Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANALISIS SURAH AL – IMRAN AYAT 190 – 191


TENTANG BERPIKIR KRITIS

Makalah ini dibuat dengan maksud tujuan memenuhi tugas dari mata kuliah
Materi PAI di Sekolah yang dibina oleh Ibu Shobah Shofariyani Iryanti, M.Pd.

Disusun Oleh :
Hermawan (NIM : 1907015055)
Laila Nurfitri (NIM : 1907015030)
Sugeng Arif Setiawan (NIM : 1907015127)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISALM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA

1442 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji hanya untuk nakirebmem halet gnay ala’aT aW uhanahbuS ‫ﷲ‬
penulis berbagai kemudahan sehingga penulis sanggup menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Tanpa pertolongan dari-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup
dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan juga salam semoga
slalu tercurahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wassalam yang kita natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada ‫ ﷲ‬Subhanahu Wa Ta’ala atas nikmat


sehat-Nya, sehingga penulis sanggup dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini
sebagai tugas dari mata kuliah Materi PAI di SMA dengan judul “Analisis Surah
Al – Qur’an Ayat 190 -191 Tentang Berpikir Kritis”.

Penulis tentunya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan bisa memperoleh kritik dan juga saran yang membangun dari
pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan dalam hasil
pembuatan makalah ini, sekiranya penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta, 17 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 3


A. Analisis Q.S. Al – Imran [3] : 190 – 191 ................................................................ 3

1. Pengenalan Surah Al Imran 190 - 191 .................................................. 3


2. Sebab Turunnya Ayat (Asbabun Nuzul) ............................................... 4
3. Tafsir Para Ahli ..................................................................................... 5
4. Keterkaitan Surah Al – Imran Ayat 190 – 191 dengan “Berpikir Kritis”
.............................................................................................................. 8
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................. 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9

B. Kritik dan Saran .................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir kritis secara umum dapat dipahami sebagai suatu upaya
seseorang dalam memeriksa kebenaran suatu informasi dengan
menggunakan ketersediaan bukti yang ada, logika, dan kesadaran akan
bias. Seiring berkembangnya zaman telah terjadinya kemajuan dalam
bidang teknologi dan informasi serta kondisi sosial yang semakin kompleks,
sehingga dari hal tersebutlah mendorong terjadinya pertukaran informasi
yang belum terverifikasi (Ahmad, 2018).
Tidak terverifikasinya suatu informasi dapat mengakibatkan
berbagai macam permasalahan. Maka dari itu kritisme menjadi sangat
penting karena dapat mencegah terjadinya ketergesaan untuk menilai
kebenaran dari suatu data begitu saja tanpa dicek kevalidannya terlebih
dahulu . Di sisi lain kritisme juga memberi ruang untuk memeriksa dan
menghindari suatu kebohongan yang mungkin saja terdapat di dalamnya.

Contohnya, pada abad pertengahan lalu munculnya tokoh – tokoh


sarjana dan intelektual Muslim, seperti Ibnu Rusyd, dan Ibnu Sina yang
terlahir sebagai upaya menjawab keresahan yang timbul di tengah – tengah
berbagai kepentingan politik negara, faktor geografis sekitar, dan kebutuhan
akan penyesuaian nilai – nilai Islam terhadap dunia baru (Ahmad, 2018).

Di dalam Islam sendiri untuk memastikan benar atau tidaknya suatu


informasi dikenal dengan sebuah istilah yang disebut sebagai “Tabayyun”.
Menurut Efendi (Efendi, 2016), yang dimaksud dengan Tabayyun adalah
sebuah tindakan yang dilakukan dalam rangka mencari hakikat kebenaran
dalam suatu fakta dengan teliti, seksama, dan hati - hati. Artinya, Islam
menuntut manusia agar senantiasa bersikap hati – hati dan tidak mudah
mencerna suatu informasi yang didapatkan tanpa adanya usaha untuk
mencari kebenaran dari informasi tersebut.

