Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH PERTUMBUHAN

ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM

15. Memahami Sejarah Dakwah Islam


Standar
Kompetensi
15.1. Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam
Kompetensi Dasar
sampai masa Abasyiyah
:
15.2. Menyebutkan tokoh ilmuan muslim dan perannya sampai masa
daulah Abbasiyah

1. Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa


Indikator: Siswa
nabi Muhammad SAW
dapat
2. Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam pada
masa khulafau Rasyidin
3. Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam pada
masa bani Umayah
4. Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam pada
masa bani Abbasiyah
5. Menyebutkan para ilmuan muslim dan peran mereka pada masa bani
Umayah
6. Menyebutkan para ilmuan muslim dan peran mereka pada masa bani
Abbasiyah

Alokasi Waktu : 8 x 40 menit


1. Berdoalah untuk mengawali pelajaran, agar diberi kemudahan
Pembiasaan :
dalam memahami ilmu.
2. Sebelum pelajaran dimulai, bacalah Al-Qur’an surat-surat
pendek (sesuai petunjuk guru)
3. Akhirilah pelajaran dengan berdoa, agar ilmu yang diperoleh
bermanfaat.

A. SEJARAH PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN ISLAM SEJAK MASA


NABI SAW SAMPAI MASA ABBASIYAH

Dorongan Mencari Ilmu dan Menjadi Ilmuwan


Sejarah telah mencatat bahwa sebelum bangsa Barat (Eropa) mencapai kemajuan di
bidang Iptek (Ilmu Pengetahuan dan teknologi) seperti sekarang, umat Islam sudah
mendahuluinya selama 6 abd, sejak tahun 611 (zaman Nabi) s/d 1250 Masehi (zaman
Abbasiyah akhir). Masa kejayaan perkembangan Iptek di dunia Islam terjadi antara tahun 750
s/d 1100 M pada masa kekhalifahan bani Umayyah di Andalusia – Spanyol (Cordova) dan
bani Abbasiyah di Baghdad (Irak).
Perhatian dan minat para ulama dan ilmuwan muslim terhadap Iptek sangat besar, karena
dorongan dari ajaran Islam. Pada saat dunia Barat (Eropa) yang dipengaruhi ajaran Gereja
menyatakan anti dan menentang Iptek pada Jaman Pertengahan, maka Islam justru menyatakan
sebaliknya, bahwa Iptek tidak dapat dilepaskan dari ajaran Islam. Nabi bersabda, "Barangsiapa
yang ingin hidup sejahtera di dunia, sarananya adalah ilmu. Siapa yang ingin hidup bahagia di akhirat,
sarananya adalah ilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki keduanya, sarananya adalah ilmu".
Menurut Islam, sumber ilmu pengetahuan adalah Alloh. Tugas seorang muslim adalah
membuka pintu ilmu, menggali dan mengembangkan ilmu Alloh yang tersebar di alam
semesta ini. Mencari ilmu bagi muslim dan muslimah adalah wajib hukumnya, sebagaimana
sabda Nabi Saw:
ٌ ْ ْ ْ
‫ضة ع ََل كُ ِّ ِل م ْس ِل ٍم و م ْس ِلم ٍة‬‫ي‬ ‫ر‬‫ف‬ ‫م‬‫ل‬ ‫طلب الع‬
َ ُ َ ُ َ َ َِ ِ ِ ُ َ َ
ْ
Nabi bersabda lagi :
ْ ْ ْ ْ ْ
‫اُطلُبوا ال ِعلم ِمن المه ِد ِا ََل ال ِّلَح ِد‬
َ َ َ ُ
ْ
Artinya: "Carilah ilmu sejak dari buaian ibu (lahir) sampai ke liang lahad (mati)".
ْ ْ ْ ْ
‫ي‬
ِ ‫الص‬
ِّ ِ ‫اُطلُبُوا ال ِعل َم َو لَو ِب‬
Artinya: "Carilah ilmu, sekalipun sampai ke negeri Cina"
Alloh berfirman :

.........           .......
Artinya: " …. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. .... " (QS Al-Mujadilah [58] : 11)

1. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Di Masa Nabi Saw (571 s/d 632 M)


dan Khulafaur Rasyidin (632 s/d 660 M)

