Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU PENGETAHUAN DAN PENGEMBANGANNYA


DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu :
Fia Nuraeni, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 10 :

Ibnu Abbas
Rohaci
Osih

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BABUNNAJAH
PANDEGLANG-BANTEN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Ilmu pengetahuan dan Pengembangannya dalam Perspektif Filsafat
Pendidikan Islam”. Dalam meyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk
mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan
pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Telah selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada dosen pembimbing mata kuliah filsafat pendidikan islam dan teman-
teman yang bekerjesama untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
dan sempurnanya makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Menes, 19 Oktober 2021

TIM PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan............................................. 2
B. Sumber Ilmu Pengetahuan................................................. 2
C. Jenis Ilmu Pengetahuan...................................................... 3
D. Usaha pengembangan Ilmu Pengetahuan.......................... 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................ 7
B. Saran................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan
hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang
sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau
kejelekan dan sebagainya.
1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan
alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut
menunjukkan arti sebagai informal.
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal.
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang
arti kata dan konsep
5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung yang
mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh
ahli-ahli filsafat.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Filsafat Pendidikan Islam
2. Sumber Filsafat Pendidikan Islam
3. Jenis Filsafat Pendidikan Islam
4. Usaha Pengembangannya Filsafat Pendidikan Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Pengetahuan


Menurut “ensiklopedia Indonesia” ilmu pengetahuan adalah suatu
sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai
hasil pemeriksaaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan
menggunakan metode-metode tertentu. Ilmu pengetahuan prinsipnya
merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common
sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan
dalam kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran
secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
Menurut Medawar (1984) sains (dari istilah Inggris Science) berasal
dari kata: “sienz, ciens, cience, syence, scyence, scyense, scyens, scienc,
sciens, scians”. Kata dasar yang diambil dari kata “scientia” yang berarti
“knowledge” (ilmu). Tetapi tidak semua ilmu itu boleh dianggap sains. Yang
dimaksud ilmu sains adalah:
“Ilmu yang dapat diuji (hasil dari pengamatan sesungguhnya) kebenarannya
dan dikembangkan secara bersistem dengan kaidah-kaidah tertentu
berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata sehingga pengetahuan yang
dipedomani tesebut boleh dipercayai, melalui eksperimen (observasi) maupun
eksperience (pengalaman) secara teori.

B. Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat Pendidikan Islam


Dalam teks-teks Islam -Qur'an dan Sunnah- dijelaskan tentang sumber dan alat
pengetahuan:
1. Indra dan akal
Allah swt. berfirman, "Dan Allah yang telah mengeluarkan kalian
dari perut ibu kalian, sementara kalian tidak mengetahui sesuatu pun, dan
(lalu) Ia meciptakan untuk kalian pendengaran, penglihatan dan hati ( atau
akal) agar kalian bersyukur ". (QS. al-Nahl: 78).

2
Islam tidak hanya menyebutkan pemberian Allah kepada manusia
berupa indra, tetapi juga menganjurkan kita agar menggunakannya,
misalnya dalam al-Qur'an Allah swt. berfirman,
"Katakanlah, lihatlah segala yang ada di langit-langit dan di bumi."
(QS. Yunus: 101 ). Dan ayat-ayat yang lainnya yang banyak sekali tentang
anjuran untuk bertafakkur. Qur'an juga dalam membuktikan keberadaan
Allah dengan pendekatan alam materi dan pendakatan akal yang murni
seperti, "Seandainya di langit dan di bumi ada banyak tuhan selain Allah,
niscaya keduanya akan hancur." (QS. al-Anbiya': 22). Ayat ini
menggunakan pendekatan rasional yang biasa disebut dalam logika
Aristotelian dengan silogisme hipotesis.
Atau ayat lain yang berbunyi, "Allah memberi perumpamaan,
seorang yang yang diperebutkan oleh banyak tuan dengan seorang yang
menyerahkan dirinya kepada seorang saja, apakah keduanya Allah swt
berfirman sama ?" (QS. al-Zumar: 29)
2. Hati
"Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, niscaya Ia
akan memberikan kepada kalian furqon." (QS. al-Anfal: 29) Maksud ayat
ini adalah bahwa Allah swt. akan memberikan cahaya yang dengannya
mereka dapat membedakan antara yang haq dengan yang batil.
Atau ayat yang berbunyi, "Dan bertakwalah kepada Allah maka Ia akan
mengajari kalian. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. al-
Baqarah: 282). Dan ayat-ayat yang lainnya.