Halaman|1
Dalam hal ini, Islam menjadikan Al – Qur’an sebagai pedoman
hidup bagi manusia. Cukup banyak ayat Al – Qur’an yang menyeru manusia
untuk memperhatikan, memikirkan, dan merenungi penciptaan Allah baik
di langit, di bumi, maupun di antara keduanya. Diantara ayat – ayat yang
memberikan penjelasan terkait hal tersebut adalah Qur’an Surah Al – Imran
[3] : 190 – 191. (Joko Santosa, 2019)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis Q.S. Al – Imran [3] : 190 – 191 tentang
“Berpikir Kritis”?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk memberikan penjelasan
terkait analisis Q.S. Al – Imran [3] : 190 – 191 tentang berpikir kritis .

Halaman|2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Analisis Q.S. Al – Imran [3] : 190 – 191


1. Pengenalan Surah Al Imran 190 - 191

١٩٠ - ‫ب‬ ٍ ‫ار َ ْٰل ٰي‬


ِ ِۙ ‫ت ِْلُو ِلى ْاْلَ ْل َبا‬ ِ ‫ف الَّ ْي ِل َوال َّن َه‬
ِ ‫اخ ِت ََل‬ ِ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫ا َِّن فِ ْي خ َْل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam


dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berakal,”

‫ت‬ ِ ‫ع ٰلى ُجنُ ْو ِب ِه ْم َو َيتَفَ َّك ُر ْونَ فِ ْي خ َْل‬


ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬ َ ‫الَّ ِذيْنَ َي ْذ ُك ُر ْونَ ه‬
َ ‫ّٰللا قِ َيا ًما َّوقُعُ ْودًا َّو‬
١٩١ - ‫ار‬ َ َ ‫عذ‬
ِ ‫اب ال َّن‬ َ ‫سبْحٰ نَكَ فَ ِقنَا‬ ُ ‫َل‬ ِۚ ً ‫اط‬
ِ ‫ض َر َّبنَا َما َخلَ ْقتَ ٰهذَا َب‬ ِۚ ِ ‫َو ْاْلَ ْر‬

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau


dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari
azab neraka”.”

Surat Al – Imran ini terdiri dari 200 ayat dan termasuk ke dalam
golongan surat Madaniyah. Surat ini terdapat pada surat ke tiga dalam Al –
Qur’an dan terdapat pada juz ke 3 (ayat 1 – 91), dan juz ke 4 (ayat 92 –
200). Surat Al – Imran ini memiliki arti yakni “Keluarga Imran”, hal
tersebut dikarenakan surat ini memuat tentang kisah keluarga Imran. Surat
Al – Imran ini juga memiliki nama lain yaitu Az – Zahrawan yang berarti
“Dua yang Cemerlang”.(Nata, 2008)

Halaman|3
Halaman |4

2. Sebab Turunnya Ayat (Asbabun Nuzul)


Adapun asbanun nuzul(sebab turunnya) ayat ini adalah, Ibnu
Abi Hatim dan Ath – Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Abbas,
dia berkata, “Sekumpulan orang Quraisy mendatangi
sekumpulan orang Yahudi dan bertanya kepada mereka, “Apa
tanda–tanda yang sudah di tunjukkan oleh Musa terhadap kalian?”.
Sekumpulan orang Yahudi itu menjawab, “Tongkat dan
tangan putih bagi orang – orang yang melihatnya”. Lalu
sekumpulan orang Quraisy itu mendatangi sekumpulan orang
Nasrani, lalu bertanya kepada mereka, “Apa tanda - tanda yang
dibawa oleh Isa kepada kalian?”. Sekumpulan orang Nasrani
menjawab, “Dia mampu menyembuhkan orang buta, mampu
menyembuhkan orang yang terkena sakit kusta, dan mampu
menghidupkan orang yang telah meninggal”. Lalu sekumpulan
orang Quraisy ini mendatangi Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, lalu berkata kepada beliau, “Berdoala kepada
Tuhanmu untuk mengubah bukit shafa menjadi emas untuk kami”.
Lalu kemudian beliau berdoa, hingga pada akhirnya turunlah firman
Allah (Q.S. Al – Imran [3] : 190 – 191) ini.(Sofia, 2021)

