KEBAHAGIAAN HAKIKI
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata
kuliah Al - Islam 4
Dosen Pengampu :
Gusma Afriani, S.Ag., M.Ag
Disusun Oleh :
Iqbal Rafiud Drajat ( 190401209 )
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT , karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, tugas karya ilmiah dalam bentuk makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Al Islam 4.
Al-islam 4 adalah salah satu mata kuliah yang terdapat di Semester 4 pada
program studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer di Universitas
Muhammadiyah Riau. Semoga isi dari laporan presentasi ini dapat menambah dan
memberikan wawasan kepada siapa saja yang membacanya, terkhusunya kepada
penulis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga
masih belum dikatakan sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan kami dalam membuatnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
dan kualitas makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik bagi pembaca dalam kehidupannya sehari-hari.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1: PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................................3
BAB 2 : PEMBAHASAN.................................................................................................4
A. Definisi Ilmu.........................................................................................................4
B. Ilmu Dan Pandangan Hidup................................................................................5
C. Sumber Ilmu Dan Metode Memperoleh Ilmu....................................................6
D. Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Islam............................................................7
E. Makna Bahagia Dan Kebahagiaan...................................................................10
F. Kebahagiaan Dalam Perspektif Filsafat...........................................................10
G. Kebahagiaan Dalam Perspektif Al-Qur’an..................................................11
BAB 3 : PENUTUP........................................................................................................13
Kesimpulan.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................14
ii
BAB 1: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah “ilmu” sering dipahami sebagai sesuatu yang sama dengan science
dalam bahasa Inggris, wissenschaft (Jerman) dan etenschap (Belanda), yang
bermakna “tahu”. Term “ilmu” berasal dari kata ‘alima’ (Arab) yang
bermakna mengetahui. Dengan demikian secara bahasa ilmu, kata ilmu
bermakna pengetahuan. Namun demikian secara istilahi terdapat perbedaan
yang cukup jelas antara pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh para
ilmuwan pada umumnya a, dengan pengertian yang dikemukakan oleh saintis
muslim khusunya.
1
di akhirat. Pengetahuan ini meliputi berbagai pengetahuan tentang perbaikan
pola perilaku manusia, yang meliputi pola interaksi manusia dengan manusia,
manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Atau biasa disebut dengan
pengetahuan agama.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
1. Mengetahui konsep kewajiban menuntut ilmu yang mendatangkan
kebahagiaan yang hakiki.
2. Mengetahui pandangan islam dalam menyikapi kewajiban menuntut ilmu
yang mendatangkan kebahagiaan yang hakiki .
3. Mengetahui cara menuntut ilmu seperti apa yang mendatangkan
kebahagiaan yang hakiki.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dari makalah ini yaitu kita lebih
mengetahui seperti apa menuntut ilmu yang mendatangkan kebahigiaan yang
hakiki tersebut.
3
BAB 2 : PEMBAHASAN
A. Definisi Ilmu
Istilah “ilmu” sering dipahami sebagai sesuatu yang sama dengan science
dalam bahasa Inggris, wissenschaft (Jerman) dan etenschap (Belanda), yang
bermakna “tahu”. Term “ilmu” berasal dari kata ‘alima’ (Arab) yang berakna
mengetahui. Dengan demikian secara bahasa ,ilmu kata ilmu bermakna
pengetahuan.
4
knowledge ; and with reference to thr soaul as being its interpreter,
knowledge is the arrival (wusul) of the soul at the meaning of a thing or an
object of knowledge” (al-Attas, 2001).
Pemaknaan ini tentu tidak seperti istilah idrak (digunakan dalam definisi
al-Ishfahani) yang tidak hanya menyiratkan aktivitas olah fikir atau
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, tetapi juga menunjukkan bahwa
pengetahuan datang ke dalam pikiran seseorang dari luar, dalam definisi
Imam al-Ghazali istilah ma’rifah menyiratkan fakta bahwa ilmu selalu
merupakan jenis penemuan makna pada diri subjek akan suatu objek. Pada
pemaknaan ini; firasat, dugaan, ilusi, halusinasi, mitos, dan sejenisnya tidak
bisa dikatakan sebagai ilmu.
