Anda di halaman 1dari 23

1

PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt, Dzat Yang Maha Pengasih lagi maha
Peyayang. Shalawat serta salam senantiasa kita persembahkan bagi Nabi Agung Muhammad
Saw, nabi akhir zaman, yang membawa risalah Islam, rahmatan lil-„Alamin.
Seiring dengan hidayah dan inayah Allah Swt, Penulis dapat menyelesaikan buku modul
ini dengan segala kekurangan yang ada untuk dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
materi pembelajaran bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Buku modul ini berisi materi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti (BP) yang
penulis sajikan bagi siswa kelas XII pada semester 1 sebagai buku pegangan bagi siswa dalam
proses pembelajaran PAI dan BP, menggantikan kedudukan LKS yang tidak terbit lagi.
Penulis sengaja menampilkan modul ini ke dalam buku kecil yang hanya memuat materi
pembelajaran pada setiap bab. Hal ini dimaksudkan agar siswa terkonsentrasi pada materi
yang dimaksud, disamping itu untuk lebih memperkaya khazanah materi yang dimaksud.
Terimakasih Penulis sampaikan kepada Yth. bapak Kepala SMA N 1 Pati Jawa Tengah
yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan modul ini. Demikian pula
terimakasih Penulis sampaikan kepada segenap rekan guru mata pelajaran PAI dan BP, serta
seluruh guru SMA N 1 Pati yang telah memberikan motivasi dan bantuannya sehingga
penyusunan buku ini dapat Penulis selesaikan.
Akhir kata, Penulis berharap agar keberadaan modul PAI dan BP ini membuahkan berkah
dan manfaat bagi para siswa pada khususnya, dan bagi para pembaca yang budiman pada
umumnya. Kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa dinantikan sebagai bahan
evaluasi dan revisi dalam penyusunan modul berikutnya.

Pati, 17-07-2017
Penyusun,

Ahmad Kholiq Zuhry, M.S.I.

2
DAFTAR ISI

Cover__1
Pengantar__2
Daftar Isi__3
Peta Konsep__4
Kompetensi Dasar__4
Membuaka Relung Hati__5
Mengkritisi sekitar Kita__6
Memperkaya Khasanah__7
BAB I: BERPIKIR KRITIS
A. Perintah Berpikir Kritis dalam Q.S. Ali Imran [3]: 190-191__7
1. Pengertian Berpikir Kritis__8
2. Q.S. Ali Imran: 190-191 tentang Berpikir Kritis__9
3. Asbabun Nuzul__9
4. Kosa Kata__10
5. Hukum Tajwid__11
6. Kajian Tafsir__11
7. Pandangan Islam tentang penciptaan langit dan bumi__13

B. Hakikat Berpikir Kritis__17


1. Kehidupan di akhirat adalah masa depan yang sesungguhnya__17
2. Perbandingan antara orang yang cerdas dan orang yang jahil__17
3. Pesan Nabi Saw tentang lima perkara sebelum lima perkara__18

C. Manfaat Berpikir Kritis__19


Menerapkan Perilaku Mulia__20
Rangkuman__20
Tugas Kelompok__21
Evaluasi__21
Daftar Pustaka__23

3
BAB
1 BERPIKIR KRITIS

Aspek Materi: al-Quran

Peta Konsep

BERPIKIR
KRITIS

MEMBACA ANALISIS
Q.S. Ali Imran: 190- Q.S. Ali Imran: 190- MANFAAT
191 dan Hadits 191 dan Hadits Berpikir Kritis
tentang Berpikir Kritis tentang Berpikir Kritis

MENGHAFAL Sikap dan Perilaku


Q.S. Ali Imran: BERPIKIR KRITIS
190-191 dan
Hadits tentang
Berpikir Kritis

Kompetensi Dasar

1. Melafalkan bacaan Q.S. Ali Imran (3): 190-191 dengan makharijul huruf yang benar,
2. Mengidentifikasi bacaan tajwid pada Q.S. Ali Imran (3): 190-191,
3. Mengartikan kata atau kalimat pada Q.S. Ali Imran (3): 190-191,
4. Menjelaskan Asbabun Nuzul Q.S. Ali Imran (3): 190-191,
5. Menyimpulkan isi kandungan Q.S. Ali Imran (3): 190-191,
6. Merumuskan pesan-pesan yang terkandung dalam Q.S. Ali Imran (3): 190-191,
7. Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Ali Imran (3): 190-191.

4
Membuka Relung Hati

Dapat dipastikan bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah Swt ini memiliki
manfaat. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia ditantang untuk dapat
menemukan lalu menjelaskan hikmah atas segala sesuatu yang diciptakan oleh-Nya itu
melalui kajian secara ilmiah dalam semua disiplin keilmuan. Dan di sisi yang lain, Allah
menginformasikan bahwa kemampuan manusia dalam menggunakan akal pikirannya itu
memiliki keterbatasan.

﴾٥٨﴿ ً‫ َوَما أُوتِيتُم ِّمن الْعِْل ِم إِالَّ قَلِيال‬...


Artinya: ... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Q.S. al-Isra‟[17]: 85)

Sebagai satu contoh yang sederhana adalah firman Allah Swt dalam Q.S. al-Ghasyiah
[88]: 17 berikut,
ِ ‫اْلبِ ِل َكي‬
‫ت‬ َ ْ ِْ ‫أَفَ َال يَنظُُرو َن إِ ََل‬
ْ ‫ف ُخل َق‬
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan (Q.S. al-
Ghasiyah [88]: 17).
Gambar 1: Unta
Marilah kita renungkan semua ciri binatang unta. Sistem
khusus yang memungkinkannya menahan haus, punuk yang
memberinya kekuatan bepergian tanpa makan. Punuk unta
berisi lemak dan menyediakan kemampuan sebagai tempat
menyimpan makanan. Unta mampu berjalan 3 minggu, bisa
menempuh jarak 500-1000 km1, struktur kaki yang menahannya
dari tenggelam ke dalam pasir, kelopak mata yang tembus
cahaya, bulu mata yang melindungi matanya dari pasir, hidung
yang dilengkapi disain khusus anti badai pasir, struktur mulut,
bibir dan gigi yang memungkinkannya memakan duri dan
tumbuhan gurun pasir, sistem pencernaan yang dapat mencerna
hampir semua benda apapun, lapisan tebal khusus yang melindungi kulitnya dari pasir panas
membakar, serta rambut permukaan kulit yang khusus dirancang untuk melindunginya dari
panas dan dingin.
Tidak satupun dari semua ini dapat dijelaskan oleh logika teori evolusi, dan semuanya
menyatakan satu kebenaran yang nyata bahwa, Unta telah diciptakan secara khusus oleh
Allah untuk hidup di padang pasir, dan untuk membantu kehidupan manusia di tempat itu.2
Masih banyak ayat dalam kitab suci al-Quran yang menjelaskan tentang keajaiban
makhluk ciptaan Allah, seperti nyamuk, lebah, semut, buah kurma, dan lain sebagainya. Allah
berfirman dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 26,

1
http://mesjidui.ui.ac.id/, Pati, 07 Maret 2016, 20.25 WIB.
2
http://www.republika.co.id/, Pati, Senin, 07 Maret 2016, 20.15 WIB.
5
ِ َّ ْ َ‫اَّللَ الَ يَ ْستَ ْحيِي أَن ي‬ َّ ‫إِ َّن‬
‫ين َآمنُواْ فَيَ ْعلَ ُمو َن‬
َ ‫وضةً فَ َما فَ ْوقَ َها فَأ ََّما الذ‬
َ ُ‫ب َمثَالً َّما بَع‬ َ ‫ض ِر‬
ً‫ض ُّل بِِو َكثِارا‬ ِ ‫اَّلل ِّب َذا مثَالً ي‬ ِ َّ‫اْل ُّق ِمن َّرّّبِِم وأ ََّما ال‬
ُ َ َ َُّ ‫ين َك َفُرواْ فَيَ ُقولُو َن َما َذا أ ََر َاد‬ َ ‫ذ‬ َ ْ َْ ُ‫أَنَّو‬
﴾ٕ٢﴿ ‫ني‬ ِ ‫اس‬
‫ق‬ ِ ‫ض ُّل بِِو إِالَّ الْ َف‬ِ ‫وي ه ِدي بِِو َكثِاراً وما ي‬
َ ُ ََ ْ ََ
Artinya: Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang
lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa
perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah
maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang
yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya
petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (Q.S. al-
Baqarah [2]: 26).

