Anda di halaman 1dari 364

Risalah Ahlussunah

wal Jama’ah :
Analisis tentang Hadits Kematian,
Tanda-tanda Kiamat, dan Pemahaman
Tentang Sunah & Bid’ah
Judul asli :
Risalah ahl al-Sunah wa al-Jamaah : fi hadits al-mauta wa
asyrath al-sa’at wa bayan mafhum al-sunah wa al-bid’ah.
Penulis :
Hadzrat al-Syeikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari

Judul Edisi Indonesia :


Risalah Ahlussunah wal Jama’ah :
Analisis Tentang Hadits Kematian, Tanda-tanda Kiamat, dan
Pemahaman Tentang Sunah dan Bid’ah
Jakarta 2011, LTM-PBNU
vi + 214 hlm ; 11 x 14,5 cm

Penerjemah :
Ngabdurrohman al-Jawi
Ditashih oleh :
KH. Abdul Manan A. Ghani
Editor :
H. Syaifullah Amin
Dan Team Santri Ciganjur
Setting & lay Out
Mustiko Dwipoyono

Diterbitkan oleh :
LTM PBNU dan Pesantren Ciganjur

ii Risalah Ahlussunah Wal


Jama’ah
DAFTAR ISI

• Mukadimah….................................................................1
• PASAL I
Sunah dan Bid’ah….........................................................3
• PASAL II
Masyarakat Nusantara Berpegang Pada Madzhab
Ahlussu- nah Wal Jama’ah. Munculnya Berbagai Bid’ah
di Nusantara & Macam-Macam Ahli Bid’ah Masa Kini.12
• PASAL III
Khithah Kaum Salaf Shaleh & Penjelasan Tentang
Sawadul A’dzam di Masa Sekarang & Pentingnya
Menganut Salah Satu Empat Madzhab….......................23
• PASAL IV
Wajib Taqlid Bagi Orang yang Tidak Mampu Ijtihad. 28
• PASAL V
Berhati-hati Dalam Mengambil Ilmu Agama, dan Berhati-
hati Terhadap Fitnah Ahli Bid’ah & Orang-orang Munafiq,
Serta Para Imam yang Menyesatkan…..........................31
• PASAL VI
Hadits dan Atsar Tentang dicabutnya Ilmu, dan Mewa-
bahnya Kebodohan, dan Peringatan Nabi, Bahwa Akhir
Zaman Adalah Banyak Kejelekan, dan Mengenai
Umatnya yang Akan Mengikuti Bid’ah, serta

Risalah Ahlussunah Wal i


Keberadaan Agama
yang Hanya Dipegang oleh Segelintir Orang.................37
• PASAL VII
Dosa Orang yang Mengajak Pada Kesesatan atau Orang
yang Memberi Contoh yang Buruk................................44
• PASAL VIII
Terpecahnya Umat Islam Menjadi Tujuh Puluh Tiga
Golon- gan, Menjelaskan Teologi Kelompok Sesat, &
Golongan yang Selamat Yaitu Ahlussunah wal Jama’ah.
.......................................................................................48
• PASAL IX
Tanda–Tanda Hari Kiamat….........................................52
• PASAL X
Orang yang Meninggal Dunia Mampu Mendengar, Berbi-
cara, & Mengetahui Orang yang Memandikan, Mengkaf-
ani, & Memakamkan Jenazahnya, & Tentang Kembalinya
Ruh Kedalam Jasad Setelah Mati…...............................72
• PENUTUP….................................................................83
• Mukadimah Qanun Asasi Rais Akbar Jam’iyah Nahdlatul
Ulama KH. Hasyim Asy’ari….......................................84
• Khitah Nahdlatul Ulama..............................................112
• Pedoman Berpolitik Warga NU...................................125
• Dalil – Dalil Tentang Tahlilan….................................128
• Acara Lailatul Ijtima’…..............................................134
• Shalawat Badar............................................................136
• Muqadimah Pembacaan Maulid Diba’i dan Berjanzi.. 137

iv Risalah Ahlussunah Wal


Jama’ah
• Doa Sayyidul Istighfar.................................................138
• Doa Setelah Akad Nikah.............................................139
• Shighat Ijab Kabul.......................................................140
• Khutbah Nikah............................................................143
• Doa Setelah Sholat Wardu...........................................147
• Whirid Setelah Sholat Fardu........................................156
• Talqin Mayit................................................................161
• Istighatsah...................................................................167
• Bacaan Ratib al-Hadad................................................176
• Doa Tahilil...................................................................180
• Tahlil...........................................................................189
• Tabarak........................................................................193
• al-Waqiah....................................................................199
• al-Rahman...................................................................204
• Yasin...........................................................................212
• Hadlarah......................................................................215

Risalah Ahlussunah Wal v


‫‪MUQADDIMAH‬‬

‫ح يْ ِم‬
‫حمن الر‬ ‫هلل‬ ‫ب س ِم‬
‫ا الر‬
‫والصالَة‬
‫ن َوالِه‪،‬‬ ‫شكرا ع َلى‬ ‫ُد ِل اَ‪ْ e‬لحم‬
‫والسالَم ع َلى َنا ِد ٍد محم وَاِله‪.‬‬
‫يِّ س‬
‫فهذا َدع�ت‪ e‬ف ْيه ك َتاب اَ وْ من يْ ًئا ش‬ ‫ُد‪َ ،‬ب ْع‬
‫و‬
‫الساعة‪ ،‬وش يْ ًئا ش�راط‬ ‫الم وْ َتى ح ِد ْيث وا‬
‫و ْالب ْد ب َيان الس وش يْ ًئا عة‪،‬‬ ‫ِم ع َلى من الكالَ‬

‫ّنة‬
‫َلى‬ ‫ا و ِا لهل‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫ِد‬ ‫الناصحة‪ ،‬ب َقص‬ ‫َالحاد ْيث من‬
‫اَن ي ْن َفع هب ن ْفسى ف اِال بْ ِتهال‪،‬‬ ‫ُّد اَ‪e‬ك يْ ِم َام الكر‬
‫ع ْ مل ى يجعل‬ ‫َثاِلى من الجهال‪ ،‬وَام واَ‪e‬ن‬
‫ر ؤُ ْوف ج‬ ‫الكر يْ ِم‪ ،‬صا لِ َوجهه ا َّنه‬ ‫خال‬

‫وّ اد‬
‫اَ َوان الش وهذا ر وْ ع ْو ِد فى الم ْقص‬ ‫رح ْي م‪،‬‬
‫ْون بع المِلك الم ْع بُ وْ ِد‪.‬‬

‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


Segala puji bagi Allah syukur atas
karunianya. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
s.a.w. dan keluarganya.
Selanjutnya, dalam kitab ini saya muatkan
sedikit hadits-hadits tentang kematian, tanda-tanda
kiamat, dan sedikit penjelasan tentang sunah dan
bid’ah, dan beberapa hadits-haditsnya, supaya
bisa menjadi nasehat.
Dan kepada Allah aku tengadahkan
tanganku agar diberikan kemanfaatan atas kitab
ini untuk diriku dan orang-orang yang sepadan
denganku dari kaum awam.
Dan semoga Allah menjadikan ilmuku
ikhlas karena-Nya. Dan sesungguhnya Dia-lah
yang maha pemurah, pengasih dan penyayang.
Dan kitab ini adalah wahana untuk
memulai atas maksud tersebut di atas dengan
pertolongan Allah s.w.t. Raja yang selalu
disembah.

Risalah Ahlussunah Wal 3


PASAL I
Sunah & Bid’ah

Lafadz sunah (ُ ‫ ) س َن ّة‬ketika dibaca


dlammah huruf sin dan ditasydid huruf nunnya,
sebagaimana pendapat Abu al-Baqa dalam kitab
“kuliyyat”, secara bahasa adalah : suatu jalan
walaupun tidak diridlai. Dan secara syara’ adalah :
jalan yang diridlai (Allah) yang ditempuh dalam
agama, yaitu yang ditempuh oleh Rasulullah s.a.w.
dan yang lainya, yang faham terhadap agama, dari
kalangan para sahabat. Karena ada hadits
Rasulullah s.a.w.

‫الراش ِد يْ الخ َل َفاء ن من‬ ‫وس َّنة‬ ‫ْي َل ْ ِتى‬


‫بس‬ ‫َع ِد ْع م‬
‫ب‬
‫ّن‬ ‫ى‬

‫ك‬
Artinya : Hendaklah kalian berpegang pada
4 Risalah Ahlussunah Wal
sunahku dan sunah Khulafa’ al-Rasyidin setelahku.
Dan secara urf (tradisi), sunah adalah :
suatu ajaran yang diikuti secara konsisten oleh para
pengikut, baik nabi maupun wali. Dan istilah sunny
adalah nisbat kepada sunnah.
Bid’ah, sebagaimana pendapat syeikh

Risalah Ahlussunah Wal 5


Zaruq dalam kitab “Uddatul Murid”, secara syari’at
adalah memperbaharui perkara dalam agama
yang menyerupai ajaran agama itu sendiri,
padahal bukan bagian dari agama. Baik bentuk
maupun hakikatnya. Sebagaimana sabda Nabi
s.a.w.

‫م ث ر َنا ه َذا ل يْ ْنه س فه َو ر ٌّد‬eَ‫فى ا‬ َ‫َا من ح د‬


‫م‬
Artinya : Barang siapa yang membuat-buat
dalam agama kami ini (yang) bukan bagian
daripadanya, maka hal tersebut ditolak.(HR. Bukhari,
Muslim)
Dan juga sabda Nabi s.a.w.

‫وكل َ ةث مح ب ْدعة‬
َ‫د‬
Artinya : Dan setiap hal yang dibuat-buat
(dalam agama) adalah bid’ah. (HR. Nisa’i, Ibnu
Majah).
Para ulama telah menjelaskan bahwa
pengertian kedua hadits di atas adalah dikembalikan
pada masalah hukum meyakini sesuatu (amalan)
yang tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah,

6 Risalah Ahlussunah Wal


sebagai bisa mendekatkan diri kepada Allah s.w.t.
bukan mutlak semua pembaharuan (dalam agama).
Karena mungkin saja pembaharuan tersebut
terdapat landasan ushulnya dalam agama, atau
terdapat contoh furui’yah-nya, maka
diqiyaskanlah terhadapnya. Syeikh Zaruq berkata:
sebagai pertimbangannya adalah tiga hal berikut.

Risalah Ahlussunah Wal 7


1. Supaya diteliti perkara yang baru
tersebut. Jika di dalamnya terdapat
prinsip-prinsip syari’at dan ada landasan
asalnya, maka bukanlah bid’ah. Jika
berbagai aspeknya (hal baru tersebut)
tidaklah demikian, maka hal tersebut
adalah perkara bathil dan sesat. Dan jika
hal baru tersebut terjadi kesamaran
dalilnya, maka harus diteliti secara
seksama lalu diberi status sesuai dengan
unsur yang dominan di dalamnya.
2. Mempertimbangkan kaidah para imam
dan ulama terdahulu dari Ahlussunah
wal Jama’ah. Jika hal baru tersebut segala
aspeknya bertentangan maka ditolak. Dan
jika sesuai dengan landasan ushulnya,
maka hal baru tersebut bisa diterima. Jika
masih terjadi perselisihan antara mana yang
ushul dan yang furu’, maka dikembalikan
pada dalil ushul.
Ada kaidah bahwa :

ُ ‫ِبع و‬ َُ ‫ا َّن ام ي ع ِم ال ل ِبه ْن‬


‫م‬ ‫اَ صح لف ك‬ ‫َل الخ ف ال‬
‫عة‬ ‫َت‬
‫ْد‬ ْ‫َي و‬
‫ه‬ ‫ِب ن‬ ‫س‬
Risalah Ahlussunah Wal 5
‫ترك وْ ُه وام بكل وجه‬ ‫م ْذم وْ ما‪ .‬وَلا‬
‫يك وْ ن صح َان س َّنة والَ‬ ‫واضح َال ي‬

‫‪6‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


.‫محم وْ ًدا‬
Artinnya : Sesungguhnya suatu amalan yang
dipraktikkan oleh ulama’ salaf dan diikuti oleh
ulama khalaf tidak bisa disebut bid’ah dan tidak
bisa dikatakan terela. Dan setiap sesuatu yang
ditinggalkan oleh mereka dari berbagai jalan
yang jelas, tidak bisa disebut sunah dan tidak
bisa dikatakan terpuji.
Dan setiap suatu ajaran yang hukumnya
ditetapkan oleh ulama’ salaf akan tetapi
tidak pernah mereka praktikkan, maka
menurut Imam Malik : adalah bid’ah.
Karena mereka tidak meninggalkan
sesuatu kecuali adalah permasalahan
mengenai (amalan tersebut).
Menurut Imam Syafi’i tidak termasuk
bid’ah walaupun tidak dipraktikkan para
ulama’ salaf. Karena mungkin saja mereka
tidak mempraktikkannya karena ada
suatu udzur atau karena mereka
mengamalkan sesuatu yang lebih afdzal.
Para ulama juga berbeda pendapat
tentang amalan yang tidak ada dalil
sunahnya, akan tetapi tidak ada tasyabuh
di dalamnya. Maka Imam Malik berkata :
adalah bid’ah. Dan menurut Imam Syafi’i
tidak termasuk
Risalah Ahlussunah Wal 7
bid’ah, dengan bersandar pada Hadits

‫ما ترك ُته لك ْم فه َو ع ْف ٌو‬


Artinya : Apa yang Aku tinggalkan pada kalian
(tanpa penjelasan), maka hal tersebut sesuatu
yang dimaafkan.
Syeikh Zaruq berkata : berdasarkan prinsip
inilah para ulama berbeda pendapat.
(misalnya) dalam masalah membuat
kalangan (dzikir), dzikirdengansuara keras,
(dzikir) berjamaah, dan berdoa. Karena ada
beberapa hadits yang menganjurkannya,
tetapi tidak dipraktikkan oleh ulama’
salaf. Lalu, setiap orang yang menyetujui
(perbuatan-perbuatan tersebut) tidak bisa
dikatakan bid’ah bagi penentangnya. Sebab
hal itu adalah hasil ijtihad. Setiap orang
tidak bisa mengatakan bathil bagi orang
yang tidak mengikuti praktik-praktiknya.
Sebab kalau tidak, maka semua umat ini
akan saling membid’ahkan (satu dengan
yang lain).
Telah kita ketahui bahwa hukum Allah
yang dihasilkan dari ijtihad furu’iyah
adalah sama benarnya. Sedangkan
Rasulullah bersabda :

