Anda di halaman 1dari 4

SURAH AT-TAKASUR

Tafsir Ibnu Qayyim Surah At-Takatsur

Ibnu Qayyim dalam al-Fawa’id menjelaskan bahwa lalai terjadi sebab berlebihan dalam
menyibukkan diri dengan sesuatu, seperti harta, kedudukan, dan lain sebagainya. Terhadap
golongan tersebut Allah menegur lewat kalam-Nya dalam surat at-Takatsur

‫ف تنيعلنوموُنن نكنل نلييوُ تنيعلنومييوُنن حعيليينم ايلينحقييحن لننتينروونن ايلنجححيينم ثويينم لنتننروونننهياَ نعييينن‬ ‫أنيلنهاَوكوم التننكاَثوور نحتنىى وزيرتووم ايلنمنقاَبحنر نكنل نسيوُ ن‬
‫ف تنيعلنوموُنن ثونم نكنل نسيوُ ن‬
‫ايلينحقيحن ثونم لنتويسأ نلونن ينيوُنمئحذذ نعحن الننحعيحم‬

Artinya; Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan
sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. kemudian kamu pasti
akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
(QS. At-Takastur; 1-8)

Surat at-Takatsur diturunkan untuk memberikan peringatan kepada orang-orang yang mau
berfikir, karena sesungguhnya yang enggan berfikir hanya akan menyadarinya jika
diperlihatkan neraka jahannam. Ketika itu, barulah ia akan benar-benar sadar dan hanya
penyesalan yang tertinggal.

Makna firman-Nya ‘telah melalaikanmu’ maksudnya kesibukan terhadap sesuatu yang


berlebihan telah melalaikan hamba-Nya. Karena lalai akan sesuatu berarti sibuk dengan
sesuatu yang lain. Jika kesibukan tersebut terus diulang hingga ia masuk ke liang kubur maka
sungguh itu merupakan kelalaian yang disengaja.

Kelalaian yang disengaja akan menjadi beban, sehingga hidup yang dijalani meski bermegah-
megahan akan tetap menyisakan kehampaan dan kesedihan. Namun jika tidak disengaja
seperti sabda Rasulullah ketika mengembalikan jubah bergambar kepada Abu Jahm,

‫إنهاَ ألهتني عن صلتي‬

Artinya: Sesungguhnya ia telah melalaikanku dari shalatku. (HR. Bukhari)

Kekhawatiran Rasul bila ia lalai dan tidak bisa khushuk dalam shalatnya karena teralihkan
dengan gambar dalam jubah tersebut, ini merupakan contoh kelalaian yang tidak disengaja.
Maka itu termasuk dalam katagori lupa dan orang tersebut mendapat uzur atau ma’fu
(ditolerir). Menurut Ibnu Qayyim, penggunaan kata lalai adalah untuk hati. sedangkan sibuk
bermain-main adalah untuk anggota badan, namun demikian keduanya masih satu makna.
Maka dari itu Allah berfirman, “Bermegah-megahan telah melalaikanmu” merupakan
cercaan kepada sesuatu hal yang telah menyibukkan manusia. Tapi bisa jadi orang yang
melalukan suatu kesibukkan itu telah menggunakan anggota badannya untuk bekerja, namun
hatinya tidak lalai. Maksud bermegah-megahan melakukan sesuatu adalah berlomba-lomba
mengumpulkan sesuatu dalam jumlah yang banyak, sesuatu yang dikatakan dalam ayat ini
bersifat umum yaitu segala sesuatu yang dimegah-megahkan oleh seorang hamba selain Allah
Swt. Termasuk dalam katagori bermegah-megahan yaitu dalam harta, pangkat,
kepemimpinan, permpuan, dan ilmu pengetahuan.

Orang yang meminta agar dilebihkan dari orang lain juga termasuk bermegah-megahan dan
itu termasuk tercela kecuali jika hal itu dapat mendekatkan dirinya kepada Allah, seperti
berlomba-lomba dalam hal kebaikan.

Dalam hadis Muslim diriwayatkan oleh Abdullah bin al-Syakhir bahwa suatu kali dia pergi
menghadap kepada Rasulullah seraya membacakan surat At-Takatsur. Kemudian Nabi
bersabda, ”

‫ب نونتاَحروكهو حللنناَ ح‬
‫س‬ ‫س فنأ نيبنلى أنيو أنيع ن‬
‫طى نفاَيقتنننى نونماَ حسنوُىَ نذلح ن‬
ِ‫ك فنهونوُ نذاحه ب‬ ‫ث نماَ أننكنل فنأ نيفننى أنيو لنبح ن‬
ِ‫ينوقوُول ايلنعيبود نماَحلى نماَحلى إحنننماَ لنهو حمين نماَلححه ثنلن ب‬

Artinya; Anak cucu Adam berkata, “hartaku, hartaku, hartaku.” Padahal harta yang kamu
miliki hanya yang kamu sedekahkan lalu kurang, atau kamu makan lalu habis, atau kamu
pakai lalu rusak.” (HR. Muslim)

Berdasarkan hadis di atas, sedekah sejatinya bukan untuk kepentingan orang lain tapi
kebaikan yang akan kembali kepada diri kita sendiri. Sebab harta yang kita sedekahkan
merupakan satu-satunya harta yang kita miliki di akhirat kelak. Tapi sungguh disayangkan,
seperti yang dikatakan dalam hadis tersebut, kebanyakan sedekah yang dikeluarkan manusia
terlalu kecil sehingga kurang dan tidak cukup untuk memberatkan timbangan amalnya sendiri
di hari perhitungan kelak.

