Anda di halaman 1dari 21

kata pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt karena berkat dan rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah ini yang berjudul perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. 

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

                                                                                      Subang,16 Desember 2017

                                                                                                                          penyusun


Daftar isi

Bab 8 Perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan

a.   Menelaah perkembangan islam pada masa kejayaan.......................................................................

b.   Mendeskripsikan perkembangan islam pada masa


kejayaan.......................................................................

c.    Hikmah dan perilaku yang diambil dari perkembangan islam pada masa
kejayaan......................................................................

d.   Kesimpulan.................................................................
Pembahasan

A.     Menelaaah perkembangan islam pada masa kejayaan

1.      Waktu perkembangan peradaban islam pada masa kejayaan

Perkemabangan islam pada masa kejayaan terjadi pada tahun 750-1258 M. Lebih dari 500 taun umat
islam pernah berada pada masa kejayaan. Dikatakan masa kejayaan islam karena pada rentang waktu
tersebut, umat islam menguasai dunia dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik, dan lain-lain.

2.      Faktor-faktor yang mendorong perkembangan islam pada masa kejayaan

Masa kejayaan islam tidak terjaid dengan sendirinya . ada faktor pendorong yang mempengaruhi
kejayaan islam diantaranya

a.      Dorongan semangat membaca (Iqra)

Umat islam pada masa kejayaan sangan memahami bahwa hanya dengan membaca, umat islam melek
dalam segala hal. Kesadaran ini tumbuh dan berkembang oleh pemahaman bahwa allah swt meberikan
wahyu oertama kali kepada nabi Muhammad saw, yakni Qs. Al-Alaq/96 :1-5

َ ‫ َر ِّب‬ ‫ ِباسْ ِم‬ ‫ا ْق َر ْأ‬


١  َ‫ َخلَق‬ ‫الَّذِي‬ ‫ك‬

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

َ ‫اإل ْن َس‬  َ‫َخلَق‬


٢ ‫ َعلَ ٍق‬  ْ‫مِن‬ ‫ان‬

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

َ ‫ َو َر ُّب‬ ‫ا ْق َر ْأ‬
٣ ‫األ ْك َر ُم‬ ‫ك‬

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

٤ ‫ ِب ْال َقلَ ِم‬ ‫ َعلَّ َم‬ ‫الَّذِي‬


4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

َ ‫اإل ْن َس‬ ‫َعلَّ َم‬


٥ ‫ َيعْ لَ ْم‬ ‫لَ ْم‬ ‫ َما‬ ‫ان‬

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat tersebut mendorong umat islam untuk mebaca, sehingga membaca menjadi bagiajn drai udaya
islam . membaca teks berarti membaca dan memahami teks yang terdapat di teks. Dengan sikap tekum
membaca maka akan menjadi manusia yang cerdas dan tinggi derajatnya akan diangkat oleh allah. 
Sesuai dengan firmah allah Qs Al – Mujadalah/58:11

 “Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis-
majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah Swt. akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan,
berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Swt. Mahateliti apa
yang kamu kerjakan.”  (Surah al-Muj±dalah/58: 11)

Dewasa ini minat baca umat islam terutama pelajar masih rendah, sehingga umat islam dalam banyak
hal kurang kontribusi ynag menggermbirakan terhadap kehidupan manusia didunia. Saat ini banyak
umat islam dibawah garis kemiskinan & kebodohan.

b.      Ilmu berasaskan tauhid

Semua ilmu bersumber dari kitab suci al quran. Ilmu kitab suci alquran lahir melalui pemahaman umat
islam yang verdas dalam berpikir terhadap seruan alquran, ssehingga lahirlah berbagai macam ilmu
sesuai dengan masing-masing pribadi dalam merespon seruan ayat. Sehingga alquran induk & sumber
lahirnya berbagai ilmu.

Misi utama dakwah islam yang bersumber dari alquran adalah menyeru kepada manusia untuk
mnegesahkan allah swt, agar manusia dapat sukses dan selamat dan sukses dunia akhirat ketika
mengemban amanah sebagai khalifah allah swt dimuka bumi.

Demikian halnya dengan ilmu, semua ilmu harus membekali dan membimbng manusia untuk
mengesahkan allah swt. Sesuai dengan firman allah Qs Az Zariya/51 : 56
َ ‫ َواإْل ِ ْن‬  َّ‫ا ْل ِجن‬  ُ‫ َخ َل ْقت‬ ‫َو َما‬
ِ ‫لِ َي ْع ُبد‬  ‫إِاَّل‬ ‫س‬
‫ُون‬
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”

Dengan demikian, semua ilmu harus berasaskan tauhid, artinya membimbing dan mendorong manusia
mengesahkan allah.

c.       Panduan alquran & sunah

Alquran dan sunah merupakan sumber yang tidak pernah kering, sumber itu mencakup dalam segala
hal, termasuk ilmu pengetahuan. Orang yang menjadikan Alquran dan sunah sebagaipamduan hidup
maka akan selamat, aman, damai, bahagia dimanapun beraada. Sebaliknya, meninggalkan alquran &
sunah sebagai panduan hidup maka akan terbelakang, ketinggalan jaman & celaka dimanapun berada.

d.      Keterbukaan & kreativitas umat islam

Sebagai seorang pelajar maka kita hendakanya senantiasa memupuk sikap kreativitas, sehingga terbiasa
berfikir dan berperilaku yang mampu mendatangkan manfaatkepada banyak pihak.  Firman allah swt
dalam Qs Ali Imran/3 :190-191