Risalah Ahlussunah Wal 7


‫ ب ِنى فى‬eَ‫ُ ي لَاَص ن ا ح ٌد اَ ْلع صر اال‬
‫ْي َر لِّ َي َة‬
‫قض‬
Artinya : Janganlah ada seorangpun yang
shalat ashar kecuali di Bani Quraidlah. (HR.
Bukhari)
Dan ternyata telah datang waktu ashar
ketika mereka di tengah perjalanan. Maka
sebagian sahabat berkata, Rasulullah
memerintah kita untuk bergegas dan
mereka shalat di jalan. Dan sebaian yang
lain berkata, Rasulullah memerintah kita
untuk menunaikan shalat di tempat (Bani
Quraidlah) sebagai mana bunyi hadist
tersebut. Lalu mereka mengakhirkan
shalat ashar. Dan ternyata Rasulullah
tidak mencela seorangpun di antara
mereka.
Hadits di atas menunjukkan atas
sahnya beribadah atas dasar tingkat
pemahamannya masing-masing. Selama
tidak atas dorongan hawa nafsu.
3. Hendaklah setiap perbuatan ditakar dengan
pertimbangan hukum. Yang perinciannya
ada enam, yaitu wajib, sunah, haram,
8 Risalah Ahlussunah Wal
makruh, khilaf aula, dan mubah. Setiap hal
yang termasuk dalam salah satu kategori

Risalah Ahlussunah Wal 9


hukum di atas, berarti bisa diidentifikasi
dengan status hukum tersebut, sementara
yang tidak bisa maka dianggap bid’ah. Dan
banyak ulama’ yang menggunakan metode
penetapan hukum menggunakan takaran
ini. Wallahu a’lam.
Syeikh Zaruq berkata bahwa bid’ah dibagi
menjadi tiga macam :
1. Bid’ah Sharihah
Yaitu setiap suatu amalan yang ditetapkan
tanpa landasan syar’i baik dari aspek wajib, sunah,
mubah, dan lainnya. Dan hal ini bisa
memadamkan sunah dan membathilkan yang haq.
Ini adalah seburuk-buruk bid’ah walaupun
misalnya, disandarkan kepada seribu dalil ushul
dan furu’, maka, hal ini tidak menjadi pertimbagan
sama sekali.
2. Bid’ah Idhafi
Bid’ah yang disandarkan pada praktik
tertentu walaupun terbebas dari unsur bid’ah,
maka tidak boleh memperdebatkan apakah
praktik tersebut tergolong sunah atau bukan
bid’ah.
3. Bid’ah Khilafi
Yaitu bid’ah yang memiliki dua sandaran

1 Risalah Ahlussunah Wal


utama yang sama-sama kuat argumentasinya. Jika
dilihat dari satu aspek tergolong bid’ah, tetapi
dari aspek yang lain tergolong kelompok sunah.
Sebagaimana contoh dalam hal ini membuat
kalangan dzikir dan dzikir berjamaah.
Berkata al-Alamah waliyudin al-Syabsyiri
dalam “Syarah al-Arba’in al-Nawawi”, menjelaskan
atas hadits Nabi s.a.w.

‫ح دَ ث ْو اَ ًثا َا َوى ًثا مح ْيه فع َنة ل‬ ‫من ا‬


‫َل ْع‬ ‫ِد‬ َ‫ح د‬ ِ ‫هلل‬
‫ا‬
Artinya : Barang siapa menciptakan perkara
baru (dalam agama) atau membantu orang lain
menciptakan hal baru, maka dia mendapatkan laknat
Allah. (HR. Bukhari)
Yang termasuk dalam kategori hadits
tersebut di atas adalah akad fasid, berhukum kepada
orang bodoh dan dzalim dan setiap sesuatu yang
tidak mencocoki syara’. Dan tidak termasuk dalam
kategori di atas adalah pembaharuan yang tidak
keluar dari dalil syara’, sebagaimana masalah
ijtihadiyah, di mana korelasinya dengan dalil
syara’ adalah dzan. Begitu juga menulis mushaf,
merumuskan madzhab-madzhab, menulis Ilmu

Risalah Ahlussunah Wal 1


Nahwu dan hisab. Oleh karena itu Syeikh Ibnu

1 Risalah Ahlussunah Wal


Abdussalam membagi bid’ah menjadi lima
kategori:
1. Bid’ah yang wajib
Seperti belajar Ilmu Nahwu, belajar ilmu
Ghorib al-Qur’an dan sunah yang bisa membantu
pemahaman agama.
2. Bid’ah yang Haram
Seperti Madzhab Qadariyah, Jabariyah,
dan Mujasimah.
3. Bid’ah yang Sunah
Seperti membangun pesantren dan
madrasah dan tiap-tiap hal baik yang belum
pernah ada di masa generasi awal.
4. Bid’ah yang Makruh
Menghiasi masjid secara berlebihan dan
menyobek-nyobek mushaf.
5. Bid’ah yang Mubah
Seperti berjabat tangan setelah shalat,dan
melonggarkan baju, dan lain-lain.
Begitu juga menggunakan alat tasbih,
melafadzkan niat shalat, tahlil bagi mayit, ziarah
kubur dan lain-lain bukan termasuk bid’ah.
Sedangkan pertunjukan pasar malam dan sepak
bola adalah sejelek-jelek bid’ah.

Risalah Ahlussunah Wal 1


PASAL II
• Masyarakat Nusantara yang
Berpegang pada Madzhab
Ahlussunah wal Jama’ah.
• Munculnya Berbagai Bid’ah di
Nusantara
• Macam-macam Ahli Bid’ah Masa
Kini

Umat Islam Nusantara pada mulanya


adalah satu madzhab, dan memiliki metode
pengambilan hukum yang sama. Dalam fiqih
mengambil Imam Syafi’i, dalam teologi mengambil
dari Imam Abu Hasan al-Asy’ari, dan dalam
Tashawuf mengambil Imam Ghazali dan Juned al-
Baghdadi.
Pada tahun 1330 H, muncul berbagai
aliran dan pendapat yang saling bertentangan.
Sebagian dari mereka terdapat kaum salaf yang
berpegang pada para ulama salaf dan menganut
madzhab yang jelas, memegangi kitab-kitab
mu’tabar, mencintai keluarga Nabi, para wali, dan
orang-orang shaleh dan meminta barakah kepada

1 Risalah Ahlussunah Wal


mereka baik ketika masih hidup ataupun setelah
meninggal, mengamalkan ziarah kubur, talqin
mayit, shadaqah kepada mayit, meyakini syafaat
Nabi, manfaat doa dan tawasul, dan lain-lain.
Ada juga yang mengikuti pemikiran
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridla dan
mengambil pembaharuan Muhammad bin Abdul
Wahab al-Najdi, Ahmad bin Taimiyah, Ibnu
Qayim al-Jauzi, dan Ibnu Abdul Hadi. Mereka
megharamkan yang disunahkan kaum muslimin,
yaitu perjalanan ziarah ke makam Nabi s.a.w. dan
selalu menyalahi pendapat kelompok lainnya.
Berkata Ibnu Taimiyah dalam “Fatawi”
bahwa orang yang ziarah ke makam Nabi dengan
meyakininya sebagai suatu ketaatan maka hal itu
adalah haram secara pasti.
Berkata Syeikh Muhammad Bahith al-
Hanafi al-Muthi’i dalam kitab “Tathhir al-Fu’ad
min danas al-I’tiqad”, bahwa kelompok ini telah
banyak menguji kaum muslimin baik salaf
maupun khalaf dengan banyak fitnah, mereka
sebenarnya aib dalam Islam, dan sebagai organ
Islam yang rusak dan harus diamputasi, mereka
bagaikan orang yang terjangkit penyakit lepra
yang harus dijauhi, mereka adalah kaum yang
mempermainkan agama. Mereka menghina para
ulama salaf dan khalaf,

Risalah Ahlussunah Wal 1


bahwa, menurut mereka, para ulama tersebut
bukanlah orang yang maksum sehingga tidak
patut diikuti. Baik yang hidup maupun yang mati.
Mereka mencederai kehormatan ulama
dan menyebarkan faham yang membingungkan
di hadapan orang-orang bodoh dengan tujuan
membutakannya dan agar menimbulkan kerusakan
di muka bumi. Mereka berkata dusta kepada Allah
dan mengira telah melakukakan amar makruf
nahi munkar. Padahal Allah menyaksikan mereka
sebagai pembohong. Dan menurut saya mereka
adalah ahli bid’ah dan mengikuti hawa nafsu.
Berkata Qadli Iyad dalam “al-Syifa”,
mayoritas mereka melakukan kerusakan dalam
hal agama, tetapi terkadang juga dalam hal
keduniaan dengan menciptakan konflik pemikiran
yang sebenarnya untuk tujuan kekayaan belaka.
Berkata al-Alamah Mula Ali al-Qari
dalam “Syarah”-nya, bahwa karena alasan seperti
inilah Allah s.w.t. mengharamkan khamr dan judi,
sebagaimana dalam firman-Nya :

َ‫ي وْ ِقع طان اَن َنكم ب يْ َة َو د‬ ‫ا َّنما الش يْ ير يْ ُد‬


‫الع‬
‫فى الخمر ْيسر و ْالم‬ ‫اء ض‬
1 Risalah Ahlussunah Wal
‫ْغ و ْالب‬
Artinya : Sesungguhnya syetan itu bermaksud

Risalah Ahlussunah Wal 1


hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi.
(QS. Al-Ma’idah : 91)
Ada juga kelompok Rafidzah yang selalu
mencela Abu Bakar dan Umar r.a. dan lainnya.
Tetapi fanatik kepada sahabat Ali bin Abi Thalib
dan Ahli Bayt r.a. Berkata Sayid Muhammad
dalam kitab “Syarah Qamus”, bahwa sebagian
kaum Rafidzah ada yang menjadi kafir, semoga
Allah menjauhkan kita darinya.
Berkata Qadli Iyadh dalam kitab “Syifa”,
bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫رضي هلال ع ْنه قال‬ ‫مغ َّفل‬ ‫ع بْ ِد عن هلل‬


‫ا بن‬
‫له‬ ‫ قال ْول‬:
: ‫ا صلى هلال عليه وسلم‬ ‫رس‬
‫ لَا‬،‫صحابى‬eَ‫ت َّتخ ُذ وْ ه ْم غرضا فى ا‬ ‫هلال هلال‬
‫ ومن َّبه ْم ف ِبح‬،‫ح َّبه ْم‬eَ‫ا‬ ‫ من‬،‫ب ْع ِدى‬

‫ّبى فمن َاح‬


1 Risalah Ahlussunah Wal
‫ْم‪ ،‬ومن اَ‪َ e‬ذاه ْم ف ِب بُ ْغضي اَ‪ْ e‬بغضه‬ ‫ْم ْبغضه ا‬
‫ِني ف َق ْد اَ‪َ e‬ذى هلالُ‪ e‬ومن ف َق ْد اَ َذا ِني ومن َا َذا‬
‫ياءخ َذُه‪ .‬ي وْ شك اَن‬ ‫َذى اَ هل‬
‫ل‬
‫ا‬
‫‪Artinya : Takutlah kepada Allah (untuk‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


mencela) para sahabatku, janganlah kalian mencela
sahabatku sepeninggalku. Barang siapa mencintai
mereka maka aku mencintainya dengan sepenuh
cintaku, barangsiapa membenci mereka maka aku
akan membencinya dengan kebencianku. Barang siapa
mencela mereka, sama dengan mencelaku. Barang siapa
mencelaku sama dengan mencela Allah. Barang siapa
mencela Allah maka Allah akan menyiksanya. (HR.
Tirmidzi, Ahmad).
Rasulullah juga bersabda :

‫ْم س ْيه فع َنة ل‬ ‫ ْوا بُّ تس ِبي‬eَ‫ال ا‬


‫َل ْع‬ ‫صحا‬
‫ّبه فمن‬
‫اَ وال ْين جمع َب ي ْق ل هلال‬ َ‫ِئكة و ْالمال‬ ‫هلل‬
‫وال‬ ‫ا‬
‫ّناس‬
.‫م ْنه والَ صر ًفا ع ْداًل‬
Artinya : Jangan kalian mencela para
sahabatku, barang siapa mencelanya maka baginya
laknat Allah, para Malaikat dan segenap manusia, dan
Allah tidak akan menerima amal kebaikannya.
2 Risalah Ahlussunah Wal
‫‪Rasulullah juga bersabda:‬‬

‫ق وْ ج م فى‬ ‫ِبي ِا َّنه ف س َي‬ ‫ْوا َا َال تس‬


‫ْيئ‬ ‫صحا‬
‫بّ‬
‫أخر الزمان ْو ن ا صحابى ت فالَ ْوا‬
‫صلُّ‬ ‫يس‬

‫بّ‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫وال‬ ‫ْي ع ه ْم ولَا ت ْوا ْم معه وال ْو ت ه ْم‬
‫َناكح‬ ُّ‫صل‬ ‫َل‬
‫تجالس وْ و ِا ه ْم ن مر ض وْ ا فال ْو ُد وْ ه ْم‬
‫تع‬
Artinya : Janganlah kalian menghina para
sahabatku. Sesungguhnya Akan ada di akhir zaman
orang-orang yang suka mencela para sahabatku. Jangan
kalian menshalati mereka ketika mati, jangan shalat
bersama mereka, jangan menikahkan anak-anak kalian
dengan anak mereka, dan jangan duduk bersama
mereka, dan jika mereka sakit janganlah kalian
menjenguknya.
Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫ى فاض ر بُ وْ ُه‬e ‫صحاب‬ ‫ب اَ من‬e ‫س‬


Artinya : Barang siapa mencaci sahabatku
maka pukullah dia.
Nabi s.a.w. memberitahukan bahwa
menyakiti para sahabat adalah sama halnya dengan
menyakiti Nabi itu sendiri. Dan menyakiti Nabi
adalah haram hukumnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda :

2 Risalah Ahlussunah Wal


‫ومن اَ َذا ه ْم ْد ف‬ ‫ِبى‬ ‫ فى‬eَ‫ا‬ ‫ال وْ ُذ‬
‫َق‬ ْ‫َذان اَ ؤ‬
‫صحا‬
‫ت‬
ْ
‫ى‬
Artinya : Janganlah kalin menyakiti aku

Risalah Ahlussunah Wal 2


(dengan) mencaci sahabatku, barang siapa menyakiti
mereka sama dengan menyakiti aku.
Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫ى فى عائسة‬ ْ‫ال ِن و‬
ْ‫ُذ ت ؤ‬
Artinya : Janganlah kalian menyakiti aku
dengan menyakiti A’isyah.