M. Quraish Shihab dalam kitab tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa melalui ayat
tersebut Allah tidak enggan membuat perumpamaan contoh dan misal yang dapat
mengesankan keagungan-Nya berupa kutu3 (atau nyamuk) atau yang lebih rendah darinya.
Bagi orang-orang yang beriman, perumpamaan itu diyakini benar adanya, berbeda dengan
orang-orang kafir yang tidak meyakininya. Mereka meragukan tanda kebesaran dan
keagungan Allah melalui ciptaan-Nya yang berupa nyamuk tersebut.4
Ditinjau dari aspek ilmu pengetahuan, nyamuk memiliki seratus mata di kepalanya, 48
gigi di mulutnya, 3 jantung di perutnya lengkap dengan bagian-bagiannya, 6 pisau di
belalainya dan masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda, 3 sayap pada setiap sisinya,
dan alat pendeteksi panas yang bekerja seperti infra merah yang berfungsi memantulkan
warna kulit manusia pada kegelapan menjadi warna ungu hingga terlihat olehnya. Walaupun
kecil, dengan tusukan belalainya ia dapat membunuh gajah, unta atau kerbau.5

Mengkritisi Sekitar Kita

Gambar 2: Nyamuk
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Allah tidak enggan
memberikan contoh tanda kebesaran-Nya berupa seekor
nyamuk. Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai
Mosquito, berasal dari sebuah kata dalam bahasa
Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil.
Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583.
Di Britania Raya nyamuk dikenal sebagai gnats.

3
Ba‟udhah (‫ )بعوضة‬dalam kitab Tafsir Jalalain berasal dari kata dasar Ba‟ud (‫ )بعوض‬yang berarti kutu yang
kecil, menggigit dengan menyakitkan dan busuk baunya. al-Jamal dengan mengutip Tafsir al-Khazin
mengatakan bahwa Ba‟ud adalah kutu yang kecil, berkaki enam, bersayab empat, berekor dan berbelalai.
Dengan belalainya yang kecil, ia dapat menembus kulit gajah, unta dan kerbau sampai mati. Pendapat lain
mengatakan bahwa Ba‟ud dapat diartikan sebagai nyamuk (lihat: M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume
1, 2007, hal. 133).
4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Volume 1, Cet. XI, Jakarta, Lentera, 2007, hal. 132.
5
Ibid., hal. 133.
6
Pada nyamuk betina, di bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus
kulit mamalia untuk mengisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan
telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung
protein, kebanyakan nyamuk betina perlu mengisap darah untuk mendapatkan protein yang
diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak
sesuai untuk mengisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites,
tidak pernah mengisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik
nyamuk yang lain.6
Nyamuk merupakan makhluk kecil dan kelihatan tiada berdaya. Namun ia memiliki
keunikan dan keistimewaan yang terkandung di balik penciptaannya. Di sisi lain, banyak
manusia yang tidak mau tahu hikmah di balik penciptaan nyamuk. Banyak manusia yang
memandang remeh lagi sia-sia terhadap binatang kecil itu. Apa sebenarnya hikmah di balik
penciptaan nyamuk yang kita jumpai sehari-hari. Gambar 3: Plankton
Allah mencipta makhluk yang memiliki fisik besar seperti
gajah, demikian pula Allah mencipta makhluk yang berukuran
sangat kecil seperti plankton. Plankton adalah organisme air kecil
yang hidup di air tawar dan lingkungan laut. Kata plankton berasal
dari kata Yunani planktos, yang berarti melayang. Secara
umum, plankton memiliki sedikit atau tidak ada alat penggerak dan
distribusi mereka ditentukan terutama oleh arus air dan
pencampuran. Mengapa Allah harus mencipta makhluk sekecil
plankton.
Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya
muncul pada musim hujan di saat langit memunculkan kilatan cahaya
sesaat yang menyilaukan. Beberapa saat kemudian disusul dengan
suara menggelegar yang disebut guruh. Perbedaan waktu kemunculan
ini disebabkan adanya perbedaan-perbedaan antara kecepatan
suara dan kecepatan cahaya.
Petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan
sebuah kondensator raksasa, dimana lempeng pertama
Gambar 4: Petir adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng positif) dan lempeng
kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti yang sudah diketahui kapasitor adalah sebuah
komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage).
Petir juga dapat terjadi dari awan ke awan (intercloud), di mana salah satu awan bermuatan
negatif dan awan lainnya bermuatan positif.7 Lalu bagaimana jika petir itu ditinjau dari kaca
mata agama dan ilmu pengetahuan.

Memperkaya Khazanah

A. Perintah Berpikir Kritis dalam Q.S. Ali Imran [3]: 190-191


Berpikir Kritis didefinisikan oleh para pakar dengan pengertian yang beragam. Menurut
Mertes, Berpikir Kritis adalah sebuah proses yang sadar dan sengaja yang dipergunakan

6
https://id.wikipedia.org/wiki/Nyamuk, Pati, 15 – 04 – 2018, 20.00 WIB.
7
https://id.wikipedia.org/wiki/Petir, Rabu, 26-07-2016, 10.30 WIB.
7
untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap
reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan.
1. Pengertian Berpikir Kritis
Masih ada para ahli yang mengemukakan pengertian Berpikir Kritis sebagai berikut:
a. Ennis: Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.8
b. Beyer: Berpikir kritis adalah kemampuan: (a) menentukan kredibilitas suatu sumber, (b)
membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, (c) membedakan fakta dari
penilaian, (d) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (e)
mengidentifikasi bias yang ada, (f) mengidentifikasi sudut pandang, dan (g)
mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.9
c. Mustaji: Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
Berikut adalah contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya (a) membanding dan
membedakan, (b) membuat kategori, (c) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan,
(d) menerangkan sebab, (e) membuat sekuen atau urutan, (f) menentukan sumber yang
dipercayai, dan (g) membuat estimasi.10
d. Walker: Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep,
mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi berbagai informasi
yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di mana hasil proses ini
diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan.11
e. Hassoubah: Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi
dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.12
f. Chance: Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan
menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik
kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.13
g. Paul: Berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja
dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara
terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar
intelektual padanya.14
h. Halpern: Berpikir kritis adalah pemberdayaan kognitif dalam mencapai tujuan.15

8
Ennis, Robert H. A concept of critical thinking. Harvard Educational Review, Vol 32(1), 1962, 81-111.
9
Beyer, Barry K. (). Critical Thinking. Phi Delta Kappa, 408 N. Union, P.O. Box 789, Bloomington, 1985,
IN 47402-0789.
10
Mustaji (2012). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran. Tersedia
online: http://pasca.tp.ac.id/site/pengembangan-kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran
diakses tanggal 23-12-2012.
11
Walker, Paul dan Finney, Nicholas, Skill Development and Critical Thinking in Higher Education. Higher
Education Research & Development Unit, University College, London, 1999, WC1E 6BT, UK.
12
Hossoubah, Z., Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan), Bandung, 2007, Yayasan
Nuansa Cendia.
13
Chance, P., Thinking in the classroom: A survey of programs. New York, 1986: Teachers College,
Columbia University.
14
Paul, Richard, Critical Thinking: How to Prepare Students for a Rapidly Changing World. 1993,
Foundation for Critical Thinking.
15
Halpern, Diane F. (1989). Thought and knowledge: An introduction to critical thinking (2nd ed.).
Hillsdale, NJ, England: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. xvii 517 pp.
8
i. Angelo: Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi,
meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenali permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan serta mengevaluasi. 16

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan secara sederhana bahwa


berpikir kritis adalah proses mental dalam menganalisis atau mengevaluasi informasi yang
didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat serta komunikasi.
Kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan oleh setiap orang untuk memecahkan suatu
permasalahan atau mencari solusi yang terbaik, dan pengelolaan sebuah target. Berikut adalah
contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya: Membandingkan dan membedakan,
membuat kategori, meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, menerangkan sebab,
membuat sekuen atau urutan, menentukan sumber yang dipercayai, dan merumuskan estimasi.