(190)‫ب‬ ْ  ‫أِّل ُ ْولِي‬ ‫ت‬


ِ ‫األل َبا‬ ِ ‫ َوال َّن َه‬ ‫اللَّي ِْل‬  ِ‫اخ ِتالَف‬
ٍ ‫آل َيا‬ ‫ار‬ ِ ْ‫ َواألَر‬ ‫ت‬
ْ ‫ َو‬ ‫ض‬ ِ ‫ال َّس َم َاوا‬ ‫ َخ ْل ِق‬ ‫فِي‬  َّ‫إِن‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan Bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”

ِ ْ‫ َواألَر‬ ‫ت‬
‫ض‬ ِ ‫ال َّس َم َاوا‬ ‫ َخ ْل ِق‬ ‫فِي‬ ‫ُون‬ ِ ‫ ُج ُن‬ ‫ َو َعلَ َى‬ ‫ُودا‬
َ ‫ َو َي َت َف َّكر‬ ‫وب ِه ْم‬ َ ‫ َي ْذ ُكر‬ ‫ِين‬
ً ‫ َوقُع‬ ‫قِ َيامًا‬ َ ‫هّللا‬ ‫ُون‬ َ ‫الَّذ‬

َ ‫ َع َذ‬ ‫ َفقِ َنا‬ ‫ك‬


ِ ‫ال َّن‬ ‫اب‬
(191)‫ار‬ َ ‫ ُسب َْحا َن‬ ً‫بَاطِ ال‬ ‫ َهذا‬  َ‫ َخلَ ْقت‬ ‫ َما‬ ‫َر َّب َنا‬

“Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk, dan dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata: "Ya Tuhan kami, Engkau tidak
menciptakan ini dengan sia-sia! Maha Suci Engkau! Maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

e.      Gerakan penerjemah

Salah satu lahirnya ilmuan islam pada masa kejayaan adalah gerakan penerjemah. Umat islam
berlomba-lomba untuk melakukan kegiatan penerjemah literatur asing kedalam bahasa arab, sehingga
umat islam dapat mengambil isi dan kandungan ilmu dari literatur tersebut.

Gerakan penerjemah ini terjadi secara semarak pada masa khalifah Al-Rasyid dan khalifah Al-Makmun.
khalifah Al-Rasyid dan khalifah Al-Makmun selalu mendorong umat islam agar selalu melakukan
kegiatan penerjemah dan kegiatan keilmuan lain dengan imbalan yang tinggi.

B.      Mendeskripsikan perkembangan islam pada masa kejayaan


1.      Kebijakan Khalifah

Kebijakan khalifah daulah abbasiyah  lebih menekankan pada perluasaan wilayah, para khalifah lebih
memperioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam. Daulah Bani
Abbasiyah yang didirikan pada tahun 132 H / 750 M oleh Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin
Abdullah bin Abbas merupakan kelanjutan dari pemerintahan Daulah Umayyah yang telah hancur di
Damaskus. Gerakan bani Abbas pada waktu itu yang dipimpin oleh Ibrahim Al Imam melakukan gerakan
diam-diam atau rahasia yang berpusat di Khurasan. Dengan pimpinan panglima perang yang bernama
Abu Muslim Al Khusrasany, Bani Abbas dapat menguasai daerah Khurasan dan Kufah. Setelah Kufah
dapat dikuasai sepenuhnya, diangkatlah Abul Abbas menjadi Khalifah pertama pada tahun 132 H / 750
M. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Daulah Bani Umayyah pada saat itu. Dinamakan
kekhalifahan Daulah Abbasiyah, karena para pendiri dan penguasa dinasti ini merupakan keturunan
Bani Abbas, paman Nabi Muhammad SAW.

Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup lama
dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan
biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode: (1) Periode Pertama (132
H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama; (2) Periode Kedua (232 H/847 M-334
H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama; (3) Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M),
masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa
pengaruh Persia kedua; (4) Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti
Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki
kedua; (5) Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.

Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulat Abbasiyah lebih memprioritaskan pada
penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Fakta sejarah
mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada
bidang sains, teknologi dan filsafat. Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan
Islam.

Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan (keemasan)
peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat. Secara politis,
para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan
agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun
setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun
filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.

Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada
masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M). Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh ahli
ibadah; senang bershadaqah; sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama; senang dikritik
serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama. Pada masa pemerintahannya dilakukan
sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan
Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya
besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai
perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan
sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis
dan berdiskusi.

Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial.
Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling
tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun.
Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan
berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara
terkuat yang tak tertandingi.

Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid mencerminkan terjadinya
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa
Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai
bahasa ilmu pengetahuan.

Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum yang empat hidup
Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i (767-820 M) dan Imam Ahmad
bin Hanbal (780-855 M).

Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak terlepas dari adanya
sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-bangsa
sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak
Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika
dan sejarah.

Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh motif sosial, politik
dan intelektual. Ini berarti bahwa para pihak baik dari unsur masyarakat, elit penguasa, pengusaha dan
cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampaknya secara kultural sangat besar.

Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian diikuti oleh suatu periode kreativitas besar, karena
generasi baru para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang terpelajar itu kemudian membangun dengan
ilmu pengetahuan yang diperolehnya untuk mengkontribusikannya dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan.