‫بضعة م ِّنى ِن ى ِذ يْ ما ذأ اها‬


ْ‫ي ؤ‬
Artinya : (Fathimah ) adalah darah dagingku,
siapapun yang menyakitinya sama dengan menyakitiku.
Ada juga kelompok Ibahiyun yang
mengatakan bahwa : jika seorang hamba telah
mencapai puncak mahabbah, telah bersih hatinya
dari sifat ghaflah (lalai), dan memilih keimanan
atas kekafiran, maka ia telah terbebas dari semua
perintah dan larangan dalam agama. Dan Allah
tidak akan memasukkannya ke dalam neraka
karena melakukan dosa besar. Sebagian yang
berkata : bahwa orang (sebagaimana di atas) telah
terbebas dari kewajiban ibadah dzahirah, tetapi
bentuk ibadahnya adalah tafakur dan
memperbaiki akhlaq bathin. Berkata Sayid
2 Risalah Ahlussunah Wal
Muhammad dalam “Syarh Ihya”, bahwa keyakinan
seperti ini adalah kufur, zindiq, dan sesat.
Kelompok ini telah ada sejak dahulu, mereka
adalah orang bodoh dan sesat

Risalah Ahlussunah Wal 2


dan tidak memiliki pemimpin yang cukup ilmu
agamanya.
Ada juga kelompok yang meyakini
reinkarnasi dan bahwa sengsara dan nikmat
adalah tergantung pada bersih dan tidaknya jasad
seseorang. Berkata Syihab al-Khafaji dalam “Syarah
Syifa” bahwa golongan ini telah dikafirkan oleh
para ulama karena mereka telah berbohong kepada
Allah, Rasul, dan Kitabnya.
Ada juga kelompok yang berpendapat
dengan khulul dan Ittihad. Mereka adalah orang-
orang bodoh yang mengaku-ngaku sebagai shufi.
Mereka berkata : bahwa Allah adalah wujud yang
mutlak, dan yang lain pada dasarnya tidak ada.
Bahkan dikatakan “manusia adalah makhluk
yang wujud.” Itu artinya wujud manusia adalah
bergantung pada wujud mutlak yaitu Allah.
Berkata al-Alamah Amir dalam “Hasyiah
Abdussalam”, bahwa hal ini adalah kekafiran yang
nyata. Dan tidak ada konsep hulul dan Ittihad
sekalipun ada sebagian ulama yang mengalaminya
sebagaimana yang terjadi dalam konsep wahdatul
wujud yang mengatakan “tidak ada dalam jubah
kecuali Allah”, dimaksudkan sebagai tidak ada
dalam jubah bahkan seluruh alam raya kecuali
Allah (saja yang wujud).

2 Risalah Ahlussunah Wal


Dalam kitab “Lawaqih al-Anwar” ada
dikatakan : bahwa kesempurnaan ma’rifat adalah
mengetahui sifat kehambaan dan sifat ke-
Tuhanan. Karena seseorang yang tidak mengakui
wujud hamba adalah bukan termasuk ahli
ma’rifat. Tetapi kondisi yang ia alami hanyalah
kondisi “ketidaksadaran” yang tidak bisa diikuti.
Maka jelaslah bahwa yang dimaksud
dengan Wahdatul wujud dan Ittihad menurut
golongan tersebut bukanlah sebagaimana yang
tampak. Akan tetapi sesungguhnya mereka adalah
penyembah berhala, dengan berkata : “tiadalah
kami menyembahnya kecuali supaya dekat kepada
Allah sedekat-dekatnya”. Hanya saja meereka
tidak mengatakan sesembahannya sebagai berhala.
Lalu bagaimana mungkin mereka dikatakan ahli
ma’rifat.
Sesungguhnya menfokuskan pem-bahasan
terhadap kelompok ini adalah karena bahaya
mereka terhadap umat Islam lebih besar daripada
kelompok kafir dan ahli bid’ah lainnya. Karena
juga umat Islam yang awam banyak
mengagungkan mereka dan mengikuti
dakwahnya.
Al-Ashmu’i meriwayatkan dari al-Khalil
dari Abi Amr bin al-‘Ala’ ia berkata: bahwa
kebanyakan orang Iraq yang zindik adalah

Risalah Ahlussunah Wal 2


kebodohan mereka terhadap bahasa Arab. Mereka
dengan keyakinannya tentang hulul dan Ittihad
adalah kafir.
Qadli Iyadh dalam “al-Syifa” berkata :
bahwa setiap ungkapan yang jelas-jelas menafikan
sifat ketuhanan dan keesaan, adalah kafir.
Sebagaimana ungkapan kaum Dahriyah, Majusi,
dan orang-orang yang menyukutukan Allah
dengan menyembah berhala, malaikat, syetan,
matahari, bintang, api, dan atau seseorang selain
Allah. Begitu juga halnya dengan faham hulul dan
reinkarnasi, dan juga orang yang mengesakan
Allah tetapi menganggapnya sebagai tidak maha
hidup dan tidak azali, baru dan berbentuk fisik,
atau menuduh Allah beranak dan beristri, dan juga
diperanakkan, memiliki rekanan pada masa azali,
atau mengatur alam semesta bersama sekutunya.
Semua yang tersebut di atas adalah kufur secara
ijma’.
Begitu juga (kafir) orang yang me-ngaku
telah duduk bersama Allah, dan mi’raj kepadanya,
berdialog dengannya atau Allah telah masuk ke
jasad seseorang, sebagai dikatakan kelompok yang
mengaku-ngaku tashawuf, kelompok Kebatinan
dan kalangan Nashrani. Begitu juga kami pastikan
kekafirannya atas orang yang mengatakan
langgengnya alam semesta, mengakui reinkarnasi,

2 Risalah Ahlussunah Wal


dan juga orang yang mengakui ketuhanan tetapi
mengingkari kenabian secara umum ataupun
mengingkari Nabi kita Muhammad s.a.w.
dan begitu juga (kafir hukumnya) orang yang
mengatakan bahwa Nabi kita bukanlah Nabi yang
diutus di Mekkah dulu. Dan juga orang yang
mengakui kenabian seseorang bersamaan dengan
kenabian Muhammad s.a.w. atau setelahnya. Dan
juga orang yang mengaku-ngaku sebagai nabi.
Juga (kafir hukumnya) pengakuan orang-orang
ekstrim dari kalangan ahli tasawuf bahwa dia
mendapatkan wahyu walaupun tidak mengaku
sebagai nabi.
Dikatakan dalam kitab “al-Anwar”
bahwa dipastikan atas kekafirannya orang
yang mengeluarkan ungkapan-ungkapan
yang menyesatkan umat, dan juga orang yang
mengkafirkan para sahabat. Dan juga orang yang
melakukan pekerjaan yang tidak dilakukan kecuali
oleh orang-orang kafir, seperti sujud kepada salib
dan api, berjalan kegereja bersama jamaah gereja,
memakai baju pastur dan lain-lain. Begitu juga
orang yang mengingkari keberadaan Mekkah,
Ka’bah, dan Masjidil Haram.

Risalah Ahlussunah Wal 2


PASAL III
• Khithah Kaum Salaf Shaleh
• Penjelasan Tentang Sawadul
A’dzam di Masa Sekarang
• Pentingnya Menganut Salah Satu
Empat Madzhab

Apabila anda memahami semua yang


telah disebutkan di atas, bahwa kebenaran adalah
apa yang dipegang kaum salaf shaleh, merekalah
yang disebut sawadul a’dzam. Mereka mengikuti
ulama Mekkah dan Madinah dan ulama’ al-Azhar
yang menjadi panutan golongan ahli haq. Jumlah
mereka banyak dan tak terhitung, sebagaimana
banyaknya bintang di langit dan tersebar di
seluruh dunia.
Rasulullah s.a.w. bersabda :
،‫و َي ُد ضالَ َلة‬ ‫ع َلى‬ ‫َيجمع لَا ِتى اُم‬ ‫ان‬
‫لهل‬
‫ا‬
‫ ا َلى‬.‫النار‬ ‫ من ش َّذ ش َّذ‬، ‫ة‬ ‫الجماع‬ ‫هلل‬
3 Risalah Ahlussunah Wal
‫ا ع َلى‬
)‫(رواه الترمذى‬

Risalah Ahlussunah Wal 3


Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan
mengumpulkan umatku atas kesesatan, pertolongan
Allah akan diberikan kepada jamaah, dan orang keluar
dari jamaah maka akan berada dalam neraka seorang diri.
(HR. Tirmidzi)
Ibnu Majah menambahi redaksi Hadits

،‫لاا َع ظ ِم‬ ‫و َقع ف ِا َذا اال خ ِتال ْي ف بال ك ِد‬


‫س‬ ‫فع َل‬

‫وّ ا‬
.‫مع الحق وا هِله‬
Artinya : Jika terjadi perbedaan pendapat,
hendaklah kalian berpegang kepada al-sawadul a’dzam
bersama-sama faham yang benar dan para penngikutnya.
Dalam redaksi kitab “Jami’ Shaghir” di-
sebutkan

‫ع َلى‬ .‫ة‬
‫ن َتمع تج‬eَ‫ر ِتى اُم ا‬e‫ج�ا‬eَ‫ا‬ ‫َ ْد‬
‫ق‬
‫هلل‬
‫ا‬
3 Risalah Ahlussunah Wal
‫ا‬ ‫ن‬ ‫َضلَا َل‬
Artinya : Sesungguhnya Allah telah
melindungi umatku untuk berkumpul atas kesesatan.
(HR. Ibnu Abi Ashim)
Mayoritas para ulama adalah pengikut
madzhab empat. Maka Imam Bukhari adalah
bermadzhab Syafi’i, beliau mengambil hadits dari
al-Khumaidi, al-Za’farani, dan al-Karabisi. Begitu

Risalah Ahlussunah Wal 3


juga Ibnu Khuzaimah dan al-Nisa’i. sedangkan
Imam Junaid al-Baghdadi bermadzhab Sufyan
Tsauri, Imam al-Syibli bermadzhab Maliki, Imam
al-Muhasibi bermadzhab Syafi’i, Imam al-Jariri
bermadzhab Hanafi, Syeikh Abdul Qadir al-Jailani
bermadzhab Hanbali, dan al-Syadili bermadzhab
Maliki.
Jadi bertaqlid pada salah satu madzhab
tertentu menjamin pada hakikat kebenaran, dan
lebih dekat pada ketelitian, dan lebih mudah
mendapatkan ajaran. Inilah yang telah dianut oleh
para ulama salaf shaleh r.a..
Maka kami anjurkan bagi saudara kami
umat Islam yang awam, supaya bertaqwa kepada
Allah dengan sungguh-sungguh dan tidak mati
kecuali dalam Islam. Hendaklan menjalin tali
persaudaraan di antara mereka, terus menyambung
silaturrahim, berbuat baik kepada tetangga, kerabat
maupun saudara. Menghormati yang lebih tua dan
menyayangi yang muda. Kami melarang mereka
untuk saling bermusuhan, terpecah belah. Kami
anjurkan mereka untuk menjalin tali persaudaraan,
tolong menolong dalam kebaikan, dan berpegang
dengan tali Allah dan tidak terpisah-pisah,
mengikuti al-Kitab dan al-Sunah sebagaimana
para ulama’. Seperti Imam Hanafi, Imam Malik,
Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Mereka

3 Risalah Ahlussunah Wal


adalah para ulama’ yang bersepakat untuk tidak
keluar dari ajaran madzhab mereka. Jikalau ada
yang keluar dari jamaah ini maka Rasulullah telah
bersabda : ”barang siapa keluar dari jamaah, maka
neraka.” dalam sendirian akan (‫ار‬ َّ ‫من شذَّ شذَّ ِا َلى‬
ِ ‫الن‬ ْ َ)
dan supaya selalu dalam jamaah yang mengikuti
jalannya para salaf shaleh.
Rasulallah s.a.w. bersabda :

‫ َال ى سمع‬،‫بهن‬ ‫بخم ِن س‬ ‫ َنا‬eَ‫مأ رك ْم ا‬


‫هلل‬ ‫اَمر‬
‫ُا‬
‫ ف ِان‬،‫و ْالجماعة‬ ‫والطاعة و ْالج و ْاله اده َة‬
‫جر‬
‫قُ يْ دَ الجماعة ش ْبر خ َلع ف َق ْد َقة ر‬ ‫من فارق‬
ْ‫ب‬
.‫ِم عن ع ُن ِقه‬
‫ا‬
َ‫ِلسال‬
Risalah Ahlussunah Wal 3
Artinya : Aku perintahkan kalian
melakuukan lima hal yang telah diperintahkan oleh
Allah kepadaku: mendengarkan dan mengikuti
pemimpin, berjihad, hijrah, dan berada dalam jalan
jamaah. Barang siapa yang memisahkan diri dari
jamaah meskipun sedikit, berarti ia telah melepaskan
ikatan islam dari lehernya.
Umar bin al-Khathab berkata :

‫ ف ِان‬،‫و ْالف ر َقة‬ ‫ْم‬ ‫لج ماعة‬eْ‫با‬ ‫ْي ع ك ْم‬


‫َل‬
‫ّياك و ِا‬

3 Risalah Ahlussunah Wal


‫َن ْين مع‬ ‫ وه َو مع‬،‫الواح ِد‬ ‫ا طان‬
‫ا‬ ْ‫لش ي‬
‫ِلس‬
‫ليالَزم‬eْ‫فا‬ ‫الج َّنة بح بُ وْ َبة‬ ‫راد‬eَ‫ا‬ ‫ومن‬ ‫ َا ْبع‬،‫ُد‬
.‫الجماعة‬
Artinya : Tetaplah dalam jamaah, jauilah
perpecahan, sesungguhnya syetan itu bersama orang
yang bersendiri, dan syetan akan lebih jauh karena
berdua, barang siapa yang menginginkan surga
hendaklah selalu dalam jamaah.

Risalah Ahlussunah Wal 3


PASAL IV
Wajib Taqlid Bagi Orang yang Tidak
Mampu Ijtihad

Menurut para ulama’, setiap orang yang


tidak mampu berijtihad wajib mengikuti pendapat
ulama’ ahli ijtihad. Hal ini wajib dilakukan
sekalipun mereka mampu mempelajari sejumlah
ilmu yang menjadi instrumen ijtihad. Dengan
mengikuti pendapat salah seorang imam mujtahid,
mereka akan terbebas dari hukum taklif. Hal ini
sesuai firman Allah :

‫ْوا َاه فاسأَلُ الذك ل ر ان َال ُت م ك َل م وْ ن‬


ْ
‫ْن ت ْع‬
Artinya : Maka bertanyalah kepada orang yang
memiliki pengetahuan jika kalian tidak mengetahui. (QS.
al-Nahl : 43)
Maka wajiblah bertanya bagi orang yang
tidak mengetahui, dan hal yang demikian ini disebut
taqlid kepada orang alim. Ayat di atas adalah
umum bagi setiap orang, sehingga perintahnyapun
umum pula, yakni setiap hal yang belum diketahui.

3 Risalah Ahlussunah Wal


Sesungguhnya orang awam pada generasi
sahabat dan tabi’in selalu meminta fatwa kepada
para ulama’ (dari kalangan sahabat) tentang
permasalahan agama. Dan para ulama’ akan
segera merespon pertanyaan-pertanyaan tersebut
tanpa harus menjelaskan secara detail dalil-
dalilnya.
Kondisi yang demikian tidak pernah
dilarang oleh para sahabat, sehingga terjadilah
ijma’ bahwa orang awam harus mengikuti para
ulama’. Karena pemahaman orang awam atas al-
Kitab dan al-Sunah tidak bisa dijadikan pijakan
jika tidak mencocoki pemahaman para ulama’.
Karena banyak juga para ahli bid’ah yang sesat
mendasarkan pemahamannya terhadap al-Kitab
dan al-Sunah, tetapi mereka tidak mendapat
kebenaran sama sekali.
Orang awam tidak harus selalu mengikuti
madzhab tertentu pada tiap kondisi yang dia
jalani. Seperti orang yang mengikuti madzhab
Syafi’i, tidak harus baginya mengikuti secara terus
menerus, tetapi dibolehkan berpindah ke
madzhab yang lain.
Orang awam yang tidak memiliki
kemampuan nalar, tidak pernah membaca kitab
tentang cabang-cabang masalah (fiqhiyah), maka
pengakuan bermadzhabnya tidak bisa dijadikan

Risalah Ahlussunah Wal 3


dalil (untuk ia menghukumi suatu masalah).
Telah ada yang mengatakan bahwa : orang
awam yang mengikuti suatu madzhab maka wajib
ia mengikutinya secara terus menerus, karena
itulah cara yang benar. Dan bagi orang yang taqlid
dibolehkan mengikuti madzhab yang lain. seperti
ia taqlid kepada seorang imam dalam shalat
dzuhur lalu taqlid kepada imam yang lain dalam
shalat ashar. Jika seorang Madzhab Syafi’i mengira
bahwa shalatnya sah dalam madzhab tersebut,
lalu setelah shalat ternyata tidak sah menerut
Madzhab Syafi’i, tetapi sah menurut Madzhab
yang lain, maka dia boleh berpindah madzhab dan
shalatnya tetap menjadi sah.