2. Q.S. Ali Imran: 190-191 tentang Berpikir Kritis

‫اب‬ِ ‫ ِف اللَّْي ِل والنَّها ِر َيتا ٍت ِّألُوِ ي األلْا‬ ِ َ‫ض واختِال‬ ِ َّ ‫إِ َّن ِِف خْل ِق‬
ْ َ ِ ‫الس َم َاوات َواأل َْر‬ َ
َ ْ َ َ َ
‫اَّللَ قِيَاماً َوقُعُوداً َو َعلَ َى ُجنُوّبِِ ْم َويَتَ َف َّكُرو َن ِِف َخْل ِق‬
ّ ‫ين يَ ْذ ُكُرو َن‬
َ
ِ َّ‫ٔ﴾ ال‬٩ٓ﴿
‫ذ‬
‫اب النَّا ِر‬ ‫ذ‬
َ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ن‬ َِ‫ض ربَّنا ما خلَ ْقت ىذا َب ِطالً ساحانَك ف‬
‫ق‬ ِ ‫َر‬‫أل‬ ‫ا‬
‫و‬ ِ ‫السماو‬
‫ات‬
َ َ َ َ َ ُْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ
﴾ٔ٩ٔ﴿
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. 191. (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka. (Q.S. Ali Imran: 190-190)

3. Asbabun Nuzul (‫)أسباب اننزول‬


Menurut riwayat Abu Ishak al-Maqariy, Abdullah bin Hamid, Ahmad Bin Muhammad
bin Yahya al-Abidiy, Ahmad bin Najdah, Yahya bin Abdul Hamid al-Mahany, Ya‟qub al-
Qumy, Ja‟far bin Abi al-Mughirah, Sa‟id bin Jubair dari Ibn „Abbas, bahwa orang Quraisy
Yahudi berkata: Apakah ayat-ayat yang telah dibawa oleh Musa? Mereka menjawab: Tongkat
dan tangannya putih bagi orang yang melihatnya. Selanjutnya mereka datang kepada orang-
orang Nasrani dan berkata: Bagaimanakah dengan yang dibawa oleh Isa terhadapmu?
Mereka menjawab: Menyembuhkan orang yang lepra dan penyakit kulit serta menghidupkan
orang mati. Kemudian mereka datang kepada Nabi dan berkata: Coba engkau ubah bukit
Shafa ini menjadi emas untuk kami, maka turunlah ayat tersebut.17
Sejumlah riwayat menyatakan bahwa Rasul Saw seringkali membaca ayat ini dan ayat-
ayat berikutnya saat beliau bangun shalat tahajjud di malam hari. Imam Bukhari

16
Angelo, Thomas A. & Cross, Patricia, 1995, Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College
Teachers, 2nd edition.
17
Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-ayat Al-Tarbawiy),(Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2002), hal. 131.
9
meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata bahwa, “Suatu malam aku tidur di rumah bibiku,
Maemunah. Rasul Saw berbincang-bincang dengan keluarga beliau, beberapa saat kemudian
pada sepertiga malam terakhir beliau bangkit dari pembaringan dan duduk memandang ke
arah langit sambil membaca ayat ini lalu beliau berwudhu dan shalat sebelas rakaat.
Kemudian adzan subuh, maka beliau shalat dua rakaat, lalu menuju ke masjid untuk
mengimami jamaah shalat subuh.”
Ibnu Mardawaih juga meriwayatkan melalui Atha‟ bahwa, “Suatu ketika ia bersama
rekannya, mengunjungi Aisyah ra istri Nabi Saw untuk bertanya tentang peristiwa apa yang
paling mengesankan beliau dari Rasul Saw, Aisyah menangis sambil berkata: “Semua yang
beliau lakukan mengesankan kalau hanya menyebut satu, maka satu malam, yakni di malam
giliran beliau tidur berdampingan denganku, kulitnya menyentuh kulitku lalu beliau
bersabda,”wahai Aisyah, izinkanlah aku beribadah kepada Tuhanku” dan aku berkata, “demi
Allah, aku senang berada di sampingmu, tetapi aku senang juga engkau beribadah kepada
Tuhan.” Maka beliau pergi berwudhu, tidak banyak air yang beliau gunakan lalu berdiri
melaksanakan shalat dan menangis hingga membasahi jenggot beliau lalu sujud dan menangis
hingga membasahi lantai, lalu berbaring dan menangis. Setelah itu Bilal datang untuk adzan
Subuh. Bilal bertanya kepada Rasul tentang apa gerangan yang membuat beliau menangis
sedang Allah telah mengampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang. Rasul Saw
menjawab, “Aduhai Bilal, apa yang dapat membendung tangisku sedang semalam Allah telah
menurunkan ayat, “inna fi khalqis samawati.., sungguh celaka siapa yang membaca tapi
tidak memikirkannya”.

4. Kosa Kata
ِ َ‫واختِال‬
‫ ِف الَّْي ِل‬ ِ ‫السماو‬
ِ ‫ات َواأل َْر‬
‫ض‬ ‫إِ َّن ِِف َخْل ِق‬
ْ َ 
َ َ َّ 

dan silih bergantinya Sesungguhnya dalam


langit dan bumi
malam penciptaan
ِ َّ ِ ‫ِّألُوِ ي األلْا‬ ‫َيتا ٍت‬
َ‫اَّلل‬
ّ ‫ين يَ ْذ ُكُرو َن‬
َ ‫ا لذ‬  ‫اب‬َ ْ 
َ ‫َّها ِر‬
َ ‫َوالن‬
(yaitu) orang-orang bagi orang-orang yang dan siang terdapat tanda-
yang mengingat Allah berakal tanda

‫َويَتَ َف َّكُرو َن ِِف َخْل ِق‬  ‫َو َعلَ َى ُجنُوّبِِ ْم‬  ً‫قِيَاماً َوقُعُودا‬
dan mereka memikirkan atau dalam keadaan
sambil berdiri atau duduk
tentang penciptaan berbaring

ً‫َىذا ََب ِطال‬ ‫ت‬ ِ ‫السماو‬


ِ ‫ات َواأل َْر‬

َ ‫َربَّنَا َما َخلَ ْق‬  ‫ض‬ َ َ َّ
"Ya Tuhan kami,
langit dan bumi (seraya
ini dengan sia-sia tiadalah Engkau
berkata)
menciptakan ini

‫اب النَّا ِر‬


َ ‫َع َذ‬  ‫فَِقنَا‬  ‫ك‬
َ َ‫ُسْا َحان‬
dari siksa neraka maka peliharalah kami Maha Suci Engkau
10
5. Hukum Tajwid
No Bagian Ayat Hukum Bacaan Alasan

1 ‫إِ َّن ِِف َخْل ِق‬ Ghunnah, dan Mad Thabii Huruf Nun bertasydid, dan Ya‟
sukun yang berada setelah kasrah

