Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

AKAL SEBAGAI JALAN BERIMAN


Dosen Pengampu : Muslih, M.Ag.

Disusun oleh
Lailatul habibah 11200340000171
Alya mega prameswati 11200340000159

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah untuk tugas mata kuliah Tafsir Ijtima‟i yang berjudul “Akal sebagai
jalan beriman” tepat pada waktunya. Kami mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak
yang telah membantu memotivasi dan memberi masukan-masukan yang bermanfaat sehingga
saya dapat membuat makalah ini dengan baik. Khususnya, kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak Muslih, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ijtima‟i yang telah
membimbing kami dalam menyusun makalah kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kami khususnya serta
rekan-rekan mahasiswa pada umumnya.

Ciputat, 15 Maret 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akal adalah sebagai upaya untuk berpikir yang khusus dimiliki oleh manusia, sedangkan
iman adalah termasuk masalah yang banyak dibahas dalam teologi Islam, disamping
membahas masalah ketuhanan, kenabian, maupun yang menyangkut sistem eskatologi
(keakhiratan). Maka akal berperan sebagai alat berpikir dan iman sebagai penentu dalam
mengeksplorasi sikap dan tingkah laku manusia di atas permukaan bumi ini. Oleh karena itu,
setiap orang (Islam) yang ingin mempelajari Islam secara mendalam, harus memahami iman
terlebih dahulu, agar dapat memantapkan kepercayaan yang dianutnya dengan melalui akal
pikirannya untuk menghilangkan keraguan yang melekat dihatinya. Permasalahan disekitar
iman, semakin berkembang dan kompleks mulai sekitarabad ke-2 Hijriyah dengan
munculnya berbagai pendapat baik dari aliran atau golongan dikalangan para ulama. Para
ulama kalam (Mutakallimin), memberikan batasan dan pengertian yang berbeda tentang
iman. Perbedaan rumusan tentang iman dari para ulama, berkisar antara peranan akal dan
bagaimana hubungan iman seseorang dengan amal perbuatan yang dilakukannya. Mu’tazilah
misalnya, mengatakan bahwa iman tidak hanya tasdiq saja, melainkan harus dibuktikan
dengan perbuatan, sementara al-Asy’ari mengatakan bahwa I iman hanya tasdiq dan bukan
hanya pembenaran dalam hati, tetapi juga berbentuk pengalaman jasmani, dan tasdiq yang
dimaksud al-Asy’ari adalah pembenaran tentang apa yang didengar dari wahyu.
Iman itu tidaklah cukup hanya dengan perkataan semata-mata sementara hati tidak beriman.
Apa yang diucapkan akan dicerna oleh akal budi, dan akan menjadi batal apabila hati tidak
mengakui apa yang diucapkan itu. Oleh karena itu iman bukan saja sekedar pernyataan lidah
semata, tetapi iman harus sampai pada tingkat yang kuat tanpa dipengaruhi oleh
kebimbangan dan keraguan.1
Akal merupakan suatu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia, yang dapat mengetahui
sesuatu yang halal dan haram serta baik dan buruk. Hamka berpendapat seperti itu
berdasarkan teologi kalam yang membahas masalah akal dan wahyu, karena akal merupakan
alat yang dimiliki oleh manusia sedangkan wahyu itu di imani oleh manusia yang menjadi
sumber pengetahuan itu sendiri.2
sia yang menjadi sumber pengetahuan itu sendiri.4 Oleh sebab itu manusia wajib
berimankepada Allah sebelum turunnya wahyu, karena manusia dengan kemampuan akalnya
dapat mengetahui kekufuran itu haram. Karena kekufuran itu sesuatu yang dibenci oleh
Allah, manusia mampu mengetahui bahwa beriman kepada Allah itu adalah wajib, juga

1 Lihat, Yunan Yusuf, Corak Pemikiran KalamTafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), h. 70
2 Yunan Yusuf, Corak Pemikiran KalamTafsir Al-Azhar, h.57-59
dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara orang yang berakal dengan orang yang tidak
berakal, seperti perbedaan antara orang yang buta dengan orang yang tuli.3
Maka dari itu, pemakalah ingin membahasa bagaimana akal berfungsi untuk beriman yang
nantinya akan kami ambil dari QS.Al-a’raf : 9, 169, 176, QS.Yunus : 67, QS.yusuf : 2, QS.al-
thariq : 6, QS.al-baqarah : 258, QS.Al-an’am : 73, 84, QS.Ibrahim: 35-41, QS. Hud: 69-86,
QS.al-anbiya’ : 52-73, QSAs-shaffat: 83-113, QS.Al-syu’ara : 69-76.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembahasan akal sebagai jalan beriman dalam QS.Al-a’raf : 9, 169, 176,
QS.Yunus : 67, QS.yusuf : 2, QS.al-thariq : 6, QS.al-baqarah : 258, QS.Al-an’am :
73, 84, QS.Ibrahim: 35-41, QS. Hud: 69-86, QS.al-anbiya’ : 52-73?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pembahasan akal sebagai jalan beriman dalam QS.Al-a’raf : 9,
169, 176, QS.Yunus : 67, QS.yusuf : 2, QS.al-thariq : 6, QS.al-baqarah : 258, QS.Al-
an’am : 73, 84, QS.Ibrahim: 35-41, QS. Hud: 69-86, QS.al-anbiya’ : 52-73.

3 Ibid
BAB II
PEMBAHASAN
1. Akal sebagai jalan beriman dalam QS.Al-a’raf : 9, 169, 176, QS.Yunus : 67,
QS.yusuf : 2, QS.al-thariq : 6, QS.al-baqarah : 258, QS.Al-an’am : 73, 84

َ ‫فَلَنَسْأَلَ َّن الَّ ذي َن ُأ ْرسلَ إلَيْه ْم َولَنَسْأَلَ َّن الْ ُم ْر‬


‫سلي َن‬
"Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul
kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami),"
IMAN Cabang-cabang iman Akidah Beriman pada Hari Akhir Hari penghitungan
(amal) Setiap makhluk ditanya pada hari penghimpunan
(Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul
kepada mereka) yaitu kepada umat-umat tentang tanggapan mereka terhadap rasul-
rasul dan pengamalan mereka terhadap apa-apa yang telah disampaikan kepada
mereka (dan sesungguhnya Kami akan menanyai pula rasul-rasul Kami) tentang
penyampaian mereka.

Tafsir Lengkap Kemenag


Ayat ini menerangkan bahwa di akhirat nanti, semua umat yang telah diutus seorang
rasul kepada mereka akan ditanya, sebagaimana firman Allah:
Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang
telah mereka kerjakan dahulu. (al-hijr/15: 92-93)
Lebih dahulu ditanyakan tentang rasul-rasul yang telah diutus kepada mereka,
kemudian disusul dengan pertanyaan sampai di mana mereka telah merespon dan
melaksanakan seruan para rasul itu. Firman Allah:
Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari
kalanganmu sendiri, mereka menyampaikan ayat-ayat-Ku kepadamu dan
memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari ini? Mereka menjawab, "(Ya), kami
menjadi saksi atas diri kami sendiri." Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia dan
mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-
orang kafir. (al-An'am/6: 130)