4 Risalah Ahlussunah Wal


PASAL V
• Berhati-hati Dalam Mengambil
Ilmu Agama
• Berhati-hati Terhadap Fitnah Ahli
Bid’ah & Orang-orang Munafiq
• Serta Para Imam yang
Menyesatkan

Suatu keharusan berhati-hati dalam


mencari ilmu, dan tidak mengambilnya dari orang
yang bukan ahlinya.
Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dari Imam
Malik r.a.

‫لا ِب دَ ع عن اَهل وال ْ هل تحم‬ ‫الع ْ مل‬ ‫لَا تحمل‬


‫ي ْعرف َل ب وال عمن يك ِذب‬ ‫عمن ل ْم‬
‫بالط‬
‫و ِان كان س ال ِذب فى يك‬ ‫لا َّنا ث‬ ‫ح ِد يْ فى‬
.‫سلَّ و ِم‬ ‫ع َل ْيه‬ ‫هلال صل َّى‬
Risalah Ahlussunah Wal 4
‫هلل‬ ْ ‫ْيث ح‬
‫ا‬ ‫ِد و ل‬
‫ر‬
‫س‬

4 Risalah Ahlussunah Wal


Artinya : Janganlah kamu menuntut ilmu dari
orang ahli bid’ah, maupun dari orang yang tidak selektif
mendapatkannya, jangan pula menuntut ilmu dari orang
yang berbohong sekalipun tidak sampai mendustakan
hadits Rasulallah s.a.w.
Ibnu Sirin meriwayatkan bahwa :

‫تاء ْون خ‬ ‫عمن‬ ‫افن ظر وْ ا‬ ،‫د ْين‬ ‫ْ مل هذ ْالع‬


‫ُذ‬
.‫د يْ َنك ْم‬
Artinya : Ilmu itu sebenarnya adalah agama,
lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.
Imam Dailami meriwayatkan dari Ibnu
Umar Bahwa :

‫عمن‬ ‫ ْوا فانظر‬،‫ د ْين‬،‫والصالَُة د ْين‬ ‫ْل اَ ع ْ مل‬


‫ْون ِه‬ ‫ وك ْيف هذ ْالع‬، ‫ْ مل‬ ‫خ‬eْ‫ْون ُذ تأ‬
‫هذ‬
،‫فالَ الق َيامة‬ ُ‫ِا َّن ف ك ْم ْون ي وْ م تسأَل‬،‫ِة‬
‫ا‬
‫لصلَا‬
Risalah Ahlussunah Wal 4
‫ن يك وْ ن‬eَ‫با‬ ‫اَهلِ َي ُته عمن تح َّق َقت‬ ُ‫ّ تر وُ وْ ه‬e‫ا َال‬
‫الع ُد وْ من ِق ِن ْي ن الث َقات الم ْت ل‬
Artinya : Ilmu itu sebenarnya adalah agama,
shalat juga pada hakikatnya adalah agama, perhatikan
dari siapa kalian memperoleh ilmu itu, dan bagaimana

4 Risalah Ahlussunah Wal


kalian menunaikan shalat, karena kelak kalian akan
ditanya (tentang semua itu), janganlah menimba ilmu
kecuali dari ahlinya, yakni seorang yang adil dan tsiqah
dan bertaqwa kepada Allah.
Imam Muslim telah meriwayatkan dalam
kitab “Shahih”, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫م ِتى ك وْ ن اُ َناس َنا ُث وْ ِّد ك ْم‬eُ‫فى أخر ا‬ ‫س َي‬


‫يح‬
.‫والَ َا َبا ؤُ َا ْن ُت ْم تسمع وْ اَّيا ك ْم فَّيا ْم و ِا ه ْم‬ ‫ْم ما‬
‫ك‬
Artinya : Akan ada pada generasi akhir umatku
orang-orang yang menceritakan sesuatu kepada kalian
tentang sesuatu yang tidak pernah kalian dengar begitu
juga orang-orang tua kalian, berhati-hatilah kalian dan
waspadalah.
Dalam “Shahih”nya Imam Muslim
juga meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dari
Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫ وْ ن‬eُ‫ك َّذاب وْ ن دجال‬ ‫فى أخر الز مان‬ ‫ْون يك‬


‫من َال حا ِد ْي بما ل ْم ث ُت ْم وْ ا اَ ْن‬
Risalah Ahlussunah Wal 4
‫َنك ْم ُت وْ يأ‬
‫ْم وَال وْ َنك‬ ‫َبا ؤُ والَ اَ َّيا ك ْم ف َّيا ْم و ِا ه ْم يلَا‬
‫ضلُ‬ ‫ك‬ ‫ِا‬
‫ي ْف ِت ُن وْ َنك ْم‬

‫‪4‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


Artinya : Pada akhir zaman nanti akan ada
dajjal-dajjal tukang bohong mereka memberi tahu
kalian tentang sesuatu yang tidak pernah kalian dan
orang tua kalian dengar, berhati-hatilah dan
waspadailah, jangan sampai mereka menyesatkan dan
menfitnah kalian.
Disebutkan dalam “Shahih” Muslim dari
Amr bin al-‘Ash r.a. ia berkata :

‫ْو َث َقها وْ َنة اَ مسج‬ ‫فى لا َبحر ان ْين ش‬


‫َياط‬
‫لا َّناس ع َلى‬ ‫ن س َل ْيمان تخرجْق رأ‬eَ‫ك ا‬e ‫ي وْ ش‬
‫ف َت‬
‫ُقرأنا‬
Artinyan : Sungguh dalam lautan terdapat
syetan yang dipenjarakan oleh Nabi Sulaiman, mereka
hampir saja bebas lalu akan membacakan al-Qur’an
(palsu) kepada manusia.
Imam Nawawi menjelaskan, bahwa
yang dimaksud adalah bukan al-Qur’an yang
sesungguhnya, dikatakan sebagai al-Qur’an untuk
menipu orang-orang awam.
Imam al-Thabrani meriwayatkan dari Abu
Darda’ bahwa :

Risalah Ahlussunah Wal 4


‫ما ا خ�ا‪e‬ف اُ‪ e‬ع َلى م ِتى ِئمة لَا‬ ‫اَ‪e‬خ�و‪e‬ف ان‬
‫المضلّ‪ e‬وْ ن‬

‫‪4‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


Artinya : Sesungguhnya yang paling aku
khawatirkan terhadap umatku adalah keberadaan
pemimpin yang menyesatkan.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar
r.a. bahwa :

‫ ع َلى كل م ِتى ِفق م‬eُ‫ ان خ َوف ما ا خاف ا‬eَ‫ا‬


‫َنا‬
‫ّسان‬eِ‫عِل يْ ِم ا ل‬
Artinya : Sesungguhnya yang paling aku
khawatirkan terhadap umatku adalah keberadaan orang-
orang munafik yang fasih lidahnya.
Al-Munawi berkata, “begitu banyak orang
yang fasih lidahnya, tetapi kosong hati dan
amalnya. Ia menukil secuil ilmu untuk mencari
sesuap nasi, bahkan jadikan untuk kesombongan,
dia mengajak manusia menuju Allah, tetapi ia
sendiri berpaling dariNya.
Imam al-Tabrani meriwayatkan dari Ali bin
Abi Thalib r.a. bahwa : “sesungguhnya aku tidak
mengkhawatirkan umatku yang mukmin atau
musyrik, adapun yang mukmin akan dilindungi
oleh imannya, sementara yang musyrik akan
dikendalikan oleh kekafirannya. tetapi yang aku
khawatirkan adalah orang-orang munafik yang
fasih lidahnya, dia akan berbicara yang sesuai apa
Risalah Ahlussunah Wal 4
yang kalian ketahui, tetapi melakukan perbuatan
yang kalian ingkari.”
Ziyad bin Hudair berkata : “umar berkata
kepadaku, ‘tahukah kamu apa yang menyebabkan
Islam hancur ?’ aku menjawab, tidak. Umar berkata,
yang menghancurkan islam adalah kesalahan orang
alim, perdebatan orang-orang munafik, dan
hukum dari pemimpin yang menyesatkan.

5 Risalah Ahlussunah Wal


PASAL VI
• Hadits dan atsar dicabutnya ilmu,
dan mewabahnya kebodohan, dan
• Peringatan Nabi, bahwa akhir
zaman adalah banyak kejelekan,
Mengenai umatnya yang akan
mengikuti bid’ah.
• Keberadaan agama yang hanya
dipegang oleh segelintir orang

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam “Fath al-


Bari” berkata : Allah akan mewafatkan para ulama’
dan mengambil ilmu bersamanya, lalu akan terjadi
peristiwa di mana sebagian orang menyerang
sebagian yang lainnya, dan para sesepuh hanyalah
orang yang lemah di antara mereka.
Abu Umamah r.a. meriwayatkan, bahwa
ketika haji wada’ Rasulullah berdiri di atas unta
berwarna kecoklatan lalu bersabda :

‫نَبض‬eَ‫ل ا‬ ْ‫ْل ِم من ق ب‬ ‫ع‬ ‫ه الناس ْوا خ ُذ‬


‫ي ْق‬
‫ال‬
Risalah Ahlussunah Wal 5
‫ُّي ي َا‬

5 Risalah Ahlussunah Wal


‫ذهاب‬ ‫ َاَل‬،‫ن ض‬eَ‫من لاا َر ير َفع ا‬ ‫ن‬eَ‫ْب و ل ا‬
‫َق‬
‫ ف َقال‬: ‫ه أَعرابي‬ ،‫ َل حم َل ِته‬eَ‫فسأ‬ ‫ِم الع ْل ذهاب‬
‫ع ْ مل م‬e‫ال‬e ‫؟ و َب ْين‬ ‫ير َفع ك ْيف‬ ‫ْول يارس هل‬
‫ل‬
،‫ّنا‬ ‫ا‬
‫بحرف‬ ‫َنا الم اَظهر ْم ي َت صاحفْوا علَّقُ م ْنها‬
‫و َل‬
‫ ف ْيما جاءه ْم هب‬.‫َا ْن ِب َياؤه ْم‬
Artinya : Wahai sekalian manusia, belajarlah
sebelum ilmu itu dicabut dari bumi, ingatlah
hilangnya ilmu adalah bersamaan dengan wafatnya
ulama. Lalu ada seorang Baduwi bertanya, ya Rasul
bagaimana bisa ilmu dicabut dari kita, sedangkan di
antara kita terdapat mushaf yang tidak pernah berubah
sedikitpun semenjak ditrunkan kepada para nabi ?
Ibnu Mas’ud berkata : umat ini akan selalu
dalam kebaikan selama masih berpegang pada
ajaran para sahabat, dan jika mereka berpegang
kepada orang-orang bodoh, dan terpecah belah,

Risalah Ahlussunah Wal 5


maka akan binasa.
Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab
“Shahih” dari Abu Hurairah dari Rasulullah s.a.w.
beliau bersabda :

‫بأخ ِذ‬ ‫الساعة ح َّتى تأ خ َذ ِتى اُم‬ ُ‫ال ْوم تق‬

5 Risalah Ahlussunah Wal


،‫راع‬ ‫راعا ب ِذ‬ ‫الق ر وْ نَلها ق بْ ش ْبرا ْبر و ِذ‬
‫بش‬
‫ س والر ف َقال‬،‫ْو ِم ؟‬ ‫يا رس وْ ف ِق ْيل‬
‫هلل‬
‫ا ك َفار ل‬
.‫ ه ْم ؟‬eَ‫ومن الناس اال‬
Artinya : Kiamat tidak akan terjadi hingga
umatku mengikuti perilaku umat sebelumnya sedikit
demi sedikit, lalu Rasul ditanya, apakah seperti orang
Persia dan Rumawi ?, Rasul menjawab, siapa lagi
kalau bukan mereka?.
Diriwayatkan dari Abi Sa’id al-Khudri dari
Nabi s.a.w. beliau bersabda :

‫ش ْبرا‬ ‫من كان ش ْبرا َلك ْم ق‬ ‫َبعن ل َت ْت س َنن‬


‫و ِذراعا ذراعا ح َّتى ل وْ ْوا فى دخُل حجر‬
‫ُتم وْ ه ْم ضب ت ِب ْع َنا ْل يار ْول ْل َي ُد ه‬
ْ‫ا و‬ ‫لهل‬ ‫ق‬
‫اس‬
Risalah Ahlussunah Wal 5
‫والنصارى قال فمن ؟‬
Artinya : Niscaya kalian akan mengikuti sedikit
demi sedikit kebiasaan umat sebelum kalian, sampai
andai kata mereka masuk ke lubang biawakpun kalian
juga akan tetap mengikutinya, kami bertanya, wahai
Rasul, apakah itu Yahudi dan Nashrani ?, Rasulullah
menjawab, siapa lagi ?