C. Jenis Pengetahuan Dalam Filsafat Pendidikan Islam


Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah
pengetahuan, maka dalam kehidupan manusia dapat memiliki pengetahuan
dan kebenaran.
Menurut Burhanuddin Salam (Amsal, 2007), mengemukakan bahwa
pengetahuan yang dimiliki manusia ada 8 yaitu:

3
1. Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan
istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena
seseorang memiliki sesuatu di mana ia menerima secara baik. Semua
orang menyebutnya sesuatu itu merah karaena memang itu merah, benda
itu panas karena memang dirasakan panas dan sebagainya. Dengan
common sense, semua orang sampai pada kenyakinan secara umum
tentang sesuatu, di mana mereka akan berpendapat sama semuanya.
Common sense (arti keadaan yang biasa) diperoleh dari pengalaman
sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan
dapat memuaskan rasa lapar, musin kemarau akan mengeringkan sawah ,
dan sebagainya.
2. Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam
pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu
pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan obyektif.Ilmu pada
prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan
mensistemasikan common sense, atau suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dari kehidupan sehari-hari. Namun,
dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan
menggunakan berbagai metode.
3. Pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran
yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.
Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid,
filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya
memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang
tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
4. Pengetahuan Agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari
Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan Agama bersifat mutlak dan
wajib diyakini oleh para pemeluk Agama. Pengetahuan mengandung
beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan
Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara

4
berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan
hubungan horizontal. Pengetahuan Agama yang lebih penting di samping
informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang Hari Akhir. Iman pada
Hari Akhir merupakan ajaran pokok Agama sekaligus merupakan ajaran
yang membuat manusia optimis akan masa depannya. Menurut para
pengamat, Agama masih bertahan sampai sekarang karena adanya doktrin
tentang hidup setelah mati karenanya masih dibutuhkan. Manusia
berusaha mencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat diperolehnya
dengan melalui beberapa sumber.
5. Pengetahuan wahyu (revealed knowledge). Manusia memperoleh
pengetahuan dan kebenaran atas dasar wahyu yang diberikan Tuhan
kepada manusia. Tuhan telah memberi pengetahuan dan kebenaran kepada
manusia pilihannya, yang dapat dijadikan petunjuk bagi manusia dan
kehidupannya.Wahyu merupakan firman Tuhan. Kebenarannya adalah
mutlak dan abadi.
6. Pengetahuan intuitif (intuitive knowledge). Pengetahuan intuitif
diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri.Mengenai proses kerjanya ,
pribadi, dan memiliki watak yang tidak komunikatif khusus memilikinya
atau tidak.
7. Pengetahuan rasional (rational knowledge). Pengetahuan rational
merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan latihan ratio/akal semata,
tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual.
8. Pengetahuan empiris (empirical knowledge). Pengetahuan empiris
diperoleh atas bukti penginderaan, dengan penglihatan, pendengaran, dan
sentuhan indera-indera lainnya, sehingga memiliki konsep dunia di sekitar
kita. Pengetahuan otoritas (authoritative knowledge).

D. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia


Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya
pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Manusia
lahir telah dikaruniai dimensi hakikat manusia tetapi masih dalam wujud

5
potensi, belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi. Dari
kondisi ‘potensi’ menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang
mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya.
Setiap manusia lahir dikaruniai naluri yaitu dorongan-dorongan yang
alami (dorongan makan, seks, mempertahankan diri, dan lain-lain). Jika
seandainya manusia dapat hidup hanya dengan naluri maka tidak bedanya
dengan hewan. Hanya melalui pendidikan status hewani itu dapat diubah ke
arah status manusiawi.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang
diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan
jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang
pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk kita katakan bahwa secara
epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni
pendidikan Islam.
Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof
Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna
membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan
warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten.
Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap
ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari luar
dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal
prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan. Tugas kita selanjutnya adalah
melanjutkan penggalian secara intensif terhadap apa yang telah dilakukan oleh
para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli tidak lebih sebagai bahan
perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman mereka dahulu.
Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh terhenti,
jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah
percaturan global.

B. Saran
Makalah ini tidak luput dari kesalahan, apabila terdapat kesalahan
kami minta saran dari pembaca.Terimakasih atas partisipasi pembaca dan
mohon maaf atas kesalahan kami dalam membuat makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.


Prasetya, Filsafat Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.
[1] Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam,( Jakarta : Bulan Bintang, 1990
), Cet. IV
[2] Prasetya, Filsafat Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2000), Cet. II

Anda mungkin juga menyukai