Anda di halaman 1dari 17

PROSES MEMPEROLEH PENGETAHUAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Studi Al-Qur’an dan Al-Hadits Perspektif Pendidikan Islam

Disusun Oleh :
Azimah
2130211016

Dosen Pengampu :
Dr. Kusnadi, MA

Program Magister Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS


ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala
nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita semua termasuk terselesaikannya
makalah Studi Al-Qur’an dan Al-Hadits Perspektif Pendidikan Islam ini. Makalah
ini mengambil tema Proses Memperoleh Pengetahuan, sebagaimana amanat yang
diberikan kepada kami di dalam memenuhi tugas mata kuliah “Studi Al-Qur’an dan
Al-Hadits Perspektif Pendidikan Islam”.
Sebuah penghargaan bagi kami atas diberikannya tugas ini, karena dengan begitu
kita akan dapat mengkaji kembali tentang hal-hal yang berkaitan dengan Proses
Memperoleh Pengetahuan yang pasti akan bermanfaat menambah keilmuan dan
pengetahuan akademis kita.
Dalam kesempatan ini, perkenankan kami untuk mengucapkan rasa
terimakasih kepada bapak Dr. Kusnadi, MA yang telah membimbing kami. Kami
pun meyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu,
kritik, saran maupun masukan yang sangat kami harapkan. Atas kekurangan
tersebut, kami mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Wasalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Indralaya, 30 September 2021

Azimah

ii
KAT KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


A. Latar Belakang ..........................................................................................
1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................2


C. Tujuan Penelitian.......................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3


A. Defenisi Pendidikan .............................................................................. 3
B. Proses Pendidikan dalam Al Quran......................................................... 5
1. Kewajiban dan Keutamaan mencari Ilmu ......................................... 5
2. Tafsir Qs An Nahl ayat 78 ................................................................ 6
3. Tafsir Qs Al-Alaq ayat 1-5 ................................................................ 8
4. Asbabun Nuzul Qs Al-Alaq 1-5 ....................................................... 11
5. Surat Lain yang membahas proses memperoleh pengetahuan.......... 1211

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13


A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam mempelajari suatu ilmu pengetahuan, khususnya pendidikan agama
islam, haruslah bersumber dari Al qur’an dan hadis, karena keduanya merupakan
petunjuk utama bagi umat islam dalam menjalani kehidupanya. Oleh karena itulah,
seharusnya kita selalu menjadikanya pedoman dan petunjuk dalam menjalankan
kehidupan kita. Dalam firmanya Allah SWT menyatakan “Al-Qur’an adalah
pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini ” (QS Al
Jasiyah : 20).
Istilah belajar adalah upaya mengubah perilaku dengan berbagai kegiatan,
seperti membaca, mendengarkan, mengamati, meniru dan sebagainya. Atau dengan
kata lain, belajar sebagai aktivitas psikofisik yang mengarah pada pengembangan
pribadi yang lengkap. Yang dimaksud dengan belajar adalah upaya yang
menguntungkan untuk mengambil tempat kegiatan pembelajaran dan melibatkan
transfer pengetahuan dan pendidikan. Oleh karena itu, belajar dan pembelajaran
adalah dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, keduanya interaksi pendidikan
memiliki norma.
Istilah belajar dan pembelajaran dapat diartikan sebagai konsep ta’lim
dalam Islam. Taklim berasal dari kata 'allama – yu'allimu – ta'līman. Istilah taklim
pada umumnya berkonotasi dengan tarbiyyah, tadrīs dan ta'dīb, meskipun bila
ditelusuri secara mendalam maka istilah tersebut akan terjadi perbedaan makna.
Perintah untuk taklim sangat banyak dalil yang menerangkan, baik dari sumber
Alquran maupun hadis Rasulullah saw.
Betapa beruntungnya kita sebagai umat islam, karena hanya kita yang
mampu memahami Al-Qur’an. Sehingga sudah menjadi suatu keharusan bagi kita
untuk selalu membacanya, memahaminya, mentadabburkanya setiap saat dan setiap
waktu, sehingga kita bisa benar-benar memahaminya dan melaksanakan apa yang
Allah SWT perintahkan dalam Al-Qur’an tersebut.