Firman-Nya:
(Ingatlah), pada hari ketika Allah mengumpulkan para rasul, lalu Dia bertanya
(kepada mereka), "Apa jawaban (kaummu) terhadap (seruan)mu?" (al-Ma'idah/5:
109)
Pertanyaan itu diajukan kepada orang-orang yang durhaka, dan pembuat maksiat
bukan karena Allah tidak tahu atau belum tahu keadaannya, tetapi semua itu
dilakukan semata-mata untuk mendapatkan pengakuan mereka atas adanya rasul yang
telah diutus kepada mereka dan untuk menampakkan cela dan aib mereka, sehingga
tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak disiksa atau dimasukkan ke dalam neraka.
Imam ar-Razi berkata, sebenarnya mereka ditanya bukanlah mengenai amal yang
telah diperbuatnya di dunia, karena semua itu telah diketahui melalui catatan malaikat
yang ditugaskan untuk itu, sehingga tidak ada suatu perbuatan manusia dari yang
sebesar-besarnya sampai yang sekecil-kecilnya yang luput dari catatannya, tetapi
yang ditanyakan ialah sebab yang mengakibatkan mereka meninggalkan perintah
Allah. Ayat ini tidak bertentangan dengan ayat-ayat yang menerangkan bahwa tidak
akan ditanyakan dosa manusia dan jin dan dosa orang-orang yang berbuat maksiat,
seperti dalam firman Allah: Maka pada hari itu manusia dan jin tidak ditanya tentang
dosanya. (ar-Rahman/55: 39) dan firman-Nya: Dan orang-orang yang berdosa itu
tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka. (al-Qashash/28: 78) Dalam ayat ini
Allah menerangkan bahwa bukan saja umat yang telah diutus Rasul kepada mereka
yang ditanya sampai di mana mereka melaksanakan seruan rasul itu, tetapi juga rasul-
rasul yang telah diutus kepada suatu umat akan ditanya sampai di mana seruan
mereka disambut baik dan dilaksanakan oleh umatnya sebagaimana firman Allah:
Ingatlah), pada hari ketika Allah mengumpulkan para rasul, lalu Dia bertanya (kepada
mereka), "Apa jawaban (kaummu) terhadap (seruan)mu?" (al-Ma'idah/5: 109)
Pertanyaan yang ditujukan kepada rasul di akhirat nanti, adalah pertanyaan yang
jawabannya merupakan pengakuan dan kesaksian atas seruan yang telah disampaikan
kepada umatnya, dan pembangkangan umat atas isi seruan ini.

Tafsir al-Jalalain
Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi

(Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul
: ‫ض ٰهذَا ْاْلَدْ ٰنى َويَقُ ْولُ ْو َن َسيُغْف َُر لَنَاۚ َوا ِْن يَّأْتِ ِه ْم عَ َرضٌ ِمثْلُ ٗه‬ َ ‫ب يَأْ ُخذُ ْو َن عَ َر‬ َ ‫ف َّو ِرثُوا الْ ِك ٰت‬ ٌ ْ‫ف م ْۢ ِْن بَعْ ِدهِ ْم خَ ل‬ َ َ‫فَخَ ل‬
‫اْل خِ َر ةُ خَ ي ٌْر لِلَّ ِذيْ َن َيتَّقُ ْو ُۗ َن‬
ٰ ْ ‫َّار‬
ُ ‫ق َود ََر س ُْوا َما فِيْ ُۗهِ َوالد‬ َّ ‫ّٰللا ا َِّْل الْ َح‬
ِ ‫علَى ه‬ ِ ‫ق الْ ِك ٰت‬
َ ‫ب اَ ْن َّْل َيقُ ْولُ ْوا‬ َ ْ‫َيأْ ُخذُ ْو ُۗ ُه اَلَ ْم يُؤْ خَ ذ‬
ُ ‫علَيْ ِه ْم ِميْثَا‬
‫اَف َََل تَعْقِلُ ْو َن‬

Terjemahan
Maka setelah mereka, datanglah generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang
mengambil harta benda dunia yang rendah ini. Lalu mereka berkata, “Kami akan
diberi ampun.” Dan kelak jika harta benda dunia datang kepada mereka sebanyak itu
(pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah mereka sudah terikat
perjanjian dalam Kitab (Taurat) bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap
Allah, kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di
dalamnya? Negeri akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka tidakkah
kamu mengerti?

Tafsir Ringkas Kemenag RI


Apakah setelah dicerai-beraikan dan diuji dengan kebaikan dan keburukan mereka
kembali kepada kebenaran? Ayat ini menjelaskan keadaan mereka setelah itu, dengan
menyatakan, maka setelah mereka, yaitu dua golongan yang telah Kami kelompokkan
tadi, datanglah generasi lain yang lebih buruk yang mewarisi Taurat dari leluhur
mereka, tetapi mereka tidak mengamalkannya, yang mengambil harta benda dunia
yang rendah ini. Kesenangan dunia lebih mereka utamakan daripada kebenaran. Lalu
mereka berkata, “Kami pasti akan diberi ampun, karena Allah Maha pengampun.”
Dan kelak jika harta benda dunia datang kepada mereka sebanyak itu pula, niscaya
mereka akan terus-menerus mengambilnya juga. Seakan-akan mereka mengharapkan
ampunan, padahal jika mereka diberikan lagi kesenangan dunia seperti sebelumnya,
mereka tidak ragu untuk mengambilnya. Begitulah, mereka adalah sekelompok orang
yang di samping memohon ampunan, tetapi dalam waktu yang sama selalu saja
melakukan dosa. Bukankah mereka sudah terikat perjanjian dalam Kitab Taurat
bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah, kecuali yang benar, padahal
mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Mereka telah mempelajari
isinya, dan seharusnya mereka mengatakan kebenaran. Tetapi mereka justru
mengatakan kebatilan! Sesungguhnya kenikmatan di negeri akhirat yang
diperuntukkan bagi mereka yang bertakwa, itu lebih baik daripada segala kesenangan
dunia. Maka tidakkah kamu mengerti sehingga tetap memungkiri hal ini? Jika
demikian halnya, berarti kalian tidak bisa membedakan bahwa kenikmatan akhirat itu
sungguh lebih baik daripada kesenangan dunia yang kalian lebih utamakan!”

ٍ ‫ي َجعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ لتَسْكُنُ ْو ا فيْه َو النَّهَا َر ُمبْص ًر ا ۗا َّن ف ْي ٰذلكَ َ َٰل ٰي‬
‫ت لِّقَ ْو ٍم يَّسْ َمعُ ْو َن‬ ْ ‫ه َُو الَّ ذ‬
Terjemahan
Dialah yang menjadikan malam bagimu agar kamu beristirahat padanya dan
menjadikan siang terang benderang. Sungguh, yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.

Tafsir Ringkas Kemenag RI


Usai menjelaskan kepemilikan Allah atas apa saja yang di langit dan bumi, Dia lalu
menjelaskan pengaturan sistem yang berjalan di langit dan bumi. Dialah yang
menjadikan malam gelap bagimu agar kamu beristirahat padanya untuk melepaskan
lelah, dan menjadikan siang terang benderang agar kamu leluasa untuk mencari
karunia Allah. Sungguh, pada pergantian malam dan siang yang demikian itu terdapat
tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mendengar dengan saksama dan
mengambil pelajaran dari apa yang didengar.

‫ع َر ِبيًّا لَ َع َّل ُك ْم تَ ْعقِلُو َن‬


َ ‫ِإنَّا أَنْزَ لْنَا ُه قُرْ آنًا‬
:Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar
kamu memahaminya.

Tafsir jalalalyin
(Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Alquran dengan berbahasa Arab)
dengan memakai bahasa Arab (agar kalian) hai penduduk Mekah (memahaminya)
memahami makna-maknanya.

Tafsir quraisy sihab


Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu, Muhammad, sebuah firman berbahasa
Arab yang dapat dibaca dan dihafal oleh bangsa Arab, agar mereka dapat
memahaminya dan menyampaikannya kepada orang lain.

Surat At-Tariq Ayat 5


َ ِ‫فَلْيَنظُ ِر ٱ ْ ِْلن ٰ َس ُن ِممَّ ُخل‬
‫ق‬

Arab-Latin: Falyanẓuril-insānu mimma khuliq

Artinya: Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia di ciptakan?

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah
5. Maka hendaknya, manusia itu memperhatikan dan mengambil pelajaran terhadap
apa yang telah Allah ciptakan. Diriwayatkan dari Ibnu Abu Hatim dari ‘Akrimah
tentang ayat ini. Berkata: Aku sedang berkunjung ke Abu Al asyad bin Kaladatil
Jumha. Saat itu dia berdiri di atas kulit. Dia berkata: Wahai kaum Quraisy, berang
siapa menghilangkanku maka baginya adalah begini dan begitu. Dia juga berkata:
Bahwa sesungguhnya Muhammad itu mengira kalau isi neraka Jahannam ada 19
(siksaan). Maka yang 10 akan aku ambil semua, kalian cukup yang 9 sisanya saja.”

