Anda di halaman 1dari 17

HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN DAN PENGEMBANGANNYA DALAM

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

“Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Islam”

Disusun oleh :

Kelompok 8

Miftahul Jannah (2214010001)

Febi Ananda (2214010024)

Anni Saputri Pohan (2214010039)

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Zulmuqim, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (A)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1445 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal. Berkat rahmat dan
karunia-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Hakikat Ilmu
Pengetahuan dan Pengembangannya dalam Perspektif Filsafat Pendidikan
Islam yang insyaallah tepat pada waktunya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Dosen Pengampu yang telah memberikan
arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin, penulis tidak
akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah
iniuntuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis dan juga
bagi para pembaca.

Padang, 20 Oktober 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

C. Tujuan Masalah ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Landasan Al-Qur’an tentang Ilmu .................................................................... 3

B. Pengertian Ilmu Pengetahuan ........................................................................... 4

C. Sumber Ilmu Pengetahuan ............................................................................... 5

D. Jenis Ilmu Pengetahuan .................................................................................... 8

E. Usaha Pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan Islam ................. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................... 13

B. Saran ............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu merupakan salah satu dari buah pemikiran manusian dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan pada dirinya. Sebagaimana yang telah dikaruniakan oleh
Penciptanya, bahwa ilmu adalah bagian dari fitrah manusia yang diturunkan-Nya.
Fitrah inilah yang memberikan nilai-nilai kebenaran dalam memperkaya khazanah
kehidupan dan semua kebenaran itu mempunyai manfaat jika diletakkan pada
tempat yang semestinya. Karena itu posisi seseorang yang berilmu selain juga
karena keimanan seseorang yang teguh, juga sering disebutkan memiliki
keutamaan tersendiri. Kajian tentang keilmuan dalam memperoleh pengetahuan
tertentu mengenai sesuatu yang ingin diketahui manusia harus pula
mempergunakan pendukung validitas keputusan akhir, agar nantinya dalam
verifikasi hipotesis tersebut layak bisa diterima. Konteks keilmuan mendasarkan
diri pada anggapan bahwa terdapat keteraturan yang dapat ditemukan dalam
hubungan antara gejala- gejala alam dan alat panca indera manusia pada dasarnya
dapat berfungsi secara berkesinambungan.
Ilmu merupakan daya yang paling progresif dalam keseluruhan spektrum
kebudayaan. Ilmu pula yang merupakan penjelmaan kesanggupan transendensi
manusia melalui berbagai fungsi yang dimilikinya seperti bernalar, berbahasa,
bahkan melalui imajinasi dan fantasinya. Ilmu telah membawa manusia mencapai
berbagai keunggulan dalam penjelajahannya terhadap berbagai pembatasan yang
memasung pengembangan kesanggupannya untuk melakukan transendensi sebagai
ikhtiar penjajagan adanya dunia kemungkinan.
Beragam konsepsi ilmu yang dikembangkan oleh beberapa filosof muslim
dimulai sejak perkenalan mereka dengan para pemikir Yunani. Perkembangan ini
dimulai pada masa imperium Bani Muawiyah, Bani Abbasiyah hingga masa
kerajaan-kerajaan Islam kecil. Tokohnya adalah al-Kindi sampai Ibn Rusyd.

1
Mereka telah banyak mempengaruhi keilmuan dan laju perkembangan filosofis
yang cemerlang pada masanya.
Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis akan memfokuskan pembahasan
pada aspek ilmu pengetahuan dan pengembangannya dalam perspektif filsafat
pendidikan Islam. Hal ini dirasa sangat krusial sebab dewasa ini justru filsafat
pendidikan Barat lebih banyak dijadikan acuan dan bahkan turut memberikan
pengaruh tersendiri di dunia pendidikan muslim. Padahal pada dasarnya konsepsi
yang dibangun dalam filsafat pendidikan Islam berbeda dengan konsepsi yang
dibangun oleh filsafat pendidikan Barat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa landasan Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ilmu?
2. Apa pengertian dari ilmu pengetahuan?
3. Apa saja sumber ilmu pengetahuan?
4. Apa saja jenis ilmu pengetahuan?
5. Bagaimana usaha pengembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Menyebutkan landasan Al-Qur’an tentang ilmu
2. Menjelaskan pengertian ilmu pengetahuan
3. Menjelaskan sumber ilmu pengetahuan
4. Menjelaskan apa saja jenis ilmu pengetahuan
5. Menjelaskan usaha pengembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Al-Qur’an tentang Ilmu