5
Masyarakat muslim adalah suatu kelompok masyarakat yang dikenal
memiliki akar-akar tradisi yang kokoh, karena Islam yang mereka peluk
menjadi bagian dari mata rantai sistem kepercayaan universal yang telah ada
-mungkin- ratusan abad sebelumnya, sejak masa Nabi Adam. Pandangan ini
didasarkan pada penegasan berbagai surat di dalam al Qur’an, bahwa para
nabi dan rasul terdahulu mewariskan paham Ketuhanan Yang Maha Esa
(tawhid) kepada umatnya masing-masing sebagaimana Nabi Muhammad
mengajarkannya pada umat Islam. Kokohnya akar tradisi ini juga dikarenakan
al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang Islam agar menjadikan
tawhid sebagai titik temu ‘kalimah sawa’ dan pandangan hidup bersama di
antara sesama agama samawi.
Dengan kata lain, Tuhan menegaskan kepada umat Islam agar terus
menghidupkan tauhid itu sebagai akar-akar tradisinya, yang menjadi sumber
nilai, aturan, norma, dan landasan kepercayaan hidup di berbagai fase sejarah
dan dalam sistuasi sosio-kultural apapun. Berangkat dari makna ilmu
sebagaimana didefinisikan oleh al-Attas, jelas bahwa dalam worldview Islam
ilmu berkaitan erat dengan iman, ‘aql, qalb, dan taqwah. Ilmu tidak hanya
merupakan satu pengetahuan yang terhimpun secara sistematis, tetapi juga
merupakan suatu metodologi. Dimana metodologi yang haq tentu tidak akan
bertentangan dengan yang haq.
6
Imam al-Bazdawiy menyatakan (cara manusia mengetahui sesuatu itu) ada
tiga; Perspektif indera, reportase (khabar) dan Pembuktian (akal/rasio). Al-
Attas menyatakan ilmu dapat diperoleh melalui empat jalan.yaitu :
1. Panca indera yang sehat (sound senses). Panca indera kemudian dibagi
menjadi dua, yakni eksternal dan internal.
2. Khabar yang benar dan otoritatif (authoritative true reports). Di sini,
khabar tersebut di bagi menjadi dua, yakni mutlak (absolute authority)
yang meliputi otoritas ketuhanan yang berasal dari Al-Qur’an dan
otoritas kenabian yang berasal dari Rasulullah. Sedangkan yang nisbi
(relative authority) meliputi kesepakatan ulama dan khabar dari orang
terpercaya secara umum.
3. Akal yang sehat (sound reason).
4. Ilham (intuition).
Dengan demikian ilmu dari Allah yang sampai pada manusia melalui
empat jalan di atas, ditanggapi oleh akal sebagai realitas ruhani dalam kalbu
manusia sekaligus yang mengendalikan proses kognitif manusia. Melalui
kalbu, jiwa rasional (an-nafsu an-natiqah) bisa membedakan antara kebenaran
(al-haq) dari kesalahan (albathil). Akal dalam arti kata ratio atau reason tidak
berlawanan dengan intuisi (wijdan). Artinya, dalam hal ini, akal dan intuisi
saling berkaitan dan bersatu melalui intelek (intellect).
7
terdapat dalam Alquran merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan
fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu
pengeatahuan.
Dalam Alquran, kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali.
Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda
Rasulullah saw. yakni Al-Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa
Alquran memandang bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Terdapat banyak ayat di dalam Alquran
dan Hadits tentang perlunya belajar dan mengajar serta perlunya
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mencapai kesuksesan di dunia dan
keselamatan di akhirat. Pendidikan dan pengajaran yang islami sesungguhnya
didasarkan atas dua prinsip utama, yaitu :
8
Menyebu kata “Iqra” dan memerintahkan Nabi Muhammad mengulanginya.
Perintah membaca itu tidak hanya dikhususkan pada Rasulullah saja tapi juga
untuk para umatnya.
Menurut Al-Qabisi, berpendapat bahwa tujuan pendidikan atau pengajaran
adalah mengetahui ajaran agama baik secara ilmiah maupun secara amaliah.