Surat Al-Baqarah Ayat 258


ۖ ُ‫ىۦ َوأُمِيت‬ِ ْ‫ىۦ َويُمِيتُ قَا َل أَنَا۠ أُ ح‬ ِ ْ‫ى ٱ َّلذِى يُح‬
َ ‫ج ِإب ٰ َْر هِۦ َم فِى َر ِبهِٓۦ أَ ْن َءاتَ ٰىهُ ٱَّللَّ ُ ٱلْ ُملْكَ ِإذْ قَا َل ِإب ٰ َْر هِۦ ُم َر ِب‬
َّ ٓ‫أَلَ ْم ت ََر ِإلَى ٱلَّذِى َحا‬
ٰ ِ ْ‫ق فَأ‬
‫ب فَبُ ِهتَ ٱلَّذِى كَف ََر ُۗ َوٱَّللَّ ُ َْل َي ْهدِى ٱلْقَ ْو َم ٱلظَّلِمِي َن‬ ِ ‫ت ِب َها ِم َن ٱلْ َمغْ ِر‬ ِ ‫قَا َل ِإب ٰ َْر هِۦ ُم فَ ِإ َّن ٱَّللَّ َ َيأْتِى ِبٱل َّش ْم ِس ِم َن ٱلْ َم ْش ِر‬

Arab-Latin: A lam tara ilallażī ḥājja ibrāhīma fī rabbihī an ātāhullāhul-mulk, iż qāla


ibrāhīmu rabbiyallażī yuḥyī wa yumītu qāla ana uḥyī wa umīt, qāla ibrāhīmu fa
innallāha ya`tī bisy-syamsi minal-masyriqi fa`ti bihā minal-magribi fa buhitallażī
kafar, wallāhu lā yahdil-qaumaẓ-ẓālimīn
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang
Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan
(kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan
mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim
berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah
dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Apakah kamu (wahai Rasul), pernah melihat sesuatu yang lebih aneh dari keadaan
seorang lelaki yang mendebat Ibrahim alaihi salam tentang keesaan Allah dan
RububiyahNya, lantaran Allah memberikan orang itu kerajaan, lalu dia pun bersikap
pongah dan bertanya kepada Ibrahim, “siapakah tuhanmu?” maka Ibrahim menjawab,
“tuhanku adalah Dzat yang menghidupkan seluruh makhluk sehingga semuanya
menjadi hidup dan mengambil kehidupan dari mereka sehingga mereka mati. Dia- lah
satu-satunya dzat Yang berkuasa menghidupkan dan mematikan.” Lelaki itu berkata,
“Aku (juga) berkuasa menghidupkan dan mematikan”. Maksudnya, aku bisa
membunuh siapa saja yang aku kehendaki kematiannya, dan aku mempertahankan
hidup seseorang yang aku kehendaki dia terus hidup. Maka Ibrahim berkata
kepadanya, “sesungguhnya Allah Yang aku sembah menerbitkan matahari dari arah
timur, apakah kamu sanggup mengubah ketetapan ilahi ini dan menjadikannya terbit
dari arah barat?” Maka bingunglah lelaki kafir ini dan habislah argumentasinya.
Sifatnya layaknya sifat orang-orang yang dzhalim, Allah tidak memberikan petunjuk
kepada mereka menuju yang haq dan yang benar.
Surat Al-An’am Ayat 73

َ ٰ ۚ ‫ور‬
‫علِ ُم‬ ُ ‫ق ۖ َو َي ْو َم َيقُو ُل كُن فَ َيكُو ُن ۚ قَ ْولُهُ ٱلْ َحق ۚ َولَهُ ٱلْ ُم ْل‬
ِ ‫ك َي ْو َم يُنفَ ُخ فِى ٱلص‬ ِ ‫ض ِبٱلْ َح‬َ ْ‫لر‬ َ ْ ‫ت َوٱ‬ َ َ‫َوه َُو ٱلَّذِى خَ ل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ُ ‫ب َوٱل َّش ٰ َهدَ ِة ۚ َوه َُو ٱلْ َحكِي ُم ٱلْ خَ ِب‬
‫ير‬ ِ ْ‫ٱلْغَي‬
Arab-Latin: Wa huwallażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa bil-ḥaqq, wa yauma yaqụlu
kun fa yakụn, qauluhul-ḥaqq, wa lahul-mulku yauma yunfakhu fiṣ-ṣụr, 'ālimul-gaibi
wasy-syahādati wa huwal-ḥakīmul-khabīr

Artinya: Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah
perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-
Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib
dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Dan Allah , Dialah Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang haq.
Dan ingatlah (wahai rasul) pada hari kaiamt ketika Dia akan berfirman , ”jadilah”,
maka jadilah apa yang diperintahNya secepat kedipan mata atau bahkan lebih cepat.
FirmanNya merupakan kebenaran yang sempurna. Dan milikNya semata kekuasaan
pada hari ketika malaikat meniup sangkala pada tiupannya yang kedua yang menjadi
saat kembalinya ruh-ruh ke jasad-jasadnya. Dan Dia lah dzat yang Maha Mengetahui
perkara yang tersembunyi dari pancaindra kalian (wahai manusia) dana pa yang
kalian saksiakan, dan Dia Maha bijaksana, yang menempatkan segala perkara pada
tempatnya (yang tepat), lagi maha Mengetahui seluruh urusan makhlukNya. Dan
Allah Dia lah yang secara khusus menguasai urusan-urusan ini dan perkara-perkara
lainnya, dari permulaan hingga kejadian akhirnya, tentang perkembangan hingga
tempat kembalinya. Dan Dia lah yang tuhan yang wajib bagi para hamba untuk
menaati syari’atNya, diterima ketetapan hukumNya dengan tulus dan diharap-
harapkan keridhaan dan ampunanNya.

Qs Ibrahim 35-41
ْ َ‫ي أَ ْن نَّعْبُدَ ْال‬
٣٥ َ‫صنَام‬ ْ ِ‫َوإِذْ قَا َل إِب ْٰرهِيْمُ َربِ اجْ عَ ْل ٰهذَا الْبَلَدَ ٰا ِمنًا َّواجْ نُبْن‬
َّ ِ‫ي َوبَن‬
Ayat 35. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, "Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekkah),
negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.

٣٦ ‫ي فَ ِإنَّكَ غَفُ ْو ٌر َّر حِ يْ ٌم‬


ْ ِ‫صان‬ َ ‫ي َو َم ْن‬
َ ‫ع‬ ْ ۚ ِ‫ي فَ ِإنَّ ٗه مِن‬ ۚ ِ َّ‫ضلَلْ َن كَثِي ًْرا ِم َن الن‬
ْ ِ‫اس فَ َم ْن تَ ِب َعن‬ ْ َ‫ب ِإنَّ ُه َّن أ‬
ِ ‫َر‬
Ayat 36. Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barang siapa
mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka
Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang.

‫ي ِإلَيْ ِه ْم َوارْ ُزقْ ُه ْم‬ ِ َّ‫ع ِعنْدَ بَيْتِكَ الْ ُم َح َّر ِِۙم َربَّنَا لِيُقِيْ ُموا ال صَّ ٰلو ةَ فَاجْ َع ْل أَفْئِدَ ةً ِم َن الن‬
ْ ‫اس تَ ْه ِو‬ ٍ ْ‫ي زَ ر‬ ْ ِ‫ي َأ ْسكَ ْنتُ م ِْن ذُ ِريَّت‬
ْ ‫ي ِب َوا ٍد غَي ِْر ِذ‬ ْ ِ‫َربَّنَا ِإن‬
٣٧ ‫ت لَ َعلَّهُ ْم يَ ْشكُ ُر ْو َن‬ِ ‫ِم َن الثَّ َم ٰر‬
Ayat 37. Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan
(yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur.