Dalam al-Qur`an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia
dipandang lebih unggul ketimbang makhluk lain guna menjalankan fungsi
kekhalifahannya. Ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang
dijelaskan al-Qur`an pada Surat Al-Baqarah: 31-32
َ‫صـ ِدقِين‬ ٓ َ ‫علَى أٱل َملَـٓئِ َك ِة فَقَا َل أ َ ۢن ِبـُٔونِى ِبأ َ أس َما ٓ ِء هَـٓؤ‬
َ ‫ُل ِء ِإن كُنت ُ أم‬ َ ‫ض ُه أم‬ َ ‫علَّ َم َءادَ َم أٱْل َ أس َما ٓ َء كُلَّ َها ث ُ َّم‬
َ ‫ع َر‬ َ ‫َو‬
٣١
٣٢ ‫علَّ أمتَنَا ٓ ۖ ِإنَّكَ أَنتَ أٱل َع ِلي ُم أٱل َح ِكي ُم‬
َ ‫س أب َحـنَكَ َل ِع أل َم لَنَا ٓ ِإ َّل َما‬ ۟ ُ‫قَال‬
ُ ‫وا‬
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam, nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang
benar!” Mereka menjawab, “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Manusia, menurut al-Qur’an memiliki potensi untuk meraih ilmu dan
mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu, bertebaran ayat yang
memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut.
Berkali-kali pula Al-Qur’an menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang-orang
yang berpengetahuan.
Menurut pandangan Al-Qur’an – seperti diisyaratkan wahyu pertama – ilmu
terdiri dari dua macam. Pertama, ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia,
disebut dengan ‘ilm ladunni. Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia,
disebut juga dengan ‘ilm kasbi. Ayat-ayat mengenai ‘ilm kasbi jauh lebih banyak

3
daripada yang berbicara tentang ‘ilm ladunni. 1 Pembagian ini didasarkan atas
pandangan al-Qur’an yang mengungkapkan adanya hal-hal yang “ada” tetapi tidak
diketahui melalui upaya manusia sendiri. Ada wujud yang tidak tampak,
sebagaimana ditegaskan berkali-kali oleh al-Qur’an.
Dengan demikian, objek ilmu meliputi materi dan non-materi, fenomena dan
non-fenomena, bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui oleh manusia
pun tidak. Dari sini jelas pula bahwa pengetahuan manusia amatlah terbatas,
karena itu wajar sekali Allah menegaskan bahwasanya pengetahuan yang kita
punyai adalah sangat sedikit dibandingkan dengan segala hal yang Allah sudah
tunjukkan.2
B. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Dalam Bahasa Inggris, kata ilmu sering disejajarkan dengan Science yang
juga serapan dari bahasa latin scio atau scire yang berarti pengetahuan dan aktifitas
mengetahui. Sebagai sebuah aktifitas mengetahui maka dirinya membutuhkan
proses menerima informasi baik dengan cara mengamati, membaca maupun
mendengarkan, juga kegiatan memikirkan atau menalar informasi-informasi.
Sedangkan pengetahuan dalam Bahasa Indonesia maknanya disejajarkan
dengan kata knowledge dalam Bahasa Inggris. Kata ini sering diartikan sebagai
sejumlah informasi yang didapatkan manusia melalui proses pengamatan,
pengalaman dan penalaran. Namun demikian, sebagai informasi yang didapatkan
dengan cara mengamati dan menalar, pengetahuan tidak memerlukan sebuah
kegiatan meneliti dan mengkonfirmasi informasi yang ditemukam. 3
Ilmu (science) adalah akumulasi pengetahuan yang menjelaskan hubungan
sebab-akibat (kausalitas) yang hakiki dan universa, dari suatu obyek menurut
metode-metode tertentu yang merupakan satu kesatuan sistematis. Pengetahuan
(knowledge) adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau

1
Retna Dwi Estuningtyas, Ilmu dalam Perspektif Al-Qur’an, QOF, Universitas Ibnu Chaldun Jakarta,
Vol. 2, No. 2, Juli 2018, h. 207
2
Ibid, h. 208
3
R. Ahmad Nur Kholis, Manusia dan Ilmu Pengetahuan, Jurnal Pustaka, 2017, h. 31