‫ات‬ِ ‫السماو‬ Al Syamsiyah Al bertemu sin


2
َ َ َّ
3 ‫ض‬ ِ ‫َواأل َْر‬ Al Qomariyah Al bertemu hamzah

4 ‫الَّْي ِل‬ Mad Lain Sukun yang berada setelah fathah

ً‫قِيَاماً َوقُعُودا‬
Idgham bi-Ghunnah Tanwin bertemu huruf wawu
5

6 ‫ت‬َ ‫َخلَ ْق‬


Qalqalah Sughra Qaf sukun di tengah kalimat

7 ‫اب النَّا ِر‬


َ ‫َع َذ‬
Mad „Aridli lis-Sukun Mad Thabii berada pada akhir
ayat dan wakaf

6. Kajian Tafsir
Ayat 190-191 surat Ali Imran merupakan penutup surat Ali Imran. Ini antara lain terlihat
pada uaian-uraiannya yang bersifat umum. Setelah dalam ayat-ayat lalu mengurai hal-hal
yang rinci, sebagaimana terbaca pada ayat 189 yang menegaskan kepemilikan Allah Swt.
Atas alam raya. Maka pada ayat yang ke-190-191 Allah menguraikan sekelumit dari
penciptaan-Nya, serta memerintahkan agar memikirkannya.
a. Perintah berpikir kritis
Ayat yang artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal
menjelaskan bahwa salah satu bukti kebenaran bahwa Allah adalah Sang Pemilik atas alam
raya ini adalah panggilan sekaligus motivasi kepada umat manusia untuk berpikir kritis,
karena sesungguhnya dalam penciptaan, yakni kejadian benda-benda angkasa, seperti
matahari, bulan dan jutaan gugusan bintang-bintang yang terdapat di langit, atau dalam
pengaturan sistem kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi pada
porosnya yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang, perbedaannya baik dalam masa
maupun panjang dan pendeknya terdapat tanda-tanda kemahakuasaan Allah bagi Ulul Albab
ْ ‫)أ ْونو‬, yakni orang orang yang memiliki akal yang murni. Demikian pendapat Mufassir
(‫األنبَاب‬
Ibnu Katsir.
(yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata). M. Quraish Shihab menambahkan bahwa maksud Ulil Albab dalam Q.S. Ali
Imran: 190 ini adalah orang-orang, baik laki-laki maupun perempuan yang terus mengingat
Allah dengan ucapan atau hati, dan dalam seluruh situasi dan kondisi, saat bekerja sambil
berdiri atau duduk atau keadaan berbaring atau bagaimanapun, dan mereka memikirkan
tentang penciptaan yakni kejadian dan sistem kerja langit dan bumi, dan setelah itu berkata

11
sebagai kesimpulan; Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan alam raya dan segala isinya
ini dengan sia-sia tanpa tujuan yang hak. Apa yang kami alami, atau dengar dari keburukan
atau kekurangan, Maha Suci Engkau dari semua itu.
b. Fenomena alam merupakan bukti adanya Allah dan kekuasaan-Nya
Ibnu Katsir menegaskan bahwa kata al-bab (‫ )انباب‬adalah bentuk jamak dari lub (‫ )نة‬yaitu
saripati sesuatu. Kacang misalnya, memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai
lub. Ulul Albab adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi
oleh kulit, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir. Orang yang
merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata
tentang keesaan dan kekuasaan Allah Swt.
c. Samudera ilmu pengetahuan
Ayat ini mirip dengan ayat 164 surat al-Baqarah, hanya saja di sana disebutkan delapan
macam ayat-ayat Allah, sedang di sini hanya tiga. Bagi kalangan sufi, pengurangan ini
disebabkan karena memang pada tahap-tahap awal, seorang salik (‫ )سانك‬yaitu orang yang
berjalan menuju Allah membutuhkan banyak argumen aqliyah (akal sehat). Akan tetapi,
setelah melalui beberapa tahap, yakni ketika kalbu telah memperolah kecerahan, maka
kebutuhan akan argumen aqliyah semakin berkurang, bahkan dapat menjadi halangan bagi
kalbu untuk terjun ke samudera ma’rifat (samudera ilmu pengetahuan). Selanjutnya, kalau
bukti-bukti yang disebutkan di sana adalah hal-hal yang terdapat di langit dan di bumi, maka
penekanannya di sini adalah pada bukti-bukti yang terbentang di langit. Ini karena bukti-bukti
di langit lebih menggugah hati dan pikiran, seta lebih cepat mengantar seseorang meraih rasa
keagungan ilahi.
Di sisi lain, ayat 164 al-Baqarah ditutup dengan menyatakan bahwa yang demikian itu
merupakan “tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (‫ )اليت نقوو يعقهون‬la-ayatil li-qaumiy
ya‟qilun, sedangkan pada ayat ini (Q.S. Ali Imran: 190), karena mereka telah berada pada
tahap yang lebih tinggi dan juga telah mencapai kemurnian akal, maka sangat wajar ayat ini
ditutup dengan la-ayatil li-ulil albab (‫)اليت الني االنباب‬. Derajat Ulul Albab (kemurnian akal)
lebih tinggi daripada sekedar berakal sehat.
d. Dzikir dan Pikir
Di atas terlihat bahwa objek dzikir adalah Allah, sedang objek pikir adalah makhluk-
makhluk Allah berupa fenomena alam. Ini berarti bahwa pengenalan kepada Allah lebih
banyak dilakukan oleh kalbu (hati nurani). Sedangkan pengenalan alam raya didasarkan pada
penggunaan alam, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk
memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah.
Hal ini dipahami dari sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Abu Nu‟aim melalui Ibnu
Abbas: “Berpikirlah tentang makhluk Allah dan jangan berpikir tentang Allah“. Demikian
uraian M. Quraish Shihab.
e. Hasil dzikir dan pikir
Di atas telah dijelaskan makna firman-Nya, Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, bahwa hal itu adalah sebagai natijah (‫ )نتيجة‬atau kesimpulan dari upaya
dzikir dan pikir. Dapat juga dipahami dzikir dan pikir tersebut mereka lakukan sambil
membayangkan dalam benak mereka bahwa alam raya tidak diciptakan Allah secara sia-
sia.

12
Ayat di atas mendahulukan dzikir atas pikir karena dzikir mengingat Allah dan
menyebut nama-nama dan keagungan-Nya. Hati akan menjadi tenang, dan dengan ketenangan
pikiran akan menjadi cerah bahkan siap untuk memperoleh limpahan ilham dan bimbingan
ilahi.
1) Mengawali doa dengan pujian
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Didahulukannya kata
“subhanaka” yang diterjemahkan sebagai “Maha Suci Engkau“, atas permohonan terjaganya
dari siksa neraka, mengajarkan bagaimana seharusnya bermohon, yaitu mendahulukan
pensucian Allah dari segala kekurangan dengan memujinya sebelum mengajukan
permohonan. Hal ini dimaksudkan agar si pemohon menyadari nikmat Allah yang telah
melimpah kepadanya sebelum adanya permohonan sekaligus untuk menampik segala
perasangka ketidakadilan dan kekurangan terhadap Allah apabila ternyata permohonannya
belum diperkenan oleh-Nya.
Ayat di atas juga menunjukkan bahwa semakin banyak hasil yang diperoleh dari dzikir
dan pikir dan semakin luas pengetahuan tentang alam raya akan semakin dalam pula rasa
takut kepada-Nya, hal ini antara lain tercemin pada permohonan untuk dihindarkan dari siksa
neraka. Seperti firman-Nya: “sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-
hambanya hanyalah para ulama/cendekiawan “(Q.S. Fathir: 28)
Q.S. Ali Imran ayat 192 yang menjelaskan sebab permohonan agar dihindarkan dari siksa
neraka, adalah untuk menggambarkan betapa mereka paham ajaran agama dan betapa mereka
mendesak dalam bermohon, karena siapa yang menjelaskan dengan rinci sesuatu atau
kehebatannya, maka itu pertanda bahwa ia sangat butuh, sehingga ketulusannya bermohon
lebih dalam dan dengan demikian harapannya untuk dikabulkan lebih besar.