Sebelum datangnya Islam, mayoritas bangsa Arab buta huruf. Bangsa arab Hira' yang
menetap di selatan sungai Euprat mempelajari Ilmu pengetahuan dan filsafat melalui orang
Persia, yang sebelumnya mereka belajar kepada pengikut Nasrani faham Nestorius dan
Plato yang diusir dari Athena-Yunani oleh kaisar Justinius dari kerajaan Romawi
Bizantium.
Suku Quraisy di Makkah merupakan suku pedagang. Perjalanan dagang mereka
sampai ke Siria, Habasyah, Yaman dan mesir. Pedagang Quraisy menjadi kenal dengan
bangsa berkebudayaan maju seperti Persia dan Romawi Bizantium. Dari orang Persia dan
Romawi ini suku Quraisy mengenal baca tulis. Namun mereka tidak berminat
mengajarkannya kepada anak-anaknya.
Setelah masa kebangkitan Islam, Nabi Muhammad memiliki minat yang kuat untuk
mendidik bangsa Arab, terutama kaum muslimin. Melalui ayat-ayat Al-Qur'an (QS Al-'Alaq
: 1-5 dan QS Al-Mujadilah : 11) dan sabda-sabdanya, beliau Saw mendorong umat Islam
agar mempelajari ilmu dan menjadi ilmuwan.
Untuk mencapai tujuan itu, Rosululloh Saw memanfaatkan setiap tawanan perang
Badar dari kafir Quraisy yang pandai baca-tulis dan tidak mampu membayar tebusan, agar
mengajarkan baca tulis kepada 10 anak kaum muslimin sebagai tebusan dirinya. Dengan
begitu, maka banyak pemuda muslim yang pandai baca tulis, kemudian ditugasi Nabi Saw
menjadi penulis-penulis wahyu. Diantaranya Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Usman bin
Affan, Ubay bin Ka'ab dan lainnya.
Perkembangan ilmu Al-Qur'an. Pada masa Rosululloh, setiap Al-Qur'an yang turun
diajarkan kepada para sahabat melalui hafalan dan diadakan penulisan oleh para penulis
wahyu yang ditunjuk beliau Saw. Sementara penafsiran Al-Qur'annya masih didominasi
oleh Rosululloh sendiri sebagai penafsir tunggal. Baru setelah beliau wafat, muncul beberapa
ahli tafsir di kalangan sahabat, seperti Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) dan Ibnu Mas'ud.
Pada masa Kholifah Abu Bakar (632 s/d 634 M), ada kemajuan dalam menjaga
kemurnian Al-Qur'an, yakni dengan usaha pengumpulan tulisan Qur'an yang tersebar, lalu
dibukukan (tadwin al-Qur'an) dalam satu mushhaf yang dilakukan oleh Zaid bin Tsabid.
Baru pada masa Kholifah Usman bin Affan (644 s/d 655 M), diadakan usaha penggandaan
mushhaf (Naql al-Qur'an) menjadi 5 buah untuk disebarkan ke 5 kota besar sebagai
pedoman pokok cara penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Perkembangan ilmu Hadis. Pada masa Rosululloh dan Khulafaur Rasyidin, hadis-hadis
diajarkan dan disebarkan dari mulut ke mulut. Belum ada usaha penulisan hadis, karena
khawatir bercampur dengan tulisan Al-Qur'an. Para ahli hadis terkenal di kalangan sahabat
yang menjadi sumber pengambilan hadis antara lain : Aisyah, Abu Hurairah, Abu Darda',
Ibnu Umar. Pembukuan hadis (tadwin al-hadis) baru dilakukan pada masa Umar bin
Abdul Aziz, kholifah ke-5 Bani Umaiyah.
Lembaga pendidikan tradisional yang berkembang pada masa awal Islam (Khulafaur-
Rosyidin) dan masa-masa selanjutnya (Bani Umayyah, Abbasiyah dll), terdiri dua tingkatan
:
1). Tingkat dasar (Kuttab) : Masjid menjadi tempat pendidikan yang menyenangkan bagi
anak-anak dan remaja untuk belajar menulis, membaca, berhitung dan dasar-dasar ilmu
agama seperti Al-Qur'an, hadis, fiqih, tauhid dan bahasa.
2) Tingkat pendalaman (Halaqoh) : Para pelajar menuntut ilmu keluar daerah, mendatangi
beberapa ulama yang ahli di bidangnya. Pengajarannya dilakukan di masjid atau rumah
guru (semacam pondok pesantren) secara halaqoh, dimana murid duduk melingkari
guru. Materi kajian dan pembahasannya lebih luas dan mendalam.
Pada perkembangan berikutnya, sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya kuttab
dan halaqoh di masjid-masjid ini, maka ilmu pengetahuan ikut berkembang dan kaum
muslimin pun semakin banyak yang pandai, sehingga para ulama dan cendekiawan
muslim terus bermunculan. Ilmu-ilmu yang berkembang dan para ulama yang merintisnya
antara lain :
1). Al-Qur'an, hafalan dan bacaan (qiro'at) : Khabbab bin 'Arats, Ibnu Mas'ud.
2). Ilmu tafsir : Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Ubay bin Ka'ab.
3). Ilmu Fiqih : Muadz bin Jabal, Ibnu Mas'ud, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Umar bin
Khatthab, Abu Musa al-Asy'ari
4). Ilmu Hadis : Siti 'Aisyah, Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Anas bin Malik
5). Ilmu Bahasa : Zaid bin Tsabit.

2. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Di Masa Dinasti Umaiyah Di


Damaskus (661 s/d 750 M) dan Di Andalus – Spanyol (755 s/d 1013
M).
Kekhalifahan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus didirikan oleh Mu'awiyah
bin Abu Sufyan (661 – 680 M), lalu dibangun dan dibina oleh Abdul Malik bin Marwan
(685-705 M), dan mengalami jaman keemasan pada masalah Al-Walid bin Abdul Malik
(705-715 M), kemudian berakhir pada tahun 750 M, sewaktu diperintah Marwan II bin
Muhammad.
Sedangkan Dinasti Umayyah di Andalus-Spanyol didirikan oleh keturunan Bani
Umayyah, Abdurrahman I Ad-Dakhil , yang lolos dari kejaran Bani Abbas pada tahun 755
M, dan berakhir pada masa kholifah Hisyam II pada tahun 1013 M. Setelah masa itu,
Andalus-Spanyol diperintah beberapa kerajaan Islam independen yang berpusat di kota-
kota besar seperti Cordova, Seville,Toledo, Malaga dan kota lainnya. Kekuasaan Islam
berakhir sewaktu kerajaan Islam Bani Ahmar yang berpusat di Cordova digulingkan oleh
kerajaan Kristen pimpinan Raja Ferdinant dan Ratu Isabella tahun 1492 M.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Damaskus. Lembaga-lembaga pendidikan
tradisional (kuttab dan Halaqoh) tumbuh dan berkembang dengan pesat. Pada masa ini,
Masjid Basrah menjadi pusat berkumpul sekelompok ulama Tauhid (teolog) dibawah
asuhan Hasan al-Basri. Pada masa kholifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M), pertama kali
diadakan pengumpulan dan pembukuan Hadis-hadis Nabi, yang dikerjakan oleh Ibnu
Syihab az-Zuhri.
Bani Umayyah berjasa dalam meletakkan dasar-dasar ilmu kimia, farmasi dan
kedokteran, dengan usaha menterjemahkan buku-buku asing kedalam bahasa arab, serta
ilmu Astrologi (perbintangan) dan penulisan sejarah, Biografi Nabi Muhammad Saw.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah di Andalus. Selain ilmu-
ilmu agama, pada masa ini ilmu pengetahuan umum seperti filsafat, kedokteran, astronomi,
matematika, kimia, farmasi, seni, bahasa dan sastra dapat berkembang pesat.
Bani Umayyah di Andalus yang berpusat di Cordova berperan sebagai jembatan
penyeberangan ilmu pengetahuan, terutama filsafat Yunani - Arab ke Eropa pada abad ke-
12, dimulai sejak kholifah ke-5, Muhammad bin Abdurrahman (832-885 M). Atas inisiatif
Al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari dunia Timur dalam
jumlah besar, sehingga Cordova mampu menyaingi kepopuleran Baghdad sebagai pusat
utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Dari Andalus ini muncul ulama dan ilmuwan
besar seperti Ibnu Bajjah (filsafat), Ibnu Malik (bahasa), Ibnu Hazm (fiqh), al-Naqqash
(astronomi), Ibnu Rusyd (kedokteran)..

3. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Di Masa Dinasti Abbasiyah (750 s/d