1
Ayat pertama yang turun dalam Al-Qur’an adalah suatu perintah, dan
perintah tersebut adalah membaca (iqro) yang sangat berhubungan dengan
pendidikan dan ilmu pengetahuan. Membaca merupakan salah satu proses transfer
ilmu pengetahuan, selain dari proses lainya seperti proses mendengar dan
memperhatikan, dimana proses ini juga dijelaskan dalam Al-Qur’an. Dan hal inilah
yang akan kita bahas dalam pembahasan berikut, yaitu bagaimana cara memperoleh
pengetahuan dan proses pendidikan yang ditinjau dari Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis memberikan perumusan
masalah khususnya yang berkenaan dengan cara memperoleh ilmu/proses
memperoleh pengetahuan. Untuk itu penulis merumuskan masalah, sebagai
berikut :
1. Bagaimana proses memperoleh ilmu pengetahuan?
2. Bagaimana cara-cara Memperoleh Ilmu (Proses Pendidikan) ditinjau dari
Al-Qur’an surat An Nahl ayat 78 dan surat Al Alaq ayat 1-5?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses memperoleh ilmu pengetahuan.
2. Untuk mengetahui cara-cara memperoleh ilmu di tinjau dari Al-Quran surat
An Nahl ayat 78 dan Al Alaq ayat 1-5.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pendidikan dan Proses Memperoleh Pengetahuan


Pendidikan menurut Herman H. Horne, yaitu “ proses yang terus menerus
(abadi) dari penyesuaian lebih tinggi, bagi makhluk manusia yang telah
berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan,
seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosial dan kemanusiaan
dari manusia”.1 Definisi lain dari Drs. A.D Mirimba, yaitu “ pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.2
Pendidikan Islam, adalah pendidikan yang berdasarkan ajaran atau tuntunan
agama islam dalam usaha membina dan membentuk pribadi-pribadi muslim
yang taqwa kepada Allah SWT, cinta dan kasih kepada kedua orang tua, dan
sesama hidupnya, serta cinta kepada tanah airnya sebagai karunia yang
diberikan oleh Allah Swt.
Bacon dan David Hume yang dikutip dalam Abu ahmadi, mengatakan
bahwa, “ pengetahuan sebagai pengalaman indera dan batin” 3. Definisi lainya,
yaitu dari Imanuel Kant mengatakan bahwa, “ pengetahuan merupakan
persatuan budi dan pengalaman”. Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan
yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang objek tertentu yang
diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang (approach), metode
(method), dan sistem tertentu. 4
Beberapa sumber pengetahuan yang dianggap mampu memberikan
informasi untuk pembentukan ilmu pengetahuan5:

1
Soekarno & Ahmad Supardi. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Cetakan ke-2.
Bandung : Angkasa. 1990, hlm. 6-7.
2
Ibid., hlm. 7.
3
Abdullah Idi. Sosilogi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Cetakan Ke-3.
Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm. 37.
4
Ibid., hlm 33.
5
Ibid., hlm 35.

3
1. Intuisi, yaitu kemampuan atau daya naluriah atau firasat yang dapat
menghasilkan imajinasi cemerlang tentang suatu kejadian yang akan
terjadi secara cepat.
2. Kitab Suci, yaitu sumber kebenaran dan pengetahuan bagi pemeluk
agama.
3. Tradisi. Merupakan sumber yang paling menonjol dan berpengaruh
karena anggapan bahwa tradisi mengandung pengetahuan yang arif
dan bijaksana.
4. Common sense, merupakan pengetahuan yang dimiliki secara umum
oleh masyarakat, namun dasar dan sumbernya tidak diketahui.
5. Ilmu pengetahuan ilmiah. Metode ilmiah dijadikan cara umum yang
digunakan dalam mencapai jawaban tentang fenomena yang ada di
alam ini.

