Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ISLAM DAN SAINS

RELASI KEBENARAN AL-QURAN DAN IPTEKS


Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Islam dan Sains
Dosen Pengampu : Pahmi Maulana, S. Ag., M. Pd
Tahun 2022/2023

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1) Sinta Kartika 2141111001
2) Revi Sri Haryati 2141111005
3) Novita Rahmawati 2141111018
4) Repansya Pancarani 2141111044
5) Sri Bano Angel Lestari 2141111046
6) Asep 2141111069
7) Dandi Saputra 2141111070

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
Jl. R. Syamsudin, SH No. 50 Sukabumi 43113 Tlp. (0266) 218345, Fax 218342
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Shalawat dan
salam yang melimpah dapat kita berikan kepada baginda kita tercinta, yaitu kepada Nabi
Muhammad SAW yang syafaatnya nanti akan kita doakan . Penulis mengucapkan syukur kepada
Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untukmenyelesaika makalah "Relasi Kebesaran Al-Quran dan Ipteks".
ini kami menampilkan hasil pemahaman dan kesimpulan juga membaca sebagai reperensi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan sebagai
pedoman pembaca dalam pengetahuan mengenai Relasi Kebesaran Al-Quran dan Ipteks. Penulis
tentunya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak mengandung
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar- besarnya.

Sukabumi,24 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 2
A. Kebenaran Al-Quran dan IPTEKS .................................................................................. 2
B. Bukti-Bukti Kebenaran Al-Quran dalam Bidang Keperawatan .................................. 5
BAB III........................................................................................................................................... 8
PENUTUP...................................................................................................................................... 8
A. Simpulan ............................................................................................................................. 8
B. Saran ................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau quranan yang
berarti “bacaan atau yang dibaca”. Secara general AlQur’an didefenisikan sebagai sebuah
kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang
kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah. Al-
Qur’an juga merupakan pedoman hidup bagi manusia di dunia dan akhirat.
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,
dan mengingatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmuilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Membahas hubungan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau
tidaknya cabangcabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi lebih utama adalah
melihat, adakah Al-Qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau
mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan
yang diberikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya,
tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan sosial yang diwujudkan, sehingga
mempunyai pengaruh (positif atau negatif) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. (Iryani,
2017)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebenaran Al-Quran dan IPTEKS?
2. Bagaimana bukti-bukti kebenaran Al-Quran dalam bidang keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan kebenaran kebenaran Al-Quran Dan IPTEKS
2. Untuk mendeskripsikan bukti-bukti kebenaran Al-Quran dalam bidang keperawatan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebenaran Al-Quran dan IPTEKS


Al-Qur’an, sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-tujuan yang
bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an bukanlah ensiklopedi sains dan
teknologi apalagi al-Qur’an tidak menyatakan hal itu secara gamblang. Akan tetapi, dalam
kapasitasnya sebagai huda lin_nas, al-Qur’an memberikan informasi stimulan mengenai
fenomena alam dalam porsi yang cukup banyak, sekitar tujuh ratus lima puluh ayat .
Bahkan, pesan (wahyu) paling awal yang diterima Nabi SAW mengandung indikasi
pentingnya proses investigasi (penyelidikan). Informasi alQur’an tentang fenomena alam
ini, menurut Ghulsyani, dimaksudkan untuk menarik perhatian manusia kepada Pencipta
alam Yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana dengan mempertanyakan dan merenungkan
wujud-wujud alam serta mendorong manusia agar berjuang mendekat kepada-Nya.
Al-Qur’an adalah mu’jizat Islam yang kekal dan mu’jizatnya selalu diperkuat dengan
kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT. kepada Rasulullah
Muhammad SAW. untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang,
serta membimbing mereka ke jalan yang lurus [9]. Salah satu ciri yang membedakan Islam
dengan yang lain adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains). Al-Qur’an dan
Hadits mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta
menempatkan orangorang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Dalam al-Qur’an
kata al-‘ilm dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat pertama
yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW., menyebutkan pentingnya membaca, pena, dan
ajaran untuk manusia Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-‘Alaq ayat 1-5:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya . Tidak hanya dalam al-Qur’an saja yang membahas pentingnya ilmu
pengetahuan, bahkan banyak di dalam Hadits Rasulullah SAW. juga ada pernyataan-
pernyataan yang memuji ilmu dan orang yang terdidik. Sejumlah Hadits mengenai hal ini
dinisbatkan kepada Nabi SAW. yang beberapa di antaranya: “Mencari ilmu itu wajib bagi
setiap muslim”, “Carilah ilmu sampai ke negeri Cina”, “Para Ulama itu adalah pewaris
Nabi”. Hal di atas menunjukkan bahwa betapa ajaran Islam sudah memperhatikan tentang
pentingnya IPTEK dan menyuruh kepada kaum muslimin untuk berusaha
mengembangkannya. Tentunya perkembangan IPTEK juga harus diimbangi dengan Iman
dan Taqwa. Karena IPTEK yang tidak diiringi dengan Iman dan taqwa, hanya akan
menyebabkan kerusakan. Sebelum al-Qur’an turun, yang menguasai ilmu itu hanyalah
tokoh-tokoh agama, pemuka masyarakat, ahli hikmah dan filosof. Ilmu itu pun diwarnai
khurafat yang digunakan untuk maksudmaksud tertentu, seperti untuk mengeksploitasi
sesama manusia atau menipu yang bodoh.
Ketika al-Qur’an datang, ilmu mempunyai tujuan mulia yaitu untuk kebaikan dan
kemaslahatan manusia. Karena itu, setiap muslim diwajibkan menuntutnya. Sebagai