Menurut Marshall, proses pengislaman tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih jauh dari sekadar
mengintegrasikan dan memperbaiki, hal itu telah menghasilkan energi kreatif yang luar biasa.
Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah Islam merupakan periode pengembangan di bidang
ilmu, pengetahuan dan kebudayaan, dimana pada zaman itu telah melahirkan tokoh-tokoh besar di
bidang filsafat dan ilmu pengetahuan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi. Berbagai pusat pendidikan
tempat menuntut ilmu dengan perpustakaan-perpustakaan besar bermunculan di Cordova, Palermo,
Nisyapur, Kairo, Baghdad, Damaskus, dan Bukhara, dimana pada saat yang sama telah mengungguli
Eropa yang tenggelam dalam kegelapan selama berabad-abad. Kehidupan kebudayaan dan politik baik
dari kalangan orang Islam maupun non-muslim pada zaman kekhilafahan dilakukan dalam kerangka
Islam dan bahasa Arab, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan agama dan suku yang plural.

Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh meninggalkan peradaban
yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi intelektual melalui gerakan penerjamahan
yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuatnya elaborasi dan
spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang secara pesat tersebut,
mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang telah melahirkan
berbagai karya ilmiah yang luar biasa.
Menurut Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak hanya
menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga mengkaji teks-teks itu, memberi
komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam. Proses asimilasi tersebut
menurut Thomas Brown terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan kedoketeran
Yunani diadapsi sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam. Proses ini
menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan muslim sehingga dari proses tersebut
telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari pemikiran Yunani dan bahkan boleh jadi
asing bagi pemikiran Yunani.

Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan kontribusi kepada
dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas) and gunpowder (mesiu).
Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung abad ke-8 M dan penemuan alat
cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann Gutenberg, menurut buku Historians’
History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab tidak menemukan lebih dahulu
cara-cara bagi pembuatan kertas.

Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan pada
zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim yang mashur dan
berkaliber internasional seperti : Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu kimia;
Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika; Al-Kindi (filsafat); Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji
(astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik; Ibnu Sina (Avicenna) yang
dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern; Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang filsafat; Ibnu
Khaldun (sejarah, sosiologi). Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya:
• Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140
buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah
Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya).
Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi
adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang
pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di
tangan Ibnu Sina;
• Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata
surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal
adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana
terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;
• Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi
berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-
Ya’qubi historiae;
• Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri
dan trigonometri).

Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern
menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan
mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia
Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance
atau enlightenment (pencerahan) di Eropa. 

Melalui dunia Islam-lah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu
pengetahuan modern. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk merasakan
perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada
sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab.

Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi kegelapan, tak satupun
bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul. Sebuah kisah menarik terjadi pada zaman
Daulat Abbasiah saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam sebagai hadiah
pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa. Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi itu oleh
pihak Uskup dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga mereka merasa
ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa berikutnya, baik di
belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat Kristen masih mempergunakan jam pasir sebagai
penentuan waktu.

Bagaimana kondisi kegelapan Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan hanya pada aspek
mental-dimana cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya dalam aspek fisik material. Hal ini
sebagaimana digambarkan oleh William Drapper:

“Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa,
113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko-toko buku, masjid-masjid dan istana
yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil dan
telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah di tepinya. Sementara kondisi di
London 7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada. Di Paris berabad-abad
sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan, melangkah sampai
mata kakinya ke dalam lumpur”.

Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid
jauh melampaui peradaban yang ada pada orang-orang Kristen pimpinan Charlemagne.

Pertengahan abad 9 M peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya Islam ke Spanyol
yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil membangun pemerintahan yang berpusat di
Andalusia.

Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang berada langsung di bawah pemerintahan Islam,
peradaban Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa internasional yang digunakan berbagai
suku bangsa di berbagai negeri di dunia. Baghdad di Timur dan Cordova di Barat, dua kota raksasa Islam
menerangi dunia dengan cahaya gilang-gemilang. Sekitar tahun 830 M, Alfonsi-Raja Asturia telah
mendatangkan dua sarjana Islam untuk mendidik ahli warisnya. Sekolah Tinggi Kedokteran yang
didirikan di Perancis (di Montpellier) dibina oleh beberapa orang Mahaguru dari Andalusia. Keunggulan
ilmiah kaum muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik kaum intelektual dan bangsawan
Barat ke negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka terdapat Roger Bacon (Inggeris); Gerbert d’Aurillac
yang kemudian menjadi Paus Perancis pertama dengan gelar Sylvester II, selama 3 tahun tinggal di
Todelo mempelajari ilmu matematika, astronomi, kimia dan ilmu lainnya dari para sarjana Islam.

Tidaklah mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol menjadi pusat
pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya Universitas Cordova. Di
Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari negeri tersebut muncul nama-nama ‘ulama
besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang
sangat berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-
Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah
mengilhami penulis-penulis Barat untuk melakukan hal yang sama.

Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai universitasnya pada saat itu dipenuhi oleh banyak
mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggeris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda Kristen dari
berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-bondong ke sejumlah perguruan tinggi di Andalusia guna
menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Adalah Gerard dari Cremona;
Campanus dari Navarra; Aberald dari Bath; Albert dan Daniel dari Morley yang telah menimba ilmu
demikian banyak dari para ilmuwan muslim, untuk kemudian pulang dan menggunakannya secara
efektif bagi penelitian dan pengembangan di masing-masing bangsanya. Dari sini kemudian sebuah
revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh
benua. Para pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah
berhasil melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang kemudian
diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan
diberbagai bidang ilmu pengetahuan.