Menurut Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, yand dikutip oleh Dr.
Adian Husaini6 dalam tradisi islam, ilmu pengetahuan tiba melalui berbagai
saluran, yaitu pancaindera, akal pikiran sehat, berita yang benar dan intuisi
(ilham). Prof. Dr. Wan Mohd Nor menjelaskan bahwa, aspek akal manusia
merupakan saluran penting yang denganya diperoleh ilmu pengetahuan
tentang sesuatu yang jelas, yaitu perkara yang dapat dipahami dan dikuasai
oleh akal, dan tentang sesuatu yang dapat diserap dengan indera 7. Berita
yang benar, teridiri dari dua, yaitu dari mereka yang benar-benar dapat
dipercaya (contoh shahih yang berasal dari Bukhari & Muslim) dan
kesepakatan umum para ahli, ilmuwan dan sarjana 8.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diketahui bahwa untuk
memperoleh pengetahuan, diperlukan suatu proses yang berasal dari
sumber pengetahuan yang utama yaitu kitab suci (Al-Quran), berita yang
benar ( tradisi, common sense, dan ilmu pengetahuan ilmiah), dan ilham

6
Adian Husaini et all. Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam. (Depok : Gema
Insani.2013), hlm. 108
7
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan dan Kesan dan keserasian Al-Quran,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 50.
8
Ibid., hlm. 112

4
serta menggunakan pancaindera dan akal pikiran yang sehat untuk
menerimanya dan mengolahnya menjadi ilmu pengetahuan.
B. Proses Pendidikan Ditinjau dari Al-Quran.
1. Kewajiban dan Keutamaan Mencari Ilmu dalam Islam
Proses mencari ilmu merupakan hal yang penting bahkan wajib dalam
islam, berikut hadis dari Rosullulah SAW :
Rosulullah SAW bersabda :
َّ‫الص ْينَ فَاِن‬
ِّ ِ ‫ ا ُ ْطلُبُ ْوا اْل ِع ْل َم َولَ ْو ِب‬: ‫سلَّ َم‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ‫س ْو ُل الل ِه‬ ُ ‫ع ْنهُ قَا َل َر‬ َ ُ‫ع َْن اَنَ ٍس َر ِض َي الله‬
‫ب اْل ِع ْل ِم ِرضًا ِب َما‬
ِ ‫طا ِل‬ َ ‫ض ُع ا َ ْج ِن َحت َ َها ِل‬َ َ ‫س ِل ٍم اِ َّن اْل َمالَ ِئكَةَ ِلت‬ َ ٌ‫ب اْل ِع ْل ِم َف ِر ْيضَة‬
ْ ‫علَى ُك ِ ِّل ُم‬ َ
َ َ‫طل‬
ُ ُ‫يَ ْطل‬
‫ب (رواه ابن عبد البر‬
Artinya : Dari Anas r.a. bersabda Rosulullah SAW : Carilah ilmu walaupun
sampai kenegeri Cina, karena sesungguhnya mencari ilmu diwajibkan atas
setiap muslim, sesungguhnya para malaikat meletakan sayap-sayapnya
bagi penuntut ilmu karena rida kepada apa yang dicarinya. (HR. Ibnu
Abdul Bar)9
Di dalam Al-Qu’ran terdapat begitu banyak ayat-ayat yang
berhubungan dengan pendidikan. Ayat-ayat ini akan sangat bermanfaat jika
kita pahami dan pelajari serta manfaatkan dalam menjalankan kehidupan
kita. Karena itulah, dalam firmanya, surat Al A’Raff ayat 52 , Allah SWT
menyatakan bahwa : “sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah
kitab Al Quran kepada mereka yang Kami telah mejelaskanya atas dasar
pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman”.
Khusus untuk memperoleh ilmu pengetahuan, Allah SWT
memberikanya pada awal permulaan turunya Al-Qu’ran, yaitu surat al alaq
ayat 1-5, mengenai perintah untuk membaca dan bagaimana proses
memperoleh ilmu pengetahuan. Karena itulah, seharusnya, umat islamlah
yang semestinya memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi di atas umat lainya,
karena dari zaman Nabi Muhammad, umat islam sudah diperintahkan untuk
membaca dan mencari ilmu pengetahuan.
9
Abdul Majid Khon, Hadis tarbawi Hadis-hadis Pendidikan. Cet.2. (Jakarta Kencana.
2014), hlm. 140.