5 Risalah Ahlussunah Wal


Al-Thabari meriwayatkan dari Ibnu
Mas’ud dari Nabi s.a.w. beliau bersabda :

‫مة خ َيا ره م وا خرها شرا ره ْم‬eُ‫لاا‬ ‫َّو ان َا ِه ه‬


ْ
‫ِذ ل‬
‫ با ن هل ِم وْ َي‬e‫فمن ي ؤْ م‬ ‫ ر ِق‬،‫ِف ْين مخ َتلِ َف ْين‬
‫و ْال‬ ‫ل‬ ‫مْ َت‬
‫ا‬
‫لاا َخر ِته َت أ ُته َت وه َو ِتى ياء الناس ا َلى‬
ْ‫ف ْل م ي‬
‫ما يح ب اَن َتى ي ا َل ْيه‬
ْ‫ؤ‬
Artinya : Sesungguhnya generasi awal umat
ini adalah orang-orang pilihan, dan generasi akhir adalah
orang-orang yang buruk, mereka saling berselisih dan
terpecah belah. Oleh karena itu barang siapa beriman
kepada Allah dan hari akhir semoga saja segera
dijemput ajalnya. Dia akan memperlakukan manusia
sesuai dengan yang ia sukai dari mereka.
Hisyam bin Urwah pernah mendengar
ayahnya berkata bahwa : “persoalan Bani Israel akan

Risalah Ahlussunah Wal 5


lurus-lurus saja sampai banyak anak yang terlahir
dari budak perempuan. Mereka akan mengatakan
sesuatu yang baru berdasarkan pendapat mereka
sendiri, mereka juga akan menyesatkan orang-
orang Bani Israel itu sendiri. Peganglah ajaran-
ajaran Sunah, karena itu adalah pilar agama.”
Ibnu Wahab telah meriwayatkan dari Ibnu
Syihab al-Zuhri, ia berkata : “sesungguhnya orang-

5 Risalah Ahlussunah Wal


‫‪orang Yahudi dan Nashrani kehilangan ilmu yang‬‬
‫‪berada dalam genggaman mereka ketika mulai‬‬
‫‪berani berfikiran bebas dan mempraktikkannya.‬‬
‫‪Al-Bukhari dalam “Shahih”nya me-‬‬
‫‪riwayatkan dari Urwah sebagai berikut :‬‬

‫بن عمر فسم ْع ُته ع بْ ْول يقُ‬ ‫ْي َنا حج ع َل‬


‫ُد‬
‫ا‬
‫صلى هلال عليه وسلم يقُ وْ ي ل ان‬ ‫ْعت الن ِب سم‬
‫اَعطامك وْ ُه ا ْن ِتزاعا ع الع ْ مل ب ْع دَ اَن‬ ‫َلا ي ْنز لهال‬
‫ي ْن َتزعه و َلكن ْم م ق بْ مع ض الع َلماء ْم بع‬
‫ْ هلم‬ ‫ْن ه‬
‫جهال ْف ُت وْ ن َت وْ ن ف يُ ْم ِيه ْأ‬ ‫َقى ناس ف َي بْ‬
‫بر‬ ‫ي س َت ْف‬
‫عا ِئشة‬ ‫ف ‪e‬ح دَّ ْثت بها و َيضلُّ وْ ن‪،‬‬ ‫ف يُ ْون‬
‫ضُّل‬
‫مث اَن‬ ‫الن ِبي صلى هلال عليه وسلم‪ ،‬ج‬ ‫ز وْ‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪4‬‬
‫ي ا ْبن‬ ‫حج ب ْع دَ ف َقا َلت ‪:‬‬ ‫َد ع‬
‫هلل‬ ‫بْ‬
‫ا بن عمر‬
‫ف اس َتش ِبت لِى م ْنه ا ْنطِلق ا َلى ع بْ‬ ‫ِتى اُخ‬
‫ِد‬
‫ا‬
‫ُته ْل ِنى َث َّد‬ ‫ِذى لا َّ ِنى ْث َت ع ْنه‪ُ ،‬ته فج‬
‫فح‬ ‫فسأ‬ ‫ْئ‬ ‫َّد ح‬
‫عا ِئشة فأ ُتها خ‬ ‫ك َنحو ما به ِنى َث ْيت فأ‬
‫َبر‬ ‫َت‬ ‫َّد ح‬
‫ع مر‬ ‫ف َقال‪e‬ت ح ِفظ ل َق ْد ُد هلل‬
‫ا بن‬ ‫ع بْ‬ ‫و‬
‫ا‬

‫‪4‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


Artinya : Abdullah bin Umar singgah kepada
kami ketika musim haji, lalu aku mendengar ia berkata,
‘aku telah mendengar Nabi s.a.w. bersabda,
sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu secara
mendadak setelah memberikannya kepada manusia.
Namun Allah akan mencabut ilmu dengan cara
mencabut nyawa para ulama’. Lalu tersisalah orang-
orang bodoh yang ketika dimintai fatwa mereka
berfatwa dengan pendapatnya sendiri yang ternyata
sesat dan menyesatkan. Lalu saya (Urwah) beritahukan
hal itu kepada A’isyah r.a.. Pada tahun berikutnya
Abdullah bin Umar menunaikan Haji lagi, maka A’isyah
berkata kepadaku, ‘wahai keponakanku pergilah
menjumpai Abdullah, tanyakan padanya tentang
hadits yang telah kau beritahukan kepadaku. Lalu aku
menjumpai Abdullah dan menanyakan riwayat hadits
tersebut. Abdullah tetap meriwayatkan hadits
sebagaimana yang dulu ia beritahukan kepadaku. Lalu
aku mendatangi A’isyah untuk memberitahukan hal
tersebut, lalu ia berkata, “Abdullah benar-benar memiliki
hafalan yang baik.”
Dalam kitab “Fath al-Bari” dari Masyruq
dari Ibnu Mas’ud ia berkata : “tidak akan
datang sebuah masa kecuali lebih buruk dari
sebelumnya. Ingatlah bukanlah aku maksudkan
membandingkan pemimpin yang satu dengan
yang lainnya, dan orang awam yang satu dengan
yang lainnya. Akan tetapi para ulama’ dan ahli fiqh

Risalah Ahlussunah Wal 4


di antara kalian akan meninggal dunia, lalu kalian
tidak mendapatkan gantinya. Lalu datanglah
orang-orang yang berfatwa dengan pendapatnya
sendiri. Mereka itulah orang yang akan mencoreng
dan menghancurkan Islam.

Risalah Ahlussunah Wal 4


PASAL VII
Dosa Orang yang Mengajak pada
Kesesatan atau Orang yang Memberi
Contoh yang Buruk

Allah s.w.t. berfirman :


‫ وْ ا َا وْ زاره‬eُ‫ْم كام َلة ي وْ م الق َيامة ومن ِل َيحمل‬
َ‫يضلُّ وْ َنه ْم ِذ ْين اَ وْ زارال‬
Artinya : Supaya mereka memikul dosa-
dosanya dengan sepenuhnya pada hari kiamat, dan
sebagian dosa orang-orang yang mereka sesatkan. (QS.
al-Nahl: 25)
Abu Dawud dan al-Tirmidzi meriwayatkan
dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi s.a.w. bersabda

‫ُه من ن لاا َجِرم ْثَل‬ ‫ا َلى ِبع عا ُه ًدى َكا‬ ‫ْن د م‬


ِ
‫ م ْن ج وْ ر ه ْم‬eُ‫ل ا‬ ‫َت َمن ه الَق‬ ‫ج‬eُ‫ِر وْ ا‬
‫ص ذالِك‬ ‫ي ْن‬
‫َل ة َل يْ كان ه من‬ ‫ومن دعا ا َلى‬ ْ‫ ش ي‬،‫ًئا‬
‫ع‬ ‫ضلَا‬
‫َق ي ْن ه ص ذال ك من‬ ‫ال‬ ‫ ل ِ ت ِبع من‬eَ‫م َث ا ا‬
4 Risalah Ahlussunah Wal
‫م ْث‬ ‫اال ِم ْث‬
‫َثام اَ ه ْم ش يْ ًئا‬

Risalah Ahlussunah Wal 4


Artinya : Barang siapa mengajak pada
kebenaran, maka dia akan mendapatkan pahalanya
dan pahala orang yang mengikutinya. Dan barang
siapa mengajak pada kesesatan, maka dia mendapatkan
dosanya dan dosa orang yang mengikutinya.
Imam Muslim meriwayatkan dari
Abdurrahman bin Hilal dari Jarir bin Abdullah al-
Bajili r.a. sebagai berikut :

‫ من‬،‫صلى هلال عليه وسلم‬ ‫ه‬ ‫رس وْ ل قال‬


‫ل‬
‫لا‬
‫جرها واَجر سالَ ِم س َّنة حس‬eَ‫َنة ف َله ا‬ ‫سن فى اال‬
‫غ ْير َان ي ْنقُص من بها ب ْع دَ ُه من‬ ‫من عمل‬
‫ ومن سن‬،‫الِسالَ ِم س َّنة ش يْ ًئا‬e ‫فى‬ ‫ْوره ْم اُج‬
‫وزراه ووزر من عمل بها ع َل ْيه‬ ‫َئة كان س‬

ّ‫ي‬
‫ وْ زاره ْم ش يْ ًئا غ ْير َان ي ْنقُص‬eَ‫من ا‬ ‫من دَ ُه ب ْع‬
Artinya : Rasulullah s.a.w. bersabda, barang
siapa menciptakan kebaikan, maka baginya pahalanya
4 Risalah Ahlussunah Wal
dan pahala orang yang mengikuti setelahnya tanpa
dikurangi sedikitpun dari pahala tersebut. Dan barang
siapa berbuat kejelekan, maka baginya dosanya dan
dosa orang yang mengikuti setelahnya tanpa dikurangi
sedikitpun.

Risalah Ahlussunah Wal 4


Berkata Imam Mujahid dalam
menafsirkan Hadits dan ayat di atas : “yaitu orang
tersebut menanggung dosanya sendiri dan dosa
orang- orang yang mengikutinya, Dan tidak
dikurangi sedikitpun.
Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Amr bin
‘Auf, bahwa Nabi s.a.w. bersabda :

‫اَ من س َّنة من ح َيى ق ْد ِتى َّن َت يْ ِدى ت‬


‫ب ْع‬
‫س ِم ا‬
‫بها من‬ ‫ل من عمل‬ ‫ا‬ ‫كان هل‬
ْ‫ ش ي‬،‫ي ْنقُ غ ْير اَن ص ذالِك ْور من اُج ًئا‬
‫ه ْم‬
‫ ضى‬eُ‫اَل َتر ضالَ َلة هلال‬ ‫َت دَ ع ومن ا بْ ب ْدعة‬
‫عمل بها‬ ‫ َثا‬eَ‫ه كان ورس م ْث ع َل ْيه ِم من ل ا‬eُ‫ْول‬

‫زار الناس ش يْ ًئا‬ ‫َقص ذالِك الَ ي ْن ْو من‬


َ‫ا‬
Artinya : Barang siapa sepeninggalku
4 Risalah Ahlussunah Wal
menghidupkan kembali sunahku yang telah mati,
niscaya dia akan memperoleh pahala sebagaimana
pahala orang yang mengamalkannya tanpa dikurangi
sedikitpun. Barang siapa yang menciptakan bid’ah yang
sesat yang tidak diridlai oleh Allah dan Rasulnya,
maka bagi dia dosanya dan dosa orang yang
mengamalkannya, tanpa dikurangi sedikitpun.

Risalah Ahlussunah Wal 4


Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫اَجر هل‬ ‫مسك ِتى َد ِد ِتى اُم‬ ‫ْل َا م َت‬


‫بس ع ْن فسا‬

‫ّن‬
ٍ‫مائة شه يْ د‬
Artinya : Orang yang berpegang pada
sunahku pada saat umat dalam kondisi rusak, maka
akan mendapatkan pahala seratus orang yang mati
syahid.

5 Risalah Ahlussunah Wal


PASAL VIII
• Terpecahnya Umat Islam Menjadi
Tujuh Puluh Tiga Golongan
• Menjelaskan Teologi Kelompok
Sesat.
• Golongan yang Selamat Yaitu
Ahlussunah wal Jama’ah

Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah


meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah sebagai
berikut :

‫ ع ْين‬،‫فر َقة‬‫َت ار َق ْو ُد ت لا ع َلى وس بْ اح دَ ى‬


‫َيه‬ ‫ْف‬
‫َق َفر و الن ت صارى اث َن ْين ع َلى ْين وس‬
‫ْبع‬ ‫َت‬
‫م ِتى و َت َفر َقت ثالَ ع َلى ْبع ْين ث وس‬eُ‫ فر ا‬،‫َق ة‬

،‫ وْ ا ومن واح دَ ًة‬eُ‫قال‬ e‫ار ا َال‬e‫فى الن‬ ‫كلُّها فر َقة‬


Risalah Ahlussunah Wal 5
‫َا َنا لا َّ ِذى ع َلى‬ ‫ْين ِذ لا َّ هم‬ ‫ْو يا هللِ ‬ ‫ْ‬
‫َ رس ا ‪ ،‬ل‬ ‫م يْ‬
‫ْ ص ِه َحابى‬ ‫ه َل‬
‫واَ‬ ‫َع‬

‫‪5‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


Artinya : Kaum yahudi akan terpecah
menjadi tujuh puluh satu golongan, dan kaum
nashrani akan terpecah menjadi tujuh puluh dua
golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh
puluh tiga golongan, semuanya masuk neraka kecuali
satu golongan.” Para sahabat bertanya, “siapakah
mereka itu ya Rasulullah ?, Rasul menjawab, “mereka itu
adalah orang-orang yang menganut ajaranku dan
ajaran para sahabatku.
Berkata Syihab al-Khafaji dalam kitab
“Nasim al-Riyadh”, bahwa golongan yang selamat
adalah Ahlussunah wal Jama’ah.
Dalam kitab “Hasyiah Syanwani ‘ala
Mukhtashar Abi Jamrah”, dijelaskan bahwa :
Ahlussunah wal Jama’ah adalah kelompok al-
Asy’ari dan para Imam Ulama’, karena Allah
telah menjadikan mereka sebagai hujjah atas
makhluknya. Dan orang-orang awam berpegang
kepadanya. Mereka inilah yang dimaksud dalam
hadits “ umatku tidak akan berkumpul dalam
kesesatan.”
Berkata imam abu manshur bin thahir al-
tamimi dalam menjelaskan hadits ini, bahwa
“Rasulullah dalam keterangan haditsnya tidak
bermaksud menerangkan kelompok-kelompok
yang berbeda pendapat dalam hal fiqh, tetapi yang
beliau maksudkan adalah mencela terhadap
orang-
Risalah Ahlussunah Wal 5
orang yang menyalahi kebenaran dalam hal teologi,
tentang taqdir baik dan buruk, syarat kenabian
dan kerasulan, dan tentang mempercayai para
sahabat, dan sebagainya. Karena orang yang
berbeda pendapat dalam hal teologi ini telah
mengkafirkan antara satu dengan yang lainnya.
Oleh sebab itu hadits tersebut di atas harus
dipahami sebagai perbedaan pendapat dalam
pendapat Ilmu Tauhid.
Pada akhir masa sahabat telah terjadi
perbedaan teologi yang dipelopori oleh Ma’bad al-
Juhani dan para pengikutnya. Tetapi para sahabat,
seperti Abdullah bin Umar, Jabir, dan Anas
menghindari hal tersebut. Kemudian setelah
kejadian tersebut, muncullah perbedaan teologi
sedikit demi sedikit, hingga sempurnalah jumlah
golongan umat islam tujuh puluh dua golongan.
Dan yang ketujuh puluh tiga adalah golongan
Ahlussunah wal Jama’ah, yaitu kelompok yang
selamat.
Jika ditanyakan, “apakah ketujuh puluh
dua golongan tersebut dapat diketahui ?, maka
jawabnya adalah : bahwa kita dapat mengetahui
cikal bakal perpecahan tersebut, masing-masing
kelompok masih terbagi ke dalam beberapa sekte,
sekalipun kita tidak mengetahui secara rinci
nama- nama sekte tersebut.