Semaraknya pengembangan ilmu dan pengetahuan di dunia Islam diindikasikan dengan banyaknya
perpustakaan tersebar di kota-kota dan negeri-negeri Islam yang jumlahnya sangat fantastis. Sejarah
mencatat, perpustakaan di Cordova pada abad 10 Masehi mempunyai 600.000 jilid buku. Perpustakaan
Darul Hikmah di Cairo mempunyai 2.000.000 jilid buku. Perpustakaan Al Hakim di Andalusia mempunyai
berbagai buku dalam 40 kamar yang setiap kamarnya berisi 18.000 jilid buku. Perpustakaan Abudal
Daulah di Shiros (Iran Selatan) buku-bukunya memenuhi 360 kamar. Sementara ratusan tahun
sesudahnya (abad 15 M), menurut catatan Catholik Encyclopedia, perpustakaan Gereja Canterbury yang
merupakan perpustakaan dunia Barat yang paling kaya saat jumlah bukunya tidak melebihi 1.800 jilid
buku.

Sejarah juga mencatat bahwa Uskup Agung Raymond di Spanyol mendirikan Badan Penterjemah di
Todelo yang ditujukan guna menterjemahkan sebagian besar karangan sarjana-sarjana Muslim tentang
ilmu pasti, astronomi, kimia, kedokteran, filsafat, dll, dimana waktu yang dibutuhkan untuk
menterjemahkannya yaitu lebih dari satu setengah abad (1135-1284 M).

Dari pusat-pusat peradaban Islam yang meliputi Baghdad, Damaskus, Cordova, Sevilla, Granada dan
Istanbul, telah memancarkan sinar gemerlap yang menerangi seluruh penjuru dunia terlebih Cordova,
Sevilla, Granada yang merupakan bagian dari kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan
kontribusi besar terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern di dunia Barat.

2.      Respon umat islam

Semua kebijakan para khalifah untuk membangun sebuah peradaban dan gerakan berpikir maju, cepat
direspon, oleh umat islam dengan respon yang sangat tinggi. Bentuk respon tersebut ditandai dengan
sikap semangat yang tinggi dari umat islam untuk belajar, membaca, mencoba, dan menulis. Sehimgga
pada masa daulah abbasiyah mampu melahirkan tokoh islam di berbagai bidang ilmu dan akhirnya
mampu menempatkan posisi umat islam sebagai umat terbaik di dunia. Manusia yang mampu
memberikan manfaat bagi manusia lain, atau mampu berperan dan bersifat rahmatan li alamin.

1.      Tokoh Islam di bidangTauhid

Ilmu tauhid ialah ilmu yang mempelajari tentang keimanan atau keyakinan atau akidah.Tokoh yang
terkenal di bidang ilmu tauhid adalah Abu Hasan Al-Asy’aridan Abu Mansyur Al-Maturidi.

N Nama Kelahiran dankema Pemikiran/Hasilkarya


o tian

1. Abu -       Lahir di -       Bapak ilmu tauhid yang


Hasan Bashrahtahun 260 diikutipemikirannya oleh mayoritas umatislam di dunia
Al- H/873 M
Asy’ari -       Menemukan sifat wajib Allah SWT. Ada 13 yaitu
-       Wafat di :wujud, qidam, baqa, mukhalafatullilhawadis,
Bagdad padatahun qiyamuhubinafsihi, wahdaniyah, qudrah, iradah, ilmu,
324 H/935 M hayat, sama’, basaar, dankalam, ditambahdengan 7
(berumur 64 tahun) sifatmaknawiyahyaitu : qadiran, muridan, aliman, hayyan,
sami’an, basiran, mutakalliman, sehinggamenjadi 20
sifatwajibbagi Allah SWT.

2. Abu -       Lahir di -       Pembawa aliran tauhid dalampaham Ahlu  Sunnah  w


Mansy SamarkanBashrah, alJama’ah
ur Al- tahun 238 H/852 M
-       Diantara pemikirannya adalah :wujud Allah
Maturi
di -       Wafatpadatahu dapat diketahui olehakal manusia, setiap perbuatan Allah
n 333 H/944 M SWT. Memiliki hikmah (tidaksia sia), Allah SWT.
dimakamkan di Dapat dilihatoleh indra manusia kelak harikiamat, orang
Samarkan yang berdosa besartidak kekal di neraka, Al-Qur’an
bersifat kekal.

2.      Tokoh Islam di bidangFikih

Ilmu fikih adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara beribadah dan bermuamalah. Tokoh yang
paling terkenal di bidang ilmu fikih antara lain : Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam
Hambali. Ajaran mereka dikenal dengan sebutan MahzabHanafi, Mahzab Maliki, MahzabSyafi’i,
danMahzabHambali.

N Nama Kelahirandankem Pemikiran/Hasilkarya


o atian

1. Abu -       Lahir di -       Penulis kitab Al-Muwatta (kitabhadis)


Abdillah Madinahtahun 93
Malik bin H/716 M -       Dalam menetapan hokum fikih,
beliau berpedoman pada Al-Qur’an, hadis, ijma’
Anas
-       Wafat179 sahabat dankemaslahatan ‘urf (adat pendudukMadinah
(Imam H/800 M, umur
-       Imam Malik adalah guru dari Imam Syafi’i
Maliki) 86 tahun

2. Nuqman -       Lahir -       Didalam menyusun kitab fikirpemikirannya didasarka


bin Tsabit diKuffah, Irak, n padakesucian (taharah), salat danseterusnya
tahun 80 H/700
(Imam -       Didalam menetapkan hukum Islam (fikih)
M
Hanafi) bersumber dari Al-Qur’an, hadis, qiyas dan istihsan
-       Wafatpadata -       Menolak takliddanbid’ah yang
nggal 11 tidakada dasarnya dalam Al-Qur’an danhadis
JumadilUla 150
H/14 Juni 767 M