Pada pristiwa turunnya firman Allah tersebut, nampak


bahwa kaum Quraisy saat itu belum dapat menghayati dan
mensyukuri akan nikmat yang telah Allah berikan kepada mereka,
hal itu terlihat dari mereka yang tidak mau memikirkan hikmah dari
penciptaan alam semesta dan juga beserta segala isinya. Padahal
sekiranya mereka ingin memikirkan hal tersebut, niscaya mereka
akan mendapatkan banyak pelajaran, manfaat dan faedah.
Hamparan alam semesta diciptakan penuh dengan makna, dan
terdapat tanda – tanda yang menunjukkan akan kebesaran dan
kekuasaan Allah. (Santi, 2018).
Halaman |5

Berdasarkan dari dua pendapat di atas, dapat disimpulkan


sebab turunnya ayat ini adalah ketika sekumpulan orang Quraisy
menanyakan perihal apa yang ditinggalkan oleh para nabinya
kepada para kaumnya (Nabi Musa kepada kaum Yahudi, dan Nabi
Isa kepada kaum Nasrani). Setelah itu kaum Quraisy menanyakan
hal serupa kepada Nabi Muhammad maka seketika itu turunlah ayat
ini.

3. Tafsir Para Ahli


Buya Hamka menafsirkan ayat 190 (Hamka, n.d.) dalam
“Tafsir Al- Azhar” menyatakan : “Renungkanlah alam, langit dan
juga bumi. Langit yang menjaga dirimu dan bumi yang terhampar
untuk tempat kamu hidup. Gunakanlah pikiranmu, dan
perhatikanlah pergantian antara siang dan malam. Semuanya itu
penuh dengan tanda – tanda kebesaran Tuhanmu.

Langit adalah yang di atas kita, yang menaungi kita semua.


Entah ada berapa jumlah lapisnya, Hanya Tuhanlah yang tahu,
sedang yang dikatakan kepada diri kita hanyalah tujuh saja.
Menakjubkan kala siang hari dengan berbagai warna awan –
gemawan, malamnya pun menakjubkan dengan berbagai bintang –
gemintangnya.

Bumi adalah tempat kita berpijak ini, penuh dengan


bermacam - macam keganjilan, yang semakin diselidiki justru
semakin mengandung rahasia ilmu yang belum terurai. Langit dan
Bumi disatukan oleh sang Khalik, dengan tersusun, dan sangat
tertib. Silih berganti siang dan malam, memberikan pengaruhnya
kepada setiap mahluk hidup yang bernyawa. Semua ini menjadi ayat
– ayat dan juga tanda – tanda kebesaran-Nya bagi orang yang
mampu berpikir.”
Halaman |6

Menurut persepsi Imam Ibnu Katsir (Ghoffar, 2009) di kitab


Tafsir Ibnu Katsir, Allah menyifati lafadz Ulul Albab (orang yang
berpikir) pada firman Allah : “Yaitu orang – orang yang senantiasa
mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring”,
artinya mereka senantiasa melakukan dzikir disetiap kondisi
apapun dan dimanapun.

Berdasarkan tafsir di atas maka dapat disimpulkan bahwa


ayat ini mengajak manusia untuk berpikir tentang penciptaan alam
semesta, yakni benda – benda angkasa seperti matahari, bulan,
dan gugusan bintang yang terdapat di langit, serta perputaran bumi
pada porosnya yang mengakibatkan bergantinya siang dan
malam (Andhini, 2017). Contoh – contoh hal tersebutlah terdapat
tanda – tanda kekuasaan Allah.

Pada ayat 191, Buya Hamka (Hamka, n.d.) menafsirkan


orang yang berpikir itu : “(yaitu) orang – orang yang mengingat
Allah ketika sedang berdiri, duduk ataupum berbaring.” Artinya,
orang yang tidak pernah melepas Allah dalam ingatannya. Setelah
melihat pristiwa di langit dan bumi seperti pergantian siang dan
malam, maka langsung mengingatkan dirinya terhadap zat yang
menciptakan pristiwa tersebut (dengan cara berdzikir) sehingga ia
merasa bahwa semuanya itu tidaklah terjadi dengan sia – sia ataupun
secara kebetulan.

“Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menjadikan (semuanya)


ini dengan sia – sia”. Ucapan ini adalah ungkapan perasaan setelah
berdzikir di hadapan kebesaran Tuhan. “Maha Suci Engkau,
Lindungilah kami dari siksa api neraka”. Ujung doa ini sebagai
ujung ayat yang merupakan kelanjutan pengakuan atas kebesaran
Tuhan. Di ujung ayat ini kita memohon ampun kepada Tuhan agar
dihindarkan dari siksa api neraka, karena terkadang kita masih lalai
akan tugas dan kewajiban kita.
Halaman |7

Berkata Imam Ar - Razi dalam tafsirnya : "Ketahuilah


untukmu, bahwa yang dimaksud dalam kitab yang mulia ini adalah
menjemput hati dan ruh setelah bising mengatakan tentang perkara
makhluk yang diciptakan, agar mulai tenggelam memperhatikan
makrifat kepada Al - Haq (Tuhan). Karena sudah dari tadi panjang
pembahasan terkait hukum - hukum dan menjawab beberapa
keraguan yang telah dibawa oleh orang yang tidak mau percaya,
sekarang kembali membicarakan perihal penerang hati, dengan
menyebutkan soal - soal Tauhid, Ketuhanan, Kebesaran dan
kemuliaan Allah. Maka mulailah disebutkan ayat ini".

Berdasarkan beberapa tafsir di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa isi kandungan surah Al – Imran ayat 190 adalah Allah
menegaskan terdapat tanda – tanda kekuasaan-Nya di antara langit
dan bumi bagi orang yang mau berpikir. Isi kandungan surah Al –
Imran ayat 191 adalah Allah telah menjelaskan kepada manusia pada
ayat 190 bahwa orang – orang yang dapat memaknai tanda – tanda
kekuasaan Allah adalah orang – orang yang berpikir (Ulul Albab),
adapun karakteristik yang dimiliki oleh seorang Ulul Albab adalah
senantiasa berdzikir kepada Allah kapanpun dan di mana pun.
Halaman |8

4. Keterkaitan Surah Al – Imran Ayat 190 – 191 dengan “Berpikir


Kritis”
Adanya surah Al – Imran ayat 190 – 191 tidak bisa terlepas
dari namanya berpikir kritis. Maksud dari berpikir kritis dari
pembahasan ini adalah berfungsinya akal manusia dalam
memahami makna ayat – ayat suci Al – Qur’an tidak hanya dengan
dogma agamis saja, melainkan juga dapat dapat dipahami secara
rasional. Hal ini sangatlah penting, sebab apabila kita berpikir kritis
dengan cara yang tepat (misalnya melalui pendidikan atau
semacamnya), maka aktivitas berpikir kritis tersebut tidak hanya
dapat menghilangkan kebodohan, melainkan juga dapat
menyelamatkan diri kita dari pemahaman – pemahaman yang keliru.

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu


membina, mengarahkan, dan mengembangkan potensi akal pikiran
manusia menjadi lebih kritis. Dengan potensi akal pikiran yang
dimiliki oleh manusia, Allah menyuruh manusia untuk berpikir
dalam mengelola alam semesta serta memanfaatkan sebesar –
besarnya bagi kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia
(Slamet W, 2004).

Pada surah Al – Imran ayat 190 – 191 Allah telah


memberikan penjelasan sedikit dari ciptaan - Nya serta
memberikan perintah agar manusia bisa memikirkannya. Terlebih
lagi dipaparkan pada awal uraian surat. Ayat ini jika dipahami secara
kritis membuktikan Keesaan, dan Kekuasaan Allah. Hukum alam
yang melahirkan sebab – akibat, pada hakikatnya telah ditetapkan
dan diatur oleh Allah Yang Maha Hidup dan Maha Menguasai (M.
Quraish Shihab, 2002).
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Surat Al – Imran ini terdiri dari 200 ayat dan termasuk ke dalam
golongan surat Madaniyah. Surat ini terdapat pada surat ke tiga dalam Al –
Qur’an dan terdapat pada juz ke 3 (ayat 1 – 91), dan juz ke 4 (ayat 92 –
200). Surat Al – Imran ini memiliki arti yakni “Keluarga Imran”, hal
tersebut dikarenakan surat ini memuat tentang kisah keluarga Imran. Surat
Al – Imran ini juga memiliki nama lain yaitu Az – Zahrawan yang berarti
“Dua yang Cemerlang”.(Nata, 2008)