ِ ْ‫ي ٍء فِى ْالَر‬


٣٨ ‫ض َو َْل فِى ال َّس َما ِء‬ ِ ‫ي َو َما نُعْلِ ُۗ ُن َو َما يَ ْخ ٰفى عَ َلى ه‬
ْ ‫ّٰللا م ِْن َش‬ ْ ِ‫َر بَّنَا إِنَّكَ تَعْ َلمُ َما ن ُْخف‬
Ayat 38. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan
apa yang kami tampakkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang
ada di bumi maupun yang ada di langit.

٣٩ ‫ي لَ َس ِميْ ُع الدعَا ِء‬ َ ُۗ ‫ي عَلَى الْ ِكبَ ِر إِ سْمٰ ِعيْ َل َوإِ س ْٰح‬
ْ ِ‫ق إِ َّن َرب‬ ْ ِ‫َب ل‬ ْ ‫َّلل الَّ ِذ‬
َ ‫ي َوه‬ ِ ‫اَلْ َح ْمدُ ِ ه‬
Ayat 39. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail
dan Ishak. Sungguh, Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.

ْ ۖ ِ‫ي ُمقِيْمَ ال صَّ ٰلو ةِ َوم ِْن ذُ ِريَّت‬


٤٠ ‫ي َربَّنَا َوتَقَبَّ ْل دُعَا ِء‬ ْ ِ‫َربِ اجْ عَلْن‬
Ayat 40. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, ya
Tuhan kami, perkenankanlah doaku.

٤١ؑ ُ‫ي َولِلْ ُمؤْ ِمنِيْ َن يَ ْومَ يَقُ ْومُ الْ حِ َساب‬ ْ ِ‫َربَّنَا اغْفِرْ ل‬
َّ َ‫ي َول َِوالِد‬
Ayat 41. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman
pada hari diadakan pehitungan (hari Kiamat).

Tafsir kemenag
Gambaran Umum Surah Ibrahim Menurut Al-Qur’an dan Terjemahnya oleh Departemen
Agama RI, surah Ibrahim terdiri atas 52 ayat, termasuk golongan surah-surah Makkiyah karena
diturunkan di Mekkah sebelum Hijrah. Dinamakan surah “IBRAHIM”, karena surah ini
mengandung do’a Nabi Ibrahim As.
Yaitu pada ayat 35 sampai dengan 41. Do’a ini isinya antara lain: permohonan agar
keturunannya mendirikan shalat, dijauhkan dari menyembah berhala-berhala dan agar Mekkah dan
daerah sekitarnya menjadi daerah yang aman dan makmur. Do’a Nabi Ibrahim As. ini telah
diperkenankan oleh Allah Swt. sebagaimana telah terbukti keamanannya sejak dahulu sampai
sekarang. Do’a tersebut dipanjatkan beliau ke hadirat Allah swt sesudah selesai membina Ka’bah
bersama puteranya Isma’il As di daerah tanah Mekkah yang tandus.
Pokok-pokok isinya:
a. Keimanan Al-Qur’an adalah pembimbing manusia ke jalan Allah; segala sesuatu dalam
alam ini kepunyaan Allah; keingkaran manusia terhadap Allah tidaklah mengurangi
kesempurnaannya; Allah maha kuasa mematikan manusia dan membangkitkannya kembali
dalam bentuk baru; ilmu Allah meliputi yang lahir dan yang batin.
b. Hukum-hukum Perintah mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian harta, baik secara
rahasia maupun secara terang-terangan.
c. Kisah-kisah Kisah Nabi Musa As. dengan kaumnya, serta kisah para rasul zaman dahulu.
Dan lain-lain Sebabnya rasul-rasul diutus dengan bahasa kaumnya sendiri; perumpamaan tentang
perbuatan dan perkataan yang hak dengan yang bathil; kejadian langit dan bumi mengandung
hikmah-hikmah; macammacam nikmat Allah kepada manusia dan janji Allah kepada hamba-
hamba yang mensyukuri-Nya.
Munasabah surah Ibrahim ayat 35-41 dengan ayat sebelumnya menurut lembaga
penafsiran Al-Qur’an oleh Departemen Agama, pada ayat yang lalu Allah Swt telah menerangkan
nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan kepada manusia. Pada ayat-ayat ini, dijelaskan tentang
do’a Nabi Ibrahim bagi keturunannya agar terhindar dari penyembahan berhala dan selalu
melaksanakan salat. Juga diterangkan ungkapan syukur dengan anugerah berupa dua orang putra,
yaitu Isma’il dan Ishaq.
Tafsir al-maraghi
Menurut Ahmad Mustafa Al-Maragi, dalam ayat-ayat terdahulu Allah telah menegakkan
beberapa dalil bahwa tidak ada sembahan selain Dia, dan otomatis tidak boleh disembah kecuali
Dia. Kemudian menyuruh Rasul-Nya untuk merasa heran terhadap kaumnya, karena mereka telah
menukar nikmat Allah dengan kekufuran, serta menyembah patung dan berhala. Sedangkan dalam
ayat-ayat ini Allah menerangkan bahwa seluruh nabi diperintahkan untuk meninggalkan
penyembahan terhadap berhala.
Diterangkan, bahwa Ibrahim as bapak para nabi, mencela kaumnya karena menyembah
berhala. Ibrahim memohon kepada Allah untuk menjauhkan dia dan anak cucunya dari
penyembahan terhadap berhala, karena ia telah menyesatkan kebanyakan manusia. Dia bersyukur
kepada Allah atas nikmat yang dilimpahkan padanya berupa dua orang anak, yaitu Isma’il dan
Ishaq, padahal dia telah lanjut usia. Ibrahim menutup do’anya dengan memohon ampunan bagi
dirinya, bagi kedua orang tuanya, dan bagi seluruh orang mu’min pada hari penghisaban semua
amal.
Tafsir al-misbah
Kemudian Quraish Shihab pun mengemukakan tentang munasabah ayat ini dengan ayat
sebelumnya dengan mengutip pendapat Sayyid Quthub. Ayat-ayat yang lalu mengecam
kekufuran dan menganjurkan kesyukuran. Tokoh yang tampil secara utuh dan sempurna dalam
hal kesyukuran adalah Nabi Ibrahim As. Beliau adalah Bapak para nabi yang kepribadiannya
menandai uraian surah ini, sebagaimana surah ini dinaungi pula oleh uraian tentang nikmat ilahi
dan sikap manusia atas nikmat-nikmat itu syukur atau kufur.
Qs.Hud 69-86

﴾٦٩ ﴿ ‫َولَقَدْ َجاءَتْ ُر ُسلُنَا إِب َْراهِيمَ بِالْبُ ْش َر ٰى قَالُوا َس ََل ًما ۖ قَا َل َس ََلمٌ ۖ فَ َما لَ ِبثَ أَ ْن َجاءَ بِعِجْ ٍل َحنِي ٍذ‬
Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan
membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Selamat". Ibrahim menjawab: "Selamatlah,"
maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.”