3. Muhamm -       Lahir di -       Penyusun kitab Ar-Risalah tentangushulfikih


ad Ghaza, Palestina,
IbnuIdris tahun 150 H/767 -       Penyusun kitab Al-Umm yang berisi mazhab fikih yang
baru
bin Abbas M
bin -       Dalam menetapkan hokum fikih, Imam
-       Wafat di
UsmanAs Syafi’i berpedoman pada Al-QUr’an, hadis, ijma’ dan qiyas
y-Syafi’i Mesirtahun 204
H/819 M
(Imam
Syafi’i)

4. Ahmad -       Lahir di -       Penulis kitab Al-Musnad (kitabhadis)


bin Baghdad tahun
-       Penyusun kitab Al-Manasik, As-Sagir dan Al-Kabir,
HambalA 780 M
sy- kitabAz-Zuhud, kitabAr-Radd ‘ala fahmiyahwazZinqidah
-       Wafattahun (Bantahan kepadaJahmiyah dan Zindiqah)
Syaibani
855 M, berumur
(Imam 75 tahun -       Di dalam menetapkan hukum Islam, Imam
Hambali berpedomanpada Al-Qur’an, hadis, dan fatwa
Hambali)
parasahabat

3.      Tokoh Islam di bidangAkhlak (Tasawuf)

Tokoh di bidangakhlak (tasawuf) adalahtokoh yang


melahirkanilmuakhlak.Ilmuakhlakatautasawufadalahilmu yang
mempelajarirentangtatacarabersikapdalamkehidupanseharihari. Ilmuakhlakdibagi 2,
ilmuakhlakatautasawufklasikdanilmuakhlakatautasawufmoderat.

a.      Tokohilmuakhlak (tasawuf) klasik

No Nama Kelahirandankematian Pemikiran/Hasilkarya

1. Abu Abdillah Al- -       Lahir di Basrah (Irak) -       Tokohsufisme yang


Haris bin Asad tahun 165 H/718 M memadukan antara filsafatdengan teologi
Al-Basri Al-
-       Wafatdi Basrah -       Gurunya Imam Al-Junaidi Al-Baghdadi
Bagaldid Al-
Muhasibi (Irak) 243 H/857 M
-       Hasil karyanya berjudulRi’ayahlihuquqilla
h (praktikkehidupan spiritual)
(Al-Muhasibi)

2. Abdul Qadir Al- -       Lahir di desaJilan -       Pendiri tariqat Qadriyah (sebagai tariqat


Jilani Persia tahun 1077 M yang berdiripertama kali
dengan melaluibimbingan guru tariqat yang
-       Wafattahun 1166 di disebut Mursyid)
Baghdad Irak
-       Hasil karayanya adalahFutuhulGaib
(menyingkapkegaiban)

3. Abu AL-Mugis Al- -       Lahirdi Thus Persia -       Seorang sufi yang


Husain ibn (Iran) tahun 244 H/857 M dituduhmusyrik oleh khalifah Abbasiyah di
Mansur ibn Bagdad, sehingga dihukummati,
Muhammad Al- -       Wafattahun 857 karena ekstasisnya “Ana Al-Haqq”
Baidawi H/932 M (AkulahTuhan)

(Al Hallaj) -       Hingga sekarang, status kematian Al-


Hallaj masih misteriantara pro dan kontra

b. tokoh islam di bidang tasawuf moderat

tasawuf muderat atau tasawuf sunni yaitu tasawuf yang benar-benar mengikuti Al-Qur’an dan Sunah.
Karakteristik tasawuf ini adalah terikat, bersumber, tidak keluar dari batasan-batasan Al-Qur’an dan
Hadis, mengontrol perilaku, lintasan hati serta pengetahuan denan neraca keduanya. Sebagaimana
ungkapan Abu Qosim Junaidi al-Bagdadi: “Mazhab kami ini (Tasawuf) terikat dengan dasar-dasar Al-
qur’an dan Sunnah”, perkataannya lagi: “Barang siapa yang tidak hafal (memahami) Al-qur’an dan tidak
menulis (memahami) Hadits maka orang itu tidak bisa dijadikan qudwah dalam perkara (tarbiyah
tasawuf) ini, karena ilmu kita ini terikat dengan Al-Qur’an dan Sunnah.”. Tasawuf ini diperankan oleh
kaum sufi yang mu’tadil (moderat) dalam pendapat-pendatnya, mereka mengikat antara tasawuf
mereka dan Al-qur’an serta Sunnah dengan bentuk yang jelas. Boleh dinilai bahwa mereka adalah orang-
orang yang senantiasa menimbang tasawuf mereka dengan neraca Syari’ah.

Tasawuf ini berawal dari zuhud, kemudian tasawuf dan berakhir pada akhlak. Mereka adalah sebagian
sufi abad kedua, atau pertengahan abad kedua, dan setelahnya sampai abad keempat hijriyah. Dan
personal seperti Hasan Al-Bashri, Imam Abu Hanifa, al-Junaidi al-Bagdadi, al-Qusyairi, as-Sarri as-Saqeti,
al-Harowi, adalah merupakan tokoh-tokoh sufi utama abad ini yang berjalan sesuai dengan tasawuf
sunni. Kemudian pada pertengahan abad kelima hijriyah imam Ghozali membentuknya ke dalam format
atau konsep yang sempurna, kemudian diikuti oleh pembesar syekh Toriqoh. Akhirnya menjadi salah
satu metode tarbiyah ruhiyah Ahli Sunnah wal jamaah. Dan tasawuf tersebut menjadi sebuah ilmu yang
menimpali kaidah-kaidah praktis.