4
menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan
pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai sebab-akibat
(kausalitas) yang hakiki dan universal. 4
Definisi pemikir Marxis bangsa Rusia bernama Alfensyef menjelaskan ilmu
pengetahuan: Science is the society and thought, if reflect the word corecctness,
categories and laus the recivied by proctical experince. Ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran.5 Ia mencerminkan
alam dan konsep-konsep, kategori-kategori, dan kebenarannya diuji dengan
praktis. Definisi ilmu pengetahuan secara umum adalah suatu pengetahuan tentang
objek tertentu yang disusun secara sistematis objektif rasional dan empiris sebagai
hasil. 6
C. Sumber Ilmu Pengetahuan
Yang dimaksud dengan sumber ilmu pengetahuan ialah hal-hal yang secara
hakiki diyakini sebagai sumber darimana ilmu pengetahuan itu kita peroleh.
Mengenai sumber pengetahuan, tradisi filsafat Barat mewarisi dua aliran
epistemologi yang terbesar, yaitu aliran rasionalisme dan empirisme. Aliran
rasionalisme memberi tekanan pada akal (reason) sebagai sumber pengetahuan,
sedangkan aliran empirisme mengangap bahwa sumber pengetahuan yang utama
adalah pengalaman inderawi manusia (sense experience). Kedua macam sumber
ilmu pengetahuan itu, yaitu akal dan indera, pada dasarnya bersumber pada
manusia, karena akal dan indera itu dimiliki oleh manusia.7 Diantara sumber ilmu
pengetahuan, yaitu:
1. Rasionalisme

4
Indra Muchlis Adnan dan Sufian Hamim, Filsafat Ilmu, Ilmu Pengetahuan, dan Penelitian,
(Yogyakarta: Transmedia Grafika, 2014), h. 6
5
Dila Rukmi Octaviana dan Reza Aditya Ramadhani, Hakikat Manusia: Pengetahuan(Knowledge),
Ilmu Pengetahuan(Sains), Filsafat dan Agama, Jurnal Tawadhu, Vol. 5, No. 2, 2021, h. 151
6
Ibid, h. 152
7
Darwis A. Soelaiman, FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN Perspektif Barat dan Islam, (Banda Aceh:
Penerbit Bandar Publishing, 2019), h. 64

5
Paham rasionalisme ini beranggapan bahwa sumber pengetahuan manusia
adalah rasio. Jadi, dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki
oleh manusia harus dimulai dari rasio. Tanpa rasio, mustahil manusia dapat
memperoleh ilmu pengetahuan. Rasio itu adalah berpikir. Oleh karena itu,
berpikir inilah yang kemudian membentuk pengetahuan. Manusia yang
berpikirlah yang akan memperoleh pengetahuan. Semakin banyak manusia itu
berpikir maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. Berdasarkan
pengetahuanlah manusia berbuat dan menentukan tindakannya sehingga nanti
ada perbedaan perilaku, perbuatan, dan tindakan manusia sesuai dengan
perbedaan pengetahuan yang didapat tadi. Tokoh-tokohnya ialah Rene
Descartes, Spinoza, leibzniz, dan Wolff, meskipun pada hakikatnya akar
pemikiran mereka dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya
Plato, Aristoteles, dan lainnya.8
Untuk mengembangkan sumber daya manusia menurut aliran rasionalisme
ialah dengan pendekatan mental disiplin, yaitu dengan melatih pola dan
sistematika berpikir seseorang melalui tata logika yang tersistematisasi
sedemikian rupa sehingga ia mampu menghubungkan berbagai data dan fakta
yang ada dalam keseluruhan realitas melalui uji tata pikir logis-sistematis
menuju pengambilan kesimpulan yang baik pula.
2. Empirisme
Secara epistimologi, istilah empirisme barasal dari kata Yunani yaitu
emperia yang artinya pengalaman. Tokoh-tokohnya yaitu Thomas Hobbes,
Jhon Locke, Berkeley, dan yang terpenting adalah David Hume. Berbeda
dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber
pengetahuan, empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama
pengenalan, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah.