Mengapa ia berpendapat demikian? Oleh karena dia termasuk ulama ahli
fiqih dan tokoh dari ulama ahli sunnah wal jama’ah. Sedangkan Ibnu
Maskawaih berpendapat bahwa tujuan pendidikan ialah tercapainya
kebajikan, kebenaran dan keindahan. Ikhwan As-Safa, cenderung
berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan paham filsafat
dan akidah politik yang mereka anut. AlGhazali, berpendapat bahwa tujuan
pendidikan itu adalah melatih para pelajar untuk mencapai makrifat kepada
Allah melalui jalan tasawwuf yaitu dengan mujahadah dan riyadhah. Dari
berbagai macam tujuan pendidikan dikemukakan di atas dapat mengambil
kesimpulan kepada dua macam tujuan yang principal.
1. Tujuan Keagamaan
Yang dimaksud dengan tujuan keagamaan ini adalah bahwa setiap
pribadi orang muslim beramal untuk akhirat atas petunjuk dan ilham
keagamaan yang benar, yang tumbuh dan dikembangkan dari ajaran-
ajaran Islam yang bersih dan suci. Tujuan keagamaan mempertemukan
diri pribadi terhadap Tuhannya melalui kitab-kitab suci yang
menjelaskan tentang hak dan kewajiban, sunat dan yang fardhu bagi
seorang mukallaf
2. Tujuan Keduniaan
Tujuan ini seperti yang dinyatakan dalam tujuan pendidikan
modern saat ini yang diarahkan kepada pekerjaan yang berguna
(pragmatis), atau untuk mempersiapkan anak menghadapi kehidupan
masa depan. Tujuan ini diperkuat oleh aliran paham pragmatism yang
dipelopori oleh ahli filsafat John Dewey dan William Kilpatrick. Para
ahli filsafat pendidikan pragmatism lebih mengarahkan pendidikan anak
kepada gerakan amaliah (ketrampilan) yang bermanfaat dalam
pendidikan.
9
Adapun saat ini dan zaman teknologis, tujuan ini mengambil
kebijakan baru yang lebih menonjolkan kecekatan bekerja yang cepat di
dalam setiap peristiwakehidupan dan juga memakai strategi pendidikan
seumur hidup (life-long education). Sedangkan pendidikan Islam melihat
tujuan pendidikan ini dari aspek dan pandangan baru yaitu berdasarkan
Al-Qur’anulkarim, yang sangat memusatkan perhatian kepada
pengamalan di mana seluruh kegiatan hidup umat manusia harus
bertumpu kepadanya. Banyak sekali ayat-ayat Alquran selalu berkaitan
antara iman dengan amal perbuatan yang salah, sebagai landasan yang
kokoh dalam mengarungi kehidupan manusia.
10
F. Kebahagiaan Dalam Perspektif Filsafat
“Di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan
dengan izin-Nya; maka diantara mereka ada yang celaka dan ada yang
berbahagia.”(al-Hud: 105)
11
Namun demikian, meski kata sa’id ini merupakan terjemahan yang paling
dekat dengan bahagia, kata falah, najat, dan najah adalah katakata yang
serumpun dalam makna bahagia. Karena pada saat orang mendapatkan
keberuntungan, keselamatan dan kesuksesan maka perasaannya pasti bahagia.
Kata sa’adah (bahagia) mengandung nuansa anugerah Allah SWT setelah
terlebih dahulu mengarungi kesulitan, sedangkan falah mengandung arti
menemukan apa yang dicari (idrak al-bughyah). Falah ada dua macam,
duniawi dan ukhrawi. Falah duniawi adalah memperoleh kebahagiaan yang
membuat hidup di dunia terasa nikmat, yakni menemukan :
1. keabadian (terbatas); umur panjang, sehat terus, kebutuhan tercukupi
terus dsb,
2. kekayaan; segala yang dimiliki jauh melebihi dari yang dibutuhkan, dan
3. kehormatan sosial.
12
marah-marah ketika menghadapi atau tertimpa sesuatu. Keenam, mengurangi
keinginan yang bersifat duniawi dengan zuhud dan qona’ah.