7. Pandangan Islam tentang penciptaan langit dan bumi


Langit adalah bagian atas dari permukaan bumi, dan digolongkan sebagai lapisan
tersendiri yang disebut atmosfer. Langit terdiri dari banyak gas dan udara, dengan
komposisi berbeda di tiap lapisannya. Langit sering terlihat berwarna biru, disebabkan
karena pemantulan cahaya, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa langit bisa berwarna
selain itu, misalnya merah ketika senja, atau hitam saat turun hujan.
a. Penciptaan langit dan bumi
Prinsip penting yang perlu kita kedepankan ketika membahas masalah azali (kejadian
masa silam) atau masalah ghaib secara umum adalah tidak memberikan rincian tanpa bukti
dan dalil yang shahih. Sebatas teori, tidak bisa dijadikan acuan. Karena Allah tidak akan
menanyakan masalah ghaib yang kita tidak tahu dan yang tidak disebutkan dalam dalil. Sebab
pembahasaan tersebut dapat membuahkan keraguan dan sekaligus menjerumuskan seseorang
ke dalam keyakinan yang salah.
1) Keterangan Global
Allah Swt mencela memberikan komentar tentang masalah ghaib yang tidak memiliki
bukti seperti hasil penelitian ilmuwan barat saat sekarang ini. Diantaranya masalah proses
penciptaan alam semesta. Dalam al-Quran, Allah hanya memberikan keterangan global dan
tidak rinci. Hanya dengan mengetahui secara global, tanpa menggali yang lebih rinci, itu
sudah cukup bagi seorang muslim.
Allah tegaskan dalam al-Quran,

13
‫ض َوال َخْل َق أَنْ ُف ِس ِه ْم‬ ِ ‫السماو‬
ِ ‫ات َو ْاأل َْر‬ َ َ َّ ‫َما أَ ْش َه ْدتُ ُه ْم َخْل َق‬
Artinya: Aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan
tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri (Q.S. al-Kahfi: 51)
2) Manusia dan segenap makhluk tidak ada yang menyaksikan
Dalam kitab Fatawa Syabakah Islamiyah dinyatakan,

‫فأما األتام الستة اليت خلق هللا فيها السموات واألرض فهي غيب مل يشهده أحد‬
ً‫ وال من خلق هللا مجيعا‬،‫من الاشر‬
Artinya: Rentang 6 hari yang Allah jadikan waktu penciptaan langit dan bumi, sifatnya
ghaib. Tidak ada satupun manusia yang menyaksikannya, tidak pula makhluk Allah
semuanya.18
3) Proses penciptaan langit dan bumi selama 6 hari tanpa rasa lelah
Allah Swt menceritakan proses penciptaan alam semesta dalam al-Quran. Ada yang
bersifat global dan ada yang lebih rinci. Dalam penjelasan global, Allah menegaskan bahwa
Dia menciptakan langit dan bumi selama 6 hari. Allah tegaskan hal ini di tujuh ayat dalam al-
Quran. Diantaranya,
ِِ ِ َّ ‫اَّلل الَّ ِذي خلَق‬
ْ َُّ ‫ض ِِف ستَّة أ ََّتاٍم‬
‫استَ َوَ َعلَى الْ َعْر ِش‬ َ ‫الس َم َاوات َو ْاأل َْر‬ َ َ ِ
َُّ ‫إ َّن َربَّ ُك ُم‬
Artinya: Sesugguhnya Tuhan kalian, yaitu Allah, Dialah yang menciptakan langit dan bumi
dalam 6 hari, kemudian Dia beristiwa‟ di atas Arsy. (Q.S. al-A‟raf: 54).

Allah juga berfirman di surat al-Furqan,


ٍ ُ‫ض وما ب ْي نَ هما ِِف ِست َِّة أ ََّتاٍم وما م َّسنَا ِمن لُغ‬
‫وب‬ ِ َّ ‫ولََق ْد خلَ ْقنَا‬
ْ َ ََ َ ُ َ َ َ َ ‫الس َم َاوات َو ْاأل َْر‬ َ َ
Artinya: Sungguh Aku telah menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada diantara
keduanya dalam 6 hari, dan Aku tidak merasa capek. (Q.S. Qaf: 38).

Keterangan lainnya Allah sebutkan di surat Yunus (ayat 3), Hud (ayat 7), al-Furqan (ayat
59), as-Sajdah (ayat 4), dan al-Hadid (ayat 4). Disamping penjelasan global, Allah juga
memberikan penjelasan lebih rinci, di surat Fushilat (ayat 9 sampai 12), Dia berfirman,
4) Penciptaan bumi selama 2 hari
ِ ِ ْ ‫ض ِِف يَوَم‬ ِ َّ‫قُل أَإِنَّ ُكم لَت ْك ُفرو َن َِبل‬
‫ب‬ َ ‫ني َوََْت َعلُو َن لَوُ أَنْ َداداً َذل‬
ُّ ‫ك َر‬ ْ ‫َر‬
‫األ‬
ْ
َ ْ َ َ‫ق‬‫ل‬
َ ‫خ‬ ‫ي‬ ‫ذ‬ ُ َ ْ ْ
‫ني‬ ِ
َ ‫الْ َعالَم‬
Artinya: Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi
dalam dua hari dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu
adalah Rabb semesta alam”. (Q.S. Fusshilat: 9)

18
Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 190003
14
5) Penciptaan gunung dan kadar makanan bagi penghuninya selama 4 hari
ٍ ِ ِ ِ ‫وجعل فِيها رو ِاسي ِمن فَوقِها وَبرَك فِيها وقَد‬
ً‫َّر ف َيها أَقْ َواتَ َها ِف أ َْربَ َعة أ ََّتام َس َواء‬
َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ََ َ َ َ َ َ
‫ني‬ ِِ َّ ِ‫ل‬
َ ‫لسائل‬
Artinya: Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan penghuninya dalam
empat hari. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. (Q.S.
Fusshilat: 10)
6) Penciptaan langit dari asap

‫ض ائْتِيَا طَْوعاً أ َْو َكْرىاً قَالَتَا أَتَْي نَا‬ َ ‫الس َم ِاء َوِى َي ُد َخا ٌن فَ َق‬
ِ ‫ال ََلَا َولِ ْْل َْر‬ َّ ‫استَ َوَ إِ ََل‬
ْ َُّ
‫طَائِعِني‬
Artinya: Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan
suka hati” (Q.S. Fusshilat: 11)

