Disusun Oleh:
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ajaran Islam, shalat merupakan landasan pokok dalam beragama.
Oleh karena shalat adalah tiang agama, dan fardu `ain bagi setiap umat Islam. Itulah
sebabnya shalat tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi apapun, baik pada kondisi
aman maupun dalam kondisi perang.
Berkaitan dengan hal tersebut, shalat dalam kondisi perang, Rasululullah
saw., telah mengerjakannya, yang disebut dengan shalat khauf. Alasan yang
mendasari disyariatkannya shalat khauf karena adanya kekhawatiran serangan
mendadak dari pihak musuh sementara umat Islam sedang melakukan shalat
berjama’ah seperti biasanya. Untuk itu, Allah swt. melalui malaikat Jibril
mengajarkan tata cara shalat dalam kondisi berperang dengan tetap tidak
menghilangkan nilai jama’ah yang mereka cintai melebihi anak-anak dan nyawa
mereka sendiri. Karena shalat berjama’ah merupakan ikatan yang kuat, kokoh dan
kentinyu sehingga meskipun dalam suasana mengkhawatirkan, menegangkan lagi
mendebarkan, shalat khauf tetap jalan, akan tetapi dengan cara yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan keamanan. Salat khouf ialah salat yang dilakukan ketika berada
dalam situasi yang sangat menakutkan, genting, atau berbahaya. Khauf sendiri
secara harafiah berarti ketakutan. Salah satu contoh situasi yang menakutkan adalah
peperangan, baik dalam perjalanan maupun saat hidup. Shalat khauf adalah untuk
meringankan seorang muslim agar dapat menunaikan kewajibannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian shalat khouf ?
2. Apa saja hukum shalat khouf?
3. Apa saja syarat – syarat shalat khouf?
4. Apa saja penyebab rasa takut dan khawatir beserta tata cara pelaksanaan sholat
khouf?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian shalat khouf.
2. Untuk mengetahui apa saja hukum shalat khouf.
3. Untuk mengetahui apa saja syarat – syarat shalat khouf.
4. Untuk mengetahui bagaimana penyebab rasa takut dan khawatir beserta tata
cara pelaksanaan holat khouf.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Casmini, Taufik Nurfadhi, Putri Kusumaningrum, “Penanaman Khauf dan Raja’
Dalam.Pendidikan Karakter Remaja”. Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik, Vol. 5 No. 2, 2021, 125.
2
Dolizal Putra, Khauf Khasyyah dan taqwa dalam tafsir al-misbah karya muhammad quraish
shihab,...2.
3
munculnya kekhawatiran atau ketakutan. Pada masa Nabi Saw, shalat khauf
dilaksanakan di tengah kecamuknya pertempuran melawan orang kafir. Beliau
bersama sahabat melaksanakan shalat khauf karena sebab adanya perasaan khawatir
dan takut serangan mendadak dari pihak musuh.3
3
Mashuri, FIQH, Direktorat KSKK Madrasah, Jakarta, 2020, 204.