5
Selain surat al alaq, surat yang berhubungan dengan proses
pendidikan adalah surat an-nahl ayat 78, yaitu tentang media yang Allah
ciptakan dalam diri kita untuk memperoleh pengetahuan, yaitu
pendengaran, penglihatan dan hati. Untuk itulah surat ini akan kita bahas
sebelum membahas surat al alaq ayat 1-5.
2. Tafsir Surat An-Nahl Ayat 78

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur”. (Q.S. an-Nahl: 78)
Ayat di atas menunjukkan bahwa ada tiga potensi yang terlibat
dalam proses pembelajaran: al-Sam’u, al-Bashar, dan Fu’ad. Bahkan, kata
al-sam’u berarti telinga untuk merekam suara, untuk memahami dialog,
dan sebagainya. Penyebutan al-Sam’u dalam Al-Qur'an sering dikaitkan
dengan penglihatan visual dan emosional, menunjukkan korelasi antara
berbagai alat dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat
secara jelas dalam QS. al-Isrā :36; QS. al-Mu’minūn :78; QS. al-Sajadah:
9 dan QS. al-Mulk: 23.
Mengenai kata ‫ االبصار‬al-bashar yang berarti mengetahui atau
melihat sesuatu. diidentikkan pemaknaannya dengan term (‫ ) راى‬ra’ā yakni
“melihat”. Banyak ayat Alquran yang menyeru manusia untuk melihat dan
merenungkan apa yang dilihatnya. Hal ini dapat ditemui misalnya dalam
QS. al-A’rāf : 185; QS. Yūnus 101; QS. al-Sajdah : 27 dan selainnya.
Sedangkan ‫ االفئدة‬fu’ād adalah nama lain dari kata qalbu. Al-fu’ād atau al-
qalb merupakan pusat penalaran yang harus difungsikan dalam kegiatan
belajar dan mengajar. Ayat-ayat yang menyebutkan kata tersebut adalah
misalnya; QS. al-Haj : 46; QS. al-Syuarā : 192-194; dan QS. Muhammad :
24.

6
Dalam konteks itu, Dewam Rahardjo mengatakan bahwa
mendengar, melihat, dan hati biasanya merupakan alat untuk memperoleh
pengetahuan dan dapat dikembangkan melalui kegiatan pengajaran. Ketiga
komponen ini adalah alat potensial yang manusia digunakan dalam kegiatan
belajar dan pembelajaran.
Koneksi antara ketiga komponen tersebut adalah bahwa mendengar
memiliki tugas mempertahankan pengetahuan yang telah ditemukan dari
hasil belajar dan mengajar, visi memiliki tugas mengembangkan ilmu
pengetahuan dan menambahkan hasil penelitian dengan melakukan studi
tentang itu. Hati memiliki tugas memurnikan pengetahuan tentang semua
kualitas buruk. Yang terakhir ini terkait dengan teori belajar dan mengajar
dalam aspek aqidah dan akhlak10.
Menurut penafsiran Sayyid Quthb, Tuhan yang melahirkan para
pakar dan para peneliti, dan mengeluarkanya dari perut ibunya dalam
kondisi tidak mengetahui apa-apa, adalah Maha dekat sekali! Setiap ilmu
yang ia dapatkan setelah itu, semuanya adalah anugerah dari Allah SWT,
sesuai ukuran yang dikehendakinya untuk kepentingan manusia dan untuk
mencukupi keperluan manusia untuk hidup di muka bumi ini.11
Allah SWT memberimu pendengaran, penglihatan dan hati itu
dalam rangka, “ agar kamu bersyukur”. Jadi agar kamu bersyukur apabila
kamu memahami betul nilai yang terkandung pada nikmat-nikmat tersebut
dan nikmat-nikmat Allah SWT lainya yang diberikan kepadamu.12
Sedangkan menurut Quraish Shihab13 : Ayat ini mengisyaratkan
penggunaan empat sarana yaitu, pendengaran, mata (penglihatan) dan

10
Qutub, Sayyid, Tafsir fi’Dzhilal al-Qur’an Jilid 13. terj : As’ad Yasin, et all. (Jakarta:
Gema Insani Press, 2001), hlm 88.
11
Sayyid Quthb, Tafsir fi’Dzhilal al-Qur’an Jilid 7, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003),
hlm. 200.
12
Ibid., hlm. 201.
13
M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung : Mizan, hlm. 429-430.