8
Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu, (Bogor: Penerbit IPB Press, 2016), h. 7

6
Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman indrawi sebagai permulaan
segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari semacam perhitungan
(kalkulus), yaitu penggabungan data-data indrawi yang sama dengan cara yang
berlainan. Dunia dan materi adalah objek pengenalan yang merupakan sistem
materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar
hukum mekanisme. Atas pandangan ini, ajaran Hobbes merupakan sistem
materialistis pertama dalam sejarah filsafat modern.9
Prinsip-prinsip dan metode empirisme pertama kali diterapkan oleh Jhon
Locke. Langkah yang utama adalah Locke berusaha menggabungkan teori
emperisme seperti yang telah diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran
rasionalisme Descartes. Penggabungan ini justru menguntungkan empirisme. Ia
menentang teori rasionalisme mengenai ide-ide dan asas-asas pertama yang
dipandang sebagai bawaan manusia. Menurutnya, segala pengetahuan datang
dari pengalaman dan tidak lebih dari itu dan akal manusia adalah pasif pada saat
pengetahuan itu didapat. Akal tidak bisa memperoleh pengetahuan dari dirinya
sendiri. Akal tidak lain hanyalah seperti kertas putih yang kosong, ia hanyalah
menerima segala sesuatu yang datang dari pengalaman. Locke tidak
membedakan antara pengetahuan indrawi dan pengetahuan akali, satu-satunya
objek pengetahuan adalah ide-ide yang timbul karena adanya pengalaman
lahiriah dan karena pengalaman batiniah. Pengalaman lahiriah berkaitan dengan
hal-hal yang berada di luar kita. Sementara pengalahan batiniah berkaitan
dengan hal-hal yang ada dalam diri/psikis manusia itu sendiri.

Sumber ilmu pengetahuan secara detail dikemukakan oleh John Hospers


seperti berikut:

1. Pengalaman indrawi atau sense-experince, ilmu pengetahuan yang diperoleh


dari pengalaman manusia dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan

9
Ibid, h. 8

7
pemanfaatan alat indra manusia. Ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada
fakta- fakta indrawi manusia. 10

2. Penalaran atau reasoning. Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui proses


penalaran manusia menggunakan akal. Penalaran bekerja dengan cara
mempertentangkan pernyataan yang ada dengan pernyataan baru.Kebenaran
dari hasil kontradiksi keduanya merupakan ilmu pengetahuan baru.11

3. Otoritas atau authority. Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah kewibawaan
kekuasaan yang diakui oleh anggota kelompoknya. Ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan kebenarannya ini tidak perlu diuji lagi.

4. Intuisi atau instuition. Ilmu pengetahuan yang lahir dari sebuah perenungan
manusia yang memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan
kejiwaannya. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari intuisi tidak dapat
dibuktikansecara nyata merta melainkan melalui proses yang panjang dan tentu
dengan memanfaatkan intuisi manusia.

5. Wahyu atau revelation. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari wahyu Ilahi
melalui para nabi dan utusan-Nya demi kepentingan umat. Dasar penerimaan
kebenarannya adalah kepercayaan terhadap sumber wahyu itu sendiri. Dari
kepercayaan ini munculah apa yang disebut dengan keyakinan.12

6. Keyakinan atau faith. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari sebuah keyakinan
yang kuat. Keyakinan yang telah berakar dalam diri manusia atas kebenaran
wahyu Ilahi dan pembawa berita Wahyu Ilahi tersebut. Ilmu pengetahuan ini
tidak perlu diuji kebenarannya. Penganutnya akan serta merta mempercayainya
sebagai sebuah keharusan.13

10
Ibid, h. 9
11
Ibid, h. 11
12
Ibid, h. 12
13
Ibid, h. 13

8
D. Jenis-Jenis Ilmu Pengetahuan

Pemahaman tentang pluralitas jenis dan sifat ilmu pengetahuan dapat


ditempuh melalui 2 (dua) cara, yaitu menurut 'objek materi' (jenisnya) maupun
'objek forma'.