Tasawuf ini juga dinamakan tasawuf nazhori (teori), demikian, karena tasawuf Islam terbagi kepada
nazhari dan amali (praktek). Dan hal ini tidak berarti bahwa tasawuf nazhori ini kosong dari sisi praktis.
Istilah teori ini hanya melambangkan bahwa tasawuf belum menjadi bentuk thoreqoh (tarbiyah kolekltif)
secara terorganisir seperti toreqoh yang terjadi sekarang ini.

Tokoh – Tokoh Tasawuf Moderat :

A.    Junaid Al-Baghdadi

Nama lengkapnya adalah Abu al-Qasim al-Junaidi bin Muhammad al-Kazza al-nihawandi. Dia lahir dan
tumbuh di Irak. Dia meninggal di Baghdad pada tahun 207/910 M. Beliau adalah putra pedagang barang
pecaah belah dan keponakan Surri al-Saqti yang sekaligus sebagai gurunya. Surri al-Saqti memberikan
amanat kepada Junaid al-Baghdadi untuk tampil dimuka umum.

Dia adalah seorang yang sangat faqih, sering memberi fatwa sesuai apa yang dianutnya, madzhab abu
sauri, serta teman akrab Imam Syafi’i. Beliau juga seorang sufi yang mempunyai wawasan yang luas
terhadap ajaran tasawuf, mampu membahas secara mendalam khusus tentang paham tauhid dan fana’.

Pendapat-pendapatnya dalam masalah ini banyak diriwayatkan dalam kitab-kitab biografi para sufi
antara lain, yang diriwayatkan oleh al-Qusyairi : “Orang-orang yang mengesakan Allah adalah mereka
yang merealisasikan keesaan-Nya dalam arti sempurna, meyakini bahwa Dia adalah Yang Maha Esa, dia
tidak beranak dan diperanakkan.” Disini memberikan pengertian tauhid yang hakiki. Menurutnya,
adalah buah dari fana’ terhadap semua yang selain Allah. Dalam hal ini dia menegaskan Al-Junaid juga
menandaskan bahwa tasawuf berarti “Allah akan menyebabkan mati dari dirimu sendiri dan hidup di
dalam-Nya.” Junaid al-Baghdadi menganggap bahwa tasawuf merupakan penyucian dan perjuangan
kejiwaan yang tidak ada habis-habisnya.

B.     Al-Qusyairi

Nama lenkapnya adalah Abdul Karim Al-Qusyairi an-Naisabury. Beliau lahir di Astawa pada bulan Rabiul
Awal tahun 376 H atau 986 M. Beliau berguru pada mertuanya, dan para ulama diantaranya, beliau
belajar fiqih dari Abu Abdurrahman Muhammad ibnu al-Husain dan belajar ilmu kalam dari Abu Bakar
Muhammad ibnu al-Husain ulama yang ahli ushul fiqih. Dan juga ilmu Ushuluddin pada Abu Ishaq
Ibrahim ibnu Muhammad. Al-Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke dalam landasan
Ahlusunnah Wal Jama’ah juga penentang keras doktrin-doktrin ajaran mu’tazilah, Karamiyah,
Mujassamah dan Syi’ah.

Al-Qusyairy juga mengkritik kebiasaan para sufi pada masanya yang selalu mengenakan pakaian
layaknya orang miskin. Ia menekankan kesehatan batin dengan perpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul. Hal ini lebih disukainya daripada penampilan lahiriah yang memberi kesan zuhud, tapi hatinya
tidak demikian. (lihat, Dr. Abu al-Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, Madkhal ilaa al-Tasawwuf al-Islam,
cetakan ke-IV. Terbitan Dar al-Tsaqofah li an-Nasyr wa al-Tauzi, Kairo, 1983)

Dari sini dapat dipahami, Al-Qusyairy tidak mengharamkan kesenangan dunia, selama hal itu tidak
memalingkan manusia dari mengingat Allah. Beliau tidak sependapat dengan para sufi yang
mengharamkan sesuatu yang sebenarnya tidak diharamkan agama. Karena itu Al-Qusyairy menyatakan,
penulisan karya monumentalnya Risalatul Qusyairiyah, termotinasi karena dirinya merasa sedih melihat
persoalan yang menimpah dunia Tasawwuf. Namun dia tidak bermaksud menjelek-jelekkan seorang pun
para sufi ketika itu.

Al-Qusyairi tutup usia di Naisabur pada pagi Hari ahad tanggal 16 Rabiul Awal 465H/1073 M, dalam usia
87 tahun.

c.    Al-Ghazali

Nama lengkapnya Zainuddin Hujjatul-Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali,
dilahirkan di Tous (Khurasan). Al-Ghazali dikenal luas sebagai peletak pilar ilmu Tasawuf Islam, dan
berhasil menempatkan disiplin ilmu Tasawuf sejajar dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Al-Ghazali juga
dikenal sebagai Faqih (ahli hukum), Mutakallim (ahli teologi), Filosof (ahli filsafat), di samping juga
memiliki pengetahuan yang bersifat ensiklopedik. Tidak dapat dipungkiri, tokoh ini sangat produktif
dalam menghasilkan tulisan. Dalam bidang filsafat bukunya yang sangat kritis terhadap para difilosof
berjudul “Tahafut al-Falasifah” (kerancuan para filosof). Karya spektakulernya adalah Ihya Ulumuddin
(kebangkitan ilmu-ilmu agama). Tulisan ini dapat dikategorikan sebagai pedoman bagi mereka yang ingin
mengetahui Tasawuf dan Eika Islam. Karya ini ditulis seusai masa pengembaraan dalam mencari
kebenaran, dan dengan proses penelusuran yang teliti, serta penguasaan begitu banyak disiplin ilmu
Islam.