5 Risalah Ahlussunah Wal


Adapun cikal bakal sekte-sekte tersebut
adalah : al-Haruriyah, al-Qadariyah, Jahmiyah,
Murji’ah, Rafidlah, dan Jabariyah. Sebagian ulama’
ada yang berpendapat, bahwa cikal bakal kelompok-
kelompok sesat adalah kelompok tersebut di atas.
lalu tiap-tiap kelompok di atas terpecah menjadi
12 kelompok, maka genaplah seluruhnya menjadi
72 golongan.
Berkata Ibnu Ruslan, “ada pendapat yang
mengatakan bahwa rincian sekte tersebut adalah 20
dari Rafidlah, 20 dari Khawarij, 20 dari Qadariyah,
7 dari Murji’ah, dan satu golongan dari Najariyah,
walaupun mereka terbagi menjadi beberapa
kelompok tetapi dihitung sebagai satu kelompok.
Dan satu dari Haruriyah, dan satu kelompok dari
Jahmiyah, 3 dari kelompok Karamiyah. Jumlah
semuanya adalah 72 golongan.

Risalah Ahlussunah Wal 5


PASAL IX
Tanda–Tanda Hari Kiamat

Tanda – tanda hari kiamat cukup banyak,


antara lain : hilangnya tolong menolong dalam
agama, sebagaimana sabda Nabi s.a.w.
‫ ِتى ع َلى‬eْ‫الناس زمان َالصابر ف ْيه ْم ع َلى يأ‬
‫ك القابض ع َلى الجمر د يْ ِنه‬
Artinya : Akan datang pada manusia, masa
di mana orang yang sabar terhadap ajaran agamanya
bagaikan orang yang memegang bara api. (HR.
Tirmidzi)
Tanda kiamat yang lain adalah :

‫َاخر الزمان ع َّباد جهال وُقراء يك ْون فى‬


‫َف َس َقة‬
Artinya : Akan ada di akhir zaman, ahli
ibadah yang bodoh, dan banyak penghafal al-Qur’an
yang fasik. (HR. al-Hakim, Abu Naim)

‫َباهى الناس فى ي َت‬ ‫الساعة ح َّتى‬ ‫ْوم َيُق ال‬


‫المساج ِد‬
5 Risalah Ahlussunah Wal
Artinya : Hari kiamat tidak akan terjadi hingga
orang-orang saling membanggakan masjid masing-
masing. (HR. Ahmad, Abu Dawud)
Tanda-tanda kiamat yang lain adalah
: terputusnya silaturrahim, orang terpercaya
dianggap khianat, orang khianat justru dipercaya,
penjelasan tentang ini telah ada dalam riwayat
Thabrani dari Anas bin Malik.
Tanda kiamat yang lain adalah ukuran
bulan tsabit mengembang, bulan tsabit terlihat
kembali pada malam berikutnya, sehingga orang
akan mengatakan telah terjadi dua malam untuk
satu bentuk bulan tsabit yang sama.
Tanda kiamat yang lain adalah sebagaimana
terdapat dalam hadits berikut :
‫اَل وَّ ل و َي بْ َقى ي ْذهب الصاِلح وْ ن اَال‬eeْ �‫ف‬

‫وّ ل‬
‫كح َثالة الشع ْير اَو التمر ح َثالة‬
Artinya : Orang-orang shaleh dari generasi
awal akan meninggal dunia, dan yang tersisa hanya
orang-orang berperangai buruk, mirip tersisanya buah
kurma yang disortir. (HR. Bhuhari, Ahmad)
،‫ر َواية‬ ‫ْوم الساعة َال َتُق ح َّتى يك وْ ن الز ه ُد‬
Risalah Ahlussunah Wal 5
‫و ْالو رع تص ُّنعا‬

5 Risalah Ahlussunah Wal


Artinya : Kiamat tidak akan terjadi sampai sifat
zuhud hanya menjadi riwayat, dan wira’i hanya sebagai
kepura-puraan. (HR. Abu Naim)

‫المطر‬ ‫يك وْ ن‬ ‫وَان‬ ‫غ ْيظا‬ ‫َان يك وْ ن ُد َل‬


‫َو ال‬
‫َئام ف ْيضا‬ ‫نْي ي‬eَ‫ق ْيظا وا‬
‫ض‬ ‫ِف‬
‫ال‬
َّ‫ل‬
Artinya : Munculnya anak yang suka marah-
marah, hujan turun dimusim panas, dan banyak sekali
orang yang berperangai buruk. (HR. Thabrani)

ْ‫الساعة ح َّتى َد ك�ل يس َلة ي‬ ‫م‬e‫ُ�و‬e‫لَا َت�ق‬


‫ق ِب‬
‫ق ْم َل ه َذ وساد‬e‫ال‬e ‫ْوها وكان م َناقُف ْي م ِم‬
‫ر‬eَ‫ا‬ ْ‫و‬ ‫زع‬
‫ الق ِب يْ َلة‬.‫ف اسقُ وْ ه ْم‬
Risalah Ahlussunah Wal 5
Artinya : Hari kiamat tidak akan terjadi
sampai semua kabilah dipimpin oleh orang munafik,
dan pemimpin kaum adalah yang paling hina di antara
mereka, dan yang memimpin kabilah adalah orang-
orang fasik(HR. Tirmidzi, Thabrani)
Tanda- tanda kiamat yang lain adalah
ketika sudah banyak mihrab yang dihias dan
banyak hati yang rusak.
Juga tanda kiamat yang lain adalah, ketika
terjadi transaksi dagang dimana-mana sehingga

6 Risalah Ahlussunah Wal


para istri membantu suaminya dalam berdagang,
dan banyak persaksian palsu, amanat dijadikan
harta rampasan, dan zakat dijadikan hutang,
begitu juga ketika seoranglaki-laki sudah tunduk
pada istrinya dan berani kepada ibunya,
merendahkan temannya, dan mengusir ayahnya,
dan banyak terjadi kegaduhan dalam masjid.
Begitu juga tanda-tanda kiamat adalah
munculnya biduan dari kalangan budak,
menyebarnya alat-alat musik, minuman keras, dan
generasi akhir umat ini telah melaknat generasi
awal.
Tanda-tanda kiamat yang lain adalah :
‫عظاما‬ ‫م وْ را تر وْ َنا‬eُ‫ا‬ ‫ح َّتى‬ ‫ْوم َتقُ ال‬
‫ا‬
‫لساعة‬
‫شأْ ُنها فى ي َت َفا َقم‬ ‫ ْنفُسك بها‬eَ‫ ا‬،‫ْم‬ ‫ُث وْ يح‬

‫ّد ل ْم‬
‫لك ْم ذكر‬ ‫ ْون ك ْم‬eُ‫ل‬eَ‫هل كان ن ِب يُّ سأ‬ ‫ ْنفُسك‬eَ‫ْم و َت ا‬
‫وح َّتى تر وُ ا َبال الج ْول عن تز‬ ‫ م‬،‫ْنها ذكرا‬
Risalah Ahlussunah Wal 6
.‫ماك ِنها‬eَ‫ا‬
Artinya : Hari kiamat tidak akan datang
sampai kalianmenyaksikan peristiwa-peristiwa besar
yang sebelumnya tidak pernah kalian perbincangkan,
namun pertiwa tersebut semakin mengusik kalian
sehingga membuat kalian bertanya, “apakah nabi

6 Risalah Ahlussunah Wal


pernah menjelaskan permasalahan tersebut ?” bahkan
kalian juga akan melihat gunung-gunung begeser dari
tempatnya. (HR. Ahmad, Thabrani)
‫هِله فا ْن َتظر الساعة ا َذا وس دَ لاا َمر ا َلى‬eَ‫غ ْير ا‬
Artinya : Apabila suatu urusan telah
diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah
hari kiamat. (HR. al-Buhari, Ahmad, dan Tabrani)
‫ح َّتى يمر الرجل ع َلى الق ْبر الَ ت ْذهب الد ْن َيا‬
ُ‫ْول يا َل يْ َت ِنى ك ْنت مكان ف َتمرغ ع َل ْيه و َيق‬
‫ه َذا الق ْبر صاحب‬
Artinya : Dunia tidak akan sirna sampai ada
seorang yang lewat di atas makam sambil berkata,
“andai saja aku bisa menggantikan tempat orang
yang ada dalam makam ini.” (HR. Muslim)
‫نهارا‬ ‫المراَة‬ ‫ت وْ ح ج ُد‬ ‫الساعة‬ ‫ْوم َتقُ ال‬

‫ّتى‬
‫ذالِك‬ ُ‫ى تجام ع وس ال ْي ْنكر َال ي‬ ‫اَ ت ْنكح‬
‫ق‬ ‫ط طر‬
.‫اَح ٌد‬
Risalah Ahlussunah Wal 6
Artinya : Hari kiamat tidak akan terjadi hingga
terdapat seorang perempuan yang mesum di siang hari,
yakni, berzina di jalanan tanpa ada seorangpun yang
mengingkarinya. (HR. al-Hakim)

6 Risalah Ahlussunah Wal


‫م الساعة َناكر ت َت ح ْو القُلُ َتلِف ب و َتخ‬ ‫ْو َتقُ لا‬
‫َقا لَا َتِل و َيخ و َوان ف االَ من ِّم ب و‬
‫ْلُا‬ ‫ْيل‬
‫فى الد ْين‬
Artinya : Hari kiamat tidak akan terjadi sampai
hati manusia saling mengingkari, (mempertanyakan
perbedaan pendapat informasi simpang siur) dan berbeda
agama antara ayah, ibu dan teman. (HR. Dailami)
Di antara tanda-tanda kiamat adalah
ketika didirikan menara-menara di masjid, namun
Allah tidak pernah disembah di dalamnya,
keinginan manusia hanya urusan perut, kemulian
terdapat pada harta benda, kiblatnya adalah
perempuan- perempuan, dan agamanya adalah
uang.
Tanda-tanda kiamat yang lain adalah,
ketika malam dan siang terus terganti sementara
al-Qur’an yang berada dalam hati kaum muslimin
hanya diperlakukan seperti baju, segala sesuatu
diwarnai dengan ketamakan, dan jika mereka
melakukan sesuatu yang dilarang Allah dia berkata,
“semoga Allah mengampuniku atas dosa yang aku
perbuat.”
Juga tanda-tanda kiamat adalah ketika
Risalah Ahlussunah Wal 6
islam dipelajari hanya sebagai aksesoris seperti
hiasan pada baju, hingga seseorang tidak lagi

6 Risalah Ahlussunah Wal


mengetahui apa itu puasa, shalat, haji dan
sedekah, dan yang tersisa hanya orang-orang
lanjut usia yang berkata, “kami pernah menjumpai
ayah- ayah kami mengucapkan kalimat La Ilaha
Illallah, sehingga kamipun ikut mengucapkannya.”
Dan akhirnya la Ilaha Illallah tidak pernah lagi
diucapkan dimuka bumi.
Rasulullah s.a.w. bersabda :

‫الفح و ْالبخل ش‬ ‫م الساعة ح َّتى يظهر‬ ‫ْو َتُق لا‬


‫ هلِك‬،‫و َي الخا ِئن‬ ُ‫ م ْين ْؤمن و ي‬، ‫االَ خ‬ ُ‫ و ي‬،

‫وّ ن‬
‫ س وْ ل‬،‫ يار ح وْ ت‬: ‫قالُ وْ ا‬ ‫ و َت ع وْ ل ظهر الت‬، ‫الو‬
‫ ل ُو اَ ْل قال ع وْ ل‬،‫التح وْ اوم و ْالو ت ع وْ ؟‬ ‫هلل‬
: ‫ا‬
‫ وج وْ ُه والت ح وْ الذ ْين ت‬،‫الناس وَاشرافه ْم‬
‫ ْق‬eَ‫ ت ا‬.‫كان وْ ا تح َدام الناس‬
Artinya : Hari kiamat tidak akan datang
sampai muncul banyak perbuatan keji dan sifat kikir,
Risalah Ahlussunah Wal 6
orang yang amanah akan dianggap khianat, dan orang
yang khianat justru akan dipercaya, banyak “wu’ul”
yang akan meninggal dunia, dan banyak muncul
“tuhut.” Para sahabat bertanya, apakah yang dimaksud
dengan wu’ul dan tuhut, ya Rasul ?, Rasulullah
menjawab, wu’ul

6 Risalah Ahlussunah Wal


adalah orang-orang yang mulya dan terhormat, dan
tuhut adalah orang-orang yang hina. (HR. al-Thabrani)
Rasulullah s.a.w. bersabda :

،‫ك َّذابا‬ ‫ْوم الساعة الَ َتُق ح َّتى س بْ تخرج ع وْ ن‬


‫ل ْ م بس‬ ‫ ُت‬eْ‫ يأ‬: ‫ وما اَ َيا ْو َن‬: ‫ ت‬، ‫ْل ُته ْم ؟‬
‫قال‬
‫نة ك ْ م‬ّ
‫ ف ِا‬، ‫غي يِّ اه س َّن َت ر وْ ن بها َذا‬، ‫ْوا وْ ُن ْي‬
‫ك ْم‬ ‫تك ع َل‬
‫ْو يْ ُت م رأ ه ْم فاج َت ِن بُ وْ ه ْم‬
Artinya : Hari kiamat tidak akan datang
sampai muncul 70 orang pembohong. Aku bertanya :
seperti apakah ciri-cirinya ?, Rasul s.a.w. menjawab :
mereka akan datang kepada kalian dengan membawa
sebuah tindakan yang belum pernah kalian praktikkan,
mereka akan mengganti sunah kalian dengan sunah
yang dibawanya. Jika kalian melihat mereka, maka
jauhilah. (HR. Bukhari)
Di antara tanda kiamat adalah, ketika
sudah banyak perkataan dan sedikit perbuatan,
persahabatan hanya di bibir saja, dan hatinya saling
Risalah Ahlussunah Wal 6
berselisih, banyak memutuskan tali persaudaran,
orang telah banyak memamerkan ilmunya tetapi
tidak mengamalkannya, Maka pada saat seperti itu
Allah melaknat mereka dan membutakan
matanya.