ٍ ‫َخَف ِإنَّا أُرْ سِ لْنَا ِإلَ ٰى قَ ْو ِم ُلو‬


﴾٧٠ ﴿ ‫ط‬ ْ ‫س ِمنْ ُه ْم خِ يفَةً ۚ قَالُوا َْل ت‬
َ ‫َص ُل ِإلَيْ ِه نَك َِرهُ ْم َوأَ ْو َج‬
ِ ‫فَلَ َّما َرأَ ٰى أَيْ ِد َي ُه ْم َْل ت‬
Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan
mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan kamu takut,
sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth"

َ ُ‫ق َي ْعق‬
﴾٧١ ﴿ ‫وب‬ َ ‫ق َوم ِْن َو َرا ِء ِإ س َْحا‬ َ َ‫َوا ْم َرأَتُهُ قَائِ َمةٌ ف‬
َ ‫ض حِ كَتْ فَ َب َّشرْ نَاهَا ِب ِإ س َْحا‬
Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita
gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya´qub

ْ ‫جُوز َو ٰهَذَا بَعْلِي َشي ًْخا ۖ ِإ َّن ٰهَذَا لَ َش‬


﴾٧٢ ﴿ ٌ‫يءٌ عَ ِجيب‬ ٌ َ‫قَالَتْ يَا َويْلَت َٰى أَأَلِدُ َوأَنَا ع‬
Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku
adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh"

ِ ْ‫قَالُوا أَتَعْ َج ِبي َن م ِْن أَ ْم ِر ّٰللاَّ ِ ۖ َر حْ َمتُ ّٰللاَّ ِ َوبَ َركَاتُهُ عَلَيْكُ ْم أَهْ َل الْبَي‬
﴾٧٣ ﴿ ‫ت ۚ ِإنَّهُ َحمِيدٌ َم ِجي ٌد‬
Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah)
rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait!
Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah"
ٍ ‫الر ْوعُ َو َجاءَتْهُ الْبُ ْش َر ٰى ي َُجا ِدلُنَا فِي قَ ْو ِم لُو‬
﴾٧٤ ﴿ ‫ط‬ َ ‫فَلَ َّما ذَه‬
َّ َ‫َب عَ ْن إِب َْراهِيم‬
Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, diapun
bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth.

﴾٧٥ ﴿ ٌ‫إِ َّن إِب َْراهِيمَ لَ َحلِيمٌ أَ َّوا هٌ ُمنِيب‬


Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali
kepada Allah

﴾٧٦ ﴿ ‫يَا إِب َْراهِيمُ أَع ِْرضْ عَ ْن ٰهَذَا ۖ إِنَّهُ قَدْ َجاءَ أَ ْم ُر َربِكَ ۖ َوإِنَّهُ ْم آتِي ِه ْم عَذَابٌ غَي ُْر َمرْ دُو ٍد‬
Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan
sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak

ِ َ‫ق بِ ِه ْم ذَرْ عًا َوقَا َل ٰهَذَا يَ ْومٌ ع‬


﴾٧٧ ﴿ ٌ‫صيب‬ َ ‫َولَ َّما َجاءَتْ ُر ُسلُنَا لُوطًا سِيءَ بِ ِه ْم َو ضَا‬
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah dan
merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia berkata: "Ini adalah hari yang amat
sulit"
‫ت ۚ قَا َل يَا قَ ْو ِم ٰهَؤ َُْل ِء بَنَاتِي هُ َّن أَطْ َه ُر لَكُ ْم ۖ فَاتَّقُوا ّٰللاَّ َ َو َْل تُ ْخ ُزو ِن فِي‬
ِ ‫َو َجا َء هُ َق ْو ُمهُ يُ ْه َرعُو َن ِإلَيْهِ َوم ِْن قَبْ ُل كَانُوا يَعْ َملُو َن ال س َِّيئَا‬
﴾٧٨ ﴿ ٌ‫ْس ِمنْكُ ْم َر جُ ٌل َر شِيد‬ َ ‫ضيْفِي ۖ أَلَي‬ َ
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu
melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: "Hai kaumku, inilah puteri-puteriku,
mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan
(nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?"
﴾٧٩ ﴿ ُ‫ق َو ِإنَّكَ لَتَعْلَ ُم َما ن ُِريد‬
ٍ ‫قَالُوا لَقَدْ عَلِ ْمتَ َما لَنَا فِي بَنَاتِكَ م ِْن َح‬
Mereka menjawab: "Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan
terhadap puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami
kehendaki".
﴾٨٠ ﴿ ‫قَا َل لَ ْو أَ َّن لِي بِكُ ْم قُ َّو ةً أَ ْو آ ِوي إِ َل ٰى ُركْ ٍن َشدِي ٍد‬
Luth berkata: "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku
dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)"
ۚ ‫صيبُهَا َما أَ صَابَهُ ْم‬
ِ ‫صلُوا إِلَيْكَ ۖ فَأ َس ِْر بِأَهْلِكَ بِقِطْ ٍع ِم َن اللَّيْ ِل َو َْل يَلْتَفِتْ ِمنْكُ ْم أَ َحدٌ إِ َّْل ا ْم َرأَتَكَ ۖ إِنَّهُ ُم‬
ِ َ‫قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا ُر ُس ُل َربِكَ لَ ْن ي‬
﴾٨١ ﴿ ٍ‫ْس الصبْ ُح بِقَ ِريب‬ َ ‫إِ َّن َم ْو ِعدَهُمُ الصبْ ُح ۚ أَلَي‬
Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu,
sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa
keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara
kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa
mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah
subuh itu sudah dekat?".

َ ‫فَلَ َّما َجاءَ أَ ْم ُرنَا َجعَلْنَا عَالِيَهَا َسافِلَهَا َوأَ ْمطَرْ نَا عَلَيْهَا حِ َج‬
﴾٨٢ ﴿ ‫ار ةً م ِْن سِ ِجي ٍل َمنْ ضُو ٍد‬
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah
(Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-
tubi

﴾٨٣ ﴿ ‫ُم َس َّو َمةً ِعنْدَ َربِكَ ۖ َو َما ه َِي ِم َن الظَّالِمِي َن بِبَعِي ٍد‬

Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.
ُ ُ‫َو ِإلَ ٰى َمدْ َي َن أَ خَاهُ ْم ُش َعيْبً ا ۚ قَا َل َيا قَ ْو ِم اعْبُدُوا ّٰللاَّ َ َما لَكُ ْم م ِْن ِإ ٰلَهٍ غَي ُْر ُه ۖ َو َْل تَنْق‬
ُ َ‫صوا الْ ِمكْ َيا َل َوالْمِيزَ ا َن ۚ ِإنِي أَ َراكُ ْم ِب خَ ي ٍْر َو ِإنِي أ‬
‫خَاف‬
﴾٨٤ ﴿ ‫ط‬ ٍ ‫اب يَ ْو ٍم ُم حِ ي‬ َ َ‫عَلَيْكُ ْم عَذ‬
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu´aib. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu
kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik
(mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan
(kiamat)".
﴾٨٥ ﴿ ‫ض ُمفْ سِ دِي َن‬ َ ْ ‫اس أَ ْشيَا َءهُ ْم َو َْل تَعْثَ ْوا فِي‬
ِ ْ‫الر‬ ِ ‫َويَا قَ ْو ِم أَ ْوفُوا الْ ِمكْيَا َل َوالْمِيزَ ا َن ِبالْقِ ْس‬
َ َّ‫ط ۖ َو َْل تَبْخَ سُوا الن‬
Dan Syu´aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan
janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
ٍ ‫بَقِيَّتُ ّٰللاَّ ِ خَ ي ٌْر لَكُ ْم ِإ ْن كُنْتُ ْم ُمؤْ ِمنِي َن ۚ َو َما أَنَا عَلَيْ ُك ْم ِب َحفِي‬
﴾٨٦ ﴿ ‫ظ‬
Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman.
Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu"

Tafsir Kemenag

Tafsir Kementerian Agama menerangkan ayat ini menjelaskan beberapa malaikat datang
mengunjungi Nabi Ibrahim di rumahnya untuk menyampaikan berita gembira kepadanya.
Diriwayatkan dari Atha bahwa malaikat-malaikat itu terdiri dari Jibril, Mikail, dan Israfil. Ada pula
riwayat yang mengatakan mereka terdiri dari Jibril bersama tujuh malaikat lainnya.

Mereka disambut oleh Nabi Ibrahim dengan sambutan yang baik sekali, karena dia yakin bahwa
tamunya yang penuh sopan-santun dan mengucapkan salam sebelum memasuki rumahnya adalah
tamu-tamu terhormat dari kalangan orang-orang yang baik. Sudah menjadi kebiasaan bagi orang-
orang Arab Badui bila kedatangan tamu, mereka harus disuguhi hidangan yang istimewa, sesuai
dengan kesanggupan tuan rumah.