1258 M)

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abul Abbas As-Saffah (750-


754 M), dibangun dan dibina oleh Abu Ja'far Al-Manshur (754 –
775 M), dan mengalami jaman keemasan pada masa Harun Al-
Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Makmun (813-833 M).
Kemudian "gulung tikar" pada masa kholifah Al-Musta'shim tahun
1258, akibat serangan tentara Mongol pimpinan Hulagu Khan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Pada masa ini
kebudayaan Islam, pemikiran Islam dan ilmu pengetahuan
mengalami puncak perkembangannya di kota Baghdad. Lembaga
pendidikan tradisional (kuttab dan halaqoh) yang sudah ada
ditingkatkan lagi kualitasnya dengan berdirinya perpustakaan
dan universitas.
Para Kholifah bani Abbasiyah, terutama Al-Manshur, Harun
Cendekiawan Muslim abad 16 Al-Rasyid dan Al-Mukmun, menaruh perhatian khusus untuk
sibuk di Observatorium
memperoleh ilmu pengetahuan dari Persia, Yunani dan India
melalui usaha penterjemahan. Baitul Hikmah yang didirikan oleh Harun Al-Rasyid
merupakan perpustakaan terbesar dan terlengkap saat itu, berfungsi sebagai tempat belajar
(universitas), pusat kajian, penelitian dan penterjemahan buku-buku asing kedalam bahasa
Arab.
Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa ini tidak lepas dari dua faktor :
1). Terjadinya asimilasi budaya antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain seperti Persia,
Yunani, India, yang sudah maju Iptek-nya. Di masa ini banyak bangsa non Arab yang
masuk Islam dan sangat besar sahamnya dalam perkembangan Iptek. Bangsa Persia
berjasa dalam ilmu pemerintahan, filsafat dan sastra. Pengaruh bangsa India terlihat
pada ilmu kedokteran, matematika dan astronomi. Pengaruh Yunani masuk melalui
terjemahan-terjemahan berbagai bidang ilmu, terutama filsafat.
2). Gerakan penterjemahan berjalan melalui 3 fase. Fase pertama pada masa Al-Manshur
sampai Harun Al-Rasyid yang menterjemahkan ilmu astronomi dan logika (mantiq).
Fase kedua pada masa Al-Makmun hingga tahun 300 H, terfokus pada ilmu kedokteran
dan filsafat. Dan fase ketiga setelah tahun 300 M, bidang ilmu yang diterjemahkan
semakin luas.
Pada masa ini muncul 4 ulama madzhab bidang fiqhi (imam Hanafi, Maliki, Syafii
dan Hanbali); ulama bidang teologi (Abul Hasan Al-Asy'ari, dan tokoh-tokoh muktazilah).
Demikian pula muncul para ilmuwan dan ulama besar yang ahli di bidang astronomi,
kedokteran, farmasi, matematika, biologi, fisika, filsafat, tasawuf, sastra dan lain-lain.

B. CENDEKIAWAN MUSLIM DAN PERANNYA (Sejak Masa Dinasti


Umayyah Sampai Dinasti Abbasiyah)

1. Cendekiawan Muslim Di Bidang Ilmu Pengetahuan Agama

a. Di Bidang Ilmu Tauhid (Kalam / Teologi)

1). Hasan Al-Basri (wft 110H/728 M).


Ia lahir di Madinah, menetap dan wafat di Basrah. Ia peletak dasar paham
Ahlussunnah wal Jamaah di bidang ilmu kalam yang sebelumnya telah dirintis
Abdulloh bin Umar dan Abdulloh bin Abbas.

2). Abu Hasan Al-Asy'ari (872-913 M).


Ia pembangun paham Ahlussunnah wal jamaah di bidang ilmu kalam. Ia
menghadapi dua paham pemikiran keagamaan yang saling bertentangan. Pertama,
paham salafi (ortodox) yang berpendapat bahwa perbuatan manusia telah
ditentukan Alloh. Kedua, paham Mu’tazilah (rasionalis) yang berpendapat bahwa
manusia memiliki kebebasan berkehendak dan berbuat secara mutlak, lepas dari
kehendak Alloh. Ia kemudian mencoba memberi pendapat jalan tengah, bahwa
manusia tidak mampu menciptakan kehendak dan perbuatannya sendiri, akan
tetapi Alloh-lah pada hakekatnya yang menciptakannya. Manusia hanya bisa
berikhtiyar, sedangkan yang menentukan berhasil-tidaknya ikhtiyar tersebut adalah
Alloh.
Ia terkenal dengan rumusannya bahwa sifat wajib bagi Alloh ada 13 sifat, mulai
dari wujud, qidam baqo', sampai kalam. Karya-karya tulisnya dijadikan rujukan
para ulama ilmu tauhid sampai sekarang, diantaranya berjudul : a). Maqolatul
Islamiyyin (pendapat golongan Islam); b) Al-Ibanah 'an Ushuliddiniyyah
(penjelasan tentang dasar-dasar agama); c) Al-Luma' (sorotan) yang berisi
penjelasan tentang ketuhanan, dosa besar dan persoalan ’aqidah.
Pengaruh ajarannya sangat besar dalam pengembangan ilmu kalam / tauhid.
Diantara pengikutnya adalah Al-Baqilani, imam Haramain dan Imam Ghazali.

3). Abu Manshur Al-Maturidi (875-944 M).


