Anda di halaman 1dari 15

EPISTEMOLOGI SAINS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sains dan Islam

Yang dibina oleh

Bapak Badrus Sholeh M.pd

Oleh :

Nur Wahyu Qomariyah 22381042024

Dawatis Audita 22381042025

Nabila Hilmi Fauzi 22381042022

PROGRAM STUDY MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

IAIN MADURA

2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-
hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini


karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pamekasan, 13 september 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................... iii

BAB I................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................... 1

BAB II .............................................................................................. 2

PEMBAHASAN............................................................................... 2

A. Sumber Sains ................................................................................... 2


B. Metode Sains .................................................................................... 5
C. Kebenaran Sains .............................................................................. 7

BAB III ............................................................................................. 9

PENUTUP ....................................................................................... 9

A. Kesimpulan ...................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 11

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epistemologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
bagaimana kita mempelajari suatu ilmu atau objek yang kita kaji. Istilah
“epistemologi” didalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “Theory
of knowledge”. Epistemologi berasal dari asal kata “episteme” dan
“logos”. Episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori.
Dalam rumusan yang lebih rinci disebutkan bahwa
epistimologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji
secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur,
metode, dan validitas pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sumber sains?
2. Apa saja metode sains?
3. Bagaimanakah kebenaran sains?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sumber-sumber sains
2. Untuk mengetahui metode sains
3. Untuk mengetahui kebenaran sains

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Sains
1. Sumber Sains Menurut Pandangan Islam
Al-qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad
SAW. Sekaligus sumber intelektualitas dan spiritualitas islam. Ia
merupakan pijakan, bukan hanya bagi agama dan pengetahuan spiritual,
melainkan juga bagi semua jenis pengetahuan. Manusia mempunyai
fakultas pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai alat untuk
memperoleh pengetahuan.
َّ ‫وجعل لكُ ُم ال‬،
‫س ْمع‬ ِ ُ‫للاُ ا ْخرجكُ ْم ِِّم ْن بُط‬
َّ ً ‫ون ا ُ َّمهاتِكُ ْم الت ْعل ُم ْون شيْئا‬ ِّ ‫و‬
78‫لعلَّكُ ْم ت ْشكُ ُر ْون‬،‫وا ْالبْصار و ْاال ْفئِدة‬
Artinya:”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. (QS.Al-
Nahl [16]:78)

Melalui fakultas ini manusia memperoleh pengetahuan dari


berbagai sumber. Meskipun demikian, sumber dari segala sumber
pengetahuan tidak lain adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui. Salah
satu sumber pengetahuan adalah Al-Qur’an. Meski bukan kitab sains,
Al-Qur’an mempunyai fungsi petunjuk kepada umat manusia secara
keseluruhan sebagaimana dinyatakan oleh Surah Al-Baqarah (2):185.
‫اس وب ِّينات ِِّمن ْال ُهدى‬
ِ َّ‫ي ا ُ ْن ِزل فِ ْي ِه ْالقُ ْرآنُ هُدًى ِلِّلن‬
ْ ‫ش ْه ُر رمضان الِّ ِذ‬
185......،‫و ْالفُ ْرقا ِن‬
Artinya:”Bulan Ramadhan adalah bulan yang didalamnya
diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan
yang batil)……(QS.Al-Baqarah [2]:185)

