di
angkasa dengan kekuatan dan ilmu yang didapat, itu hanya seberapa, tidak
sebanding dengan luasnya alam semesta, dan harus diingat agar menjadi kesadaran
bersama, bahwa kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) harus semakin
menumbuhkan kesadaran keimanan kepada Allah Swt. Itu artinya, semakin luas dan
dalamnya ilmu yang dimiliki, hidupnya harus semakin dekat kepada-Nya, bahwa
semuanya merupakan nikmat yang pasti akan diminta pertanggung jawaban.
3) Sebagian ulama menjadikan ayat ini sebagai isyarat ilmiah bahwa kekuatan dan
penguasaan ilmu menjadi hal yang mutlak dimiliki, jika ingin menjadi umat, golongan
atau kelompok yang sukses merengkuh dunia, apalagi akhirat, dan Islam sangat
menekankan tentang ilmu, baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Seperi yang kita
dapati sekarang ini, bahwa peradaban maju, pasti berbasis kepada ilmu, termasuk
negara-negara maju, disebabkan kemampuan dan kemajuan di bidang ipteknya.
4) Didahulukan penyebutan jin baru manusia, karena jin lebih memiliki kemampuan
menembus luar angkasa, begitu juga perannya di bumi, meski lebih terbatas (Q.S.
Jin/72: 9). Sebaliknya, saat Allah Swt. memberi tantangan untuk membuat semisal
Al-Qur’an (Q.S al-Isrā’: 88), penyebutan manusia lebih didahulukan dibanding jin. Hal
ini disebabkan kemampuan manusia lebih tinggi dibanding jin, apalagi yang paling
ingkar menolak Al-Qur’an adalah jenis manusia.
c. Hadits tentang Mencintai IPTEK

Artinya: Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bin ‘Ash r.a. : “Aku mendengar Rasulullah
Saw. bersabda: “Sesungguhnya, Allah tidak mencabut ilmu dengan melenyapkannya dari
dada manusia, tetapi dengan mewafatkan ulama, sehingga setelah tidak ada seorang pun
ulama, mereka manusia mengangkat orang-orang bodoh menjadi pemimpin. Mereka
ditanya, tetapi mereka (pemimpin-pemimpin yang bodoh itu) memberikan petunjuk tanpa
ilmu, kemudian tersesatlah mereka, dan menyesatkan orang lain pula.” (HR. Muslim).

Isi Kandungan Hadits:

1) Hadis ini membicarakan pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan yang terkumpul


dalam diri pada ulama. Menjadi ulama bukan hal mudah, seperti terlihat dari kisah
para ulama saat menuntut ilmu, misalnya Imam al-Ghazali, Imam al-Bukhari, Imam
an-Nawawi, dan Buya Hamka setelah mencurahkan segala tenaga, pikiran, waktu
dan meghadapi pelbagai cobaan dan rintangan dalam menutut ilmu. Mereka semua
menjadi ulama yang produktif dalam berkarya, sehingga karya-karya mereka
menginspirasi dan dapat dibaca, diteliti dan ditelusuri isi kandungannya, sehingga
generasi saat ini, bahkan generasi mendatang masih dapat mengambil manfaatnya.
2) Rentang sejarah para ulama dari satu generasi ke generasi selanjutnya, baik dari
buah karyanya maupun kisah (biografi) hidupnya, masih dapat diambil menjadi
teladan, contoh, dan pelajaran tentang bagaimana cara mereka mencari ilmu dengan
sungguh-sungguh, penuh keikhlasan dan kesabaran, olah batin yang dijalani,
sehingga ilmu para ulama dapat memberi manfaat sampai saat ini.
3) Sekarang ini, kita rasakan semakin sedikit ulama akibat diwafatkan oleh Allah Swt.
Sehingga kita kehilangan ilmu yang dimiliki sang ulama, dan berpengaruh terhadap
kehidupan kita. Hal ini terbukti saat ini kita semakin susah menemukan teladan yang
dapat dicontoh, akibatnya problematika dunia saat ini semakin banyak dan susah
dicari solusinya.
4) Wafatnya para ulama berpengaruh juga kepada tokoh-tokoh yang muncul di seputar
kehidupan kita, sosoknya kelihatan lebih pintar, hebat dan meyakinkan, namun jika
ditelaah secara mendalam dari sudut pandang kebenaran, tenyata menipu dan
membodohi kita. Itulah pentingnya kita harus pandai-pandai memilih guru, sehingga
ilmu yang didapat dapat membentengi kita dari jalan yang keliru dan menyesatkan.
5) Coba amati dengan seksama, kehidupan di sekeliling kita, ada tokoh masyarakat,
bahkan agamawan yang terkenal, sangat populer bagi sebagian masyarakat dengan
nasihat dan gaya panggungnya sangat meyakinkan, tetapi tidak lama kemudian
ditangkap polisi, karena melanggar aturan hukum yang berlaku. Misalnya, mengaku
sebagai ‘nabi’ akhir zaman (nabi palsu); berbuat asusila yang disembunyikan,
padahal di antara mereka itu, banyak juga pengikutnya.
6) Rajin, cinta, dan semangat kepada ilmu itu mutlak, tetapi penting sekali melakukan
seleksi ilmu dan guru, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, akibat
kebodohan (minim ilmu) diri, atau dibodohi pihak lain, namun tanpa sadar, bahwa
kita sebenarnya sedang ditipu, baik di bidang duniawi, dan lebih parah lagi, jika itu
berurusan dengan masalah ukhrawi.