Seperti halnya Al-Asy'ari, Ia pembangun paham Ahlussunnah wal jamaah bidang
ilmu kalam. Ia berpendapat bahwa manusia hanya bisa berikhtiyar sekuat tenaga,
sedangkan ketentuan akhirnya ada pada Alloh.
Dalam membahas sifat-sifat Alloh, ia merumuskan bahwa sifat Allah berjumlah
20 sifat yang dikelompokkan menjadi 4 sifat, yaitu sifat nafsiyyah, salbiyah, ma'aniy
dan ma'nawiyah.
b. Di Bidang Ilmu Fiqih (Hukum Islam)
Para Mujtahid mutlak dan Ulama besar bidang fiqih bermunculan di masa
Abbasiyah, diantaranya ada 4 orang yang dikenal dengan Imam Madzhab empat, yaitu :

1). Imam Abu Hanifah (700-767 M).


Ia yang bernama lengkap Nukman bin Tsabit lahir di Kufah dan hidup pada
masa peralihan antara masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Ia dikenal sebagai
pembangun madzhab Hanafi dalam ilmu fiqih yang lebih cenderung menggunakan
pemikiran rasional (dalil aqli) daripada dalil naqli. Karya-karya tulisnya antara lain :
a) Masailul ushul; b). Masailun Nawadir; c). Al-Fatawa wal Waqi'at. Pemikiran
madzhabnya tersebar di negara Mesir, Turkistan, Afghanistan dan anak benua
India-Pakistan.

2). Imam Malik bin Anas (711-786 M).


Ia lahir dan wafat di Madinah. Ia terkenal sebagai ahli hadis dan pembangun
Madzhab Maliki dalam ilmu fiqih, yang lebih cenderung menggunakan dalil naqli
(nash Qur'an dan hadis) daripada dalil aqli (rasional) dalam merumuskan pemikiran
fiqihnya. Karya tulisnya yang terbesar berjudul Al-Muwattha', yang berisi
kumpulan Hadis Nabi. Perkembangan madzhabnya tersebar di negara Tunisia,
Libiya, Mesir, Spanyol dan daerah Afrika lainnya.

3). Imam Syafi'iy (767-819 M).


Ia terkenal sebagai pembangun Madzhab Syafi'iy dalam fiqih. Nama lengkapnya
Muhammad bin Idris Asy-Syafi'iy, lahir dalam keadaan yatim di daerah Palestina. Ia
pernah hidup di Baghdad-Irak, dan wafat di Mesir. Sejak kecil ia terkenal sangat
cerdas. Pada usia 9 tahun sudah hafal Al-Qur'an 30 juz; pada usia 13 tahun sudah
hafal kitab hadis Al-Muwattho' tulisan gurunya, Imam Malik; dan pada usia 15
diberi ijin oleh para gurunya untuk memberi fatwa di bidang hukum Islam kepada
masyarakat luas. Diantara gurunya adalah Imam Malik (fiqih dan Hadis), Imam
Sufyan bin 'Uyainah (Hadis), Muslim bin Khalid az-Zanji (Fiqih) dan ulama besar
lainnya. Dari pengetahuannya yang mendalam di berbagai disiplin ilmu agama, dan
penguasaannya terhadap ilmu Mantik (Logika / silogisme Aristoteles), ia
melahirkan pemikiran fiqih yang logis dan sistimatis, serta menemukan ilmu Ushul
fiqih.
Ia seorang pengarang buku yang produktif. Diantara bukunya berjudul : a) Al-
Umm (berisi kumpulan hasil pemikiran ijtihadnya di bidang hukum Islam); b) Ar-
Risalah (berisi kaidah-kaidah ilmu ushul fiqih secara lengkap); c) Musnad Imam
Syafi'iy (berisi kumpulan hadis Nabi).
Corak pemikiran Madzhab ini adalah berusaha memadukan antara madzhab
Hanafi yang rasionalis dan Maliki yang ortodoks (salafi). Perkembangan madzhab
Syafi'iy tersebar di negara Mesir, Irak, Pakistan, Asia Tenggara (Indonesia, Malaisia,
Thailan dan sekitar).

4). Imam Hanbali (779-855 M).


Ia lahir di Baghdad dengan nama lengkap Ahmad bin Hanbal. Ia terbilang
murid Imam Syafi'iy, yang pada usia 16 tahun sudah menguasai ilmu Al-Qur'an,
hadis, fiqih dan tauhid. Ia pembangun Madzhab Hanbali yang sekarang menjadi
madzhab resmi kerajaan Arab Saudi. Karya tulis terbesarnya berjudul : Al-Musnad
yang berisi kumpulan sekitar 2.900 hadis Nabi, dan kitab An-Nasikh wal Mansukh.

c. Di Bidang Ilmu Akhlak – Tasawuf (Ethika)

1). Imam Ibnu Miskawaih (932-1030 M).


