Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ishaq pergi melakukan perjalanan untuk
mencari ilmu pada saat umur beliau masih 20 tahun. Beliau kembali ke
negerinya ketika sudah berumur 65 tahun. Berarti beliau melakukan perjalanan
mencari ilmu selama 45 tahun. Pada waktu tersebut beliau mendengarkan ilmu
dan mengambilnya dari 1700 guru. Kemudian beliau kembali ke negerinya dan
menikah pada usia 65 tahun dan dikaruniai beberapa anak. Kemudian beliau
menyampaikan hadits kepada manusia dan mengajarkannya3
Nah, secara singkat jawaban pertanyaan ini sudah terwakili melalui ilustrasi
paragraf di atas. Setidaknya ada 3 jawaban,
1. Ada udang di balik batu, ada kemuliaan di balik ilmu
Salah satu jawabannya, karena mereka meyakini akan banyaknya kemuliaan
yang didapatkan oleh seorang penuntut ilmu syar`i. Seluruh penduduk langit
dan bumi memohonkan ampun dan mendoakan kebaikan untuk orang yang
menuntut ilmu. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Muhammad Shallahu
`Alaihi Wasallam,
“Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi sampai pun
semut di sarangnya dan ikan di lautan mendoakan kebaikan untuk orang yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia” 4
2. Tekat kuat untuk menghilangkan kebodohan pada diri sendiri dan orang
lain
Misi inilah yang selalu mereka songsong selama perjalanan ilmiah mereka.
Berkeinginan kuat untuk menghilangkan kebodohan pada diri pribadi dan
orang lain. Dan inilah pengertian dari kata al-ilm seperti yang disebutkan dalam
kitabul ilm, karya As-Syaikh Ibnu Utsaimin.
3. Tidak adanya sarana atau fasilitas yang dapat dijangkau secara capat
Kondisi di zaman mereka tidak seperti zaman dimana kita hidup sekarang.
Dewasa ini, kita bisa mendapatkan ilmu dengan mudah melalui berbagai media
yang ada. Mereka harus mencarinya, karena mereka punya prinsip, “Al-'ilmu
yu'ta walaa ya'ti” “Ilmu itu kita datangi, bukan ilmu yang mendatangi kita”.
4 Hadits Abu Umamah Al Bahili riwayat Tirmidzi (2685) di shahihkan oleh Al Albani.
Tapi Saya Sudah Tua?
Sebagian orang terkekang dengan sebuah alasan, seperti dalam ungkapan
“Tapi, saya sudah terlanjur tua”, atau “Butuh modal cukup”, atau “Sayang,
keluarga tidak mendukung” dan lainnya. Pembaca yang budiman, sejatinya ini
tidaklah menjadi alasan yang menghambat seseorang untuk menuntut ilmu.
Karena banyak para ulama salaf terdahulu yang menuntut ilmu di usia senja.
Saudaraku... Ilmu adalah harta dan tabungan yang tak akan habis. Sebaik-baik
teman yang bersahabat adalah ilmu. Semuanya kembali kepada perjuangan
dan kesungguhan masing-masing kita. Baiknya perjalanan kehidupan ini
berawal dari kesadaran dan tekat untuk menapakinya dengan ilmu dan
kebenaran.
“Sesungguhnya Allah tidaklah mengubah keadaan suatu kaum, sampai kaum
tersebut mengubahnya sendiri” (Ar-Ra'd: 11)
Wallahu'alam bisshawab.
5 ‘Uluwul Himmah”, karya Muhammad bin Ahmad bin Isma’il Al Muqaddam, terbitan Dar Ibnul Jauzi, hal.
202-206.