13
BAB 3 : PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan betapa Islam sebagai peradaban
sangat menaruh perhatian besar pada ilmu. Baik pemaknaan, sumber dan
klasifikasinya diwarnai oleh pandangan akan hadirnya Tuhan dalam setiap proses
kehidupan manusia. Ilmu sebagaimana diuraikan diatas merupakan system
pemaknaan akan realitas dan kebenaran, bersumber pada wahyu yang didukung
oleh rasio dan intuisi. Olah rasio tersebut meliputi nalar (nadzar) dan alur fikir
(fikr). Dengan proses tersebut akal akan dapat berartikulasi, menyusun proposisi,
menyatakan pendapat, berargumentasi, membuat analogi, membuat keputusan,
serta menarik kesimpulan. Islam adalah konsep komprehensif atas segenap aspek
kehidupan, bukan semata-mata berisi ritual dan doa-doa. Islam adalah al-dîn,
bukan sekedar religion atau agama.
14
DAFTAR PUSTAKA
Irham, I. (2020). Hadis Populer Tentang Ilmu dan Relevansinya dengan Masalah
Pendidikan Islam. AL QUDS : Jurnal Studi Alquran Dan Hadis, 4(2), 235.
https://doi.org/10.29240/alquds.v4i2.1704
Mulyono. (2009). Kedudukan Ilmu serta belajar dalam islam. Volume 4.
SARJUN. (2018). Konsep Ilmu Dalam Islam dan Implikasinya dalam Praktik Kependidikan.
Al-Fikri, 1(2), 11.
Al-Maraghi, M. A. (2009). Menjadi Manusia: Belajar dari Aristoteles. Yogyakarta.
Andiyanto, T., & Aminullah, W. (2019). Integrasi Pendidikan Dengan Penuntut Ilmu
Dalam Perspektif Hadis. Tarbawiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 03(1), 90–116.
Hamim, K. (2016). Kebahagiaan dalam Perspektif Al-Quran dan Filsafat. Tasamuh, 13(2),
127–150.
Gunawan, H. (2011). PENDIDIKAN ISLAM. Yogyakarta : LPPI UMY.
15
Sugiyono. (2013). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN : PENDEKATAN KUANTITATIF,
KUALITATIF, DAN R&D. Bandung : Alfabeta.
16
Ujian Tengah Semester
NIM : 190401209
1) Pengertian Iptek
Iptek merupakan akronim dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, akronim
tersebut mempunyai artinya sendiri, baik Ilmu, Pengetahuan, maupun
Teknologi. Ilmu adalah pemahaman mengenai suatu pengetahuan, yang
mempunyai fungsi untuk mencari, menyelidiki, lalu menyelesaikan suatu
hipotesis.
2) Apa pentingnya iptek
17
Setiap inovasi Iptek diciptakan untuk memberikan manfaat
positif terhadap kehidupan manusia. Iptek telah banyak memberikan kita
kemudahan serta berbagai macam cara baru dalam melakukan beragam
aktivitas. Iptek tidak lagi hanya bermanfaat dalam sarana kehidupan,
tetapi juga untuk kebutuhan kehidupan manusia.
3) Hakikat iptek
a) Ilmu pengetahuan
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah usaha-usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
b) Teknologi
Teknologi adalah suatu penemuan melalui proses metode ilmiah,
untuk mencapai suatu tujuan yang maksimal. Atau dapat diartikan
sebagai sarana bagi manusia untuk menyediakan berbagai kebutuhan
atau dapat mempermudah aktifitas.
4) Kebutuhan manusia terhadap ipteks dalam kehidupan
a) Komunikasi.
b) Mempermudah pekerjaan yang dilakukan oleh manusia.
c) Waktu yang digunakan lebih efisien dalam mendapat informasi,
informasi yang diperoleh juga akurat.
d) Dapat membantu manusia dalam meningkatkan dan memanfaatkan
sumber energi baru yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia.
18
bertakbir, rukuk, sujud dan sampai selesai menunaikan ibadah shalatnya
kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya aku berbuat seperti ini hanya
bertujuan supaya kalian mengikuti aku dan supaya kalian mempelajari
cara shalatku.”
2) Metode Trial and error
Trial and error merupakan cara belajar seseorang dalam memecahkan
masalah meski sering mengalami kesalahan berulang kali sampai pada
akhirnya berhasil. Dalam Al Quran telah mengisyaratkan metode belajar
trial and error, ketika Allah menganjurkan manusia untuk memperhatikan
tanda-tanda kebesaran-Nya maka manusia akan berpikir dan menjadikan
mereka belajar dengan menggunakan metode trial and error. Rasulullah
saw pun bersabda, “Bukan orang yang arif kecuali orang yang pernah
melakukan uji coba.” Menunjukkan pentingnya usaha trial and error
sebagai proses belajar. Penggalan sabda Rasulullah saw., “Kalau
memang cara itu bermanfaat bagi mereka, boleh saja mereka
melakukannya”, begitu juga dengan potongan kalimat, “Kalian lebih tau
mengenai urusan dunia kalian,” merupakan metode belajar trial and error
dan eksperimen pribadi. Melalui metode ini seseorang belajar
memberikan jawaban baru dari percobaan yang dilakukannya.
3) Metode Conditioning
Cara ini pernah dilakukan oleh Ivan Pavlov yang menggunakan seekor
anjing di dalam eksperimennya. Perlakuannya dengan membunyikan
lonceng pada saat memberikan makanan. Biasanya makanan yang
diletakkan di mulut anjing, air liurnya akan menetes. Hal ini dilakukan
secara berulang kali dan peneliti mencoba untuk membunyikan lonceng
tanpa memberikan makanan di mulut anjing tersebut. Ternyata air liur
tetap menetes keluar dari mulut anjing saat mendengar bunyi lonceng
saja. .Dengan demikian dapat diamati usaha untuk memadukan stimulus
inderawi yang menimbulkan respon naluriah dengan stimulus netral
secara secara berkali-kali ternyata bisa menyebabkan stimulus netral
memunculkan stimulus baru.Meskipun demikian pengulangan stimulus
inderawi yang dipadukan dengan stimulus netral tidak menjadi syarat
19
untuk memunculkan respon baru.Ternyata peristiwa yang terjadi hanya
sekali saja bisa memunculkan respon baru karena ada emosi yang sangat
berkesan
4) Metode berpikir
Berpikir merupakan aktivitas belajar paling tinggi karena dengan berpikir
seseorang mampu memecahkan masalahnya, mampu menelusuri
kesamaan dari perbedaan yang ada, dan mampu menarik kesimpulan dari
beberapa informasi dan data yang didapat.Sebenarnya berpikir
merupakan rangkaian metode trial and error.Namun, metode berpikir
berada di wilayah inteleksedangkan metode trial and error berada di
wilayah sensoris dan motorik.Rasulullah saw telah mengajarkan para
sahabatnya untuk bertanya. Tujuannya agar para sahabat melakukan
aktivitas berpikir. Setelah itu Rasulullah saw memberikan jawabannya
dan membekali pengetahuan. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya
di antara jenis pohon ada sebuah pohon yang daunnya tidak gugur.
Sesungguhnya pohon itu sama seperti seorang muslim. Coba beritahukan
kepadaku, pohon apakah itu?” Demikian telah dicontohkan rangsangan
berpikir yang telah diterapkan Rasulullah saw kepada para sahabatnya.
Meski Rasulullah saw ingin memberitahukan kepada sahabatnya, ia tetap
membuat pertanyaan itu agar para sahabat memutar otaknya untuk
mencari jawaban yang dimaksud
20
2) Sisi negative seperti :
a) Dapat membuat orang semakin malas, karena IPTEK memiliki
tujuan untuk mempermudah & memanjakan manusia. Jadi manusia
akan semakin malas sebab sudah ada teknologi yang dapat
menggantikan dirinya bekerja.
b) Dapat menimbulkan polusi. Perkembangan IPTEK yang semakin
pesat dan banyak dimanfaatkan. Akan tetapi disamping itu banyak
sekali polusi pencemaran yang dihasilkan dari perkembangan IPTEK
itu sendiri.
c) Dapat merusak moral, dimana Internet menjadi media IPTEK yang
dapat mempengaruhi moral dari seseorang. Seperti misalnya konten
yang berbau negatif dan yang lainnya.
21