Ia seorang filsuf muslim yang ahli di bidang ethika. Bukunya berjudul : Tadzhibul
Akhlaq wa Tat-hirul A'raq (Pendidikan akhlak dan pencucian jiwa) yang sumber
ajarannya diambil dari Al-Qur'an, Hadis dan filsafat Aristoteles. Karena keahliannya
di bidang filsafat, ia mendapat julukan "Al-Mu'allimus Tsalits" (guru ketiga). Guru
pertamanya adalah Aristoteles, sedang Guru keduanya adalah Al-Farabi.

2). Imam Mawardi (975-1058 M).


Karya tulisnya puluhan judul yang sebagian besar membahas fiqih dan politik,
antara lain berjudul : Al-Ahkamus Sulthaniyyah (berisi politik / tatanegara). Di
bidang Akhlak, ia menulis buku yang terkenal sampai saat ini berjudul: Adabud-
Dunya wad-Din.

3). Imam Ghazali (1058-1111 M).


Ia lahir di Thus (Iran) dengan nama lengkap Abu Hamid Muhamad bin
Muhammad at-Tusi asy-Syafi'iy al-Ghazali. Ia seorang multidisipliner, yang
menguasai berbagai cabang ilmu. Sejak muda ia mempelajari berbagai ilmu seperti
fiqih, tauhid, akhlak-tasawuf, pendidikan dan filsafat.
Di bidang filsafat ketuhanan (Teologi), Imam Ghazali diakui para sarjana Barat
modern dan sarjana Islam sebagai pemikir ulung dan paling orisinal sepanjang
sejarah, disebabkan usahanya mengkritik habis-habisan pemikiran ketuhanan
(teologi) yang didasarkan pada filsafat Yunani, yang menurutnya dapat
menyesatkan aqidah umat Islam. Maka lahirlah bukunya yang berjudul "Tahafutul
Falasifah" (Kerancuan pemikiran para filosof), dengan tujuan untuk membentengi
umat Islam dari bahaya berfikir bebas (liberal) secara berlebihan yang
mengakibatkan mereka meninggalkan ibadah. Atas perannya ini ia dijuluki dengan
"Hujjatul Islam" (Argumentasi Islam).
Ia seorang penulis yang sangat produktif dan berkualitas. Jumlah karangannya
lebih dari 100 judul. Buku yang sangat terkenal di seluruh dunia dan menjadi
puncak karya intelektualnya berjudul : Ihya' 'Ulumiddin (Menghidup-hidupkan
ilmu agama), yang berisi pandangannya tentang ilmu tauhid, syariat, akhlak dan
tasawwuf. Di Indonesia, buku ini menjadi kajian para kiyai, sarjana, dan santri
senior di setiap pondok pesantren.

d. Di Bidang Ilmu Hadis

Sejak jaman Nabi sampai awal pemerintahan bani Umayyah, hadis-hadis Nabi
dilarang untuk ditulis, karena akan dikhawatirkan bercampur baur dengan tulisan ayat
Al-Qur'an. Hadis Nabi baru pertama kali ditulis dan dibukukan oleh Ibnu Syihab Az-
Zuhri (Wafat tahun 740 M) atas inisiatif kholifah kelima dinasti Umayyah, Umar bin
Abdul 'Aziz. Sejak saat itu, bermunculan para ulama ahli hadis beserta kitab-kitab hadis
susunannya. Selain imam Malik, imam Syafi'iy dan imam Hanbali, ada 6 orang ulama
hadis ternama beserta kitab Hadisnya yang di dunia Islam lebih dikenal dengan sebutan
"Kutubus Sittah" (enam kitab hadis) :
1). Imam Bukhari (wft 870 M). Buku berjudul Shahih Bukhari
2). Imam Muslim (wft. 875 M). Bukunya berjudul Shahih
Muslim
3). Imam Ibnu Majah (wft. 886 M). Bukunya : Sunan Ibnu
Majah
4). Imam Abu Dawud (wft. 887 M). Bukunya : Sunan Abi
Dawud
5). Imam At-Tirmidzi (wft. 892 M). Bukunya : Sunan at-
Tirmidzi
6). Imam An-Nasaiy (wft. 916 M). Bukunya: Sunan An-Nasaiy

2. Cendekiawan Muslim Di Bidang Ilmu Pengetahuan Umum

Selama dalam kurun masa kekuasaan dinasti Umayyah dan Abbasiyah, para cendekiwan
muslim bidang Ilmu Pengetahuan Umum mampu menelorkan hasil penelitian ilmiahnya yang
abadi, absah dan dapat diambil manfaatnya sampai sekarang. Pada umumnya mereka adalah
para ulama (ahli agama) yang menguasai berbagai disiplini ilmu (multidispliner), namun ada
satu atau beberapa ilmu yang menjadi spesialisasinya..

a. Di Bidang Ilmu-Ilmu Pasti Alam (Kimia, Biologi, Fisika, Farmasi, Matematika)

1). Jabir ibnu Hayyan.