Nabi Ibrahim pun menghidangkan untuk tamu-tamunya makanan yang lezat, yaitu seekor domba
yang dibakar di atas batu yang dipanaskan dan mempersilakan mereka menikmati makanan yang
istimewa itu. Tetapi tamu-tamu itu tidak mau menyentuh makanan itu, karena mereka adalah
malaikat yang menyamar seperti manusia, sedang malaikat tidak membutuhkan makanan dan
minuman.

Ayat ini mengandung arti, karena para tamu tidak mau menyentuh makanan lezat yang dihidangkan
itu, maka Nabi Ibrahim merasa curiga atas niat baik mereka. Di kalangan orang Arab, bila tamu
tidak makan makanan yang dihidangkan itu adalah suatu tanda tamunya bermaksud jahat
terhadapnya.

Berbagai macam perasaan seperti curiga, takut, dan lain sebagainya timbul dari hati Nabi Ibrahim
dan istrinya melihat sikap tamu-tamunya itu. Hal ini jelas tampak pada air mukanya yang tadinya
berseri-seri, lantas berubah menjadi pucat pasi.
Akhirnya para malaikat itu menjelaskan mereka adalah malaikat yang diutus Allah kepada kaum
Luth. Para malaikat akan membinasakan mereka karena mereka adalah kaum yang terkutuk yang
tidak mengindahkan peringatan Allah.

Di sisi lain, ada kekhawatiran Ibrahim atas kedatangan tamu tersebut. Menyaksikan sikap Nabi
Ibrahim yang demikian itu mereka para malaikat itu pun berkata, "Jangan takut, sesungguhnya
kami diutus oleh Allah kepada kaum Lut untuk membinasakan mereka."

Ayat ini memberi pelajaran tentang etika bertamu, hendaknya memberi rasa tenteram dan tenang
ketika bertamu, terutama ketika seseorang menaruh curiga dan takut terhadap orang yang belum
dikenal, hendaknya tamu segera menjelaskan identitas dirinya. Dan dari kabar gembira itu salah
satunya di sampaikan kepadanya kabar gembira tentang kelahiran seorang putra yang memiliki
pengetahuan luas yang kelak akan diberi nama Ishak dan setelah Ishak kemudian akan lahir dari
keturunannya seorang putra bernama Yakub.

Azab yang ditimpakan kepada kaum Nabi Lut yang diberi tanda oleh Tuhanmu mengandung
pesan, bahwa apa yang menimpa kaum Nabi Lut bisa jadi menimpa siapa saja. Dan siksaan itu
tiadalah jauh dari orang yang zalim kapan dan di mana saja berada pada setiap kurun waktu
sepanjang zaman. Apabila perbuatan keji merajalela di tengah-tengah masyarakat, dan perbuatan
itu mereka lakukan secara terang-terangan.

Ayat ini mengandung hukum antara lain:


a. Wajib menyempurnakan timbangan dan takaran sebagaimana mestinya.
b. Haram mengambil hak orang lain, dengan cara dan jalan apa saja, baik hak itu milik
perseorangan atau milik orang banyak seperti harta pemerintah dan perusahaan.
c. Haram berbuat sesuatu yang bersifat merusak atau mengganggu keamanan dan ketenteraman
di muka bumi, seperti mencopet, mencuri, merampok, korupsi, menteror, dan lain-lainnya.

Tafsir Ibnu Katsir

Menurut suatu pendapat, para malaikat itu datang menyampaikan berita gembira kepada Ibrahim
akan kelahiran Ishaq. Menurut pendapat lain, berita gembira tersebut ialah kebinasaan kaum Lut.
Pendapat yang pertama diperkuat oleh firman-Nya yang mengatakan:

Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun
bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Lut. (Huud:74)

Ayat ini mengandung etika penghormatan kepada tamu dipandang dari berbagai seginya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah
menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Nuh ibnu Qais, dari
Usman ibnu Muhaisin sehubungan dengan kisah tamu-tamu Nabi Ibrahim, bahwa mereka terdiri
atas empat malaikat, yaitu Jibril, Mikail, Israfil dan Rafa'il. Nuh ibnu Qais mengatakan bahwa
Nuh ibnu Abu Syaddad menduga bahwa ketika mereka masuk ke dalam rumah Nabi Ibrahim,
dan Nabi Ibrahim menyuguhkan kepada mereka anak sapi yang dipanggang, maka Jibril
mengusapnya dengan sayapnya. Lalu anak sapi itu hidup kembali dan bangkit menyusul
induknya yang saat itu induk sapi berada tidak jauh dari rumah Nabi Ibrahim.

Berdasarkan ayat inilah orang yang berpendapat bahwa anak yang disembelih itu sesungguhnya
adalah Nabi Ismail. Mustahil bila yang dimaksudkan adalah Ishaq, mengingat kelahirannya
adalah berdasarkan berita gembira yang antara lain menyebutkan bahwa kelak Ishaq akan
mempunyai anak pula, yaitu Ya'qub. Maka mana mungkin Nabi Ibrahim diperintahkan untuk
menyembelihnya, sedangkan ia masih bayi dan berita yang menjanjikan akan kelahiran
anaknya—yaitu Ya'qub— masih belum terpenuhi. Janji Allah adalah benar dan tidak akan
diingkari. Dengan demikian, mustahillah bila Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih
Ishaq dalam keadaan seperti itu (yakni masih kecil dan belum mempunyai anak). Maka dapat
dipastikan bahwa yang dimaksud dengan putra yang disembelih adalah Ismail.

Nabi Lut memberikan petunjuk mereka kepada hal yang lebih bermanfaat bagi mereka dalam
kehidupan di dunia dan akhirat.

Mujahid mengatakan bahwa mereka bukan putri-putrinya, melainkan kaum wanita dari kalangan
umatnya, karena sesungguhnya setiap nabi adalah bapak umatnya. Hal yang sama telah
diriwayatkan dari Qatadah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Ibnu Juraij mengatakan bahwa Lut menganjurkan mereka agar mengawini kaum wanitanya
bukan sebagai tawaran secara sifah (yakni untuk berbuat zina dengan mereka).

Said ibnu Jubair mengatakan, yang dimaksud dengan anak-anak perempuan dalam ayat ini ialah
kaum wanita dari kalangan umatnya, dan Nabi Lut selaku nabi mereka adalah sebagai ayahnya.

Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa kota-kota kaum Lut ada lima buah, yaitu:
Sodom yang merupakan kota terbesar, lalu Sa'bah, Su'ud, Gomorah, dan Dauha.

Artinya, azab dan pembalasan Allah itu tidaklah jauh dari orang-orang yang serupa dengan
mereka dalam kezalimannya. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan di dalam kitab-kitab
Sunan —dari Ibnu Abbas secara marfu— disebutkan:

Barang siapa yang kalian jumpai sedang mengerjakan perbuatan kaum Lut, maka bunuhlah
pelaku dan orang yang dikerjainya.

Imam Syafi’i —menurut suatu pendapat yang bersumber darinya— dan sejumlah ulama
mengatakan bahwa orang yang melakukan perbuatan kaum Lut harus dibunuh, baik dia telah
muhsan ataupun belum muhsan, karena berdasarkan hadis di atas.
Lain halnya dengan Imam Abu Hanifah, ia berpendapat bahwa si pelaku dijatuhkan dari tempat
yang tinggi (dari ketinggian), kemudian diiringi dengan lemparan batu, seperti yang dilakukan
oleh Allah Swt. terhadap kaum Lut.

Tafsir al-misbah

Ketika melihat tangan mereka tidak menyentuh jamuan itu sedikit pun, seperti tamu-tamu pada
umumnya, Ibrâhîm merasa bahwa mereka bukan tamu, tetapi malaikat. Ia menyembunyikan rasa
takut kalau-kalau kedatangan mereka itu karena sesuatu yang dianggap salah oleh Allah atau
untuk menyiksa kaumnya. Para malaikat itu berkata, setelah mengetahui rasa takut dalam diri
Ibrâhîm, "Sesungguhnya kami diutus untuk membinasakan kaum Lûth."