Asbabun Nuzul Surah At-Takaatsur

“1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu*, 2. sampai kamu masuk ke dalam kubur. 3.
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), 4. dan janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui.” (at-Takaatsur: 1-4)
* Maksudnya: Bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan
seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.

Ibnu Hatim yang bersumber dari Ibnu Buraidah meriwayatkan bahwa ayat ini (1-2) turun
berkenaan dengan dua kabilah Anshar, bani Haritsah dan Bani Harits yang saling
menyombongkan diri dengan kekayaan dan keturunannya. Mereka saling Tanya: “Apakah
kalian mempunyai pahlawan yang segagah dan secekatan si anu?” mereka saling
menyombongkan diri dengan kedudukan dan kekayaan orang-orang yang masih hidup.
Mereka juga saling mengajak pergi ke kuburan untuk menyombongkan kepahlawanan
golongannya yang sudah gugur, dengan menuju ke kuburannya. Ayat ini (1-2) turun sebagai
teguran kepada orang-orang yang hidup bermegah-megahan sehingga ibadahnya kepada
Allah terlalaikan.

Dalam riwayat Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ali dikemukakan bahwa ‘Ali pernah berkata:
“Pada mulanya kami sangsi tentang siksa kubur. Setelah turun ayat ini (1-4), hilanglah
kesangsian itu.”

Isi Kandungan Surah at-Takatsur Ayat 1-8

Kandungan surah al- Humazah dan at- Takatsur mempunyai kaitan yang erat, yaitu :

 Surah al-Humazah dan at-Takatsur sama-sama mengungkap tentang perilaku orang


yang membanggakan kemewahan dunia dan bermegah-megahan sehingga melalaikan
kehidupan akhirat.

 Orang yang berperilaku bermegah-megahan menganggap bahwa ia akan memperoleh


kenikmatan yang abadi, padahal kehidupan dunia adalah bersifat sementara, dan kelak
mereka pasti akan dimintai pertanggung jawaban tentang harta yang dimiliki serta
yang mereka bangga-banggakan di dunia.

 Baik surah al-Humazah maupun surah at-Takatsur sama-sama mengiformasikan


tentang ancaman siksa yaitu berupa neraka. Bagi orang yang suka mencela dan
mengumpat akan berada di neraka Hutamah, sedang tempat bagi orang-orang yang
suka bermegah-megahan dan membanggakan harta sehingga melalaikan tujuan
kehdupan hakiki kelak akan berada di neraka Jahim.
Setelah kalian mempelajari kandungan yang terdapat pada kedua surah di atas, maka kalian
harus mampu mengambil hikmah akibat dari perbuatan tercela yang diungkapkan dalam
kedua surah tersebut.

Dalam penerapannya kalian harus mampu menghindari prilaku tercela tersebut, antara lain
dengan cara-cara sebagai berikut :

 Tidak membangga-banggakan harta yang dimiliki.

 Memilih pola hidup sederhana tapi bermartabat.

 Tidak menjadikan harta kekayaaan sebagai tujuan hidup.

 Harta kekayaan yang dimiliki tidak menjadikan lalai dalam mengingat Allah.

 Bersikap selektif dalam mencari harta dengan tidak menghalalkan segala cara.

 Mencari harta yang halal dan thayyib adalah bersifat wajib.

 Menganggap bahwa harta kekayaan yang dimiliki adalah amanah yang kelak akan
dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah.

Pelajaran Yang Dapat Diambil

Surah at-Takatsur terdiri dari delapan ayat, termasuk golongan Surat Makiyyah. at-Takatsur
berarti bermegah-megahan. Pokok kandungan surah at-Takatsur adalah tentang perilaku
manusia yang suka bermegah-megahan dalam soal kehidupan duniawi sehingga
menyebabkan melalaikan dari tujuan hidupnya, yaitu taat kepada Allah. Ia baru akan
menyadari kesalahannya jika maut sudah menjemputnya. Allah sangat mencela perilaku yang
bermegah-megahan dan membangga-banggakan status sosial. Allah menjelaskan bahwa
kelak, di akhirat nanti Allah akan menyediakan tempat bagi mereka yaitu neraka jahim dan
mereka benar-benar kekal di dalamnya. Di akhir surah Allah menegaskan bahwa pada hari
kiamat nanti manusia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kenikmatan yang dimegah-
megahkan ketika di dunia itu.Setelah kalian memahami kandungan surah at-Takatsur pasti
timbul keinginan pada diri kalian untuk menghindari perbuatan-perbuatan tercela tersebut,
pastikan bahwa kalian mampu dengan berharap pertolongan dari Allah.

Anda mungkin juga menyukai