7
akal, serta hati. Pengamatan, percobaan, dan tes-tes kemungkinan
(probability) merupakan cara-cara yang digunakan ilmuwan untuk meraih
pengetahuan. Hal itu disinggung juga oleh Al-Quran, seperti dalam ayat-
ayat yang memerintahkan manusia untuk berpikir tentang alam raya,
melakukan perjalanan, dan sebagainya, kendatipun hanya berkaitan dengan
upaya mengetahui alam materi.
“Perhatikanlah apa yang terdapat di langit dan di bumi ... “(QS
Yunus [10]: 101). Di samping mata, telinga, dan pikiran sebagai sarana
meraih pengetahuan, Al-Quran pun menggaris bawahi pentingnya peranan
kesucian hati. Para ilmuwan Muslim juga menggarisbawahi
pentingnya mengamalkan ilmu. Dalam konteks ini, ditemukan ungkapan
yang dinilai oleh sementara pakar sebagai hadis Nabi Saw.: Barangsiapa
mengamalkan yang diketahuinya maka Allah menganugerahkan kepadanya
ilmu yang belum diketahuinya.
Dari kedua tafsir tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Allah SWT telah memberikan kita alat untuk memperoleh pengetahuan
berupa pendengaran dan penglihatan (pancaindera), akal dan hati agar kita
dapat memperoleh berbagai pengetahuan untuk menjalani hidup dan
beribadah dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT tersebut.
b. Cara mensyukurinya ini yaitu dengan memahami betul makna nikmat
tersebut, sehingga kita senantiasa selalu menjaganya dengan cara
mensucikan hati kita dan mengamalkan ilmu yang kita miliki.
3. Tafsir Surat Al Alaq Ayat 1-5

8
Tafsir maraghi mengenai surah Al Alaq 1-5 14:
Sesungguhnya Dzat yang menciptakan makhluk mampu
membuatmu bisa membaca, sekalipun sebelum itu engkau tidak pernah
belajar mebaca. Perintah ini diulang-ulang, sebab membaca tidak akan bisa
meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan.
Berulang-ulangnya perintah Ilahi bepengertian sama dengan berulang-
ulangnya membaca. Ayat ini merupakan dalil yang meunjukkan tentang
keutamaan membaca, menulis dan ilmu pengetahuan.
Menurut Quraish Shihab, makna ayat ini yaitu15 :
Iqra' terambil dari akar kata yang berarti "menghimpun,"
sehingga tidak selalu harus diartikan "membaca teks tertulis dengan aksara
tertentu." Dari "menghimpun" lahir aneka ragam makna, seperti
menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti mengetahui ciri sesuatu dan
membaca, baik tekstertulis maupun tidak.
Iqra' (Bacalah)! Tetapi apa yang harus dibaca? "Ma aqra'?"
tanya Nabi -dalam suatu riwayat- setelah beliau kepayahan dirangkul dan
diperintah membaca oleh malaikat Jibril a.s.
Mengulang-ulang membaca ayat Al-Quran menimbulkan penafsiran
baru, pengembangan gagasan, dan menambah kesucian jiwa serta
kesejahteraan batin. Berulang-ulang "membaca" alam raya, membuka
tabir rahasianya dan memperluas wawasan serta menambah kesejahteraan
lahir. Ayat Al-Quran yang kita baca dewasa ini tak sedikit pun berbeda
dengan ayat Al-Quran yang dibaca Rasul dan generasi terdahulu. Alam raya
pun demikian, namun pemahaman, penemuan rahasianya, serta limpahan
kesejahteraan-Nya terus berkembang, dan itulah pesan yang dikandung
dalam Iqra' wa Rabbukal akram (Bacalah dan Tuhanmulah yang
paling Pemurah). Atas kemurahan-Nyalah kesejahteraan demi

14
Al Maraghi, op.cit., hlm. 327-329.
15
M. Quraish Shihab.MA. Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung : Mizan, 2002), hlm. 5-6.