4
dan bersiap siagalah kamu. Sungguh, Allah telah menyediakan azab
yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 102)
b. Hadist Shahih muslim No. 1385
ُّ ق أ َ ْخ َب َرنَا َم ْع َم ٌر َع ْن
الز ْه ِري ِ َع ْن َّ َُحدَّثَنَا َع ْبدُ ب ُْن ُح َم ْي ٍد أَ ْخ َب َرنَا َع ْبد
ِ الر َّزا
َص ََلة َ سلَّ َم َّ صلَّى
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َّ سو ُل
َ َِّللا ُ صلَّى َر َ ع َم َر قَا َل ُ سا ِل ٍم َع ْن اب ِْن
َ
ِ الطائِفَةُ ْاْل ُ ْخ َرى ُم َو
اج َهةُ ْالعَد ُِو ث ُ َّم َّ الطائِفَتَي ِْن َر ْكعَةً َو
َّ ف بِإِحْ دَى ِ ْالخ َْو
ص َحا ِب ِه ْم ُم ْق ِبلِينَ َعلَى ْال َعد ُِو َو َجا َء أُولَ ِئ َك ث ُ َّم ْ َص َرفُوا َوقَا ُموا ِفي َمقَ ِام أ َ ا ْن
َّ صلَّى
َّللاُ َع َل ْي ِه َ ي ُّ سلَّ َم النَّ ِب
َ سلَّ َم َر ْك َعةً ث ُ َّم َّ صلَّى
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َ ي ُّ صلَّى ِب ِه ْم النَّ ِب
َ
َّ يع
ُّ الز ْه َرا ِن
ي ِ الر ِبَّ ضى َهؤ ََُل ِء َر ْك َعةً َو َهؤ ََُل ِء َر ْك َعةً و َحدَّثَنِي ِه أَبُو َ َسلَّ َم ث ُ َّم ق
َ َو
َع َم َر َع ْن أَبِي ِه أَنَّهُ َكان َ الز ْه ِري ِ َع ْن
َّ سا ِل ِم ب ِْن َع ْب ِد
ُ َّللاِ ب ِْن ُّ َحدَّثَنَا فُلَ ْي ٌح َع ْن
ِ سلَّ َم ِفي ْالخ َْو
ف َو َيقُو ُل َّ صلَّى
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو ُ ص ََل ِة َر
َّ سو ِل
َ َِّللا ُ يُ َحد
َ ِث َع ْن
سلَّ َم بِ َهذَا ْال َم ْعنَى َّ صلَّى
َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو ُ صلَّ ْيت ُ َها َم َع َر
َّ سو ِل
َ َِّللا َ
Artinya :
“ Telah menceritakan kepada kami Abdu bin Humaid telah mengabarkan kepada
kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri dari Salim
dari Ibnu Umar ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah shalat
Khauf bersama kami. Mula-mula satu kelompok pasukan mengikuti beliau shalat
satu raka'at, sedangkan kelompok yang lain berjaga-jaga menghadap ke arah
musuh. Setelah selesai satu raka'at, kelompok pertama pergi berjaga-jaga,
menggantikan kelompok kedua, sedangkan kelompok kedua shalat bersama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian setelah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam selesai shalat, masing-masing rombongan menyempurnakan shalat
mereka satu raka'at lagi." Dan telah menceritakannya kepadaku Abu Rabi' Az
Zhahrani telah menceritakan kepada kami Fulaih dari Az Zuhri dari Salim bin
Abdullah bin Umar dari bapaknya bahwa ia menceritakan tentang shalat Khauf
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan ia berkata; Saya pernah shalat Khauf
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Yakni semakna dengan ini.”
Dari pengertian hadist di atas, memberikan satu petunjuk yang tegas bagi kita
bahwa, shalat adalah ibadah yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja tanpa alasan
syar‟i/ kesulitan. Seperti dalam perperangan dan lainnya. Tata cara pelaksanaan
5
shalat pada prinsipnya sama sesuai dengan petunjuk Nabi Saw. 4
4
Drs. H. Syahril Tanjung, MA, Firdaus, S.Sy., MH, PANDUAN PRAKTIK IBADAH, Landasan
Ilmu, Jambi, 2019, 117
6
menjadi makmum, sedangkan imamnya perempuan. Adapun perempuan yang
menjadi imam bagi perempuan pula, tidak berhalangan.
h. Keadaan imam tidak ummi, sadangkan makmum qari’. Artinya, imam itu
hendaklah orang yang baik bacaanya.
i. Janganlah makmum beriman kepada orang yang diketahui bahwa
shalatnya tidak sah (batal). Seperti mengikuti imam yang diketahui oleh makmum
bahwa ia bukan orang islam, atau ia berhadats atau bernajis badan, pakaian, atau
tempatnya. Karena imam yang seperti itu hukumnya tidak sah dalam shalat.5
Terdapat tata krama imam dalam melaksanakan sholat berjama’ah, yaitu:
a. Mengedepankan yang lebih berhak menjadi imam.
b. Meluruskan shaf.6
c. Imam memperpendek shalatnya.7
d. Imam menoleh setelah salam.8
Adapun tata krama yang harus dimiliki oleh makmum antara lain:
a) Posisi ahli agama, berilmu dan tua dibelakang imam.9
b) Ber shaf yang baik.
c) Makmum ber ittiba’ (mengikuti) imam.
d) Mengucap “amin” setelah imam membaca al-fatihah.10
5
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru, 1990), 116.