Karena al-Ghozali begitu mendalam dalam menitikberatkan nilai spiritual Tasawuf Islam, dan mengkritisi
kaum filosof, maka tidak ada anggapan yang menilai bahwa al-Ghozali sebagai penghambat utama
munculnya filosof Islam dan pemikiran rasional di kalangan umat Islam. Bahka satu hal yang tidak dapat
disangkal bahwa kehadiran al-Ghozali dalam pentas pemikiran Islam telah mempengaruhi peta
pemikiran dunia Islam. Dalam hal ini al-Ghozali telah berhasil memantapkan disiplin ilmu tasawuf
beserta dan perkembangannya dalam dunia Islam.

Dari aspek teologi al-Ghozali menganut aliran sunni Asyariyah, yang didirikan oelh Abu al-Hasan al-
Asy’ari; dalam sisi hukum menganut mazhab Syafi’i yang didirikan oleh pendirinya Abu Idris al-Syafi’i dan
dalam tasawuf al-Ghazali memilih tasawuf sunni yang beraliran moderat yang dirintis oleh sufi-sufi
kenamaan seperti al-Harits al-Muhasiby, Abu al-Qasim al-Junaid, Abu Thalib alp-Makki, al-Qusyairi.

Akhirnya berkat kepiawaian al-Ghozali dalam memaparkan disiplin ilmu tasawuf dalam kaitannya
dengan ajaran Islam, maka tokoh-tokoh tasawuf lainnya mulai dapat diterima oleh para fuqaha (ahli
hukum) yang selama ini mencurigai gerak dan sikap para sufi. Bahkan lebih jauh lagi dapat dikatakan
bahwa maraknya kelahiran tokoh-tokoh Tariqah (tarekat) seperti Sheikh Abdul Qadir al-Jailani, Abdul
Hasan al-Shazili, Ahmad al-Badawi, tidak terlepas dari pengaruh pandangan-pandangan tasawuf al-
Ghazali.

4. Tokoh dibidang Ilmu Pengetahuan

1. Al Farabi
Al farabi adalah tokoh cendekiawan muslim di bidang fisika dan filsafat. karya-karya tulis beliau sangat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih saat ini, sehingga buku-
bukunya banyak diterjemahkan kedalam berbagai bahasa di seluruh penjuru dunia.

Al farabi nama lengkapnya adalah abu Nars Muhammad Al Farabi. Lahir di Wasij, salah satu desa di
Farab, (Transoxania) pada tahun 870M.Ia berasal dari Turki dan tinggal selama 20 tahun di Bagdad (Irak),
dalam rangka menuntut dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuannya. Pada tahun 950M beliau
wafat dalam usia 80 tahun.

2. Ibnu Sina

Ibnu sina yang nama lengkapnya Abu Ali Husain bin Abdullah Ibnu Sina dilahirkan di suatu daerah dekat
Bukhara yaitu Afahan pada tahun 980M. Ssarjana-sarjana barat menyebutnya "Avicena". Beliau adalah
sarjana muslim yang ahli di bidang ilmu biologi, kedokteran dan filsafat.

Pada usia 20 tahun dia telah menulis sebuah esiklopedi tentang ilmu kedoteran yang dikenal dengan
nama The Canon. Buku-buku lain yang ditulisnya adalah : Any Syifa, An Najat, Al Qanun. Dalam bahasa
inggrisnya disebut Canon of Medicine.

Buku ini sampai akhir abad ke 17 dipakai sebagai standar oleh universitas-universitas di Eropa.

Ibnu sina wafat pada tahun 1037 namun walaupun beliau telah tiada, kehebatan dan keharuman
namanya masih menggema sampai saat ini.

3. Al Biruni (973-1048)

Dia adalah seorang cendekiawan muslim yang meletakkan dasar-dasar ilmu perbintangan modern dan
terbesar disepanjang sejarah.

Dia telah menentukan dengan teliti garis lintang dan garis bujur dan membicarakan kemungkinan bumi
berputar pada sumbunya. Diselidiki pula olehnya kecepatan yang tak terhingga dari suara dan cahaya.
dia tidak membatasi diri pada ilmu pasti dan ilmu perbintangan tapi juga berhasil menentukan berat
jenis 18 batu permata, logam dan lain sebagainya.

Dari gambaran singkat diatas, jelaslah bagi kita bahwa para cendikiawan muslim dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi telah memberikan warisan yang tak ternilai harganya bagi kehidupan
manusia modern sampai sekarang dan terus berkembang sampai akhir zaman.

Namun demikian saut hal yang perlu diingat bahwa ilmu pengetahuan dan tenologi hendaklah dijadikan
suatu mementum atau kesempatan untuk mempertebal keyakinan dan keimanan kita tentang
kebesaran Allah SWT.
4. IBNU RUSHD (AVERROES)
Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah
dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah
seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti
kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan
Ibnu Baja.

Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa
hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia
barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang
mempengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas.
Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah
hukum.Pemikiran Ibnu Rusyd

Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan,
essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan
Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.

Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad
pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya.

Karya :
·Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih)
·Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran)
·Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak segala paham
yang bertentangan dengan filsafat).
 
5. Al-Khawarizmi
Nama Asli dari al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau dikenali
sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai al-
Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi.
Beliau dilahirkan di Bukhara.Tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi. al-Khawarizmi
telah wafat antara tahun 220 dan 230M. Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal
pertengahan abad ke-9M. Sumber lain menegaskan beliau hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun
194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.

Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi adalah seorang tokoh Islam yang
berpengetahuan luas. Pengetahuan dan keahliannya bukan hanya dalam bidang syariat tapi di dalam
bidang falsafah, logika, aritmatika, geometri, musik, ilmu hitung, sejarah Islam dan kimia.

Al-Khawarizmi sebagai guru aljabar di Eropa


Beliau telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangen dalam penyelidikan trigonometri dan
astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt
al-Hikmah di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar matematika dan
astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah. Beliau pernah
memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Beliau juga
merupakan seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin. Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh
yang pertama kali memperkenalkan aljabar dan hisab. Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari
dalam bidang matematika dan menghasilkan konsep-konsep matematika yang begitu populer yang
masih digunakan sampai sekarang.

C. HIKMAH DAN PERILAKU YANG DIAMBILDARI PERKEMBANGAN ISLAM MASA KEJAYAAN

1.      Segala sesuatu yang dilakukan dengan kesunggguhan dan dengan penuh disiplin, akan mampu
mengantarkan pada kesuksesan besar. Karena umat islam memiliki landasan berpikir dengan dasar
kebenaran mutlak dari Al-Qur’an dan Hadis. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis yang mendorong
umat Islam untuk selalu bersikap sungguh-sungguh dan penuh disiplin dalam melakukan segala hal.

2.      Dengan semangat membaca, menulis, mencoba dan melakukan kegiatan keilmuan  secara
menyeluruh, akan mampu mengantarkan lahirnya umat Islam yang mahir, kuat dan terangkat posisinya
pada derajat yang terhirnat. Seruan Allah swt. Dalam surah Al-Mujadalah ayat 11 benar-benar akan
menjadi bukti nyata dalam kehidupan umat Islam.

3.      Hanya dengan terwujudnya umat Islam yang mahir dibidang segala tingkat keilmuan, umat islam
akan menjadi umat yang kuat,sehingga keberadaannya tidak menjadi beban orang lain. Sebaliknya akan
mampu menyelamatkan diri sendiri dan orang lain dari ancaman berubahnya kidah dan sifat
ketergantungan dalam segala hal.

4.      Agar umat Islam dapat mengambil kembali posisi kejayaan yang telah lama berpindah ke Negara
barat, maka umat Islam harus menyadari dan sanggup menumbuhkan kembali tradisi penyebab
kejayaan Islam masa lalu, melalu semangat mencintai ilmu, semangat melakukan kegiatan
penerjemahan, berdiskusi, melakukan penelitian dan kegiatan keilmuan lainnya dengan didukung oleh
kebijakan pemegang pemerintahan

No Nama Kelahiran dan kematian Pemikiran /Hasil karya

1 Abu Al-Qasim Al-junaid -Lahir: di Nihawan tahun -Karena kehebatannya,


bin Muhammad Al-Kazzaz 210H/823M Al-Juna
al-NIhawandi(JUnaid Al-
-Wafat: di kota Baghdad
Baghdadi)
tahun 297H/910M

C.      Hikmah dan perilaku yang diambil dari perkembangan islam masa kejayaan
1.      Segala sesuatu yang dilakukan dengan kesungguhan dan dsiplin akan mampu mengantarkan pada
kesuksesan besar. Karena umat islam berpikir dengan landasan kebenaran Al-Quran dan Hadis. Banyak
ayat-ayat yang mendorong umat islam selalu berpikir sungguh-sunggu dan disiplin dalam melakukan
apapun

2.      Dengan semangat membaca, menulis, mencoba, melakukan kegiatan keilmuan secara meneyluruh
maka mampu mengantarkan lahirnya umat islam yang mahir, kuat dan terangkat posisinya pada derajat
terhrmat.

3.      Hanya dengan terwujudnya umat islam yang mahir segala bidang keilmuan, umat islam akan
menjadi umat yang kuat, sehingga keberadaan nya tidak menjadi beban orang lain.

4.      Agar umat islam dapat mengambila kembali pposisi kejayaan yang telah lama berpindah kenegara
barat, maka umat islam harus menyadari dan sanggup menumbuhkan kembali tradisi penyebab
kejayaan islam masa lalu, melalui semangat cinta ilmu, semangat membaca, semangat melakukan
kegiatan penerjemah, berdiskusi, melakukan kegiatan penerjemah, dan kegiatan keilmuan lainnya yang
didukung oleh kebijakan pemegang pemerintahan.

C . KESIMPULAN

            Perkembangan islam masa kejayaan sekitar tahun 750-1258 M. Faktor-faktor yang mendorong
islam mengalami masa kejayaan seperti: dorongan membaca iqra, ilmu berasaskan tauhid, panduan Al-
Quran dan sunah, keterbukaan dan kreativitas umat islam, gerakan penerjemah.

Hal yang berpengaruh pada pemebntukan dan pergerakan umat islam adalah kebijakan khalifah, respon
umat islam dan tokoh-tokoh islam yang berpengaruh dibidang tauhid, fikih, akhlak, pengetahuan.

Dan juga hikmah yang dapat diambil umat islam pada masa kejayaan seperti: segala susatu yang
dilakukan disiplin akan menghantarkan kesuksesan besar,dengan semangat membaca, menulis, dan lain-
lain akan terangkat derajatnya, dan lain-lain

#DAFTAR PUSTAKA:

http://pramithasw22.blogspot.co.id/2016/05/makalah-agama-islam-perkembangan-islam.html
NAMA : ARI AMBARWATI

MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NO.NPM : 1769700037

Anda mungkin juga menyukai