2
Fungsi petunjuk Al-Qur’an ini juga berlaku bagi konstruksi
ilmu pengetahuan dengan memberi petunjuk tentang prinsip-prinsip
sains, yang selalu dikaitkan dengan pengetahuan metafisik dan
spiritual. Artinya, dalam epistemologi islam, wahyu dan sunnah dapat
dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi bangunan ilmu pengetahuan.
Jelas hal ini bertentangan dengan sains modern yang pada awal
kelahirannya terang-terangan memproklamasikan perlawanan terhadap
doktrin religious gereja, dan wahyu tidak mendapat tempat dalam
bangunan sains.
Sains modern bahkan mengabaikan dan menyangkal segala
aspek metafisik, spiritual, dan estetis jagat raya. Eddington dan
Whitehead menyatakan dengan tepat bahwa sains modern adalah jenis
pengetahuan yang dipilih secara subjektif karena hanya berurusan
dengan aspek-aspek realitas alam semesta yang dapat dipelajari oleh
metode ilmiah. Sains modern dibangun hanya dengan satu metodologi,
yakni metodologi ilmiah yang didalamnya terkandung unsur logika,
observasi, dan eksperimen.
Logika bukanlah khas sains modern. Jauh sebelumnya, para
ilmuan dan filsuf muslim senantiasa menggunakan logika dan
memandangnya sebagai suatu bentuk hikmah, bentuk pengetahuan
yang sangat diagungkan Al-Qur’an. Dalam penggunaan logika
dikalangan sarjana muslim, terdapat istilah Burhan, istilah yang
menunjukkan metode ilmiah demonstrasi atau bukti demonstrative. Al-
Ghazali menyatakan bahwa istilah mizan yang biasa diterjemahkan
sebagai timbangan, antara lain merujuk pada logika. Artinya, logika
adalah timbangan yang dengannya manusia menimbang ide dan
pendapat untuk sampai pada penilaian yang benar.
Seperti halnya logika, observasi dan eksperimen sudah tersebar
luas dikalangan sarjana muslim jauh sebelum masa sains modern.
Sebagaimana luasnya penggunaan logika tidak membawa pada
rasionalisme sekuler yang memberontak kepada Tuhan, luasnya praktik

3
eksperimental juga tidak menggiring pada empirisme yang
memandang pengalaman indriawi sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan. Karena itu, sebagai satu cara empiris untuk mengetahui
sesuatu, metode ilmiah sains modern sulit dibedakan dari metode ilmiah
sains islam.
Dalam tataran ini, epistemologi sains islam adalah epistemologi
sains modern plus atau diperluas, yakni plus penerimaan wahyu sebagai
sumber informasi dan plus metodologi yang tidak tunggal atau
kemajemukan metodologi, seperti penerimaan metode takwil. Metode
terakhir ini terkait dengan upaya penyingkapan realitas lebih tinggi,
yang hanya mungkin jika pikiran tercerahkan oleh cahaya iman dan
disentuh oleh keberkahan yang tumbuh dari wahyu karena ruh
ditiupkan kepada yang menginginkannya. Bagi ilmuwan muslim,
adalah hal yang niscaya untuk sering berdo’a meminta pertolongan
Tuhan dalam memecahkan masalah-masalah ilmiah maupun
filosofisnya. Karena itu, dapat dimengerti mengapa penyucian jiwa
dipandang sebagai bagian yang terpadu dari metodologi pengetahuan
islam. 1
2. Sumber Sains Menurut Pandangan Barat
Epistemologi modernisme barat sangat didominasi oleh
epistemologi fondasionalisme. Fondasionalisme berarti bahwa semua
pengetahuan dan keyakinan dapat diterima dan diakui kebenarannya
apabila memiliki dasar yang jelas, tidak dapat diragukan (indutable),
tidak dapat dibantah (undeniable), dan tidak dapat dikoreksi
(incorrigible). Epistemologi yang dipakai oleh fondasionalisme
terutama adalah rasionalisme, empirisme, dan kritisisme.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa model epistemologi yang
berkembang sejak Yunani kuno, filsafat islam, dan filsafat modern
paling tidak memiliki kesamaan dari dasar dan metodenya meskipun

1
Agus purwanto,,Ayat-ayat Semesta Sisi-sisi Al-Qur’an yang Terlupakan
(Bandung:PT.Mizan Pustaka,2015)189-192

4
masing-masing mempunyai distingsinya. Dalam pemikiran islam
dikenal dengan epistemologi bayani, burhani, dan ‘irfani. Sedangkan
dibarat dikenal dengan epistemologi rasionalisme, empirisme, dan
kritisisme dengan segala derivasinya. Secara makna dan prakti, baik
epistemologi barat maupun islam memiliki kesamaan dan perbedaan.
Semua jenis epistemologi tersebut diatas baik di barat maupun
diislam telah berperan penting dalam membentuk world view dan
peradaban masing-masing, bahkan saling memengaruhi satu sama
lainnya. Modernisme di barat sangat didominasi oleh epistemologi
Newtonian-Cartesian yang bersifat makanistik-rasionalis, sementara
epistemologi islam pada dasarnya tidak terlepas dari epistemologi
bayani-‘irfani-burhani.
Berbagai macam model epistemologi yang berkembang dalam
islam dan barat pada dasarnya memiliki distingsi yang cukup jelas
dalam konteks epistemologi. Epistemologi islam bersumber pada alam,
wahyu, dan pikiran logis, sedangkan epistemologi barat cenderung
mengabaikan wahyu. Epistemologi monistik dalam islam didasarkan
pada keyakinan teologis yang meyakini keesaan tuhan, sementara
epistemologi barat yang dualistik sangat dipengaruhi oleh filsafat
dualismenya Rene Descartes. Oleh karena itulah, penelitian tentang
relasi sains dan agama dari dasar epistemologi yang berbeda antara
islam dan barat menjadi penting dan menarik untuk diteliti. Dalam
konteks ini, 2