d. Penjelasan Lebih Luas tentang Mencintai IPTEK

Membaca, meneliti dan menuntut ilmu itu harus berlandaskan nama Allah Swt., sehingga
terjadi keserasian hubungan antara pencinta ilmu dan Pemberi Ilmu, yakni Allah Swt.
Artinya ridha-Nya yang didapatkan, dan dengan bertambahnya ilmu semakin mendekatkan
dirinya (taqarrub) hanya kepada-Nya. Jika ini yang dilakukan, hasilnya tentu membawa
kebaikan untuk semua dan terhindar dari ilmu yang membawa kerusakan dan kehancuran
bagi manusia dan alam semesta.
Allah Swt. melalui Surat Iqra’ mengungkapkan bagaimana proses tahapan penciptaan
manusia, yakni sebagai makhluk mulia yang melekat di dalam dirinya, dan diberi
kesanggupan menguasai segala sesuatu yang ada di alam raya ini, serta menundukkannya
untuk keperluan hidupnya melalui ilmu dimiliki.
Berkali-kali Allah Swt. memerintahkan kembali kepada manusia, khususnya umat Islam
agar selalu membaca, karena bacaan tidak dapat melekat pada diri seseorang, kecuali
dengan mengulang-ngulangi dan membiasakannya, maka seakan-akan perintah mengulangi
bacaan itu berarti mengulang-ulangi bacaan yang dibaca dengan demikian isi bacaan itu
menjadi satu dengan jiwa seseorang.
Melalui surat Al ‘Alaq ayat 1-5, Allah Swt. menerangkan bahwa membaca itu berkaitan
dengan qalam (pena) sebagai alat untuk menulis, sehingga tulisan itu menjadi penghubung
antar manusia walaupun mereka berjauhan tempat, sebagaimana mereka berhubungan
dengan perantaraan lisan. Qalam sebagai benda padat yang tidak dapat bergerak dijadikan
alat informasi dan komunikasi, sehingga dapat pula dijadikan sebagai sarana belajar dan
mengajar.
Allah Swt. menyatakan bahwa manusia diajari untuk berkomunikasi dengan perantara
qalam. Lalu pandai membaca yang memunculkan bermacammacam ilmu pengetahuan yang
bermanfaat baginya yang menyebabkan dia lebih utama dibanding makhluk lain, sedangkan
manusia pada permulaan hidupnya tidak mengetahui apa-apa.
Melalui surat Al ‘Alaq ayat 1-5, terbukti tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu
pengetahuan.
7. Penerapan Karakter
1) Terbiasa menyaring dan menyeleksi informasi yang diterima, sehingga masyarakat
menjadi sehat sekaligus tidak terjadi kegaduhan karena termakan berita palsu (hoax).
2) Menjadi kelompok ulil albab, yaitu orang yang gemar mendengarkan pembicaraan,
mencari sebanyak mungkin informasi, tetapi berusaha memilah dan memilih informasi
tersebut, dan hanya mengambil yang paling baik dan bermanfaat.
3) Banyak tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Yang dibentangkan di langit dan bumi,
termasuk pada diri manusia, semua itu harus dijadikan sebagai sarana berpikir bagi
umat manusia, khususnya orang beriman, agar dapat mengambil manfaat, faedah, dan
hikmah dari keberadaan alam semesta.
4) Menyadarkan kepada setiap diri, bahwa semakin luas dan dalamnya ilmu yang dimiliki,
hidupnya harus semakin dekat kepada Allah Swt., dan semuanya merupakan nikmat
yang pasti akan diminta pertanggung jawaban.
5) Rajin belajar dengan cara selalu membaca secara berulang-ulang, sehingga isi bacaan
itu menjadi satu kepribadian yang utuh bagi dirinya sekaligus memberi manfaat bagi
pihak lain.

8. Rangkuman
1) Q.S. Ali ‘Imrān/3: 190-191 dan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Syeikh berisi tentang
berpikir kritis. Berpikir (‫)لفكر‬, berarti kekuatan yang menembus suatu obyek, sehingga
menghasilkan pengetahuan. Jika pengetahuan itu, didukung bukti-bukti kuat dinamakan
‫ علم‬/’ilm. Jika buktinya belum meyakinkan, namun kebenarannya lebih dominan, disebut
ّ‫( ظن‬dhann/dugaan). Selanjutnya, jika kemungkinan benar dan salahnya seimbang
disebut ‫( شك‬syakk/keraguan).

2) Q.S. Ar-Rahmān/55: 33 dan hadist yang diriwayatkan oleh Muslim berisi tentang
mencintai Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknoogi) yang mana di zaman sekarang ini
sangat mudah untuk memperoleh ilmu pengetahuan melalu teknologi.
Penutup
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Agama
Islam pada Bab 1 tentang Berpikir Kritis dan Semangat Mencintai Iptek. Yang mana pada bab
ini kami membahas tentang berpikir kritis dan tabayyun dalam menerima suatu informasi
atau berita yang didapat dari seseorang, media sosial dan sebagainya, agar tidak terjerumus
pada fitnah dan dusta. Selain itu dalam makalah ini juga membahas tentang semangat
mencintai IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) pada era globalisasi. Yang mana era
globalisasi memudahkan kita untuk dapat mencari tahu tentang berbagai ilmu pengetahuan.
Semoga kita dapat merealisasikan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Wa billahi
taufiq wal hidayah Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Daftar Pustaka
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI SMA/SMK. Yang diterbitkan oleh PT
Masmedia Buana Pustaka (Anggota IKAPI). Jln Tropodo I No. 111 Waru, Sidoarjo, Jawa Timur

Website: www.masmediabooks.com

Ketika Rasulullah SAW Melakukan Tabayun

URL: https://khazanah.republika.co.id/berita/ps0lvu458/ketika-rasulullah-saw-melakukan-
tabayun

Anda mungkin juga menyukai