1. Objek Materi

Menurut 'objek materinya', ilmu pengetahuan biasanya dibedakan sebagai


berikut:

a. Ilmu pengetahuan alam atau 'natural sciences', yang objek materinya adalah
badan benda mati (an-organik), benda hidup tumbuhan (vegetativa), dan
hewan (zoologia). Secara lebih tegas dapat dijelaskan: ilmu pengetahuan
alam mempelajari gejala-gejala (fenomena-fenomena) alam, baik yang
organik (badan benda hidup) maupun yang an-organik (badan benda mati).
Yang pertama melahirkan ilmu hayat atau 'biological sciences' yang
meliputi zoologi, botani, mikro-biologi, bio-kimia dan bio-fisika. 14
Sedangkan yang kedua melahirkan ilmu alam atau 'physical science' yang
meliputi fisika, kimia, astronomi dan ilmu bumi. Ilmu pengetahuan alam,
karena objek materinya berupa hal-hal yang konkret, artinya yang berada di
dalam ruang dan waktu tertentu, berbentuk, berbobot, dapat diindra dan
karena itu dapat diukur secara pasti, maka ilmu pengetahuan ini cenderung
bersifat kuantitatif.

b. Ilmu pengetahuan kemanusiaan atau 'human sciences' dan ilmu pengetahuan


sosial atau 'social sciences’, yang objek materinya berupa manusia dalam
pelbagai taraf hidupnya. Ilmu pengetahuan kemanusiaan mempelajari
masalah manusia dan kebudayaannya. Hal ini berarti bahwa cakupan ilmu
pengetahuan ini meliputi segala sikap dan tingkah laku moral manusia baik

14
Ferald Puturuhu dkk, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Ambon: Pattimura University Press, 2020), h. 30

9
terhadap diri sendiri, sesamanya, masyarakatnya, alam, lingkungannya,
maupun terhadap causa primanya. Dengan ilmu pengetahuan ini diharapkan
adanya perkembangan sikap dan watak kebudayaan yang mampu
menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan sebagai titik sentral
ilmu pengetahuan jenis apa pun. Jenis ilmu pengetahuan ini menitikberatkan
pada objek kajian tentang kehidupan manusia dalam pelbagai perwujudan
dan keadaan serta kepentingan sosial manusia.

c. Ilmu pengetahuan ketuhanan atau 'theology’, yang objek materinya adalah


Tuhan Sang Pencipta. Ilmu pengetahuan ketuhanan (theology) ini, sering
disebut ilmu pengetahuan keagamaan, mempelajari Tuhan sebagai causa
prima, keberadaan dunia,15 kehidupan manusia, dan alam semesta menurut
ajaran-ajaran agama. Adapun jalan yang ditempuh adalah melalui
keruampuan pikiran baik secara analisis deduktif terhadap ajaran-ajaran
agama dan keperca-yaan maupun secara analisis induktif terhadap fakta-
fakta konkret yang menggejala di dalam realitas ini. Ilmu pengetahuan
humaniora dan ketuhanan, mengingat objeknya yang bersifat spiritual, maka
cenderung bersifat kualitatif.

2. Objek Forma

Menurut 'objek formanya', ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi :

a. Ilmu pengetahuan filosofis menyelidiki objek materinya dari sudut pandang


yang umum seumum-umumnya (universal). Artinya dari pelbagai sudut
sehingga dapat diperoleh suatu kebenaran yang sifatnya universal
(kebenaran hakiki).

b. Ilmu pengetahuan teoretis menyelidki objeknya dari sudut pandang yang


bersifat umum-khusus dengan mempergunakan metode ilmiah, sehingga

15
Ibid, h. 31

10
dapat diperoleh suatu pengetahuan umum menurut sudut pandang yang
tersusun secara sistematik dan utuh.

c. Ilmu pengetahuan teknologis praktis menyelidiki objek materinya dari sudut


pandang yang bersifat lebih khusus dan konkret dengan mempergunakan
metode- metode yang bersifat empirik-eksperimental, sehingga dapat
diperoleh pengetahuan khusus yang teknis dan praktis, serta siap dipakai
untuk memproduksi barang- barang kebutuhan hidup sehari-hari. 16

E. Usaha Pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan Islam

Usaha pengembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam adalah


langkah krusial untuk memastikan bahwa pendidikan Islam tetap relevan, berdaya
saing, dan mampu memberikan kontribusi positif dalam konteks dunia modern
yang didorong oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.

1. Konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan Islam

Konsep pengembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam mengacu


pada upaya untuk mengintegrasikan ilmu pengetahuan modern dengan ajaran
agama Islam. Ini adalah sebuah pendekatan yang bertujuan untuk mencapai
pemahaman yang lebih dalam tentang ilmu pengetahuan dan untuk
memungkinkan para pelajar Muslim untuk menggabungkan pengetahuan
mereka tentang dunia dengan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah beberapa aspek penting dari konsep ini:

a. Integrasi Ilmu Pengetahuan dan Islam: Konsep ini menggarisbawahi bahwa


ilmu pengetahuan dan Islam tidak harus bertentangan, tetapi dapat saling
melengkapi

b. Pendidikan Karakter dan Moral: Selain aspek pengetahuan, pendidikan


Islam juga berfokus pada pembentukan karakter dan moral yang

16
Ibid, h. 32

11
berlandaskan pada ajaran agama. Integrasi ilmu pengetahuan harus
memperkuat nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan dalam Islam.

c. Keseimbangan Antara Iman dan Ilmu Pengetahuan: Konsep ini menekankan


pentingnya mencapai keseimbangan antara iman dan ilmu pengetahuan,
sehingga para pelajar tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas tetapi
juga memahamidan menjalani ajaran agama mereka dengan benar.

2. Usaha yang dilakukan guna mengembangkan ilmu pengetahuan dalam


Pendidikan islam

Upaya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam pendidikan


Islam melibatkan serangkaian tindakan dan strategi yang bertujuan untuk
memadukan ilmu pengetahuan modern dengan ajaran agama Islam, sehingga
menciptakan lingkungan pendidikan yang relevan, bermutu, dan seimbang.
Berikut adalah beberapa usaha yang dapat dilakukan:

a. Promosi Keterbukaan terhadap Pengetahuan Universal: Mendorong pelajar


dan dosen untuk mengakses dan memahami pengetahuan universal yang
dihasilkan oleh masyarakat dunia. Ini termasuk memahami kontribusi ilmu
pengetahuan dari peradaban lain.

b. Pengembangan Kurikulum Terpadu: Menyusun kurikulum yang


mengintegrasikan ilmu pengetahuan modern dengan ajaran agama Islam. Ini
memungkinkan para pelajar untuk memahami bagaimana ilmu pengetahuan
mendukung dan melengkapi pemahaman mereka tentang agama.

c. Menggalakkan Pengabdian Masyarakat: Mendorong para pelajar untuk


berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang menggabungkan
pengetahuan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama untuk memecahkan
masalah sosial.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan, definisi ilmu pengetahuan


secara umum adalah suatu pengetahuan tentang objek tertentu yang disusun secara
sistematis objektif rasional dan empiris sebagai hasil. Mengenai sumber
pengetahuan, tradisi filsafat Barat mewarisi dua aliran epistemologi yang terbesar,
yaitu aliran rasionalisme dan empirisme. Aliran rasionalisme memberi tekanan
pada akal (reason) sebagai sumber pengetahuan, sedangkan aliran empirisme
mengangap bahwa sumber pengetahuan yang utama adalah pengalaman inderawi
manusia. Kemudian jenis-jenis ilmu pengetahuan dapat dilihat menurut 2 objek,
yaitu objek materi dan objek forma. Adapun usaha pengembangan ilmu
pengetahuan dalam pendidikan Islam adalah langkah krusial untuk memastikan
bahwa pendidikan Islam tetap relevan, berdaya saing, dan mampu memberikan
kontribusi positif dalam konteks dunia modern yang didorong oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diatas tentu saja masih jauh
dari yang namanya kesempurnaan, baik dalam isi pembahasan, cara penyusunan
dan pengetikan ataupun juga nama gelar yang ditulis di makalah ini. Khususnya
pada isi makalah ini. Kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah.

13
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, I. M. dan Hamim, S. 2014. Filsafat Ilmu, Ilmu Pengetahuan, dan Penelitian.
Yogyakarta: Transmedia Grafika.
Estuningtyas, Retna, D. 2018. Ilmu dalam Perspektif Al-Qur’an. QOF. Universitas
Ibnu Chaldun Jakarta. Vol. 2 (2)
Kholis, R. Ahmad. 2017. Manusia dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Pustaka.
Octaviana, D. R. dan Ramadhani, R. A. 2021. Hakikat Manusia:
Pengetahuan(Knowledge), Ilmu Pengetahuan(Sains), Filsafat dan Agama.
Jurnal Tawadhu. Vol. 5 (2)
Puturuhu, Ferald dkk. 2020. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Ambon: Pattimura
University Press.
Soelaiman, Darwis, A. 2019. FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN Perspektif Barat
dan Islam. Banda Aceh: Penerbit Bandar Publishing.
Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: Penerbit IPB Press.

14

Anda mungkin juga menyukai