َّ ‫ني َوأ َْو َحى ِِف ُك ِّل ََسَ ٍاء أ َْمَرَىا َوَزيَّنَّا‬
ُّ َ‫الس َماء‬
‫الدنْيَا‬ ِ ْ ‫ات ِِف يَوَم‬
ْ
ٍ ‫فَ َقضاى َّن ساع ََساو‬
َ َ َ َْ ُ َ
‫ك تَ ْق ِد ُير الْ َع ِزي ِز الْ َعلِي ِم‬ ِ
َ ‫يح َو ِح ْفظاً َذل‬ِ َ َ‫ِِب‬
َ ‫ص اب‬
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua hari. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan
Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Fusshilat: 12).
b. Makna kata “Hari”
Selanjutnya, kita akan memahami makna kata „hari‟ yang disebutkan dalam berbagai ayat
di atas. ar-Raghib al-Asfahani mengatakan, Kata „hari‟ dalam bahasa Arab, bisa digunakan
untuk menyebut rentang waktu antara terbit matahari hingga terbenamnya. Bisa juga untuk
menyebut rentang waktu tertentu.19
Karena itulah, ulama berbeda pendapat dalam memahami kata „hari‟ terkait proses
penciptaan alam semesta. Ibnu Katsir dalam kitab al-Bidayah wan-Nihayah menyebutkan
perbedaan pendapat ulama tentang makna „hari‟ dalam ayat di atas. Beliau menyatakan ada
dua pendapat ulama tentang makna kata „hari‟ terkait penciptaan langit dan bumi,
Pendapat Pertama, maknanya sebagaimana makna hari yang dikenal manusia, dimulai
sejak terbit matahari hingga terbenamnya matahari. Ini merupakan pendapat jumhur
(mayoritas) ulama.
Pendapat Kedua, bahwa satu hari dalam proses penciptaan alam semesta itu seperti 1000
tahun dalam perhitungan manusia. Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan dari Ibn Abbas,
Mujahid, ad-Dhahak, Ka‟b al-Ahbar, dan pendapat yang dipilih oleh Imam Ahmad
19
al-Mufradat, hlm. 553
15
sebagaimana keteragan beliau dalam kitab ar-Rad „alal-Jahmiyah. Pendapat ini pula yang
dinilai kuat oleh Ibnu Jarir at-Thabari.20 Diantara ulama yang berpendapat bahwa satu hari
sama dengan seribu tahun adalah al-Qurthubi. Beliau mengatakan dalam tafsirnya, dalam
waktu 6 hari, maksudnya adalah hari di akhirat, bahwa satu hari sama dengan 1000 tahun,
karena besarnya penciptaan langit dan bumi.21
c. Penciptaan bumi terlebih dahulu baru kemudian langit
Ada dua hal yang perlu dibedakan terkait proses penciptaan langit dan bumi, pertama,
mengawali penciptaan (Ibtida‟ al-Khalqi) dan kedua, penyempurnaan penciptaan (Taswiyah
al-Khalqi). Di surat Fushilat ayat 9 hingga 12 di atas, Allah menyebutkan bahwa Dia
menciptakan bumi terlebih dahulu sebelum langit. Sehingga, secara Ibtida‟ al-Khalqi, bumi
lebih awal dibandingkan langit. Namun penyempurnaan bumi (Taswiyah al-Khalqi), baru
dilakukan setelah Allah menciptakan langit.
d. Penciptaan 7 langit
Ketika menafsirkan surat Fusshilat di atas, Ibnu Katsir mengatakan, Allah menyebutkan
bahwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu, karena bumi ibarat pondasi. Dan pertama
kali, harusnya dimulai dengan pondasi. Kemudian setelahnya adalah atap. Sebagaimana
yang Allah firmankan,

‫الس َم ِاء فَ َس َّو ُاى َّن َسْا َع‬


َّ ‫استَ َوَ إِ ََل‬ ِ ِ ‫ىو الَّ ِذي خلَق لَ ُكم ما ِِف األر‬
ْ َُّ ‫ض َمج ًيعا‬ ْ َ ْ َ َ َُ
ٍ ‫ََسو‬
‫ات‬ ََ
Artinya: Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian, kemudian Dia
berkehendak (beristiwa) menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit (Q.S. al-Baqarah: 29)
Ibnu Katsir melanjutkan penjelasannya, bahwa dalam ayat Q.S. an-Nazi‟at: 27–33
disebutkan Dahyu al-Ardi (penyempurnaan bumi) dilakukan setelah menciptakan langit.
Bentuk ad-Dahyu, ditafsirkan pada ayat, “Dia memancarkan dari bumi mata airnya, dan
(menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.” Dan ini dilakukan setelah penciptaan langit. Adapun
penciptaan bumi, ini dilakukan sebelum penciptaan langit berdasarkan nash (dalil tegas).22
Di dalam surat an-Nazi‟at (ayat 27–30), Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan
langit sebelum menciptakan bumi. Sementara dalam surat Fushilat (ayat 9–12) Allah
menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi sebelum menciptakan langit. Jawab Ibnu Abbas:
Allah menciptakan bumi dalam 2 hari, kemudian Dia menciptakan langit. Kemudian dia ber-
istiwa‟ ke atas langit, lalu Allah sempurnakan langit dalam 2 hari yang lain. Kemudian
Allah daha al-Ardha (menyempurnakan bumi). Bentuk penyempurnaan bumi adalah dengan
Dia keluarkan dari bumi mata air, tumbuh-tumbuhan, Allah ciptakan gunung, benda mati,
dataran tinggi, dan segala yang ada di antara langit dan bumi, dalam 2 hari. Itulah makna
firman Allah, “Bumi dihamparkannya.” Sementara firman Allah, “Dia menciptakan bumi
dalam 2 hari.” Diciptakanlah bumi dan segala isinya dalam 4 hari dan diciptakan semua langit
dalam 2 hari.23

20
al-Bidayah wan-Nihayah, 1/15
21
Tafsir al-Qurthubi, 7/219
22
Tafsir Ibnu Katsir, 7/165
23
HR. Bukhari secara Mu‟allaq sampai al-Minhal, 16/85
16
Kesimpulan dari keterangan Ibnu Abbas ra Allah menciptakan bumi 2 hari belum
sempurna dan belum ada isinya. Kemudian menciptakan semua langit dalam 2 hari, dan
terakhir Allah mengisi bumi dengan tumbuhan, gunung, benda-benda dalam 2 hari. Allahu
a‟lam.24

B. Hakikat Berpikir Kritis


Sebagaimana didjelaskan sebelumnya bahwa berpikir kritis adalah proses mental dalam
menganalisis atau mengevaluasi informasi yang didapatkan dari hasil pengamatan,
pengalaman, akal sehat serta komunikasi. Setiap muslim harus dapat berpikir kritis agar bisa
membuat sebuah prediksi tentang suatu masalah yang kelak dihadapi pada masa-masa yang
akan datang, kemudian dapat meraih masa depan yang sesungguhnya.
1. Kehidupan di akhirat adalah masa depan yang sesungguhnya
Islam memandang bahwa masa depan bukan sekedar keberhasilan yang dapat diraih
tatkala manusia hidup di dunia, seperti berhasil menjadi pejabat tinggi, status sosial yang
bergengsi, harta benda yang melimpah, kendaraan yang mewah, rumah yang megah, dan
sejenisnya. Masa depan yang sesungguhnya adalah keberhasilan seseorang nanti di alam
akhirat. Oleh karena itu, orang yang cerdas menurut Nabi Muhammad Saw adalah orang yang
memiliki pandangan jauh ke depan demi kehidupan di akhirat kelak. Pemikiran cerdas
seperti inilah yang dimaksud sebagai berpikir kritis. Nabi Saw bersabda,
ِ ‫داد ب ِن اَو ٍس رضي هللا عنو ع ِن النَِّ ِب صلّى هللا‬
‫عليو وسلَّ َم‬ ِ َ‫عن اَِِب ي على ثَعلى ث‬
ُ ّ َ ُ ُ َ َ ْ ْ ْ َْ َْ
‫ َواْ َلعا ِج ُل َم ْن اَتْ اَ َح نَ ْف َسوُ َىو َاىا‬،‫س َم ْن َدا َن نَ ْف َسوُ َو َع ِم َل لِ َما بَ ْع َد الْ َم ْو ِت‬ ِ َ
ُ ّ‫ اَلْ َكي‬:‫قال‬
)‫حسن‬
ٌ ‫حديث‬ ٌ َ ،‫ (رواه التُّ ْرُم ِذي‬.‫هللا‬
:‫وقال‬ ِ ‫وَتََّّن علَى‬
َ َ
Artinya: Dari Abu Ya‟la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi Saw. Beliau bersabda:
“Orang yang cerdas ialah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan suka beramal
untuk kehidupannya setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu
mengikuti hawa nafsunya dan berharap Allah dengan harapan kosong”. (H.R. at-Tirmidzi
dan beliau berkata: Hadits Hasan).
2. Perbandingan antara orang yang cerdas dan orang yang jahil
Dalam hadits ini, Rasulullah menjelaskan bahwa al-kayyisu (‫ )ا َ ْنكَيس‬atau orang yang
benar-benar cerdas adalah orang yang pandangannya jauh ke depan, menembus dinding
duniawi, yaitu hingga kehidupan abadi yang ada di balik kehidupan fana di dunia ini. Tentu
saja, hal itu sangat dipengaruhi oleh keimanan seseorang kepada adanya kehidupan kedua,
yaitu akhirat.
Orang yang tidak meyakini adanya hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir
untuk menyiapkan diri dengan amal apa pun. Jika indikasi cerdas dalam pandangan
Rasulullah adalah jauhnya orientasi dan visi ke depan (akhirat), maka pandangan-pandangan
yang hanya terbatas pada dunia, menjadi pertanda tindakan bodoh atau jahil (Arab,
kebodohan = jahiliyah).