2
disebutkan dalam hadits: “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim
perempuan.” Dari al-Qur’an lahir berbagai cabang imu pengetahuan seperti tajwid, nahwu,
sejarah, tafsir, dan sebagainya. Karena itu, dapat disebutkan bahwa al-Qur’an merupakan
induk segala ilmu. Kemudian melalui orang-orang Islam, ilmu pun berkembang dan
menyebar. Sifat ilmu pengetahuan adalah dapat diterima oleh rasio atau akal. Al-Qur’an
memberikan penghargaan yang amat tinggi terhadap akal. Tidak sedikit ayat alQur’an yang
menganjurkan dan mendorong manusia agar mempergunakan pikiran dan akalnya. Dengan
penggunaan akal dan pikiran tersebut ilmu pengetahuan dapat diperoleh dan
dikembangkan. Allah SWT. berfirman dalam surat ar-Rum:8
‫ّللاُ السَّمٰ ٰوت و ْاّل ْرض وما بيْن ُهما ا َّّل ب ْالح ِّق واجل ُّمس ًّمى وا َّن كثي ًْرا ِّمن النَّاس‬
ٰ ‫اول ْم يتف َّك ُر ْوا ف ْي ا ْنفُسه ْم ۗ ما خلق‬
ۤ
‫بلقائ ربِّه ْم ل ٰكف ُر ْون‬
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak
menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan
(tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara
manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya”. Al-Qur’an sesungguhnya
tidak membedakan antara ilmu agama Islam dengan ilmu umum. Yang ada dalam al-
Qur’an adalah ilmu. Pembagian adanya ilmu agama Islam dan ilmu umum merupakan hasil
kesimpulan manusia yang mengidentifikasi ilmu berdasarkan sumber objek kajiannya.
Ilmu-ilmu tersebut seluruhnya pada hakikatnya berasal dari Allah, karena sumber-sumber
ilmu tersebut berupa wahyu, alam jagat raya, manusia dengan perilakunya, akal pikiran
dan intuisi batin seluruhnya ciptaan dan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia.
Terdapat perselisihan pendapat antara para ulama yang telah lama berlangsung mengenai
hubungan al-Qur’an dan sains. Dalam kitab Jawahir alQur’an, Imam alGhazali pada bab
“Munculnya Ilmu-ilmu Klasik dan Modern dari al-Qur’an” menerangkan bahwa seluruh
cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang kemudian, yang telah diketahui maupun
yang belum, semua bersumber dari al-Qur’an. Imam al-Suyuthi juga memiliki pandangan
yang sama dengan Imam al Ghazali.
Dalam bukunya al-Ithqan ‘Ulum al-Qur’an, beliau berpendapat bahwa alQur’an mencakup
seluruh ilmu klasik dan modern. Dalam hal ini, perlu untuk menyebutkan bahwa motif para
ulama terdahulu dalam memandang al-Qur’an sebagai sumber seluruh ilmu itu lahir dari
keyakinan terhadap komprehensifnya al-Qur’an. Akan tetapi, para ulama sekarang, di
samping meyakini hal ini, mereka lebih menekankan pembuktian akan keajaiban al-Qur’an
dalam bidang keilmuaan. Oleh karena itu, mereka mencoba mencocokkan al-Qur’an
dengan penemuan-penemuan sains kontemporer. Al-Qur’an semakin laris dikaji oleh para
ilmuwan terutama masyarakat nonmuslim. Terbukti, al-Qur’an banyak memberikan
informasi tentang IPTEK yang semakin hari semakin nyata lewat kajian dan percobaan
yang mengagumkan. Sebagai contoh, hasil percobaan pemotretan atas pegunungan di
Nejed (Arab Saudi) oleh Telster (Satelit Amerika Serikat) ternyata diketahui bahwa
gunung-gunung yang tampak di mata kita seolah tetap, sesungguhnya gunung-gunung itu
berarak sebagaimana mega.
Perkembangan sains dari masa ke masa adalah hasil upaya manusia dalam memahami
lingkungan semestanya. Karena itu, sains tak seharusnya dipisahkan dari agama. Menurut
Thomas Djamaluddin (seorang Profesor Riset Astronomi Astrofisika Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional) menyatakan bahwa sains harus jadi bagian dari