6
Syaikh Jalal Muhammad Syafi’i, The power of Shalat (Bandung: MQ Publishing, 2006), 58.
7
Sigit Yulianto dan Akbar Kaelola, Shalat Khusyu’ Gaya Baru (Yogjakarta: Young Crew Media,
2007), 154
8
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz V-VI (Jakarta: Pustaka Panjimas, t.t.), 251.
9
Nada, Ensiklopedia Etika Islam…, 711.
10
Ibid., 716
7
bersama-sama.
4. Imam dan barisan pertama melakukan sujud sedangkan barisan kedua
tetap berdiri untuk berjaga-jaga.
5. Setelah imam dan barisan pertama bangkit dari sujudnya dan berdiri
seperti semula, maka barisan kedua kedua melakukan sujud, sedangkan
iman dan pertama berjaga-jaga.
6. Pada rakaat kedua, barisan kedua ikut sujud bersama imam, sedangkan
barisan pertama berjaga-jaga.
7. Ketika imam dan barisan kedua melakukan sujud dan duduk bertasyahud,
maka barisan pertama menyusulnya.
8. Imam, barisan kedua dan barisan pertama melaksanakan tasyahud
bersama disusul mengakhiri shalat dengan salam. 11
b. Musuh akan menyerang dari arah selain kiblat.
1. Salah satu jama’ah mengumandangkan azan dan iqamah.
2. Imam membagi jama’ah kedalam dua kelompok.
3. Kelompok pertama bersama shalat bersama imam, dan kelompok kedua
berjaga-jaga.
4. Jika shalat yang dilaksanakan berjumlah dua rakaat, kelompok pertama
yang shalat bersama imam cukup berjama’ah satu rakaat. Setelah itu
menyelesaikan shalatnya sendiri-sendiri untuk selanjutnya berjaga-jaga.
5. Jika shalat yang dilaksanakan berjumlah tiga atau empat rakaat,
kelompok pertama yang shalat bersama imam cukup berjama’ah dua rakaat.
Setelah itu menyelesaikan shalatnya sendiri-sendiri untuk selanjutnya
berjaga-jaga.
6. Setelah kelompok pertama selesai shalatnya, kelompok kedua bergabung
dengan imam.
7. Imam meneruskan shalatnya hingga salam. Sedangkan kelompok kedua
meneruskan secara sendirian hingga mengakhirinya dengan salam.
11
Mashuri, FIQH, Direktorat KSKK Madrasah, Jakarta, 2020, 204.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salat khouf adalah salat yang dilakukan ketika berada dalam situasi yang
sangat menakutkan, genting, atau berbahaya. Khauf sendiri secara harafiah berarti
ketakutan. Salah satu contoh situasi yang menakutkan adalah peperangan, baik
dalam perjalanan maupun saat hidup. Dasar hukum dari sholat khouf terdapat dalam
Al-Qur’an Surat An-Nisa' 4: Ayat 102 dan Hadist Nabi.
Didalam sholat khouf pada saat berjamaah di saat berada dalam peperangan
atau dalam kondisi terancam terdapat beberapa syarat-syarat yang harus dipahami
oleh para jama‟ah ada 9, tata krama imam dalam melaksanakan sholat berjama’ah
ada 4 dan tata krama makmum juga ada 4.
B. SARAN
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari
tulisan maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon di berikan
sarannya agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami
Sholat Khouf. Kami menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan makalah
diatas dengansumber-sumber yang lebih banyak.
9
DAFTAR PUSTAKA
Dolizal Putra, Khauf Khasyyah dan taqwa dalam tafsir al-misbah karya muhammad
quraish shihab,...
Drs. H. Syahril Tanjung, MA, Firdaus, S.Sy., MH, PANDUAN PRAKTIK IBADAH,
Landasan Ilmu, Jambi, 2019.
Sigit Yulianto dan Akbar Kaelola, Shalat Khusyu’ Gaya Baru (Yogjakarta: Young
Crew Media, 2007).
10