Ahli kimia, terkenal sebagai Bapak Ilmu Kimia dalam Islam. Ia berpendapat
bahwa logam seperti tima, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau
perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu.

2). Al-Farabi (870 – 950 M).


Ahli Kimia, wafat di Aleppo Andalus. Nama lengkap: Abu Nasr Muhammad bin
Turkham Al-Farabi. Ia penemu alat musik Al-Qonun, lalu ditiru orang Barat dengan
nama Piano. Ia juga terkenal sebagai ahli Filsafat Aristoteles, sehingga ia dijuluki
Al-Mu'allimus Tsani, Guru kedua. Guru pertamanya adalah Aristoteles.

3). Al-Ashaamiy.
Ahli Biologi, Botani. Bukunya yang berjudul Kitabun Nabati wasy-Syujjar, yang
membahas tentang tumbuh-tumbuhan dan pepohonan

4). Ibnu Haitsam (965 – 1039).


Nama lengkapnya : Abu Ali Hasan bin Haitsam Al-Basri. Di Barat dikenal
dengan nama Avenetan. Selain seorang dokter istana, ia juga ahli fisika dan
matematika. Buku terkenalnya berjudul Al-Manazhir menjelaskan ilmu optik. Ia
melakukan percobaan dan menguji pembiasan sinar melalui medium udara dan air
dengan mempergunakan ruas-ruas bundar seperti gelas kaca yang penuh air,
sampai pada penemuan teoritis tentang lensa kaca pembesar. Teorinya ini
digunakan selama 6 abad sebelum ditemukan hukum sinus ciptaan
Descartes.Teorinya tentang optik mempengaruhi teori sarjana Barat seperti Issac
Newton, John Kepler, Roger Bacon.

5). Al-Jahiz (775 - 868 M).


Ahli biologi dan zoologi. Bukunya berjudul Al-Hayawan (hewan-hewan)

6). Ibnu Baitar (wafat 1248 M).


Di Barat dikenal dengan nama "Aben Bethar". Ahli Biologi, Botani. Ia
mengembangkannya kedalam obat-obatan (farmasi). Bukunya Al-Jami' al-Mufrodat
al-'Adawiyah wal Aghziyah membahas koleksi obat-obatan sederhana yang diramu
dari berbagai jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan.

7). Al-Khawarizmi (780 – 850 M).


Nama lengkap : Muhammad bin Musa al-Khawarizmi. Sarjana
Barat menyebutnya Algorisme. Ia Ahli Matematika. Ia
memperkenalkan angka arab (numeral arabic : 1,2,3,4,5,6,7,8,9) dan
Penemu ilmu Aljabar.
Kata Aljabar diambil dari judul bukunya: Al-Jabru wal
Muqobalah. Buku ini dipakai sebagai literatur wajib di beberapa
Universitas Eropa sampai abad 16, sehingga ia mempengaruhi teori AL-KHAWARIZMI
ilmuwan Omar Khayam, Leonardo de Pisa, dll.

8). Omar Khayam (1038 – 1123 M).


Ia bintangnya matematika pada abad pertengahan, yang mengembangkan
rumus-rumus matematikanya Al-Khawarizmi.
b. Bidang Ilmu Kesehatan dan Kedokteran

1). Ibnu Sina (980 – 1037 M).


Sarjana Barat menyebutnya Aviecena. Ia terkenal Ahli kedokteran. Di dunia
kedokteran, ia dinobatkan sebagai Father of Doctors (Bapak kedokteran). Karya
tulisnya yang terkenal Al-Qonun fith-Thibb (Dasar-dasar ilmu
kedokteran), berisi ensiklopedi ilmu kedokteran. Kata DR
Robinson, buku ini sangat berpengaruh dan dijadikan literatur
wajib pada fakultas Kedokteran di berbagai Universitas di
Asia dan Eropa selama 6 abad. Dan selama dinasti Han di Cina,
buku ini menjadi standar karya-karya medis Cina. Buku ini
diterjemahkan ke berbagai bahasa, antara lain kedalam bahasa
inggris dengan judul Canon of Medicine.
IBNU SINA (Avecena)
Selain ahli kedokteran, ia juga ahli filsafat dan menguasai Father of Doctors
ilmu agama seperti tafsir, fiqih, perbandingan agama,
Tasawuf. dan filsafat. Di bidang filsafat, karyanya yang IBNU SINA (Aviecena)
berjudul Asy-Syifa' menguraikan pemikiran filsafatnya yang Father of Doctors
terpenting dan terbesar, lalu diringkas dalam bukunya : An-
Najat.