3
kehidupan, sejalan dengan Alquran. Oleh karena itu, seharusnya tak ada klaim tentang
kecocokan ilmu pengetahuan tertentu dengan ajaran agama.Temuan-temuan sains adalah
penjelasan bagi ayat-ayat Alquran, bukan pencocokan. Peran dan kontribusi Muslim dalam
sains seperti bidang astronomi dibahas sesuai dengan kontribusi yang mereka berikan.
Selain pemikiran mengenai konsep-konsep astronomi, kontribusi tersebut juga dilihat dari
karya tulis yang mereka hasilkan.
Satu dari hal yang paling luar biasa dalam Al-Quran adalah bagaimana ia menguraikan
ilmu pengetahuan. Al-Quran yang dinyatakan kepada Muhammad (saw) pada abad ke 7
berisikan fakta-fakta ilmiah menakjubkan yang sedang ditelusuri di abad ini. Para ahli ilmu
pengetahuan terkejut dan kerap terbungkam saat mereka diperlihatkan betapa terperinci
dan akuratnya beberapa ayat dalam Quran tentang ilmu pengetahuan modern.
1. Penjelasan sains terhadap ayat Alqur’an tentang alam semesta
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah satu padu, kemudian Kami pisahkan antar keduanya. Dan dari
air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka, mengapakah mereka tiada juga
beriman?” (QS. Al-Anbiyaa’: 30). Pada hampir 14 abad lalu, ayat di atas menjadi satu
di antara firman-firman Allah yang turun kepada Rasulullah saw dengan muatan sains.
Ayat tersebut menjelaskan tentang asal-mula langit dan bumi, yang mulanya satu dan
kemudian dipisahkan.
2. Penjelasan sains terhadap Al-Qur’an tentang embriologi
Di tahun 1982 Keith Moore, seorang profesor di Universitas Toronto, menghasilkan
sebuah buku berjudul ”The Developing Human, edisi ke 3″. Dalam buku ini Moore
menyatakan keterkejutannya mengenai bagaimana perkembangan embrio dikisahkan
dalam Al-Qur’an. Moore dan para kaum Muslim pendukungnya merujuk kepada ayat
berikut ini: “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani dalam tempat yang kokoh;
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah; lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging; dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging; kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang lain.” (Surah 23:13- 14) Al-Qur’an mengatakan bahwa gumpalan darah kemudian
menjadi tulang dan kemudian Tuhan ”membungkus tulang dengan daging” (Surah
23:13-14). Adalah suatu fakta ilmiah bahwa jaringan terbentuk lebih dulu, dan tulang
tumbuh sesaat kemudian, dan terus bertambah kuat (dengan membangun kalsium)
bertahun-tahun setelah kelahiran. Oleh sebab itu, ini sudah jelas adalah satu dari banyak
ketidakcermatan ilmiah dalam al-Qur’an
3. Penjelasan sains terhadap Al-Qur’an tentang pengiraan kecepatan cahaya
Siapa tidak kenal dengan Albert Einstein, namanya melekat dengan dunia fisika dan
menjadi ikon fisika modern. Rumus E = mc^2 dianggap sebagai rumus Einstein yang
dalam pandangan awam merupakan “rumus” untuk membuat bom atom. Albert
Einstein memang pantas dianggap sebagai tokoh utama yang memimpin revolusi di
dunia fisika. Salah satu teorinya yang menganjak paradigma fisika berbunyi “kecepatan
cahaya merupakan ketetapan alam yang besarnya bersifat tetap dan tidak bergantung
kepada kecepatan sumber cahaya dan kecepatan pengamat”. Menurut Einstein, tidak
ada yang mutlak di dunia ini (termasuk waktu ) kecuali kecepatan cahaya. Selain itu,
kecepatan cahaya adalah kecepatan tertinggi di alam ini. Pendapat Einstein ini
4
mendapat dukungan dari percobaan yang dilakukan pada akhir abad ke19 dan awal
abad ke-20 oleh MichelsonMorley, Fizeau, dan Zeeman. (Lailiyah, 2020)