Melalui malaikat, Kami sampaikan kabar gembira bahwa ia, dari suaminya, akan melahirkan
seorang putra yang bernama Ishâq. Anak itu nantinya akan hidup. Setelah itu, dari Ishâq, dia
akan memperoleh seorang cucu yang bernama Ya'qûb.

Lûth berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, inilah putri-putriku, kawinilah mereka. Ini lebih
suci bagi kalian daripada berbuat keji dengan laki-laki. Bertakwalah kepada Allah. Peliharalah
diri kalian dari siksaan-Nya. Jangan kalian permalukan aku dengan mengganggu tamu-tamuku.
Tidak adakah di antara kalian seseorang yang berakal sehat yang dapat menyelamatkan kalian
dari jurang kesesatan dan mencegah kejahatan kalian?

Tatkala waktu terjadinya azab yang telah Kami tentukan datang, Kami jadikan negeri yang
ditinggali kaum Lûth terbalik, yang di atas menjadi ke bawah. Pada saat itu, Kami hujani mereka
dengan bebatuan yang berasal dari tanah terbakar.

Ayat ini dan ayat berikutnya menerangkan bahwa mengurangi takaran dan timbangan adalah
suatu tindakan kejahatan yang pelakunya harus ditindak secara hukum. Menurut Islam
hukumannya adalah ta'zîr (sanksi yang penentuannya ditetapkan oleh pihak penguasa). Dalam
hukum konvensional, tindakan tersebut dikenal dengan kejahatan pemalsuan timbangan atau
takaran yang juga ada sanksi hukumnya. Oleh al-Qur'ân hal tersebut dilarang sebagai upaya
melindungi harta. Negeri Madyan terletak antara utara Hijâz dan selatan Syâm. Di situ, terdapat
pepohonan rindang yang dinamakan Aykah. Allah telah mengirim siksa yang kejam lantaran
penduduk negeri itu mendurhakai-Nya.

Qs.al-anbiya’ 52-73
﴾٥٢ ﴿ ‫إِذْ قَا َل ِلَبِيهِ َوقَ ْو ِمهِ َما ٰهَ ِذ هِ التَّ َماثِي ُل الَّتِي أَنْتُ ْم لَهَا عَا ِكفُو َن‬
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini
yang kamu tekun beribadat kepadanya?"

﴾٥٣ ﴿ ‫قَالُوا َو َجدْنَا آبَاءَنَا لَهَا عَابِدِي َن‬


Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya"

﴾٥٤ ﴿ ‫قَا َل لَقَدْ كُنْتُ ْم أَنْتُ ْم َوآبَا ُؤكُ ْم فِي ضَ ََل ٍل ُمبِي ٍن‬

Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata".
َّ ‫ق أَ ْم َأ ْنتَ ِم َن‬
﴾٥٥ ﴿ ‫الَل ِع ِبي َن‬ ِ ‫قَالُوا أَ ِجئْتَنَا ِبالْ َح‬
Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu
termasuk orang-orang yang bermain-main?"

﴾٥٦ ﴿ ‫ض الَّذِي فَطَ َرهُ َّن َوأَنَا عَلَ ٰى ٰذَلِ ُك ْم ِم َن ال َّشاهِدِي َن‬ َ ْ ‫ت َو‬
ِ ْ‫الر‬ َ ‫قَا َل بَ ْل َربكُ ْم َرب ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
Ibrahim berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah
menciptakannya: dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang
demikian itu".

﴾٥٧ ﴿ ‫صنَا َمكُ ْم بَعْدَ أَ ْن تُ َولوا ُمدْ ِب ِري َن‬


ْ َ‫لكِيدَ َّن أ‬
َ َ ِ َّ‫َوتَاَّلل‬

Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah
kamu pergi meninggalkannya

﴾٥٨ ﴿ ‫يرا لَهُ ْم لَ َع َّلهُ ْم ِإ َليْ ِه يَرْ ِجعُو َن‬


ً ‫ف ََج َعلَهُ ْم جُ ذَاذًا ِإ َّْل كَ ِب‬
Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar
(induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.

﴾٥٩ ﴿ ‫قَالُوا َم ْن فَ َع َل ٰهَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَ ِم َن الظَّالِمِي َن‬


Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami,
sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim"

﴾٦٠ ﴿ ُ‫قَالُوا َس ِمعْنَا فَتًى يَذْكُ ُرهُ ْم يُقَا ُل لَهُ إِب َْراهِيم‬
Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang
bernama Ibrahim"

ِ َّ‫قَالُوا فَأْتُوا بِهِ عَلَ ٰى أَعْيُ ِن الن‬


﴾٦١ ﴿ ‫اس لَعَلَّهُ ْم يَ ْشهَدُو َن‬
Mereka berkata: "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak,
agar mereka menyaksikan"

﴾٦٢ ﴿ ُ‫قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ ٰهَذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِب َْراهِيم‬


Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai
Ibrahim?”

ِ ْ‫يرهُ ْم ٰهَذَا فَا ْسأَلُوهُ ْم إِ ْن كَانُوا يَن‬


﴾٦٣ ﴿ ‫طقُو َن‬ ُ ِ‫قَا َل بَ ْل فَعَلَهُ كَب‬
Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka
tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara"

﴾٦٤ ﴿ ‫ف ََر َج ُعوا ِإلَ ٰى أَنْفُ سِ ِه ْم فَقَالُوا ِإنَّكُ ْم أَنْتُ ُم الظَّالِ ُمو َن‬
Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: "Sesungguhnya kamu sekalian
adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)"

ِ ْ‫علِ ْمتَ َما ٰهَؤ َُْل ِء َين‬


﴾٦٥ ﴿ ‫طقُو َن‬ َ ْ‫ع َل ٰى ُر ُءوسِ ِه ْم لَقَد‬
َ ‫ثُ َّم نُ ِك سُوا‬
kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah
mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara".

﴾٦٦ ﴿ ‫قَا َل أَفَتَ ْعبُدُو َن م ِْن دُو ِن ّٰللاَّ ِ َما َْل َينْفَ ُع ُك ْم َشيْئًا َو َْل َي ضُركُ ْم‬
Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat
memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?
ٍ ُ‫أ‬
﴾٦٧ ﴿ ‫ف لَكُ ْم َولِ َما تَعْبُدُو َن م ِْن دُو ِن ّٰللاَّ ِ ۖ أَف َََل تَعْقِلُو َن‬
Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak
memahami?

﴾٦٨ ﴿ ‫قَالُوا َح ِرقُو هُ َوانْ صُ ُروا آلِهَتَ ُك ْم إِ ْن كُنْتُ ْم فَا ِعلِي َن‬
Mereka berkata: "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak
bertindak".

ُ ‫قُلْنَا يَا ن‬
﴾٦٩ ﴿ ‫َار كُونِي بَرْ دًا َو َس ََل ًما عَلَ ٰى إِب َْراهِي َم‬

Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim",

﴾٧٠ ﴿ ‫َوأَ َرادُوا بِهِ كَيْدًا ف ََجعَلْنَاهُمُ ْالَ ْخ َس ِري َن‬


mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang
yang paling merugi
﴾٧١ ﴿ ‫اركْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِي َن‬
َ َ‫ض الَّتِي ب‬
ِ ْ‫َونَجَّ يْنَا هُ َولُوطًا إِلَى ْالَر‬
Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya
untuk sekalian manusia

﴾٧٢ ﴿ ‫وب نَافِلَةً ۖ َوكُ ًَّل َج َعلْنَا صَالِحِ ي َن‬ َ ‫َو َوهَبْنَا لَهُ إِ س َْحا‬
َ ُ‫ق َويَعْق‬
Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Ya´qub, sebagai suatu anugerah
(daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh

﴾٧٣ ﴿ ‫الزكَا ةِ ۖ َوكَانُوا لَنَا عَابِدِي َن‬ ِ ‫َو َجعَلْنَاهُ ْم أَئِ َّمةً يَ ْهدُو َن بِأ َ ْم ِرنَا َوأَ ْو َحيْنَا إِلَيْ ِه ْم فِعْ َل الْ خَ ي َْرا‬
َّ َ‫ت َوإِقَامَ ال صَّ ََل ةِ َوإِيتَاء‬
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah,

Tafsir kemenag

Perjuangan Nabi Ibrahim dalam menegakkan ajaran tauhid dimulai sejak remaja, ketika dia
berkata kepada ayahnya yang bernama Azar, dan kaumnya, di Kota Ur, Kaldea, Mesopotamia
Timur.