9
kesejahteraan tercapai.
Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca,
karena Al-Quran menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan
tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra'
berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah
alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun
yang tidak. Alhasil, objek perintah iqra' mencakup segala sesuatu yang
dapat dijangkaunya.16
Pengulangan perintah membaca dalam wahyu pertama ini bukan
sekadar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak akan diperoleh
kecuali mengulang-ulang bacaan atau membaca hendaknya dilakukan
sampai mencapai batas maksimal kemampuan. Tetapi hal itu untuk
mengisyaratkan bahwa mengulang-ulang bacaan bismi Rabbik (demi Allah]
akan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru, walaupun yang dibaca
masih itu-itu juga. Demikian pesan yang dikandung Iqra' wa rabbukal akram
(Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah). 17
Selanjutnya, dari wahyu pertama Al-Quran diperoleh isyarat bahwa
ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar
dengan pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar
manusia (tanpa pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama adalah
mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia. Cara kedua dengan
mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda,
keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah Swt. 18
Dari kedua tafsir tersebut, dapat disimpulkan bahwa :
a. Sumber pengajaran utama Adalah Allah SWT.
b. Ayat ini juga menujukkan tentang keutamaan membaca, menulis dan ilmu
pengetahuan, dimana perintah membaca merupakan perintah pertama dari
Allah SWT.

16
Ibid., hlm. 425.
17
Ibid., hlm. 425-426.
18
Ibid., hlm. 426.

10
c. Membaca harus diulang-ulang. Perintah ini diulang-ulang, sebab membaca
tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah berualang-ulang
dan dibiasakan dan menghasilkan pengetahuan dan wawasan baru.
d. Cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan
pena (alat dan usaha manusa) dan mengajar manusia (tanpa pena).

Rasulullah bersabda :

‫من أراد الدُّنيا فعليه بالعلم ومن أراد األخر ة فعليه بالعلم ومن ْأرادهُما فعليه‬
‫بالعلم‬

Artinya:
“Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan
dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat
dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan
barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu
kedua-duanya pula”. (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Asbabun Nuzul Qs Al Alaq 1-5
Dalam hadist yang di riwayatkan oleh Aisyah r.a, ia berkata bahwa
permulaan wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah saw adalah mimpi
yang baik pada waktu tidur. Biasanya mimpi yang dilihat itu jelas,
sebagaimana cuaca di pagi hari. Kemudian, timbulah pada diri beliau
keinginan untuk meninggalkan keramaian. Untuk itu beliau pergi ke Gua
Hira untuk berkhalwat. Beliau melakukannya beberapa hari. Khadijah sang
istri beliau menyediakan beberapa perbekalan untuk beliau selama di Gua
Hira.
Pada suatu ketika, datanglah malaikat jibril kepada beliau, malaikat
itu berkata, “Iqra’ (bacalah)!” Beliau menjawab “Aku tidak pandai
membaca.” Malaikat itu mendekap beliau sehingga beliau merasa
kepayahan. Kemudian malaikat itu kembali berkata, “Bacalah!” Beliau
menjawab lagi “Aku tidak bisa Membaca.” Setelah tiga kali Beliau
menjawab seperti itu, malaikat membacakan surah Al-Alaq 1-5