B. Metode Sains
Setiap teori harus dibangun berdasarkan metode sains, suatu
metode yang tertib untuk mengumpulkan, mengorganisasikan,
membakukan, dan menerapkan pengetahuan baru (Popper, 1968, Bab

2
Zulfis,Sains dan Agama Dialog Epistemologi Nidhal Guessoum dan Ken
Wilber(Ciputat:Sakata Cendikia,2019)12-13

5
II). Metode sains dirintis oleh Bacon (Popper, 198, h.11) ini mulai
digunakan secara lengkap oleh Isaac newton (Gribbin, 1996, h.41)
meliputi tiga unsur terpadu yang membentuk suatu heliks tornado baize
(suatu spiral kerucut terbalik mulai dari puncak dibawah sampai
kedasarnya yang terletak terbalik diatas) yang menghubungkan tingkat
empiris, logika, dan verifikasi rangkaian proses elaborasi ilmiah.
Paparan ringkasnya adalah sebagai berikut:
1) Pengamatan /observasi gejala alam (eksplorasi empiris dalam bentuk
eksperimen terancang).
2) Penalaran berbasis logika untuk menjelaskan berbagai hasil eksperimen
yang muncul dari langkah 1 sebagai dukungan atas kegiatan empirik,
dan memperluas daerah berlakunya untuk menghasilkan ramalan gejala
alam baru sebagai kegiatan teoretik. Prosedur elaborasi teoretik ini
menggunakan metode induksi dan deduksi(Popper, 1968, fasal 1, 1, dan
dan 1, 3) yang diterapkan secara terpisah maupun terpadu; deduksi
adalah suatu metode menarik kesimpulan yang diangkat sebagai
konsekuensi logis sejumlah premis (dasar pemikiran) yang telah
ditetapkan/tersedia;induksi merupakan suatu cara menggeneralisasikan
proses penyimpulan dan langkah-langkah pemikiran logisnya dari
sebagian sistem keseluruhannya, dari aspek khusus ke umum, dari
individu ke universal (Nagel, op.cit., hh.29-78).
3) Pengujian ramalan tertentu yang muncul dari langkah 2 sesuaikah atau
belum dengan pengamatan langsung yang dilakukan secara eksperimen
(verifikasi secara empirik). Jika belum, perlu diadakan modifikasi pada
hipotesis beserta analisisnya. Suatu pengamatan verifikatif yang
berhasil kadang kala berfungsi sebagai pengamatan eksploratif untuk
menemukan fakta-fakta baru sehingga peneliti dapat memulai kegiatan
tahapan spiral pengembangan berikutnya (Nagel, op.cit., hh. 79-105)3