24
http://www.konsultasisyariah.com/
17
Bangsa Arab pra Islam dikatakan jahiliyah bukan karena tidak bisa baca tulis, tetapi
karena kelakuannya menyiratkan kebodohan, yaitu menyembah berhala dan melakukan
kejahatan-kejahatan. Orang bodoh tidak pernah takut melakukan korupsi, menipu, dan
kedzaliman lainnya, asalkan dapat selamat dari jerat hukum di pengadilan dunia. Jadi,
kemaksiatan adalah tindakan bodoh karena hanya memperhitungkan pengadilan dunia yang
mudah direkayasa, sedangkan pengadilan Allah di akhirat yang tidak ada tawar-menawar
malah diabaikan.
Orang-orang tersebut dalam hadits di atas dikatakan sebagai orang lemah, karena tidak
mampu melawan nafsunya sendiri. Dengan demikian, orang-orang yang suka bertindak bodoh
adalah orang-orang lemah, yang dalam hadits H.R. Tirmidzi disebut al-‘Ajil (‫)ان َعاجم‬.
3. Pesan Nabi Saw tentang lima perkara sebelum lima perkara
Orang yang cerdas juga tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja tanpa diduga. Oleh
karena itu, ia akan selalu bersegera melakukan kebaikan (amal shalih) tanpa menunda.
Rasulullah Saw bersabda:

‫ َو ِغنَا َك‬، ‫ك‬


َ ‫ك قَ ْا َل َس َق ِم‬
َ َ‫ َو ِص َّحت‬، ‫ك‬ َ ‫ك قَ ْا َل َىَر ِم‬َ َ‫ َشاَا ب‬: ‫س‬ ٍ َْ‫إِ ْغتَنِ ْم َخَْ ًسا قَ ْال َخ‬
َ
ِ
‫ك‬َ ِ‫ك قَ ْا َل َم ْوت‬َ َ‫ َو َحيَا ت‬،‫ك‬ َ ‫ َو فَ َرا َغ‬، ‫قَ ْا َل فَ ْق ِرَك‬
َ ‫ك قَ ْا َل ُش ْغل‬
Artinya: “Gunakanlah yang lima sebelum datang yang lima: Masa mudamu sebelum datang
masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa
miskinmu, masa kosongmu sebelum datang masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum
datang kematianmu.” (H.R. al-Hakim; sanadnya shahih)
Hadits Nabi tentang "lima perkara sebelum lima perkara" itu maksudnya adalah supaya
kita mempergunakan waktu dan kesempatan dengan sebaik-baiknya, sebelum hilangnya
kesempatan tersebut. Hadits tersebut diriwayatkan Imam Hakim dalam kitab al-
Mustadrak. Lima perkara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pergunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu
Masa muda hendaklah dipergunakan sebaik-baiknya untuk mencapai kebaikan,
kesuksesan, dan keberhasilan, karena masa mudalah kita mempunyai ambisi, keinginan dan
cita-cita yang ingin kita raih, bukan berarti masa tua menghalangi kita untuk berusaha
mencapai cita-cita, tetapi tentu saja usaha pada masa tua akan berbeda halnya dengan usaha
saat kita masih muda. Maka dari itu masa muda hendaklah diisi dengan berbagai kegiatan
yang bermanfaat hingga tidak menyesal di kemudian hari. Misalnya, menuntut ilmu di bangku
sekolah atau kuliah dengan sungguh-sungguh.
b. Pergunakan masa luangmu sebelum datang masa sibukmu
Di sini kita dianjurkan untuk menghargai waktu, agar bisa diisi dengan hal-hal yang
bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Misalnya, belajar dengan tekun pada
semenjak awal semester sebagai persiapan yang matang untuk menghadapi Ulangan Harian
(UH), Ulangan Kenaikan Kelas (UKK), USBN, dan juga Ujian Nasional (UN), menengok
saudara yang sakit ketika ada kesempatan sebelum kesibukan menghampiri kita, dan
seterusnya.
c. Pergunakan waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu

18
Hal ini juga anjuran agar kita senantiasa waspada pada segala kemungkinan yang sifatnya
di luar prediksi manusia, seperti halnya sakit. Sakit dalam hal ini bukan sebatas sakit jasmani,
tetapi juga sakit rohani. Maka ketika sehat jasmani-rohani, hendaknya kita senantiasa
mempergukannya untuk hal-hal yang bermanfaat tanpa mengulur-ngulur waktu.
d. Pergunakanlah waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu
Tidak terlalu jauh berbeda dari penjelasan di atas, ketika kekayaan ada pada diri kita, baik
itu berupa materi atau lainnya, maka hendaknya kita menyadari bahwa semua itu berkat
anugerah Allah yang Maha Kaya kemudian memanfaatkannya sebaik-baiknya seperti
membayar zakat, sedekah, infak dan sejenisnya, dengan menghindari sikap dan perilaku
bakhil (pelit) dan tabdzir (boros).
e. Pergunakan hidupmu sebelum datang matimu
Yang terakhir ini merupakan cakupan dari empat hal di atas. Ketika kita diberi kehidupan
maka hidup yang diberikan pada kita itu sebenarnya merupakan kesempatan yang tiada
duanya. Karena kesempatan hidup tidak akan datang untuk kedua kalinya. Kehidupan harus
dijalani sesuai tuntutan kemaslahatannya. Seluruh hidup dan mati harus kita persembahkan
untuk Allah demi meraih ridla-Nya. Allah Swt berfirman,

‫ني‬ ِ ِ ِ ‫قُل إِ َّن صالَِِت ونُس ِكي وََمياي وَمََ ِاِت‬


ِّ ‫َّلل ر‬
َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ ّ َ َ َْ َ ُ َ َ ْ
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam (Q.S. al-An‟am: 162).
Jadi, berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah dalam dua hadits di atas adalah
mengumpulkan bekal amal shalih sebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca kematian
(akhirat), karena “dunia tempat menanam dan akhirat untuk memetik hasil (panen). Oleh
karena itu, jika kita ingin memetik hasil di akhirat, jangan lupa bercocok tanam di dunia ini
dengan benih-benih yang unggul, yaitu amal salih.

C. Manfaat Berpikir Kritis


Adapun manfaat berfikir kritis diantaranya adalah:
1. Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt;
2. Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia;
3. Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt dalam mengembangkan
IPTEKS;
4. Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian);
5. Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam;
6. Semakin bersyukur kepada Allah Swt atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang
berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta;
7. Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan;
8. Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner;
9. Semakin bersemangat dalam mengumpulkan bekal untuk kehidupan di akhirat, dengan
meningkatkan amal salih dan meninggalkan kemaksiatan.