11
5. Surat Lainya yang Membahas Proses Memperoleh Pengetahuan
a. QS An Nahl 43 ... maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
b. QS Yusuf 76 : ....dan diatas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada
lagi Yang Maha Mengetahui.
c. Qs Al Isra 36: dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati , semuanya itu akan diminta
pertanggungjawabanya.
d. Qs Muhammad 1 : dan diantara mereka ada orang yang mendengarkan
perkataanmu, sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang
yang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan
(sahabat-sahabat Nabi): “ apakah yang dikatakanya tadi?” mereka
itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan
mengikuti hawa nafsu mereka.
e. Doa nabi Ibrahim AS, QS Asy Syu-ara 84 : Ibrahim berdoa : : Ya
Tuhanku berikanlah kepadaku ilmu dan masukkanlah aku kedalam
golongan orang-orang yang soleh.
Dari beberapa kutipan ayat tersebut, secara singkat dapat diketahui bahwa,
cara memperoleh ilmu yaitu dengan :
1. Bertanya kepada orang yang memiliki pengetahuan.
2. Menyadari sepenuhnya bahwa diatas orang-orang yang berpengetahuan ada
yang lenih berpengetahuan yaitu yang Maha Mengetahui, Allah SWT.
3. Menjaga pendengaran, penglihatan, dan hati agar tidak mengikuti
pengetahuan yang tidak diketahui kebenarnya.
4. Tidak mengikuti hawa nafsu agar tidak menjadi orang yang dikunci hatinya
oleh Allah SWT.
5. Memperhatikan, belajar dan berpikir.
6. Dan yang terakhir adalah berdoa.

12
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Proses memperoleh Pengetahuan bahwa diperlukan suatu proses yang
berasal dari sumber pengetahuan yang utama yaitu kitab suci (Al-Quran),
berita yang benar ( tradisi, common sense, dan ilmu pengetahuan ilmiah),
dan ilham serta menggunakan pancaindera dan akal pikiran yang sehat
untuk menerimanya dan mengolahnya menjadi ilmu pengetahuan.
2. Dari poin-poin diatas, dapat diketahui bahwa, proses memperoleh
pengetahuan Tafsiran Qs Annahl ayat 78 dan Al-Alaq ayat 1-5 diawali dari
penciptaan Allah SWT berupa alat/ media untuk mendapatkan ilmu, berupa
panca indera, akal yang sehat dan hati. Kemudian, cara yang dilakukan
untuk meperoleh pengetahuan yaitu :
a. Membaca secara berulang-ulang,
b. Mengajarkanya atau mengamalkanya,
c. Bertanya,Memperhatikan, belajar dan berpikir, Berdoa kepada
Allah SWT,
d. Menjaga pendengaran, penglihatan, dan hati, Tidak mengikuti hawa
nafsu.
Dan tujuan utama dari pencipataan sekaligus perintah Allah SWT ini adalah
agar manusia mensyukuri nikmat-Nya tersebut dengan tulus ikhlas hidup
untuk beribadah kepadaNya.
B. Saran
Pada penulisan makalah ini belum disebutkan secara menyeluruh tentang proses
memperoleh pengetahuan yang beragam, para peneliti perlu menggali lebih dalam
terkait dengan ragam-ragam nya yang semakin sehari semakin bertambah ragamnya
seiring dengan interaksi di dunia pendidikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al- Maraghi, Ahmad Mushthafa Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Jilid 30, terj :DRS
Anwar Rasyidi, et all. Semarang: PT Karya Thoha Putra.1989
Husaini, Adian.. Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam. (Depok : Gema
Insani.2013)
Idi, Abdullah. Sosilogi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Cetakan
Ke-3. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Khon, Abdul Majid. Hadis tarbawi Hadis-hadis Pendidikan. Cet.2. (Jakarta
Kencana. 2014)
Supardi. Soekarno & Ahmad Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Cetakan ke-
2. Bandung : Angkasa. 1990.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan dan Kesan dan keserasian Al-Quran,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002)
Shihab. M. Quraish. Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung : Mizan, 2002)
Quthb, Sayyid. Tafsir fi’Dzhilal al-Qur’an Jilid 7, (Jakarta: Gema Insani Press,
2003)
Qutub, Sayyid, Tafsir fi’Dzhilal al-Qur’an Jilid 13. terj : As’ad Yasin, et all. .
Jakarta: Gema Insani Press, 2001

Shihab ,M Quraish. Membumikan Alquran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam


Kehidupan Masyarakat, Cet. XIV, Bandung: Mizan, 1997.

14

Anda mungkin juga menyukai