3
Zainal Abidin Bagir et al.,Integrasi ilmu dan Agama Interpretasi dan
Aksi(Bandung:PT Mizan Pustaka,2005)167-168

6
C. Kebenaran Sains
john R. Staver berkesimpulan bahwa perdebatan antara agama
dan sains pada dasarnya hanya terjadi dalam pemikiran dan praktek
kehidupan sosial semata, dan tidak terjadi dalam tataran logis dan
epistemologis. Secara epistemologis, kebenaran sains berbeda dengan
kebenaran agama. Sains menggunakan metode empiris, sedangkan
kebenaran agama bersumber pada firman tuhan. Oleh karena itu, tidak
ada konflik antara sains dan agama. Agama dan sains itu sepenuhnya
merupakan dua hal yang berbeda. Keduanya memiliki kedudukan dan
fungsi yang setara dan vital dalam kehidupan manusia. Kesimpulan
tersebut didasarkan pada pendekatan atau teori konstruktivisme.
Pandangan ini berpendapat bahwa konflik antara sains dan agama
adalah merupakan konstruk sosial dan kultural.
Menurut Osman Bakar, bagi Gulen sains dan agama tidak
pernah dianggap sejajar dalam islam, tapi sains harus mengacu dan
mengambil inspirasi dari Al-Qur’an dan Hadist. Ia membagi kebenaran
dalam dua bentuk yaitu kebenaran mutlak (absolute truth) dan
kebenaran relatif (relative truth). Kebenaran mutlak terdapat pada Al-
Qur’an dan sifatnya tetap, sedangkan kebenaran relatif terdapat pada
sains yang sifatnya berubah. Kedua kebenaran itu tidak akan
bertentangan jika sains secara principal mengacu kepada kebenaran
mutlak yaitu Al-Quran dan Hadist.4
Pada sisi lain, menurut Ken Wilber, perkembangan sains
modern di barat yang luar biasa menghasilkan sains yang bebas nilai.
Sains memberikan kebenaran namun tidak tahu bagaimana
menggunakan kebenaran tersebut. Sains adalah kebenaran tanpa
kebijaksanaan, nilai, dan kelayakan. Dalam konteks ini, sains paling

4
Osman Bakar, “Gulen on Religion and Science: A Theological perspective,” The
Muslim World (2005), 359-372 http:// www.e-resources.perpurnas.go.id (diakses 20
Maret 2015).

7
tidak memiliki persoalan filosofis terutama dari aspek aksiologis.
Disinilah peran dan pentingnya agama. Agama mengisi kekosongan
nilai, makna, kedalaman, dan perhatian pada sains. Upaya mengisi
kekosongan nilai pada sains memang tidak mudah. Konsep tersebut
memerlukan rancangan dan sistem yang jelas sehingga agama dan sains
tidak hanya sebatas terekonsiliasi tapi sampai kepada terintegrasi. 5

5
Zulfis,Sains dan Agama Dialog Epistemologi Nidhal Guessoum dan Ken
Wilber(Ciputat:Sakata Cendikia,2019)4

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epistemologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
bagaimana kita mempelajari suatu ilmu atau objek yang kita kaji.
Dalam rumusan yang lebih rinci disebutkan bahwa epistimologi
merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam
dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan
validitas pengetahuan.
Sumber sains ini terdapat dua pandangan, yaitu sumber sains
menurut pandangan islam dan sumber sains menurut pandangan barat.
Sumber sains menurut pandangan islam meliputi Al-Qur’an (sumber
utama sains), Al-Hadits, akal atau logika, alat indera (pendengaran dan
penglihatan). Sedangkan sumber sains menurut barat Epistemologi
yang dipakai adalah fondasionalisme yang meliputi rasionalisme,
empirisme, dan kritisisme.
Metode sains yang dapat digunakan adalah:
1) Pengamatan atau observasi
2) Penalaran berbasis logika
3) Pengujian ramalan tertentu yang muncul dari langkah 2
sesuaikah atau belum dengan pengamatan langsung yang
dilakukan secara eksperimen (verifikasi secara empirik).

Secara epistemologis, kebenaran sains berbeda dengan kebenaran


agama. Sains menggunakan metode empiris, sedangkan kebenaran
agama bersumber pada firman tuhan. Oleh karena itu, tidak ada konflik
antara sains dan agama. Agama dan sains itu sepenuhnya merupakan
dua hal yang berbeda. Keduanya memiliki kedudukan dan fungsi yang
setara dan vital dalam kehidupan manusia.

A. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

9
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas. Adapun
nantinya penulis akan melakukan perbaikan susunan makalah dengan
menggunakan pedoman dari sumber yang bisa dipertanggung jawabkan
nantinya. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik
serta saran mengenai pembahasan makalah diatas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto,Agus.Ayat-ayat semesta Sisi-sisi Al-Qur’an yang Terlupakan


Bandung:PT.Mizan Pustaka,2015.

Zulfis,Sains dan Agama Dialog Epistemologi Nidhal Guessoum dan


Ken Wilber Ciputat:Sakata Cendikia,2019.

Bagir et al,Zainal Abidin,Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan


Aksi Bandung:PT.Mizan Pustaka,2005.

Bakar,Osman Gulen on Religion and Science:A Theological


perspective (2005), The world http:// www.e-resources.perpurnas.go.id

11

Anda mungkin juga menyukai