7 Risalah Ahlussunah Wal


Berkata al-Baihaqi dan ulama’ lainnya,
bahwa tanda-tanda tersebut di atas adalah tanda-
tanda kecil atas akan munculnya kiamat, sedangkan
tanda-tanda yang besar adalah sebagai berikut.
Kami akan menutup hadits-hadits di
atas dengan hadits riwayat dari Muslim dalam
kitab “Shahih” dari Khudzaifah ibnu Usaid al-
Ghifari r.a. berikut ini :
‫و َنحن‬ ‫صلى هلال عليه وسلم الن‬ ‫َلع اط‬
‫ّبي‬
‫ ما ن ْذكر‬: ‫ وْ ا ف َقال‬eُ‫ قال‬،‫ت َذاكر وْ ن ؟‬ ‫ ن َت‬،‫َذاكر‬
‫ا ْون تر‬

: ‫ قال‬،‫ّنها لن تقُ وْ م ح َّتى الساعة‬


،‫ والد ق بْ َلها جال‬،‫ ف َذكر الدخان‬، ‫عشر أيات‬
،‫ والدابة‬،‫وطلُ وْ ع الشمس من م ْغر ِبها‬
‫َيم صلى هلال عليه مر‬ ‫سى بن‬ ْ‫ْول و ُن�ز ع ي‬
Risalah Ahlussunah Wal 7
‫َثة خس وْ ف‪ ،‬ج‪ ،‬و َثلَا‬ ‫ومأْج وْ ج وْ ج‬ ‫ملوس‬
‫‪ ،‬و َيأ‬
‫وخسف با ْ مل ْغرب وخسف شرق‬ ‫خسف باْ‪e‬لم‬
‫وأخر ذا ِلك نار تخرج ب‪،‬‬ ‫ْير ِة باْلجز العر‬
‫ا َلى مخشره ْم‬ ‫من اليمن ُد‬
‫ا‬ ‫تطر‬
‫لناس‬

‫‪7‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


Artinya : Nabi s.a.w. muncul ketika kami sedang
berdiskusi. beliau bersabda : apa yang kalian diskusikan
?, mereka menjawab, ‘kami sedang mendiskusikan
kiamat’, lalu beliau bersabda : kiamat tidak akan terjadi
sebelum kalian melihat sepuluh tanda-tandanya. Yaitu
keluarnya kabut besar, dajal, dabbah, matahari terbit dari
barat, munculnya Isa bin Maryam, terjadi tiga gerhana,
gerhana di timur, gerhana di barat dan gerhana di jazirah
Arab, serta munculnya api Yaman yang menggiring
manusia ke Padang Mahsyar. (HR. Muslim)
Mengenai masalah “dukhan”, al-Alamah
al- Khazin telah menjelaskan dalam tafsirnya
riwayat dari Khudzaifah r.a. ia berkata, “ya
Rasulullah apakah “dukhan” itu ?, Rasul
menjawab: “pada hari ketika langit membawa
kabut yang nyata. (QS. Al-Dukhan :10) kabut
tesebut akan memenuhi bumi dari barat sampai
timur selama 40 hari 40 malam, orang yang
beriman akan menderita semacam asma,
sedangkan orang kafir seperti orang mabuk. Kabut
tersebut akan keluar dari lubang hidung, telinga,
dan dubur mereka.”
Sedangkan “Dajjal” sebagaimana dalam
riwayat Muslim dari Hisyam bin Urwah ia berkata
:

‫صلى هلال عليه وسلم‬ ‫ه‬ ‫ل لل‬e‫رس�و‬


‫ا‬
Risalah Ahlussunah Wal 7
‫س م ْ عت‬
‫ا َلى ق َيام الساعة ق‬ ‫ب ْين ام خ ْل‬ ‫ْول ‪ :‬يقُ‬
‫دأ‬
‫م‬

‫‪7‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫ك َبر من الدجال‬eَ‫ خ ْلق ا‬. ‫ م ْع َناُه اَك َبر ف ْت َنة‬،
Artinya : Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda : rentang waktu antara penciptaan Adam
dan hari kiamat, tidak ada makhluk yang lebih besar
dari Dajjal. Makna Dajjal adalah tukang fitnah. (HR.
Muslim)
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu
Umar r.a. sebagai berikut :

‫ذكر الد جال‬ ‫صلى هلال عليه وسلم ي‬ ‫الن بِّ َان‬
‫كاَ َّنها َبة ع‬ ‫الع ْين ال ُيمن ا َّنه اَع َور‬ : ‫َقال‬
‫ُن‬ ‫ف‬
‫طاف َية‬
Artinya : Nabi s.a.w. menuturkan tentang
Dajjal, bahwa dia juling matanya sebelah kanan, mirip
seperti buah anggur yang menonjol dari dompolnya.
(HR. Bukhari)
‫ قال رس وْ ل قال‬: ‫اَ َنس رضي هلال عنه عن‬
‫ّ ىلصلهال‬eَ‫ ما من ن ِبي اال‬، ‫عليه وسلم‬ ‫هلل‬
‫ا‬
‫ َاَل ا َّنه ع َوار الك‬، ‫اال ّذا‬ ‫َذر َا ْن َته اُم‬
‫ب‬
Risalah Ahlussunah Wal 7
‫ْد و َق‬
‫‪ ،‬مك ُت وْ ب س بأَ‪e‬ع َور‬ ‫َو اَع ر ‪،‬‬
‫ِا َّن و ر بَّ ك ْم ل يْ‬
‫َن يْ يْ َن يْ كاف ِه ٌ‬
‫ر‬ ‫َب ع‬
‫‪.‬‬

‫‪7‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


Artinya : Dari Anas r.a. berkata, Nabi s.a.w.
bersabda : tidak ada seorang nabipun kecuali telah
memperingatkan umatnya tentang “si juling yang
pembohong.” Ingatlah sesungguhnya ia adalah juling,
pada dahinya tertulis lafadz “kafir.” (HR. Bukhari)
Al-Baghawi meriwayatkan dari Asma’
binti Yazid, bahwa : fitnah dajjal yang paling besar
adalah ketika ia mendatangi seorang baduwi, lantas
berkata : “bagaimana jika aku hidupkan untamu
yang mati ?, Baduwi menjawab, “boleh,” lalu ada
syetan yang menyamar menjadi unta yang gemuk
dan besar kantong susunya. Dajjal juga
mendatangi orang yang keluarganya telah
meninggal dunia. Lalu berkata, “bagaimana
kalau keluargamu aku hidupkan kembali ?”, dan
tidakkah aku ini tuhanmu ?”. orang tersebut
menjawab, “boleh”. Lalu datanglah Syetan
menyerupai saudaranya yang meninggal dunia.
Diriwayatkan dari Mughirah bin Syu’bah
ia berkata : “tidak ada seorangpun yang bertanya
kepada Raulullah s.a.w. tentang dajjal
sebagaimana yang aku tanyakan. Sabda Rasul : “ia
tidak akan menimpakan madlarat padamu.” Aku
bertanya, “ sungguh banyak orang mengatakan
bahwa dajjal akan membawa segunung roti dan
air.” Lalu Nabi bersabda : “itu lebih mudah bagi
Allah dari yang ia lakukan.”

Risalah Ahlussunah Wal 7


Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Bakar
as-Shidiq sebagai berikut :

‫له‬ ‫َنا رس� ول ح دَ َث‬


‫ا صلى هلال عليه وسلم‬
‫رض المشرق ي َقال لها جال‬eَ‫ يخرج بأ‬، ‫لد‬eَ‫ا‬
‫كان وج وْ ههم المجان ه َا ْق َوام‬ ‫َبع ي‬،‫خراسان‬
‫ْت‬
.‫المطر َقة‬
Artinya : Rasulullah s.a.w. telah memberitahu
kami tentang dajjal, ia muncul dari kawasan timur
bernama Khurasan diikuti oleh kaum yang dahinya
lebar. (HR. Tirmidzi)
Sahabat Anas meriwayatkan dari
Rasulullah s.a.w. bahwa dajjal akan diikuti oleh
70.000 penduduk Isfahan yang memakai busana
motif bergaris-garis. (HR. Muslim)
Imam Nawawi menukil pendapat
Qadhi Iyadh bahwa : Hadits-hadits di atas yang
menjelaskan tentang Dajjal adalah argumentasi bagi
Madzhab yang benar tentang keberadaan dajjal. Ia
adalah makhluk yang dengannya Allah menguji
para hambanya. Allah memberikan kekuatan
padanya untuk bisa menghidupkan orang yang
7 Risalah Ahlussunah Wal
mati. Ia mampu mendatangkan kemewahan dunia,
ia mampu menyuruh langit untuk turun hujan

Risalah Ahlussunah Wal 7


dan menyuruh bumi menumbuhkan tanaman.
Dan semua itu sebenarnya adalah takdir Allah.
Kemudian setelah itu Allah melemahkannya,
tetapi tidak ada satu orangpun yang mampu
membunuhnya kecuali Isa bin Maryam, kemudian
Allah menyelamatkan orang-orang yang
beriman. Demikiam inilah Madzhabnya kelompol
Ahlussunah wal Jama’ah, para ahli hadits dan
madzhabnya para ulama ahli fiqh. Berbeda dengan
kelompok Khawarij, Jahmiyah dan sebagian
Mu’tazilah.
Adapun hewan “Dabbah”, maka telah
meriwayatkan al-Khazin dari Tsa’labah dari
Khudzaifah bin al-Yaman. Sebagai berikut :
“Rasulullah telah menyebutkan masalah keluarnya
“Dabbah” di akhir zaman nanti. Aku bertanya,
‘dari manakah keluarnya ?, Rasul s.a.w. menjawab,
“dari masjid yang paling besar. Lantas ketika Isa
sedang thawaf di Ka’bah bersama kaum muslimin,
terjadilah gempa dan bukit Shafa tergeser dari
tempat Sa’i. dari bukit itu kemudian keluar hewan
dengan kepala mengkilat dan berbulu halus.
Binatang itu tidak bisa dikejar oleh siapapun saking
cepatnya. Dia akan meracuni semua orang baik
mukmin maupun kafir. Orang mukmin yang mati
terkena racun tersebut akan tertulis di wajahnya
lafadz “Mukmin” sementara yang kafir akan

8 Risalah Ahlussunah Wal


tertulis “Kafir.”
Adapun mengenai matahari terbit dari
barat terdapat riwayat Imam Bukhari dari Abu
Dzar al-Ghifari sebagai berikut: “Ketika matahari
terbenam Nabi s.a.w. bersabda kepadaku.
Tahukah kamu kemana matahari pergi ?, Aku
menjawab, “Allah dan Rasulnya lebih tahu. Nabi
menjawab, “Sesungguhnya matahari pergi untuk
bersujud di bawah Arsy, guna meminta izin
kepada Allah untuk kembali terbit, maka Allah
mengijinkan. Sampai akhirnya matahari pergi
untuk bersujud dan tidak diterima sujudnya, dan
ditolak ijinnya untuk terbit kembali. Lalu Allah
berfirman, “Kembalilah ke tempat di mana kamu
datang !, Akhirnya mataharipun terbit dari barat.
Dan itulah yang dimaksudkan oleh Surat Yasin
ayat 38.”
Dalam “Fath al-Bari” dijelaskan, “yang
dimaksud dengan sujud adalah sujudnya malaikat
yang mewakili matahari, atau mungkin juga suhud
dengan isyarah.” Al-Nawawi berkata : “sujudnya
matahari adalah kondisi khusus yang diciptakan
oleh Allah s.w.t. untuk benda-benda langit.”
Adapun turunnya Isa bin Maryam dan
keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, Imam Muslim telah
meriwayatkan dari Nuwas bin Sam’an r.a. ia berkata,
“Pada suatu pagi, Rasulullah s.a.w. menceritakan

Risalah Ahlussunah Wal 8


perihal Dajjal. Sesekali beliau menyebut sebagai
sesuatu yang hina, namun juga harus diwaspadai.
Dan kami mengira makhluk tersebut berada di
antara kumpulan orang di kebun kurma. Dan ketika
kami pergi ke kebun kurma kami bisa melihatnya.
Rasulullah ketika itu bertanya, “Ada apa dengan
kalian ?”, Kami menjawab : “Ya Rasul, pada suatu
pagi engkau menyebut perihal Dajjal, sesekali
engkau menganggapnya sebagai sesuatu yang
hina, namun terkadang engkau menganggapnya
sebagai yang harus diwaspadai. Rasulullah
menjawab, “Aku tidak terlalu menghawatirkan
munculnya Dajjal ketika aku masih berada di
tengah-tengah kalian, karena aku yang akan
menjadi juru debat kalian. Tetapi ketika ia muncul,
sedang aku tidak lagi berada di tengah-tengah
kalian, maka setiap orang harus menyelamatkan
dirinya masing- masing. Dan setiap orang mukmin
bisa menjadikan Allah sebagai tamengnya.
Sesungguhnya Dajjal itu seorang pemuda
berambut keriting dan matanya menonjol seperti
buah anggur yang keluar dari dompolnya seperti
Abdul Uzza bin Qathan. Barang siapa yang
menjumpainya bacalah surat al-Kahfi. Dajjal akan
muncul dari daerah antara Syam dan Iraq, dia
akan membuat kerusakan dari semua arah kanan
dan kirinya. Teguhlah wahai hamba Allah. Kami
bertanya, “Ya Rasulullah berapa lama Dajjal

8 Risalah Ahlussunah Wal


akan tinggal di bumi ?” Rasul menjawab : “Selama
40 hari. Di mana sehari sama dengan setahun,
sehari sama dengan sebulan, sehari sama dengan
seminggu, dan berikutnya sama dengan hari-hari
biasa.” Kami kembali bertanya, “Ya Rasul apakah
sehari yang bagai setahun itu kita cukup shalat
satu hari saja ?,” Rasul menjawab, “Tidak,
hendaklah kalian mengira-ngira sendiri.” Kami
bertanya lagi, “Ya Rasul bagaiman gambaran
kecepatannya
?.” Rasulullah menjawab, “Seperti air hujan yang
diikuti tiupan angin, dia akan mendatangi setiap
orang dan mengajaknya untuk mengikutinya, lalu
dia akan menurunkan hujan, dan memerintahkan
bumi untuk menumbuhkan tanaman, dan semua
itu terwujud. Dan Hewan-hewan ternak menjadi
gemuk. Dajjal juga mendatangi orang-orang yang
akhirnya tidak mau mengikutinya, akhirnya mereka
mengalami paceklik dan jatuh miskin. Kemudian
Dajjal berjalan melewati reruntuhan bangunan
sambil berkata, “Keluarkan harta simpananmu.”
Maka keluarlah banyak kekayaan yang semuanya
mengikuti Dajjal seperti segerombolan lebah.
Lalu Dajjal akan memanggil seorang pemuda
untuk dia penggal menjadi dua bagian, lalu dia
hidupkan kembali. Setelah demikian datanglah Isa
al-Masih a.s. dari arah Menara Putih Damaskus,
ia memakai baju rangkap dua yang berbau wangi

Risalah Ahlussunah Wal 8


Za’faran. Ia meletakkan kedua tangannya di atas
sayap Malaikat, jika ia merunduk atau mengangkat
kepala, maka meneteslah keringat yang bagai
mutiara. Ia akan membunuh setiap orang kafir. Ia
terus berjalan mencari Dajjal, dan sampai
akhirnya ia menemukannya di pintu gunung Ludd
dan dibunuhlah Dajjal di tempat tersebut.
Setelah itu Isa menghampiri suatu kaum
yang dilindungi dari fitnah Dajjal, Isa mengusap
wajah mereka dan memberitahukan tentang
derajat mereka di surga. Lalu Allah memberikan
wahyu kepada Isa, “sesungguhnya aku akan
mendatangkan hambanku yang tidak bisa dibunuh
oleh siapapun, maka ajaklah para sahabatmu naik
ke bukit Tursina.” Setelah demikian muncullah
Ya’juj Ma’juj dari dataran tinggi, ketika rombongan
melewati lautan, maka mereka meminum semua air
laut, lalu Nabi Isa dan para sahabatnya terkepung,
dan saat itu satu kepala sapi lebih berharga daripada
100 dinar. Lalu Isa dan para pengikutnya berdoa
agar Allah mengirim ulat ke tubuh Ya’juj Ma’juj
agar mereka mati. Lalu Isa dan para sahabatnya
turun dari bukit Tursina dan tidak menemukan
sebidang tanahpun kecuali penuh dengan bangkai
Ya’juj Ma’juj. Kemudian Isa berdoa, lalu Allah
mengirim burung Unta untuk mengangkat
bangkai-bangkai tersebut untuk dilempar ketempat

8 Risalah Ahlussunah Wal


yang dikehendaki Allah. Lalu turunlah hujan lebat
untuk mencuci seluruh permukaan bumi. Allah
kemudian berfirman, “Wahai bumi tumbuhkan
buah-buahan dan kembalikan berkahmu.” Maka
tumbuhlah buah delima yang besar-besar, susu
unta yang melimpah sampai-sampai susu seekor
unta bisa mencukupi segerombolan manusia, susu
seekor sapi bisa mencukupi satu kabilah dan susu
seekor kambing bisa mencukupi satu kampung.
Ketika umat manusia dalam kondisi
sangat makmur yang demikian, tiba-tiba Allah
mengirim aroma wangi dari bawah ketiak mereka
dan setiap orang mukmin akan meninggal dunia
ketika mencium bau tersebut. Setelah itu yang
tersisa tinggallah orang-orang buruk yang suka
mencabuli perempuan di tempat umum seperti
keledai. Dan kepada mereka inilah kiamat akan
digelar.”
Adapun tanda kiamat berupa “Api yang
keluar dari Yaman.” Menurut pendapat para
ulama’ bahwa, manusia akan digiring secara
massal sebanyak empat kali: dua di antaranya di
dunia, yaitu ketika Rasulullah s.a.w. mengusir
orang Yahudi dari Madinah ke Syam. Dan ketika
api menggiring manusia dan semua makhluk
hidup ke sebuah tempat menjelang datangnya
kiamat. Peristiwa ini terjadi menjelang ditiupnya
sangkakala yang pertama. Dan yang hidup waktu
Risalah Ahlussunah Wal 8
itu tinggallah orang-orang kafir. Adapun di
akhirat, manusia akan digiring ke padang Mahsyar
dan selanjutnya digiring ke surga atau ke neraka.