2). Ar-Razi (865 – 925).


Nama lengkapnya, Muhammad bin Zakaria Ar-Razi. Sarjana Barat
menyebutnya Razhes. Ia ahli di bidang Kedokteran. Juga ahli Filsafat, Kosmologi,
Kimia dan Teologi. Bukunya berjumlah + 166 judul. Dalam bidang kedokteran saja
ada 56 judul buku. Buku terkenalnya berjudul Al-Hawi (terdiri dari 20 jilid besar)
yang berisi ensiklopedi informasi kedokteran, yang menjadi buku induk kedokteran
modern.

3). Ibnu Rusyd (1126 - 1198 M).


Lahir di Cordova Spanyol. Nama lengkap : Abu Wahid
Muhammad bin Ahmad Ibnu Rusyd. Sarjana Barat
menyebutnya Averros. Ia dikenal sebagai Perintis Ilmu
Kedokteran umum dan Histologi (Ilmu jaringan tubuh). Juga
berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan
penyakit cacar. Karya tulis dalam bidang ini berjudul Al-
Kulliyyat fit-Thibb (Aturan-aturan umum ilmu kedokteran)
yang terdiri atas 16 jilid besar.
Ia juga ahli Agama (Fiqih) dengan bukunya yang
berjudul Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid,
berisi kajian hukum fiqih madzhab Maliki yang tersusun
secara sistimatis. IBNU RUSYD (Averros)

Ia juga ahli filsafat Islam, pengikut Aristoteles yang


sangat berpengaruh. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, maka di Eropa timbul
gerakan Averroeisme yang menuntut kebebasan berfikir dan memprotes kekuasaan
gereja yang memonopoli pemikiran keagamaan. Tentu saja gerakan mereka ditolak
oleh pihak gereja. Berawal dari gerakan Averroeisme inilah kemudian lahir reformasi di
Eropa pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad 17 M, yang sangat
berpengaruh mendorong lahirnya Agama Kristen Protestan, yang memisahkan diri
dari Agama Kristen Katolik.

c. Bidang Ilmu Kosmologi dan Astronomi / Perbintangan

1). Al-Fazari.
Dia seorang astronomm Islam pertama yang menyusun Astrolabe. Ia menulis
penggunaan lingkaran bundar dan menyiapkan tabel yang berhubungan dengan
tahun-tahun arab. Karyanya antara lain berjudul Kitab al-Zij (tabel), Al-'Amal bil
Asturlab, Al-Qasidah fi 'Ulumin Nujum.

2). Al-Farghani.
Nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad al-Farghani. Di Barat terkenal dengan
nama Alfarganus. Ia seorang astronom terkemuka di masanya dan terkenal di Barat
pada abad pertengahan. Ia menulis buku ringkasan ilmu astronomi berjudul
Harakat al-Samawiyah wa Jawami'ul-'ilmin Nujum. Ia menetapkan diameter bumi
sepanjang 6500 mil dan menemukan jarak yang paling jauh, serta menemukan
diameter planet-planet.

3). Abu Raihan al-Biruni (973 – 1048 M).


Dia seorang ahli astronomi, astrologi, matematika dan dan fisika. Karyanya +
180 judul, diantaranya berjudul At-Tafhim li-awa-ili shina'atit Tanjim, yang
menjelaskan fenomena alam seperti sinar zodiac dan air pasang di musim bunga
dalam kaitannya dengan tekanan hidrostatika.

4). Al-Battani (858 – 929 M).


Nama lengkapnya : Abu Abdillah Muhammad ibn Jabir al-Battani. Di Barat
dkenal dengan nama Albetegni. Karya tulis terbesarnya : Ma'rifat Matallil Buruj
fima baina Arab al-Falak, risalah tentang astronomi yang dilengkapi dengan tabel-
tabel. Ia berhasil menentukan garis lengkung atau kemiringan ekliptik (orbit dimana
matahari kelihatannya bergerak), panjangnya tahun tropis, lamanya musim, serta
tepatnya orbit matahari dan orbit utama planet-planet.

Anda mungkin juga menyukai