Dia, Ibrahim, menyadarkan mereka dengan berkata secara tegas dan lugas, “Sesungguhnya kamu
dan nenek moyang kamu yang terus-menerus mengukir dan menyembah patung-patung
itu, berada dalam kesesatan yang nyata, karena penyembahan itu tidak masuk akal dan
merendahkan martabat manusia.”

Ayat ini menerangkan apa yang terkandung dalam hati Ibrahim yang diucapkan dan didengar
oleh sebagian kaumnya yaitu ia bertekad untuk menghancurkan patung-patung yang menjadi
sesembahan kaumnya, apabila mereka sudah pergi meninggalkan tempat tersebut.

Setelah patung-patung itu hancur, Pada akhir ayat ini disebutkan ucapan Ibrahim selanjutnya
terhadap kaumnya, yang menyuruh mereka menanyakan kepada patung-patung itu sendiri,
siapakah yang telah merusak mereka.
Ucapan ini menyebabkan kaumnya semakin terpojok, karena seandainya mereka bertanya
kepada patung-patung itu, niscaya mereka tidak akan memperoleh jawaban, sebab patung-patung
tersebut tidak mendengar dan tidak dapat berbicara. Kalau demikian keadaannya, patutkah
patung-patung itu disembah? Jika masih ada orang yang menyembahnya, pastilah orang tersebut
tidak mempergunakan pikirannya yang sehat.

Dan Kami jadikan mereka itu, para nabi dan rasul keturunan Ishak dan Yakub sebagai
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk kepada Bani Israil dengan perintah Kami dalam
Kitab Taurat, Zabur, dan Injil, dan Kami wahyukan kepada mereka, para nabi dan rasul itu, agar
berbuat kebaikan, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat, dan Kami tegaskan kepada mereka
bahwa hanya kepada Kami mereka menyembah dan hanya kepada Kami pula mereka memohon
pertolongan.

Kedua macam ibadah ini disebutkan Allah secara khusus, sebab ibadah salat memiliki
keistimewaan sebagai ibadah jasmaniah maupun sebagai sarana yang mengokohkan hubungan
hamba dengan Tuhannya, sedang zakat mempunyai keistimewaan baik sebagai ibadah harta yang
paling utama yang mempererat hubungan dengan sesama hamba, lebih-lebih bila diingat bahwa
harta benda sangat penting kedudukannya dalam kehidupan manusia.
Kedua macam ibadah ini, walaupun harus dilengkapi dengan ibadahibadah lainnya, namun ia
telah mencerminkan dua sifat utama pada diri manusia yaitu taat kepada Allah, dan kasih sayang
kepada sesama manusia.
Akhirnya, pada ujung ayat ini Allah menerangkan bahwa keturunan Nabi Ibrahim itu adalah
orang-orang yang beribadat kepada Allah semata-mata dengan penuh rasa khusyuk dan tawadu.

Tafsir ibnu katsir

Ibrahin berkata pada perdebatan nya dengan orang kafir “Maka mengapakah kalian menyembah
selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi
mudarat kepada kalian?

Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa jika berhala-berhala itu tidak dapat berbicara dan tidak
membahayakan, maka mengapa kalian menyembah mereka selain Allah?

Setelah Nabi Ibrahim mematahkan hujah kaumnya, menjelaskan kelemahan mereka, serta
menampakkan kebenaran dan menghapuskan kebatilan, maka mereka beralih membalasnya
dengan menggunakan kekuasaan raja mereka, lalu mereka berkata:

Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak bertindak.

Kemudian mereka mengumpulkan kayu bakar yang banyak sekali.

As-Saddi menceritakan, sampai-sampai ada seorang wanita yang sakit, lalu ia bernazar bahwa
jika ia sembuh dari penyakitnya, ia akan membawakan kayu bakar itu buat membakar Nabi
Ibrahim.

Kayu-kayu bakar itu kemudian dikumpulkan di tanah yang legok dan mereka menyalakannya
dengan api sehingga terjadilah api yang sangat besar yang belum pernah ada api sebesar itu.
Nyala api itu mengeluarkan percikan-percikan yang sangat besar, dan nyalanya sangat tinggi.
Ibrahim dimasukkan ke dalam sebuah alat pelontar batu besar atas saran seorang Badui dari
kalangan penduduk negeri Persia berbangsa Kurdi. Menurut Syu'aib Al-Jiba'i, nama lelaki itu
adalah Haizan, maka Allah membenamkannya ke dalam bumi, dan ia tenggelam terus ke dalam
bumi sampai hari kiamat.

Setelah mereka melemparkan Nabi Ibrahim ke dalam nyala api itu, Nabi Ibrahim mengucapkan,
"Cukuplah Allah bagiku, Dia adalah sebaik-baik Pelindung."

Seperti yang disebutkan di dalam riwayat yang dikemukakan oleh Imam Bukhari melalui Ibnu
Abbas, bahwa Ibnu Abbas pernah berkata, "Cukuplah Allah bagiku, Dia adalah sebaik-baik
Pelindung," "Kalimat inilah yang diucapkan oleh Ibrahim ketika ia dilemparkan ke dalam nyala
api, juga kalimat yang diucapkan oleh Muhammad Saw. ketika mereka mengatakan,
"Sesungguhnya orang-orang kafir Mekah telah menghimpun bala tentara bersekutu untuk
menyerang kalian, maka takutlah kalian kepada mereka." Tetapi iman kaum mukmin bertambah
tebal, dan mereka mengatakan, "Cukuplah Allah bagi kami. Dia adalah sebaik-baik Pelindung."

Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam, telah
menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sulaiman, dari Abu Ja'far dari Asim, dari Abu Saleh, dari
Abu Hurairah yang telah berkata bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ketika Ibrahim a.s.
dilemparkan ke dalam nyala api, ia mengucapkan "Ya Allah, sesungguhnya Engkau di langit Esa
dan saya di bumi seorang diri menyembah-Mu.”

Menurut suatu riwayat, ketika mereka mengikatnya, (Nabi Ibrahim) mengucapkan doa berikut,
"Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, Bagi-Mu segala puji dan bagi-Mu semua
kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu." Syu'aib Al-Jiba-i mengatakan bahwa saat itu usia Ibrahim a.s.
enam belas tahun, hanya Allah-lah yang lebih mengetahui kebenarannya.

Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya di
langit, lalu Jibril bertanya, "Apakah kamu mempunyai suatu permintaan?" Ibrahim menjawab,
"Adapun meminta kepadamu, saya tidak akan mau. Tetapi jika kepada Allah, saya mau."

Tafsir al-misbah

Dalam kisah nabi ibrahim saat ia menghancurkan berhala, para orang-orang kafir pun menengok
diri sendiri yang menyembah sesuatu yang tidak dapat mendatangkan keuntungan dan mencegah
kejahatan. Mereka menyadari kesalahannya. Sebagian mereka ada yang berkata, "Ibrâhîm
tidaklah zalim. Kalianlah yang zalim dengan menyembah sesuatu yang tidak pantas disembah."

Kesimpulan

Fungsi akal adalah sebagai pengendali bagi seorang mukmin. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap
sesuatu memiliki alat dan kendalinya, alat dan kendali bagi seorang mukmin adalah akalnya.
Setiap sesuatu memiliki keutamaan, keutamaan seseorang ada pada akalnya.

Anda mungkin juga menyukai