19
Menerapkan Perilaku Mulia

Berikut ini adalah sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan
berpikir kritis berdasarkan ayat al-Quran dan hadits di atas ialah:
1. Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt atas anugerah akal sehat;
2. Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt atas anugerah alam semesta bagi manusia;
3. Melakukan kajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Quran secara lebih mendalam bersama
para pakar di bidang masing-masing;
4. Menjadikan ayat-ayat al-Quran sebagai inspirasi dalam melakukan penelitian-penelitian
ilmiah untuk mengungkap misteri penciptaan alam;
5. Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sebagai inspirasi dalam mengembangkan
IPTEK;
6. Mengoptimalkan pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan umat manusia;
7. Membaca dan menganalisis gejala alam untuk mengantisipasi terjadinya bahaya;
8. Senantiasa berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi orang yang
visioner;
9. Senantiasa berupaya meningkatkan amal salih dan menjauhi kemaksiatan sebagai tindak
lanjut dari keyakinanannya tentang adanya kehidupan kedua di akhirat dan sebagai
perwujudan dari rasa syukur kepada Allah Swt atas semua anugerah-Nya;
10. Terus memotivasi diri dan berpikir kritis dalam merespon semua gejala dan fenomena
alam yang terjadi.

Rangkuman

1. Q.S. Ali Imran;3:190 menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang, mengandung tanda-tanda kebesaran Allah Swt;
2. Orang-orang yang berakal dalam ayat yang ke-191 adalah orang-orang yang senantiasa
mengingat Allah Swt dalam segala keadaan;
3. Tidak ada satu pun ciptaan Allah Swt yang sia-sia, semuanya mengandung makna,
manfaat, dan pelajaran berharga bagi orang yang mau merenungkannya;
4. Orang yang cerdas menurut Rasulullah adalah orang yang berpikir jauh ke depan, sampai
pada kehidupan di akhirat kemudian mengisi hidupnya sebagai bekal kehidupan kedua
itu;
5. Pentingnya mengadakan perenungan tentang ayat-ayat Allah Swt. dalam al-Quran untuk
mendapatkan pemahaman yang utuh dan menemukan makna yang tersembunyi;
6. Pentingnya mengadakan perenungan tentang ayat-ayat kauniyah (alam semesta) untuk
mendapat inspirasi dalam mengembangkan IPTEK;
7. Pentingnya mengadakan penelitian terhadap fenomena alam semesta untuk mengungkap
misteri-misteri yang terdapat pada aneka ragam makhluk ciptaan Allah Swt.

20
Tugas Kelompok

1. Carilah ayat al-Quran dan hadits selain yang ada di bab ini yang mengandung informasi
tentang dunia kedokteran atau medis!
2. Temukan pesan-pesan yang terdapat pada ayat dan hadis yang kamu temukan itu dari
berbagai sumber terpercaya (kitab tafsir al-Quran dan kitab hadits)!
3. Carilah hasil penelitian terkait dengan ayat-dan hadits tersebut!
4. Lakukan analisis terhadap keduanya (tafsir ayat dan hasil penelitian) untuk mendapatkan
titik temu antara informasi Ilahi yang terdapat dalam ayat dan hadits dengan hasil
penelitian ilmiah!
5. Presentasikan hasilnya di depan kelas!

Evaluasi

I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e yang dianggap sebagai jawaban
yang paling tepat!
ِ َ‫ )واختِال‬terdapat hukum bacaan Mad . . . .
‫ ِف‬
1. Pada lafal ( ْ َ
a. Thabi‟i
b. „Iwadh
c. Wajib Muttashil
d. Jaiz Munfashil
e. Aridli lis-Sukun

‫َّها ِر‬ ِ ِ ‫)و‬


2. Perhatikan potongan ayat berikut (
َ ‫اختالَ ِف اللَّْي ِل َوالن‬
ْ َ
Potongan ayat di atas artinya . . . .
a. penciptaan langit dan bumi
b. tanda-tanda kebesaran Allah Swt.
c. dan pergantian siang dan malam
d. orang-orang yang mengingat Allah Swt.
e. dalam keadaan berdiri dan duduk
3. Arti “ulil albab” ialah . . . .
a. umat Islam
b. orang yang dewasa
c. umat-umat terdahulu
d. generasi muda Islam
e. orang yang berakal sehat
4. Sikap yang tepat terhadap ayat al-Quran adalah . . . .
a. membacanya setiap malam Jumat dengan khusyuk
b. membaca dengan tartil dan suara yang bagus

21
c. membacanya dengan fasih di hadapan guru
d. membaca dan mengkajinya bersama orang yang ahli
e. membacanya setiap saat untuk mendapatkan kelancaran usaha
5. Berikut ini bukan termasuk sikap seorang Ulil Albab yang tercantum dalam Q.S. Ali
'Imran;3:191 yaitu ialah . . . .
a. Merenungkan ciptaan Allah Swt.
b. Menghafalkan ayat-ayat tertentu
c. Mengingat Allah Swt. dalam keadaan duduk
d. Mengingat Allah Swt. dalam keadaan berdiri
e. Mengingat Allah Swt. dalam keadaan berbaring
luasi
II. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan tepat!
1. Jelaskan apa saja yang harus dilakukan oleh umat Islam terhadap ayat-ayat al-Quran
yang menjelaskan tentang fenomena alam!
2. Berdasarkan analisismu, jelaskan beberapa manfaat diciptakannya semut!
3. Nyamuk yang biasa terbang ternyata menjadi makanan cicak yang tidak dapat
terbang. Jelaskan makna di balik fakta tersebut!
4. Jelaskan karakteristik orang yang cerdas dalam pandangan Rasulullah Saw!
5. Jelaskan sikap dan perilaku umat Islam yang sejalan dengan pola pikir kritis dan
cerdas!

22
DAFTAR PUSTAKA

al-Quran al-Karim, Kemenag RI


Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir al-Ayat at-Tarbawiy), (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002)
al-Bidayah wan-Nihayah
al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi
al-Mufradat
Angelo, Thomas A. & Cross, Patricia, 1995, Classroom Assessment Techniques: A Handbook for
College Teachers, 2nd edition.
Beyer, Barry K. Critical Thinking. Phi Delta Kappa, 408 N. Union, P.O. Box 789, Bloomington, 1985,
IN 47402-0789.
Bukhari, Shahih Bukhari
Chance, P., Thinking in the classroom: A survey of programs. New York, 1986: Teachers College,
Columbia University.
Ennis, Robert H. A concept of critical thinking. Harvard Educational Review, Vol 32(1), 1962, 81-
111.
Fatawa Syabakah Islamiyah
Halpern, Diane F. (1989). Thought and knowledge: An introduction to critical thinking (2nd ed.).
Hillsdale, NJ, England: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. xvii 517 pp.
Hossoubah, Z., Develoving Creative and Critical Thinking Skills (terjemahan), Bandung, 2007,
Yayasan Nuansa Cendia.
http://mesjidui.ui.ac.id/, Pati, 07 Maret 2016, 20.25.
http://www.republika.co.id/, Pati, Senin, 07 Maret 2016, 20.15 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Nyamuk
https://id.wikipedia.org/wiki/Petir, Rabu, 26-07-2016, 10.30 WIB.
http://www.konsultasisyariah.com/
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, PAI dan Budi Pekerti Kelas XII, 2015.
Mustaji (2012). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran.
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Cet. XI, Jakarta, Lentera, 2007
Paul, Richard, Critical Thinking: How to Prepare Students for a Rapidly Changing World. 1993,
Foundation for Critical Thinking.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan Islam dan Budi Pekerti, Kelas XII, 2015.
Walker, Paul dan Finney, Nicholas, Skill Development and Critical Thinking in Higher Education.
Higher Education Research & Development Unit, University College, London, 1999,
WC1E 6BT, UK.

23

Anda mungkin juga menyukai