......... .......
Artinya: " …. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. .... " (QS Al-Mujadilah [58] : 11)
Sebelum datangnya Islam, mayoritas bangsa Arab buta huruf. Bangsa arab Hira' yang
menetap di selatan sungai Euprat mempelajari Ilmu pengetahuan dan filsafat melalui orang
Persia, yang sebelumnya mereka belajar kepada pengikut Nasrani faham Nestorius dan
Plato yang diusir dari Athena-Yunani oleh kaisar Justinius dari kerajaan Romawi
Bizantium.
Suku Quraisy di Makkah merupakan suku pedagang. Perjalanan dagang mereka
sampai ke Siria, Habasyah, Yaman dan mesir. Pedagang Quraisy menjadi kenal dengan
bangsa berkebudayaan maju seperti Persia dan Romawi Bizantium. Dari orang Persia dan
Romawi ini suku Quraisy mengenal baca tulis. Namun mereka tidak berminat
mengajarkannya kepada anak-anaknya.
Setelah masa kebangkitan Islam, Nabi Muhammad memiliki minat yang kuat untuk
mendidik bangsa Arab, terutama kaum muslimin. Melalui ayat-ayat Al-Qur'an (QS Al-'Alaq
: 1-5 dan QS Al-Mujadilah : 11) dan sabda-sabdanya, beliau Saw mendorong umat Islam
agar mempelajari ilmu dan menjadi ilmuwan.
Untuk mencapai tujuan itu, Rosululloh Saw memanfaatkan setiap tawanan perang
Badar dari kafir Quraisy yang pandai baca-tulis dan tidak mampu membayar tebusan, agar
mengajarkan baca tulis kepada 10 anak kaum muslimin sebagai tebusan dirinya. Dengan
begitu, maka banyak pemuda muslim yang pandai baca tulis, kemudian ditugasi Nabi Saw
menjadi penulis-penulis wahyu. Diantaranya Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Usman bin
Affan, Ubay bin Ka'ab dan lainnya.
Perkembangan ilmu Al-Qur'an. Pada masa Rosululloh, setiap Al-Qur'an yang turun
diajarkan kepada para sahabat melalui hafalan dan diadakan penulisan oleh para penulis
wahyu yang ditunjuk beliau Saw. Sementara penafsiran Al-Qur'annya masih didominasi
oleh Rosululloh sendiri sebagai penafsir tunggal. Baru setelah beliau wafat, muncul beberapa
ahli tafsir di kalangan sahabat, seperti Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) dan Ibnu Mas'ud.
Pada masa Kholifah Abu Bakar (632 s/d 634 M), ada kemajuan dalam menjaga
kemurnian Al-Qur'an, yakni dengan usaha pengumpulan tulisan Qur'an yang tersebar, lalu
dibukukan (tadwin al-Qur'an) dalam satu mushhaf yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabid.
Baru pada masa Kholifah Usman bin Affan (644 s/d 655 M), diadakan usaha penggandaan
mushhaf (Naql al-Qur'an) menjadi 5 buah untuk disebarkan ke 5 kota besar sebagai
pedoman pokok cara penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Perkembangan ilmu Hadis. Pada masa Rosululloh dan Khulafaur Rasyidin, hadis-hadis
diajarkan dan disebarkan dari mulut ke mulut. Belum ada usaha penulisan hadis, karena
khawatir bercampur dengan tulisan Al-Qur'an. Para ahli hadis terkenal di kalangan sahabat
yang menjadi sumber pengambilan hadis antara lain : Aisyah, Abu Hurairah, Abu Darda',
Ibnu Umar. Pembukuan hadis (tadwin al-hadis) baru dilakukan pada masa Umar bin
Abdul Aziz, kholifah ke-5 Bani Umaiyah.
Lembaga pendidikan tradisional yang berkembang pada masa awal Islam (Khulafaur-
Rosyidin) dan masa-masa selanjutnya (Bani Umayyah, Abbasiyah dll), terdiri dua tingkatan
:
1). Tingkat dasar (Kuttab) : Masjid menjadi tempat pendidikan yang menyenangkan bagi
anak-anak dan remaja untuk belajar menulis, membaca, berhitung dan dasar-dasar ilmu
agama seperti Al-Qur'an, hadis, fiqih, tauhid dan bahasa.