B. Bukti-Bukti Kebenaran Al-Quran dalam Bidang Keperawatan


a) Keperawatan dalam Islam
Pertama, penghargaan terhadap kemandirian klien menjadi prinsip etik dalam teori
keperawatan. Islam mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia hendaklah
memperbanyak orang yang memberikan pertolongan bukan orang yang mengharap
pertolongan sesuai dengan sabda Rasul yadu al ‘ulya khairun min yadu al sufla, artinya
tangan di atas yaitu yang memberikan pertolongan lebih baik dari tangan yang di bawah.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan Islam seseorang sebaiknya menjadi
pribadi yang mandiri yaitu yang dapat menolong orang lain karena perbuatan itu pada
hakikatnya adalah menolong dirinya sendiri. Kedua, tidak melakukan tindakan yang
bertentangan dengan teori keperawatan sekalipun pada akhirnya yang menyembuhkan
itu semata-mata Allah SWT. Seluruh perangkat tenaga medis hanya berfungsi sebagai
sebab yang mengantarkan kesembuhan atau sebaliknya terhadap klien. Ketiga, seorang
yang berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen keislaman yang kuat adalah
selalu mempertimbangkan manfaat dari perbuatannya karena Rasul bersabda yang
artinya sebagian dari tanda keindahan Islam seseorang adalah meninggalkan perbuatan
yang tidak berguna kepadanya (min husni islam al mar-I tarku ma la ya’nihi). Keempat,
seorang yang berprofesi perawat adalah mereka yang mampu berlaku adil baik kepada
pasien maupun kepada dirinya sendiri sehingga juga memperhatikan kebutuhan fisik
dan psikisnya.
b) Bukti-bukti ilmiah kebenaran Al Qur’an dan IPTEKS
1. Fakta tentang menyusui bayi selama 2 tahun
Air susu ibu atau ASI sangat bermanfaat bagi bayi. ASI adalah sumber makanan
terbaik bagi bayi dan mengandung zat yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
Tidak ada susu buatan manusia yang mampu menandingi kualitas ASI. Al-quran
surat Luqman ayat 14 menganjurkan manusia untuk berbuat baik kepada ibu
bapaknya, ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun.Surat ini menjelaskan bahwa waktu yang terbaik
untuk memberikan ASI bagi seorang bayi adalah 2 tahun karena memberikan
banyak manfaat.
‫ير‬ َّ ‫صيْنا اإل ْنسان بوالد ْيه حملتْهُ أ ُ ُّمهُ و ْهنًا على و ْهن وفصالُهُ في عاميْن أن ا ْش ُك ْر لي ولوالديْك إل‬
ُ ‫ي ْالمص‬ َّ ‫وو‬
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
2. Fakta tentang penciptaan manusia dalam 3 tahap
Dalam Alquran surat Az Zumar ayat 6 dijelaskan, manusia diciptakan dalam tubuh
ibunya dalam tiga tahapan.

‫طون أ ُ َّمهات ُك ْم خ ْلقًا‬


ُ ُ‫خلق ُك ْم م ْن ن ْفس واحدة ث ُ َّم جعل م ْنها ز ْوجها وأ ْنزل ل ُك ْم من األ ْنعام ثمانية أ ْزواج ي ْخلُقُ ُك ْم في ب‬
‫صرفُون‬ ْ ُ ‫ّللاُ ربُّ ُك ْم لهُ ْال ُم ْلكُ ّل إله إّل هُو فأنَّى ت‬ ُ ‫من ب ْعد خ ْلق في‬
َّ ‫ظلُمات ثالث ذل ُك ُم‬