Sebab turunnya ayat ini adalah ketika sekumpulan orang Quraisy


menanyakan perihal apa yang ditinggalkan oleh para nabinya kepada para
kaumnya (Nabi Musa kepada kaum Yahudi, dan Nabi Isa kepada kaum
Nasrani). Setelah itu kaum Quraisy menanyakan hal serupa kepada Nabi
Muhammad maka seketika turunlah ayat ini. Kandungan surah Al – Imran
ayat 190 adalah Allah menegaskan terdapat tanda – tanda kekuasaan-
Nya di antara langit dan bumi bagi orang yang mau berpikir.

Isi kandungan dari surah Al – Imran ayat 191 adalah Allah telah
menjelaskan kepada manusia pada ayat 190 bahwa orang – orang yang dapat
memaknai tanda – tanda kekuasaan Allah adalah orang – orang yang
berpikir (Ulul Albab), adapun karakteristik yang dimiliki oleh seorang Ulul
Albab adalah senantiasa berdzikir kepada Allah kapanpun dan di
manapun ia berada.

Pada ayat 190 – 191 Allah memberi penjelasan sedikit dari ciptaan-
Nya serta memerintahkan agar memikirkannya. Terlebih lagi dipaparkan
pada awal uraian surat. Ayat ini jika dipahami secara kritis membuktikan
Keesaan, dan Kekuasaan Allah. Hukum alam yang melahirkan sebab –
akibat, pada hakikatnya telah ditetapkan dan diatur oleh Allah Yang Maha
Hidup dan Maha Menguasai (M. Quraish Shihab, 2002).

Halaman|9
B. Kritik dan Saran
Demikianlah pokok pembahasan makalah ini yang dapat Penulis
paparkan, Besar harapan Penulis makalah ini dapat memberikan manfaat
yang sebesar – besarnya kepada para pembaca. Karena segala keterbatasan
yang ada, Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar
makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

H a l a m a n | 10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. (2018). Berpikir Kritis: Mendorong Introduksi dan Reformulasi Konsep


dalam Psikologi Islam. Jurnal Psikologi, 26(2), 86–96.
Andhini, N. F. (2017). Telaah Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 190-191. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Efendi, E. (2016). Tabayyun dalam Jurnalistik. Jurnal Komunikasi Dan Kajian
Islam, 3.
Ghoffar, M. A. (2009). Terjemah Tafsir Ibnu Katsir (2nd ed.). Pustaka Imam
Syafi’i.
Hamka, B. (n.d.). Tafsir Al - Azhar. In Al - Azhar (2nd ed.). Pustaka Nasiononal
PTE LTD Singapura.
Joko Santosa. (2019). Pendidikan Agama Islam. In Banjarbaru: Grafika Wangi
Kalimantan (Vol. 2).
M. Quraish Shihab. (2002). Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur’an (2nd ed.). Lentera Hati.
Nata, A. (2008). Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Raja Wali Pers.
santi, S. (2018). Posisi Akal dan Nafsu dalam Islam serta Peranannya dalam
Pendidikan Islam Berdasarkan Surat Ali-Imran Ayat 190-191 dan Surat Shad
Ayat 26. Al-Munawwarah : Jurnal Pendidikan Islam, 10(Vol 10 No 2 (2018):
Desember), 87–110.
http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/munawwarah/article/view
/3290
Slamet W. (2004). Manajemen Potensi Diri. Grasindo.
Sofia, W. N. (2021). INTERPRETASI IMAM AL-MARAGHI DAN IBNU KATSIR.
2(1), 41–57.

H a l a m a n | 11

Anda mungkin juga menyukai