2) Tingkat pendalaman (Halaqoh) : Para pelajar menuntut ilmu keluar daerah, mendatangi
beberapa ulama yang ahli di bidangnya. Pengajarannya dilakukan di masjid atau rumah
guru (semacam pondok pesantren) secara halaqoh, dimana murid duduk melingkari
guru. Materi kajian dan pembahasannya lebih luas dan mendalam.
Pada perkembangan berikutnya, sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya kuttab
dan halaqoh di masjid-masjid ini, maka ilmu pengetahuan ikut berkembang dan kaum
muslimin pun semakin banyak yang pandai, sehingga para ulama dan cendekiawan
muslim terus bermunculan. Ilmu-ilmu yang berkembang dan para ulama yang merintisnya
antara lain :
1). Al-Qur'an, hafalan dan bacaan (qiro'at) : Khabbab bin 'Arats, Ibnu Mas'ud.
2). Ilmu tafsir : Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Ubay bin Ka'ab.
3). Ilmu Fiqih : Muadz bin Jabal, Ibnu Mas'ud, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Umar bin
Khatthab, Abu Musa al-Asy'ari
4). Ilmu Hadis : Siti 'Aisyah, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Anas bin Malik
5). Ilmu Bahasa : Zaid bin Tsabit.
Sejak jaman Nabi sampai awal pemerintahan bani Umayyah, hadis-hadis Nabi
dilarang untuk ditulis, karena akan dikhawatirkan bercampur baur dengan tulisan ayat
Al-Qur'an. Hadis Nabi baru pertama kali ditulis dan dibukukan oleh Ibnu Syihab Az-
Zuhri (Wafat tahun 740 M) atas inisiatif kholifah kelima dinasti Umayyah, Umar bin
Abdul 'Aziz. Sejak saat itu, bermunculan para ulama ahli hadis beserta kitab-kitab hadis
susunannya. Selain imam Malik, imam Syafi'iy dan imam Hanbali, ada 6 orang ulama
hadis ternama beserta kitab Hadisnya yang di dunia Islam lebih dikenal dengan sebutan
"Kutubus Sittah" (enam kitab hadis) :
1). Imam Bukhari (wft 870 M). Buku berjudul Shahih Bukhari
2). Imam Muslim (wft. 875 M). Bukunya berjudul Shahih
Muslim
3). Imam Ibnu Majah (wft. 886 M). Bukunya : Sunan Ibnu
Majah
4). Imam Abu Dawud (wft. 887 M). Bukunya : Sunan Abi
Dawud
5). Imam At-Tirmidzi (wft. 892 M). Bukunya : Sunan at-
Tirmidzi
6). Imam An-Nasaiy (wft. 916 M). Bukunya: Sunan An-Nasaiy
Selama dalam kurun masa kekuasaan dinasti Umayyah dan Abbasiyah, para cendekiwan
muslim bidang Ilmu Pengetahuan Umum mampu menelorkan hasil penelitian ilmiahnya yang
abadi, absah dan dapat diambil manfaatnya sampai sekarang. Pada umumnya mereka adalah
para ulama (ahli agama) yang menguasai berbagai disiplini ilmu (multidispliner), namun ada
satu atau beberapa ilmu yang menjadi spesialisasinya..
3). Al-Ashaamiy.
Ahli Biologi, Botani. Bukunya yang berjudul Kitabun Nabati wasy-Syujjar, yang
membahas tentang tumbuh-tumbuhan dan pepohonan
1). Al-Fazari.
Dia seorang astronomm Islam pertama yang menyusun Astrolabe. Ia menulis
penggunaan lingkaran bundar dan menyiapkan tabel yang berhubungan dengan
tahun-tahun arab. Karyanya antara lain berjudul Kitab al-Zij (tabel), Al-'Amal bil
Asturlab, Al-Qasidah fi 'Ulumin Nujum.
2). Al-Farghani.
Nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad al-Farghani. Di Barat terkenal dengan
nama Alfarganus. Ia seorang astronom terkemuka di masanya dan terkenal di Barat
pada abad pertengahan. Ia menulis buku ringkasan ilmu astronomi berjudul
Harakat al-Samawiyah wa Jawami'ul-'ilmin Nujum. Ia menetapkan diameter bumi
sepanjang 6500 mil dan menemukan jarak yang paling jauh, serta menemukan
diameter planet-planet.