5
“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya
isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari
binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu,
Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”
Perkembangan ilmu Biologi modern telah berhasil mengungkap petunjuk dari ayat
itu. Pertumbuhan bayi di dalam rahim melewati tiga tahap (tiga kegelapan). Alquran
menggunakan istilah ‘kegelapan’ karena memang proses penciptaan manusia dalam
perut ibu terjadi di dalam rahim yang gelap.
Tahap-tahap itu, pertama, tahap Pre-embrionik, zigot tumbuh membesar melalui
pembelahan sel kemudian menjadi segumpalan sel yang membenamkan diri pada
dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot, sel-sel penyusunnya mengatur diri
mereka sendiri untuk membentuk tiga lapisan. Kedua, tahap Embrionik yang
berlangsung lima setengah minggu. Bayi pada tahap ini disebut “embrio”. Organ
dan sistem tubuh bayi juga mulai terbentuk. Ketiga tahap fetus yang dimulai sejak
kehamilan bulan 8 hingga lahir. Pada tahap ini bayi telah menyerupai manusia
dengan wajah, kedua tangan dan kakinya.
3. Fakta tentang jenis kelamin bayi
Hasil penemuan ilmu genetika abad 20 menjelaskan bahwa jenis kelamin seorang
bayi ditentukan oleh air mani dari pria. Dalam air mani pria terdapat kromosom x
yang berisi sifat-sifat kewanitaan dan kromosom y berisi sifat kelaki-lakian.
Sedangkan dalam sel telur wanita hanya mengandung kromosom x yang
mengandung sifat-sifat kewanitaan. Jenis kelamin seorang bayi tergantung pada
sperma yang membuahi, apakah mengandung kromosom x atau y.
Sebelum penemuan itu diperoleh, masyarakat menganggap bahwa penentu jenis
kelamin berasal dari wanita.
c) Obat dalam Al Qur’an dan Al hadist
1. “rasulullah saw berbuka puasa dengan beberapa biji buah kurma sebelum salat.
Sekiranya tidak terdapat kurma, maka Rasulullah saw akan berbuka dengan beberapa
anggur. Sekiranya tiada anggur, maka Baginda meminum beberapa teguk air”(H.R
Ahmad)
2. Habbatus saudah
Rasulullah bersabda:”hendaklah kamu menggunakan habbatussaudah karena
sesungguhnya padanya terdapat penyembuhan bagi segala penyakit kecuali mati”
(H.R Salamah dari Abu Hurairah)
3. Madu
Allah berfirman:
‫طونها شراب ُم ْختلف أ ْلوانُهُ فيه شفاء للنَّاس إ َّن في‬ ُ ‫ث ُ َّم ُكلي م ْن ُك ِّل الثَّمرات فا ْسلُكي‬
ُ ُ‫سبُل ربِّك ذُلُال ي ْخ ُر ُج م ْن ب‬
ً
‫ذلك آلية لق ْوم يتف َّك ُرون‬
“dari perut lebah ini keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benr terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang
berfikir” (QS. An Nahl:69)
6
4. Zaitun
Rasulullah bersabda : “makanlah minyak zaitun dan lumurilah minyaknya karena ia
berasal dari pohon yang penuh berkah” (H.R. At Tirmizi dan Ibnu Maja).

7
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya
melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan.
Dalam kitab Jawahir alQur’an, Imam alGhazali pada bab “Munculnya Ilmu-ilmu Klasik
dan Modern dari al-Qur’an” menerangkan bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang
terdahulu dan yang kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum, semua bersumber
dari al-Qur’an.
Islam mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia hendaklah memperbanyak orang
yang memberikan pertolongan bukan orang yang mengharap pertolongan sesuai dengan
sabda Rasul yadu al ‘ulya khairun min yadu al sufla, artinya tangan di atas yaitu yang
memberikan pertolongan lebih baik dari tangan yang di bawah.
Ketiga, seorang yang berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen keislaman yang
kuat adalah selalu mempertimbangkan manfaat dari perbuatannya karena Rasul bersabda
yang artinya sebagian dari tanda keindahan Islam seseorang adalah meninggalkan
perbuatan yang tidak berguna kepadanya (min husni islam al mar-I tarku ma la ya’nihi).

B. Saran
Dengan adanya Makalah singkat ini Penulis berhrap mudah-mudahan dapat sedikit
memberikan pengetahuan bagi pembaca tentang Bagaimana Relasi Kebenaran Al-Quran
dan IPTEKS

8
DAFTAR PUSTAKA

Iryani, E. (2017). AL-QUR’AN DAN ILMU PENGETAHUAN. Jurnal Ilmiah Universitas


Batanghari Jambi.
Lailiyah, S. (2020). KEILMIAHAN SAINS ADALAH BUKTI KEBENARAN AL QUR’AN.
PROSIDING Seminar Nasional Pendidikan Fisika FITK UNSIQ.
https://pdfcoffee.com/makalah-interelasi-al-quran-dan-iptek-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai