Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PARADIGMA QUR’ANI DALAM MENGHADAPI PERKEMBANGAN SAINS

DAN TEKNOLGI MODERN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen pengampu: Nurhayati, S.Pd. I, M.Pd.

Disusun oleh:

1. Rizky Wibowo 2283207001

2. Ivan Fadhila Maulana 2283207020

3. Muhammad Farhat Nugroho 2283207022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN INFORMATIKA


STKIP PGRI PACITAN
2022/2023
KATA PENGGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna

memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Agama Islam, dengan judul:

"Paradigma Qur’ani Dalam Menghadapi Perkembangan Sains Dan Teknolgi Modern.”

Dalam penulisan makalah ini yang kami susun melalui beberapa sumber-sumber di

media internet juga tidak terlepas dari bantuan banyak teman-teman yang dengan tulus

memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami

mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik dengan demikian makalah ini

dibuat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang

saya angkat pada makalah ini, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya dari berbagai pihak

yang telah membaca makalah kami.

Pacitan, 07 Apil 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN......................................................................................................................... 3

2.1. Pengertian serta Peran Al Qur’an dalam Perkembangan Sains dan Teknologi ........... 3

2.2. Pengertian dan penerapan paradigma qur’ani dalam menyelesaikan masalah


kehidupan ................................................................................................................................ 6

2.3. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an ...................................................................... 10

BAB III ..................................................................................................................................... 16

PENUTUP ................................................................................................................................ 16

Kesimpulan ........................................................................................................................... 16

Saran ..................................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sains atau Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan
kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah
terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih
dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi.

Dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali
dalam al-Qur’an yang merupakan kitab suci agama Islam yang banyak mengupas keterangan-
keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Al-Quran merupakan sumber utama ajaran Islam. Ia adalah satusatunya kitab suci yang
masih asli. Isi ajarannya lengkap dan sempurna. Inti ajaran Al-Quran adalah pedoman hidup
bagi manusia dalam upaya meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Quran mengarahkan para
pembacanya untuk berjalan di atas shirothal mustaqim (Jalan Lurus Allah Swt) dan mengakhiri
tugas kehidupan secara khusnul khatimah. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk menjadikan
Al-Quran tempat berkonsultasi, lalu menjadikannya sebagai suluh kehidupan.

Dalam hal ini Al-Quran menjadi buku ilmiah, buku bacaan untuk memperoleh
pendidikan yang liberal. Dalam kedudukannya sebagai kitab suci umat islam, umat islam, Al-
Quran memainkan peran penting lainnya, diantaranya sebagai pilar islam dan otoritas tertinggi
dalam persoalan-persoalan spiritual dan etika.

Al-Quran bagi umat Islam adalah sumber primer dalam segala segi kehidupan. Al-
Quran adalah sumber ajaran teologi, hukum, mistisisme, pembaharuan, pemikiran, pendidikan,
akhlak dan aspekaspek lainnya. ukur Tolok ukur benar / salah, baik / buruk, dan indah / jelek
adalah Al-Quran. Jika mencari mencari sumber lain dalam menentukan benar / salah, baik /
buruk, dan indah / jelek, maka seseorang diangap tidak konsisten dalam berislam, suatu sikap

1
hipokrit yang dalam pandangan Al-Quran termasuk sikap dalam pandangan Al-Quran termasuk
sikap tidak terpu tidak terpuji.

Untuk apa Al-Quran diturunkan? Apa tujuan Al-Quran diturunkan? Yusuf al-Qardhawi
menjelaskan bahwa tujuan diturunkan Al-Quran paling tidak ada tujuh macam, yaitu:
meluruskan akidah manusia, meneguhkan kemuliaan manusia dan hak-hak asasi manusia,
mengarahkan manusia untuk beribadah secara baik dan benar kepada Allah, mengajak manusia
untuk menyucikan rohani, membangun rumah tangga yang sakinah dan menempatkan posisi
terhormat bagi perempuan, membangun umat menjadi menjadi saksi atas kemanusiaan,
kemanusiaan, dan mengajak mengajak manusia agar saling menolong. Al-Quran mengarahkan
para pembacanya untuk berjalan di atas berjalan di atas shir "sirathal mustaqim (Jalan Lurus
Allah Swt.) dan mengakhiri tugas kehidupan secara khusnul khatimah. Oleh karena itu, manusia
dituntut untuk menjadikan Al-Quran tempat berkonsultasi, lalu menjadikannya sebagai suluh
kehidupan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian beserta peran sains dan teknologi dalam Al-Quran?


2. Apa pengertian paradigma Qur’ani dan pentingnya paradigma bagi kehidupan?
3. Bagaimana peran Al-Qur’an terhadap perkembangan sains dan teknologi?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan pengertian beserta peran sains dan teknologi dalam Al-Quran.


2. Menjelaskan paradigma Qur’ani dan pentingnya paradigma bagi kehidupan
3. Menjelaskan peran Al-Quran dalam perkembangan sains dan teknologi modern.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian serta Peran Al Qur’an dalam Perkembangan Sains dan Teknologi
Modern

"Menurut Islam, ilmu memiliki peran yang sangat penting dan menempati kedudukan
yang tinggi di hadapan Allah. Bahkan Islam identik dengan ilmu. Pengetahuan adalah Islam,
dan Islam adalah pengetahuan. Islam menjadikan sains sebagai istilah dan tujuannya. Islam
menyamakan mencari ilmu dengan ibadah. Islam percaya bahwa iptek terkait dengan konsep
tauhid yang merupakan satu kesatuan dengan cabang ilmu lainnya.

Sains dan teknologi merupakan dua hal yang selalu bersama. Sains merupakan ilmu
pengetahuan yang terus dikembangkan oleh manusia menjadi sebuah teknologi modern guna
mempermudah kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan mengalami perkembangan karena
manusia terus menuntut ilmu. Dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perkara yang wajib
dilakukan bagi umat muslim tidak memandang laki-laki atau perempuan, sebagaimana hadits
sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yaitu
“Menuntut ilmu adalah satu kewajiban atas setiap orang Islam” (Fakhri 2010).1

Islam sendiri merupakan agama yang “Syumuliyyah”, yaitu agama yang syamil yaitu
sempurna, lengkap dimana mencakup segala panduan hidup manusia serta aspek-aspek ilmu
pengetahuan. Dalam Islam ada Al Qur’an, mukjizat yang Allah karuniakan kepada Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam guna memberikan petunjuk bagi kehidupan manusia.

Dalam ilmu pengetahuan, Al Qur’an menjadi sebuah landasan ilmu pengetahuan untuk
dikembangkan, karena Al Quran tidaklah Allah turunkan sebagai hal yang praktis. Al Quran
menyerukan kepada manusia secara tersirat untuk menuntut ilmu dengan menggunakan kiasan
ajakan memperhatikan, mngematati, dan mempelajari akan terciptanya alam raya ini. Dengan
menuntut ilmu maka manusia dapat memperoleh manfaat dari pemahaman itu, solusi dari

1
fakhri, jamal, 2010, ‘sains dan teknologi dalam al-qur’an dan implikasinya dalam pembelajaran’, ta’dib: jurnal
pendidikan islam,-diakses pada jam 13:30, tanggal 7 april 2023,15 (1): 123-130.

3
kehidupan, serta meningkatkan keimanan manusia itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala 2
(Firdaus 2014).

Hal yang perlu terus diingat adalah bahwa Al Qur’an bukanlah kitab sains, melainkan
kitab suci yang di dalamnya menerangkan fenomena-fenomena alam ini yang merupakan dasar
dari ilmu pengetahuan. Dua hal yang perlu digarisbawahi adalah, studi kepada fenomena alam
ditujukan untuk memperkuat iman kepada Allah dan menciptakan rasa syukur pada diri
manusia serta pemahaman dalam pemanfaatan alam agar optimal.

Dalam berkembangnya ilmu pengetahuan, disamping memberi manfaat kepada manusia


dan sekitarnya tentu saja akan muncul hal-hal yang tidak diinginkan atau dampak negatif. Peran
Al Qur’an dalam perkembangan sains dan teknologi yang berdampak pada hal negatif antara
lain:

1. Mengajarkan manusia agar hidup proporsional

Dengan berkembangnya teknologi sering kali membuat kita terlalu sibuk dengan
kehidupan dunia sehingga lupa dengan penciptanya, pun Al Qur’an tidak hanya
mengajarkan untuk terus beribadah, melainkan Al Qur’an memberikan keadilan dalam
segala hal, contohnya antara kehidupan dunia dan akhirat. Seperti yang telah Allah
firmankan pada QS Al Fajr ayat 27-30:

“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai, lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam
surga-Ku.”

2. Mengajarkan agar tidak hidup berlebihan

Segala kemudahan yang didapat dari kemajuan ilmu pengetahuan seringkali


membuat kila lalai dan hidup boros. Hal itu sangat bertolak belakang dengan yang diajarkan
Al Qur’an dimana kita tidak boleh hidup terlalu berfoya-foya karena semuanya akan dihisap
di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah pada QS Al A’raf ayat 31:

2
firdaus, jemil,2014, al-quran solusi peradaban modern untuk manusia abad 21, kompasiana.com, -diakses
pada jam 14:00, tanggal 7 april 2023,https://www.kompasiana.com/jemilfirdaus/5229a29f17e616d698b4598/al-
quran-solusi-peradaban-modern-untuk-manusia-abad-21-.

4
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.”

3. Mengajarkan agar tidak egois

Al Qur’an hadir di dunia tidak hanya untuk kaum muslimin, tetapi juga untuk
seluruh penghuni bumi ini. Manusia hidup berdampingan, Al Qur’an mengajarkan kita
untuk selalu berbuat bagi kepada sesama manusia. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al
Hujurat ayat 13:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

4. Menjadi pedoman dalam berperilaku

Keberadaan Al Qur’an menjadi pedoman dalam manusia berperilaku,


berkomunikasi, dan bermoral dalam hidup. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi tentu saja banyak luar yang beda dengan pemahaman dapat menyerang kita, maka
dari itu apabila kita tidak berpedoman pada Al Qur’an bisa saja kita lalai dan ikut arus
budaya lain yang membahayakan dan tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Al
Qur’an. Seperti yang telah Allah firmankan di QS Al Qasas ayat 77:

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat
kerusakan.”

5. Menjadi solusi permasalahan modernisasi

Al Qur’an hadir seperti yang dijelaskan sebelumnya Islam merupakan agama yang
sempurna dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Al Qur’an hadir sebagai sumber hukum

5
kehidupan dimana pasti akan terjadi sebuah permasalahan di dunia yang diakibatkan oleh
perilaku manusia sendiri, termasuk dalam berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
ini. Allah berfiman pada QS Al Maidah ayat 3:

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan)
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.
pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang
siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (A. Syafi 2020)3”

2.2. Pengertian dan penerapan paradigma qur’ani dalam menyelesaikan masalah


kehidupan

Apa yang dimaksud paradigma? Apa pula yang dimaksud paradigma Qurani? Mengapa
Al-Quran dijadikan paradigma untuk menghadapi berbagai persoalan? Secara etimologis kata
paradigma dari bahasa Yunani yang asal katanya adalah para dan digma. Para mengandung arti
„di samping! di sebelah! dan „keadaan lingkungan! Digma berarti „sudut pandang! „teladan!,
„arketif; dan „ideal!. Dapat dikatakan bahwa paradigma adalah cara pandang, cara berpikir
tentang suatu realitas. Adapun secara terminologis paradigma adalah cara berpikir berpikir
berdasarkan pandangan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas atau suatu
permasalahan dengan menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku, eksperimen, dan
metode keilmuan yang bisa dipercaya. Dengan demikian, paradigma Qurani adalah cara
pandang dan berpikir tentang suatu realitas atau suatu permasalahan berdasarkan Al-Quran.

3
syafi’ as, a, 2020, ‘sains dan teknologi dalam al-qur’an (kajian filsafat pendidikan islam)’, sumbula: jurnal
studi keagamaan, sosial, dan budaya. 5(1): 54-62 -diakses pada jam 14:50, tanggal 7 april 2023.

6
Berikutnya, Mengapa Al-Quran dijadikan paradigma? Semua orang menyatakan bahwa
ada suatu keyakinan dalam hati orang-orang beriman, Al-Quran mengandung gagasan yang
sempurna mengenai kehidupan; Al-Quran mengandung suatu gagasan murni yang bersifat
metahistoris. Menurut Kuntowijoyo (2008), Al-Quran sesungguhnya menyediakan
kemungkinan yang sangat besar untuk dijadikan cara berpikir. Pengembangan eksperimen-
eksperimen ilmu pengetahuan berdasarkan paradigma Al-Quran jelas akan memperkaya
khazanah ilmu pengetahuan umat manusia. Kegiatan itu mungkin bahkan tentu saja akan
menjadi rambahan baru munculnya ilmu-ilmu pengetahuan alternatif. Premis-premis normatif
Al-Quran dapat dirumuskan menjadi teori-teori yang empiris dan rasional. Struktur
transendental Al-Quran adalah sebuah ide normatif filosofis yang dapat dirumuskan menjadi
paradigma teoretis. Paradigma Qurani akan memberikan kerangka bagi pertumbuhan ilmu
pengetahuan empiris dan ilmu pengetahuan rasional yang orisinal, dalam arti sesuai dengan
kebutuhan pragmatis masyarakat Islam yaitu untuk mengaktualisasikan misinya sebagai
khalifah di bumi.

Alasan, “Mengapa Paradigma Qurani sangat Penting bagi Kehidupan Modern?”

1. Meluruskan akidah manusia


Secara rinci menjaga akidah itu mencakup aspek-aspek sebagai berikut
a) Menegakkan Pokok-Pokok Tauhid Menegakkan tiang-tiang tauhid sebagai landasan
beragama sangat penting eksistensinya sebab bersikap sebaliknya yaitu syirik
merupakan sikap yang sangat tercela, bahkan hukum Islam memandang syirik
sebagai suatu tindak pidana (jarimah) yang sangat terlarang.
b) Mensahihkan akidah tentang kenabian dan kerasulan
Meluruskan akidah atau dapat dikatakan membenarkan akidah itu mencakup aspek-
aspek sebagai berikut.
1) Menjelaskan keperluan manusia terhadap kenabian dan kerasulan. Allah
berfirman, “Tidaklah Kami turunkan Tidaklah Kami turunkan al-kitab
kepadamu kecuali al-kitab kepadamu kecuali agar kamu menjelaskan
kepada mereka apa yang mereka ikhtilafkan.” (QS An-Nahl/16: 64).

7
2) Menjelaskan tugas-tugas para rasul khususnya dalam hal kabar gembira dan
pemberi peringatan.” Para rasul sebagai pembawa kabar sebagai pembawa
kabar gembira dan pemberi peringatan.” (QS An-Nisa`/4: 165).
3) Menghilangkan keraguan dari persepsi masyarakat silam tentang
penampilan para rasul. “Tidaklah kamu itu melainkan manusia biasa seperti
kami. “(QS Ibrahim/14:10)
4) Menjelaskan akibat bagi orang-orang yang membenarkan para rasul dan
akibat bagi orang-orang yang mendustakan para rasul.” Dan (telah
binasakan) Kaum Nabi Nuh tatkala mereka mendustakan para rasul, maka
Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan mereka sebagai ayat bagi
manusia yang lain. Dan Kami sediakan bagi orang-orang yang berlaku
zalim siksa yang menyakitkan. “(QS Al-Furqan/25: 37).
c) Meneguhkan Keimanan terhadap Akhirat dan Keyakinan Akan Adanya Balasan
yang Akan Diterima di Akhirat. Informasi yang diangkat dalam Al-Quran baik
dalam ayat madaniyyah maupun makkiyyah bahwa iman terhadap akhirat dan segala
sesuatu yang ada di akhirat berupa hisab, surga, dan neraka adalah bagian dari tujuan
diturunkannya AlQuran. Al-Quran telah menetapkan beberapa gaya dalam upaya
meneguhkan akidah ini dan mensahihkan akidah ini.
1) Menegakkan argumen-argumen akan terjadinya “pembangkitan” dengan
menjelaskan kekuasaan Allah mengembalikan makhluk sebagaimana
semula, “Dialah yang memulai penciptaan kemudian Ia
mengembalikannya sebagaimana semula dan Ia mudah untuk
melakukannya. “(QS Ar-Rum/30: 27).
2) Mengingatkan manusia akan penciptaan benda-benda yang amat besar
sangatlah mudah bagi Allah, apalagi menghidupkan kembali manusia yang
sudah mati, tentunya sesuatu yang amat mudah bagi Allah, “Tidakkah
mereka berpikir sesungguhnya Allah, Dialah yang menciptakan langit dan
bumi, dan tidaklah sulit bagi-Nya menghidupkan yang sudah mati, ingatlah
sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu” (QS Al-Ahqaf/46: 33).
3) Menjelaskan hikmah adanya pembalasan di akhirat sehingga jelas
ketidaksamaan orang yang berbuat baik dan yang berbuat buruk, termasuk

8
balasan bagi orang baik dan orang jahat. Dengan demikian, tampaklah
bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan kesiasiaan.
4) Menjelaskan balasan yang ditunggu oleh orang-orang mukmin yang baik
yaitu pahala dan keridaan, sedangkan balasan yang disediakan bagi orang-
orang kafir yaitu siksa dan kerugian.
5) Menggugurkan mitologi yang dimunculkan musyrikin bahwa Tuhan-Tuhan
mereka dapat memberi syafaat pada hari Kiamat kelak, begitu juga dugaan
ahli kitab bahwa orang-orang suci mereka dapat memberi syafaat.
2. Meneguhkan Kemuliaan Manusia dan Hak-Hak Manusia
a) Meneguhkan Kemuliaan Manusia
Al-Quran menguatkan bahwa manusia adalah makhluk mulia. Allah menciptakan
Adam dengan kedua tangan-Nya sendiri. Ia meniupkan roh-Nya kepada Adam, dan
Allah menjadikan menjadikan Adam sebagai sebagai khalifah dan keturunan Adam
berperan sebagai pengganti Adam dalam kekhilafahan. Allah berfirman, “Dan
Kami telah memuliakan keturunan Adam dan Kami bawa mereka (untuk
menguasai) daratan dan lautan, dan Kami rezekikan kepada mereka yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakan sebagian yang telah Kami ciptakan”
(Q.S Al-Isra’/17:30).
b) Menetapkan hak-hak manusia
Dalam upaya menguatkan kemuliaan manusia, pada empat belas abad silam, Al-
Quran telah menetapkan hak-hak asasi manusia sebagaimana yang menjadi
“nyanyian” kelompok yang menamakan diri pejuang hak asasi manusia sekarang
ini. Allah menciptakan manusia bebas berekspresi untuk berpikir dan berpendapat.
Allah berfirman, Katakanlah, Perhatikanlah apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. (QS Yunus/10: 101).
c) Meneguhkan Hak-Hak Duafa (Orang-Orang Lemah secara Ekonomi)
(Imsspada.kemedikbud.go.id/ Diakses pada tanggal 8 April 2023).4 Al-Quran
menetapkan hak-hak manusia secara umum dan Al-Quran secara khusus

4
lmsspada.kemdikbud.go.id/bagaimana membangun paradigma qur’ani?,-diakses pada jam 20:00, tanggal 7
april 2023,https://lmsspada.kemedikbud.go.id/mod/resource/.php?id=9271.

9
mengangkat hak-hak orang lemah agar tidak teraniaya (terzalimi) oleh orang-orang
kuat atau tidak diabaikan oleh para penegak hukum.

2.3. Sains dan Teknologi dalam Al-Qur’an

Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan bagi seluruh umat manusia yang mau
menggunakan akal pikirannya dalam memahami penciptaan alam semesta. Apabila
diperhatikan dengan cermat ayat-ayat al-Qur'an banyak sekali yang menyinggung masalah ilmu
pengetahuan, sehingga al-Qur'an sering kali disebut sebagai sumber segala ilmu pengetahuan.
Selain itu, al-Qur'an merupakan landasan pertama bagi hal-hal yang bersifat konstan dalam
Islam. Oleh karena itu, telah banyak dilakukan studi yang menyoroti sisi kemukjizatan al-
Qur'an, antara lain dari segi sains yang pada era ilmu dan teknologi ini banyak mendapat
perhatian dari kalangan ilmuwan. Penggalian ajaran-ajaran yang ada di dalam al-Qur'an sangat
menarik sekali kalau dilihat dengan kacamata ilmiah. Makin digali makin terlihat kebenarannya
dan makin terasa begitu kecil dan sedikitnya ilmu manusia yang menggalinya (j. Fakhri 2010)5.
Hal ini karena begitu maha luasnya pengetahuan dan pelajaran-pelajaran yang ada di dalamnya.

Al-Qur’an, sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-tujuan yang bersifat
praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an bukanlah ensiklopedi sains dan teknologi
apalagi al-Qur’an tidak menyatakan hal itu secara gamblang. Al-Qu’ran Al-Karim, yang terdiri
atas 6.236 ayat itu, menguraikan berbagai persoalan hidup dan kehidupan, antara lain
menyangkut alam raya dan fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan tersebut sering
disebut ayat-ayat kauniyyah. Tidak kurang dari 750 ayat yang secara tegas menguraikan hal-
hal di atas, Jumlah ini tidak termasuk ayat-ayat yang menyinggungnya secara tersirat (Sunarko
2015)6.

Bukan sesuatu yang aneh dan mengherankan jika al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar
membawa segala persesuaian dan keserasian terhadap konklusi yang dicapai oleh para ilmuan
modern dan studi pembahasan dan meditasi yang dicapai oleh para ilmuan setelah beratus-ratus

5
fakhri, jamal. 2010. sains dan teknologi dalam al-qur’an dan implikasinya dalam pembelajaran. ta’dib: jurnal
pendidikan islam. 15(1): 121-142.-diakses pada jam 14:00, tanggal 8 april 2023.
6
sunarko, asep. 2015. iptek dalam perspektif al-qur’an. manarul qur’an: jurnal ilmiah studi islam.14(1): 1-14. , -
diakses pada jam 20:00, tanggal 8 april 2023.

10
tahun, karena al-Qur’an adalah firman Allah Yang Maha Tahu terhadap rahasia alam, dan tidak
mengherankan jika al-Qur’an mengandung mukjizat yang lebih banyak. Tetapi, kendati

demikian, bukan berarti bahwa al-Qur’an sama dengan kitab ilmu pengetahuan, atau
bertujuan untuk menguraikan hakikat-hakikat ilmiah. Ketika al-Qur’an memperkenalkan
dirinya sebagai tibyanan likulli syay’i, bukan maksudnya menegaskan bahwa ia mengandung
segala sesuatu, tetapi bahwa dalam al-Qur’an terdapat segala pokok petunjuk menyangkut
kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. Al-Qu’ran memerintahkan atau menganjurkan kepada
manusia untuk memperhatikan dan mempelajari alam raya dalam rangka memperoleh manfaat
dan kemudahan-kemudahan bagi kehidupannya, serta untuk mengantarkannya kepada
kesadaran akan ke Esaan dan ke Maha Kuasaan Allah SWT. Alam dan segala isinya beserta
hukum-hukum yang mengaturnya, diciptakan, dimiliki, dan di bawah kekuasaan Allah SWT
serta diatur dengan sangat teliti. Alam raya tidak dapat melepaskan diri dari ketetapan-ketetapan
tersebut kecuali jika dikehendaki oleh Tuhan.

Kita perlu ingat kembali juga kepada surat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan
kepada Rasulullah adalah menunjuk pada perintah mencari ilmu pengetahuan, yaitu dengan
memerintahkan memerintahkan untuk membaca, membaca, sebagai sebagai kunci ilmu
pengetahuan, dan menyebut qalam sebagai alat transformasi ilmu pengetahuan. Allah SWT
berfirman:

3 ‫ ا أق َرأأ َو َربُّكَ أاْل َ أك َرم‬2 ‫علَق‬


َ ‫سانَ ِم أن‬ ِ ‫ َخلَقَ أ‬1 َ‫ا أق َرأأ بِاس ِأم َربِكَ الَّذِي َخلَق‬
َ ‫اْل أن‬
5 ‫سانَ َما لَ أم يَ أعلَ أم‬
َ ‫اْل أن‬ َ 4 ‫علَّ َم بِ أالقَلَ ِم‬
ِ ‫علَّ َم أ‬ َ ‫الَّذِي‬
Artinya: ‘’Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang maha pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya”. (Q.S al-Alaq,96: 1-5)

Dalam Q.S al-Alaq ini Allah menyebutkan nikmat-Nya dengan mengajarkan manusia
apa yang tidak ia ketahui. Hal itu menunjukkan akan kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan.
Allah SWT mengawali surat dengan menganjurkan membaca yang timbul sifat tahu, lalu

11
menyebutkan penciptaan manusia secara khusus dan umum. Sebenarnya penjelasan diatas
dapat kita jadikan sebagai landasan mengapa kita harus menguasai sains dan teknologi.

Pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi dapat ditelusuri dari pandangan al-
Qur’an tentang ilmu. Al-Qur’an telah meletakkan posisi ilmu pada tingkatan yang hampir sama
dengan iman seperti tercermin dalam surat al-Mujadalah ayat 11: “… niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.”

Di dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi agar dapat digali dan dikembangkan oleh manusia yang suka
berfikir untuk keperluan dalam hidupnya. Seperti tersebut dalam surat al-Isra’ (17) ayat 70 yang
berbunyi:

‫ت َوفَض أَّلنَاه أم‬ َّ َ‫َولَقَ أد َك َّر أمنَا َب ِني آدَ َم َو َح َم ألنَاه أم ِفي أال َب ِر َو أال َبحأ ِر َو َرزَ أقنَاه أم ِمن‬
ِ ‫الط ِي َبا‬
‫يل۝‬ ً ‫ض‬ ِ ‫ع َلى َك ِثير ِم َّم أن َخ َل أقنَا تَ أف‬ َ
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS
al-Isra,17: 70).

Namun di sisi lain Allah menjelaskan bahwa yang paling mulia di sisi Allah ialah yang
paling bertakwa diantaranya. Hal ini tersebut dalam surat al-Hujurat, 49 ayat 13.

َ ‫َيا أ َ ُّي َها ال َّناس ِإ َّنا َخلَ أقنَاك أم ِم أن ذَ َكر َوأ أنثَى َو َج َع ألنَاك أم شعوبًا َوقَ َبا ِئ َل ِلتَ َع‬
‫ارفوا ۚ ِإ َّن‬
‫ع ِليم َخ ِبير۝‬ َ َّ ‫ّللا أ َ أتقَاك أم ۚ ِإ َّن‬
َ ‫ّللا‬ ِ َّ َ‫أ َ أك َر َمك أم ِع أند‬
Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS al-Hujurat, 49: 13)

12
Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami, bahwa manusia perlu melengkapi dirinya dengan
sains dan teknologi karena mereka adalah pengelola sumber daya alam yang ada di bumi akan
tetapi mereka juga harus memiliki landasan keimanan dan ketakwaan.

Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang juga membahas dasar-dasar sains dan teknologi
adalah surat al-Mu'minuun ayat 12-13 yang berbunyi:

‫ ث َّم َجعَ ألنَاه ن أ‬12 ‫سا َن ِم أن سللَة ِم أن ِطين‬


13 ‫طفَةً فِي قَ َرار َم ِكين‬ َ ‫َولَقَدأ َخلَقأنَا اْل أن‬
Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah, ke tanah, kemudia kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim).” (QS. Al-Mu'minuun, 23: 12-13). Dalam konteks sains, al-Qur’an
mengembangkan beberapa langkah atau proses sebagai berikut.

Pertama, al-Qur’an memerintahkan kepada manusia untuk mengenali secara seksama


alam sekitarnya seraya mengetahui sifat-sifat dan proses-proses alamiah yang terjadi di
dalamnya. Perintah ini, misalnya, ditegaskan di dalam surat Yunus ayat 101.

‫ع أن قَ أوم َل‬ ِ ‫ت َو أاْل َ أر‬


َ ‫ض ۚ َو َما ت أغ ِني أاْل َيات َوال ُّنذر‬ َّ ‫ق ِل ا أنظروا َماذَا فِي ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
‫يؤأ ِمنونَ ۝‬
Artinya: “Katakanlah (wahai Muhammad): Perhatikan (dengan nazhor) apa yang ada di langit
dan di bumi….” (QS Yunus, 10: 101)

Dalam kata unzhuru (perhatikan), Baiquni memahaminya tidak sekedar memperhatikan


dengan pikiran kosong, melainkan dengan perhatian yang seksama terhadap kebesaran Allah
SWT dan makna dari gejala alam yang diamati. Perintah, ini tampak lebih jelas lagi di dalam
firman Allah di surat al-Ghasyiyah ayat 17-20:

‫ َوإِلَى‬18 ‫ت‬
‫أف رفِعَ أ‬ َّ ‫ َوإِلَى ال‬17 ‫ت‬
َ ‫س َما ِء َكي‬ ‫أف خ ِلقَ أ‬ ِ ‫أَفَ َل يَ أنظرونَ إِلَى أ‬
َ ‫اْل ِب ِل َكي‬
‫أف س ِط َح أ‬
20 ‫ت‬ ِ ‫ َوإِلَى أاْل َ أر‬19 ‫ص َبت‬
َ ‫ض َكي‬ َ ‫أال ِج َبا ِل َكي‬
ِ ‫أف ن‬
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan (dengan nazhor) onta bagaimana ia
diciptakan. Dan langit bagaimana ia diangkat. Dan gunung- gunung bagaimana mereka
ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia dibentangkan.” (QS al-Ghasyiyah, 88: 17-20)

13
Kedua, al-Qur’an mengajarkan kepada manusia untuk mengadakan pengukuran
terhadap terhadap gejala-gejala alam. Hal ini diisyaratkan di dalam surat al-Qamar ayat 49.

‫ش أيء َخلَ أقنَاه ِبقَدَر۝‬


َ ‫ِإ َّنا ك َّل‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran.” (QS al-Qomar,
54: 49)

Ketiga, al-Qur’an menekankan pentingnya analisis yang mendalam terhadap fenomena


alam melalui proses pen terhadap fenomena alam melalui proses penalaran yan alaran yang
kritis dan sehat untuk g kritis dan sehat untuk mencapai kesimpulan yang rasional. Persoalan
ini dinyatakan dalam surat al-Nahl ayat 11- 12.

ِ ‫َاب َو ِم أن ك ِل الثَّ َمر‬


ً‫ت ا َِّن فِ أي ذلِكَ َل َية‬ َ ‫الزيأت أونَ َوال َّن ِخ أي َل َو أالَ أعن‬
َّ ‫ع َو‬ َّ ‫ي ْۢ أن ِبت لَك أم ِب ِه‬
َ ‫الز أر‬
‫س َّخر ْۢت ِبا َ أم ِره ا َِّن‬
َ ‫س َو أالقَ َم َر َوال ُّنج أوم م‬
َ ‫ش أم‬ َ ‫س َّخ َر لَكم الَّ أي َل َوال َّن َه‬
َّ ‫ار َوال‬ َ ‫ َو‬11 َ‫ِلقَ أوم َّيتَفَ َّكر أون‬
12 َ‫فِي ذلِكَ َليت ِلقَ أوم َّي أع ِقل أون‬
Artinya: “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman, zaitun,
kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir. Dia menundukkan malam dan
siang, matahari dan bulan untukmu, dan bin-tang-bintang dikendalikan dengan perintah-Nya.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
orang yang mengerti “(QS al-Nahl, 16: 11-12).

Tiga langkah yang dikembangkan oleh al-Qur’an itulah yang sesungguhnya yang
dijalankan oleh sains hingga saat ini, yaitu observasi (pengamatan), pengukuran-pengukuran,
lalu menarik kesimpulan (hukum-hukum) berdasarkan observasi dan pengukuran itu. Meskipun
demikian, dalam perspektif al-Qur’an, kesimpulan-kesimpulan ilmiah rasional bukanlah tujuan
akhir dan kebenaran mutlak dari proses penyelidikan terhadap gejala-gejala alamiah di alam
semesta. Sebab, seperti pada penghujung ayat yang menjelaskan gejala-gejala alamiah,
kesadaran adanya Allah dengan sifat-sifat-Nya Yang Maha Sempurna menjadi tujuan hakiki di
balik fakta-fakta alamiah yang dinampakkan.

14
Al-Qur’an tidak menghendaki penyelidikan terhadap alam semesta hanya untuk
pemuasan keinginan (science for science), seperti yang berlaku di Barat. Menurut al-Qur’an,
sains hanyalah alat untuk mencapai tujuan akhir. Pemahaman seseorang terhadap alam harus
mampu membawa kesadarannya kepada Allah Yang Maha Sempurna dan Maha Tak Terbatas
(A. Syafi 2020)7. Dari uraian di atas serta firman Allah yang telah disebutkan, dapat
disimpulkan suatu kaidah, bahwa kehidupan beragama merupakan sifat fitrah yang terpenting
bagi manusia. Artinya, berangkat dari sifat dasar fitrah itu, sisi kemanusiaan manusia selalu
diarahkan untuk bertrasendensi dengan Sang Maha Kuasa, sehingga daya hidup yang
diterimanya dari Sang Pencipta akan menuntunnya ke jalan keselamatan, yang diridhai oleh-
Nya.

7
syafi’, a.s. 2020. sains dan teknologi dalam al-qur’an (kajian filsafat pendidikan islam). sumbula: jurnal studi
keagamaan, sosial, dan budaya. 5(1): 49-73,-diakses pada jam 20:00, tanggal 9 april 2023.

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sains dan teknologi merupakan dua hal yang selalu bersama. Sains merupakan ilmu
pengetahuan yang terus dikembangkan oleh manusia menjadi sebuah teknologi modern guna
mempermudah kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan mengalami perkembangan karena
manusia terus menuntut ilmu. Dalam ilmu pengetahuan, Al Qur’an menjadi sebuah landasan
ilmu pengetahuan ilmu untuk dikembangkan, karena Al Quran tidaklah Allah turunkan sebagai
hal yang praktis Dalam ilmu pengetahuan, perlu terus diingat adalah bahwa Al Qur’an bukanlah
kitab sains melainkan kitab suci yang di dalamnya menerangkan fenomena-fenomena alam ini
yang merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Peran Al Qur’an dalam perkembangan sains dan
teknologi yang berdampak pada hal negatif antara lain Mengajarkan manusia agar hidup
proporsional, Mengajarkan agar tidak hidup berlebihan, Mengajarkan agar tidak egois, Menjadi
pedoman dalam berperilaku, Menjadi solusi permasalahan modernisasi.

Al-Quran mengandung gagasan yang sempurna mengenai kehidupan; Al-Quran


mengandung suatu gagasan murni yang bersifat metahistoris. Premis-premis normatif Al-Quran
dapat dirumuskan menjadi teori-teori yang empiris dan rasional serta Paradigma Qurani sangat
Penting bagi Kehidupan Modern untuk Meluruskan akidah manusia, Meneguhkan Keimanan
terhadap Akhirat dan Keyakinan Akan Adanya Balasan yang Akan Diterima di Akhirat juga
Meneguhkan Kemuliaan Manusia dan Hak-Hak Manusia.

dapat disimpulkan suatu kaidah, bahwa kehidupan beragama merupakan sifat fitrah
yang terpenting bagi manusia. Artinya, berangkat dari sifat dasar fitrah itu, sisi kemanusiaan
manusia selalu diarahkan untuk bertrasendensi dengan Sang Maha Kuasa, sehingga daya hidup
yang diterimanya dari Sang Pencipta akan menuntunnya ke jalan keselamatan, yang diridhai
oleh-Nya.

16
Saran

Dalam menghadapi perkembangan dan problematika sains dan teknologi, umat muslim
diharapkan menjadikan Al-Quran untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Di mana Al-
Qur’an memerintahkan manusia untuk berpikir dan menalar secara mendalam suatu fenomena.
Umat muslim juga hendaknya dapat mengembangkan iptek, karena merupakan suatu ketaatan
kepada perintah Allah SWT."

17
DAFTAR PUSTAKA

Fakhri. 2010. "jamal." Sains dan Teknologi dalam Al-Quran dan Implikasinya dalam
Pembelajaran Ta'dib: Jurnal Pendidikan Islam.15(1):123-130.

Fakhri, jamal. 2010. "." Sains dan Teknologi dalam Al-Quran dan implikasinya dalm
pembelajaraan Ta'dib:Jurnal Pendidikan Islam 15(1):121-142.

Firdaus, Jemil. 2014. Al-Quran solusi Peradaban Modern untuk manusia abad 21. desember
06. Accessed April 07, 2023.
https://www.kompasiana.com/jemilfirdaus/5229a29f17e616d698b4598/Al-Quran-
solusi-Peradapan-Modern-untuk-Manusia-Abad-21.

Imsspada.kemedikbud.go.id/. Diakses pada tanggal 8 April 2023. ",." Bagaimana Membangun


Paradigma Qurani https://Imsspada.Kemedikbud.go.id/mod/resource/.php?id=9271.

Sunarko, Asep. 2015. "." Iptek Dalam Prespektif Al-Qur'an Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah
Study Islam.14(1):1-14.

Syafi, A.S. 2020. "." Sains Dan Teknologi Dalam Al-Qur'an(Kajian Filsafah Pendidikan Islam)
Sumbulan: Jurnal Study Keagamaan,Sosial,Dan Budaya.5(1):49-73.

Syafi, AS,A. 2020. "a." Sains dan Teknologi Dalam Al-Quran Kajian Filsafah Pendidikan
Islam, ,Sumbulan:Jurnal Studi Keagamaan,Sosial,dan Budaya.5(1): 54-62.

18

Anda mungkin juga menyukai