8 Risalah Ahlussunah Wal


PASAL X
• Orang yang Meninggal Dunia
Mampu Mendengar, Berbicara
• Mengetahui Orang yang
Memandikan, Mengkafani, &
Memakamkan Jenazahnya
• Kembalinya Ruh Kedalam Jasad
Setelah Mati.

Tentang jenazah yang mempu mendengar,


Imam al-Bukhari telah meriwayatkan dari Anas
dari Nabi s.a.w. sebagai berikut :

‫و َذهب‬ ‫ّي و‬eِ‫وضع ِه فى ق ُت وُ ل‬ ‫ا َذا الع بْ ُد‬


‫ْبر‬
‫َا َتاُه قرع نعاِله ْم‬ ‫ل َي ا سمع‬ ‫ُبه اَصحا‬

‫ّنه ح َّتى‬
ُ‫له ن ماك ْن ْول فى ت تق‬ ‫َهيقُ وْ الَ ف‬
‫ع دَ ا‬
Risalah Ahlussunah Wal 8
‫فأَ‪ْ e‬ق م َلكان‬
‫صلى هلال عليه وسلم‪،‬‬ ‫هذا الرجل ٍد محم‬
‫ْولُه ف يُ َقال ع بْ‬ ‫اَشه ُد ف َيُق وْ ل اَ َّنه‬
‫ُد‬
‫ا و رس‬
‫ْب دَ َلك هلالُ‪ e‬من ال َّنار‪َ ،‬ا‬ ‫ا َلى اُ‪ْ e‬نظر م ْق ع ِدك‬

‫‪8‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫صلى هلال ي‬ ‫الن ِب قال‬ ‫ به م ْقع‬،‫ًدا من الج َّنة‬
.‫وَام الكافر َاو جم ْياع‬ ‫يلع‬
‫ فرأَهما‬،‫ه وسلم‬
‫قُ وْ ل‬eَ‫ما يقُ وْ ل ت ا‬ ‫الَ اَ ْدري ك ْن الم َنا ِفق ف َيقُ وْ ل‬
‫مث يضرب ت َل ْيت‬ ‫ف يُ َقا لا در يْ ل َلا ت وال‬

‫ّناس‬
‫ ُذ َن ْيه ب ْين‬eُ‫َقة من بمطر ضر َبة ح ِد يْ دٍ ف َيص ْيح أ‬
eَ‫ الث َق اال‬.‫ص ْيحة يسمعها ْيه من لي ِ َل ْي ن‬

Artinya : Apabila seorang mayat telah


diletakkan dalam kubur, dan orang-orang telah
meninggalkannya, maka dua malaikat mendatanginya
dan bertanya : bagaimana pendapatmu mengenai
Muhammad ? ia menjawab, aku bersaksi ia adalah
hamba Allah dan Rasulnya. Maka malaikat berkata,
lihatlah tempatmu di neraka telah diganti dengan surge.
Maka orang itupun bisa melihat surga dan neraka.
Adapun orang kafir dan munafik, maka dia akan
menjawab, “aku tidak tahu.” Dulu aku berpendapat
Risalah Ahlussunah Wal 8
sebagaimana pendapat orang-orang. Maka dikatakan
kepadanya, “kamu tidak tahu dan tidak mau mengikuti
orang-orang yang tahu.” Kemudian dipukullah dia
dengan palu dan menjerit yang bisa didengar oleh
penghuni kubur di sekitarnya.

9 Risalah Ahlussunah Wal


‫ال ج َنازةُ ضعت َل واح ها الر ع َلى جال‬ ‫َذا و ا‬
‫َتم‬
ْ‫ ِنى م و‬، ‫ِق َنا َاع كا َنت ه ْم ف ِان صاِلحة ق ِّد َلت قا‬
‫صالِحة قا َل كا َنت غ ْير َا ْين َو يْ َلها ت يا‬ ‫و ِان‬
‫ّ ش ْيئ‬e‫ص وْ َتها كل يسمع ا َال‬ ،‫بها‬ ُ‫ْون ْذه ب‬
‫ت‬
.‫سمعه صعق‬ ‫ْنسان ِلا ْو و‬
‫َل‬

Artinya : Ketika jenazah mau diantarkan ke


kubur, jika ia seorang yang shaleh akan berkata : Segera
bawa aku ke pemakaman. Dan jika ia bukan orang
shaleh, ia akan berkata : Celakalah aku, mau kau bawa
ke mana diriku. Suara tersebut bisa didengar oleh semua
makhluk kecuali manusia, dan jika manusia
mendengarnya maka akan pingsan. (HR. Bukhari)
Thabrani dalam “al-Ausath” meriwa-
yatkan dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Nabi s.a.w.
bersabda :

Risalah Ahlussunah Wal 9


‫ومن ُنه يك‬ ‫ه‬eُ‫ِّيت ان لا َيم ْعر ِفى ُ من ي ْغ سل‬
‫ِف‬ ‫ْيه ي ْدِل ومن ف ر ِته‬
‫ح َف‬
Artinya : Sesungguhnya mayit mengetahui
siapa yang memandikannya, mengkafaninya,
membopongnya, dan yang memasukkannya ke liang
lahat.

9 Risalah Ahlussunah Wal


Sa’id bin Zubair berkata : “Sesungguhnya
orang yang telah meninggal dunia tahu atas
kondisi keluarganya yang masih hidup, jika
kerabatnya baik, dia akan merasa bahagia, jika
mereka buruk, maka akan merasa sedih.”
Ibnu Munabbih berkata : “Sesungguhnya
Allah membangun istana di langit ketujuh
bernama istana Baidha’ untuk mengumpulkan ruh
orang- orang mukmin. Jika ada penduduk bumi
yang meninggal dunia, maka dia akan disambut
para ruh dan ditanya tentang berita penduduk
bumi, sebagaimana pertanyaan untuk keluarga
yang baru datang dari bepergian.”
Adapun tentang kembalinya ruh ke dalam
jasad orang yang meninggal, terdapat riwayat dari
Bara’ bin ‘Azib: “Kami keluar bersama Nabi s.a.w.
lalu kami duduk dengan tenang seolah-olah di
kepala kami terdapat burung yang hinggap, lalu
Nabi mengangkat pandangannya dan kemudian
menunduk. Kemudia bersabda, “sesungguhnya
jika seorang mukmin berada dalam kubur, maka
dia dihampiri malaikat dengan duduk di dekat
kepalanya sembari berkata, ‘Keluarlah wahai jiwa
yang tenang menuju ampunan dan ridha Allah.’
Maka ruh orang itu keluar mengalir bagaikan
air hujan, dan para malaikat turun dari surga
dengan wajah berseri dan membawa kain kafan

Risalah Ahlussunah Wal 9


dan ramuan pengawet dari surga. Mereka duduk
di sekitar mayat itu secara berderet sejauh mata
memandang, jika malaikat mencabut ruh tersebut,
maka dia tidak akan membiarkanruh itu berada
di tangannya walau hanya sekejap. Itulah yang
ayat, dengan ]‫[ َت َو فَ ْت ُه رُ ُس ُل َنا َو ُهم الَ ُي فَ ِر ّ ُطْو َن‬
dimaksud
“dia diwafatkan oleh malaikatku dan aku tidak
melalaikan kewajibannya.”(QS. al-An’am : 61)
Rasulullah bersabda: “Ruh orang mukmin
keluar dengan aroma paling harum yang pernah
dijumpai, dan para malaikat akan naik ke langit
dengan membawa ruh tersebut melewati ruh para
umat terdahulu, mereka bertanya, ‘ruh siapakah
itu ?’ dijawab, ‘ini adalah ruh si polan.’ Sampai
akhirnya para malaikat sampai di pintu langit
dunia, lalu dibukakan pintu untuk mereka. Dan
mereka digiring oleh malaikat Muqarrabin yang
berada di tiap-tiap lapis langit sampai berhenti di
langit ketujuh. Maka Allah berfirman, ‘Tulislah
orang ini dalam “Iliyyin.”
Setelah itu dikatakan pada Malaikat,
‘Kembalikan lagi dia ke bumi, karena sesungguh-
nya aku telah berjanji kepada mereka bahwa aku
telah menciptakan dari unsur bumi, aku akan
mengembalikan mereka padanya, dan akan
membangkitkan mereka darinya.’ Akhirnya
malaikat mengembalikan ruh tersebut ke bumi
9 Risalah Ahlussunah Wal
untuk di tempatkan ke dalam jasadnya, lalu ada
dua malaikat yang menghampirinya. Keduanya
sangat galak. Mereka menghardik dan
menyuruhnya untuk duduk. Lalu keduanya
bertanya, “Siapakah Tuhanmu dan apa
agamamu ?.” Ruh itu menjawab, “Allah Tuhanku
dan Islam agamaku.” Lalu ditanya lagi,
“Bagaimana pendapatmu tentang laki- laki
yang diiutus untuk kalian ?” dia menjawab “Dia
adalah utusan Allah.” Ditanya lagi, “Apa yang
membuatmu mengetahui hal itu ?” Dia menjawab,
“Telah datang kepada kami berbagai bukti dari
Tuhan kami maka kamipun mengimani dan
membenarkannya.” Kemudian Rasul s.a.w.
bersabda, “Itulah yang dimaksud dengan firman
Allah s.w.t. “Allah meneguhkan orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan akhirat.” (QS. Ibrahim :
27)
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Lalu ada
penyeru dari langit, ‘Sungguh hambaku telah
berkata benar.’ Maka Malaikat memberinya
pakaian dan menggelarkan permadani dari surga.
Diapun bisa melihat tempatnya di surga. Amal
kebaikannya menjelma menjadi seorang laki-laki
tampan nan wangi dan berkata, ‘Berbahagialah
kamu atas apa yang telah disiapkan Allah s.w.t.
berbahagialah kamu karena mendapatkan ridha

Risalah Ahlussunah Wal 9


Allah s.w.t. dan tempat tinggal yang kekal.

9 Risalah Ahlussunah Wal


Lalu ruh itu bertanya : “Semoga Allah
juga membuatmu bahagia, Siapakah dirimu
sebenarnya? karena wajahmu merupakan wajah
yang menyambut kami dengan baik, lelaki itu
menjawab, “Inilah hari dan sesuatu yang telah
lama dijanjikan untukmu. Aku adalah amal
shalehmu. Demi Allah aku telah menyaksikanmu
sangat cepat melakukan ketaatan kepada Allah
dan enggan melakukan kemaksiatan, oleh karena
itulah Allah memberikan balasan yang baik
untukmu. Kemudian ruh itu berdoa, “Ya Allah
segerakanlah kiamat agar aku bisa kembali
kepada keluarga dan hartaku.”
Namun jika ia orang yang durhaka, maka
malaikat akan berkata, “Keluarlah wahai jiwa yang
buruk, hadapilah murka dan siksa Allah. Lalu ada
malaikat yang turun dengan muka seram sambil
membawa kain kafan. Rasulullah bersabda : “Maka
ruh orang itu dipisahkan dari jasadnya sampai
terputus urat nadinya seperti besi bercabang yang
ditarik dari kumpulan bulu yang basah. Ruh itu
diambil oleh para malaikat dengan bau yang
sangat busuk, dia akan melewati gerombolan
arwah yang berada antara langit dan bumi. Para
malaikat berkata, “Ruh siapa yang sangat busuk
ini ?” Maka dijawab, “ Ini adalah ruh fulan.” Sampai
akhirnya berhenti di langit dunia dan tidak
dibukakan pintu

Risalah Ahlussunah Wal 9


oleh malaikat penjaganya. Lalu Allah berfirman,
“Kembalikanlah dia ke bumi sesungguhnya aku
telah berjanji bahwa mereka telah aku ciptakan dari
unsur bumi dan akan aku bangkitkan darinya.”
Rasulullah s.a.w. bersabda, “Maka ruh itu
kemudian dilempar dari atas langit.” Lalu beliau
membaca ayat berikut ini :

‫خر من الس ماء‬ َ‫ومن يشر با ك َّنما ل فكأ‬


Artinya : Barang siapa mempersekutukan
Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit. (QS. al-
Haj
: 31).
Orang itupun akhirnya dikembalikan ke
bumi dan ruhnya dikembalikan lagi ke dalam
jasadnya, lalu dia didatangi dua malaikat yang
sangat bengis dan mneyuruhnya untuk duduk,
lalu bertanya, “Siapakah Tuhanmu, dan apakah
agamamu ?” orang tersebut akan menjawab,
“Aku tidak tahu, aku mendengar orang-orang
mengatakan hal tersebut.” Lalu malaikat berkata,
“Kamu memang tidak mengetahuinya.” Lalu dia
dihimpit liang kuburnya sampai tulang rusuknya
berantakan, lalu amalnya menjelma menjadi laki-
laki yang buruk rupa, berbau busuk dan berpakaian
jelek, dan berkata, ‘Terimalah adzab dari Allah.’
Orang tersebut lalu bertanya, “Siapakah engkau
?” wajahmu seperti wajah orang yang membawa
9 Risalah Ahlussunah Wal
keburukan.” Laki-laki tersebut menjawab, ‘Aku
adalah amal burukmu, demi Allah aku telah
menyaksikan dirimu sangat malas melakukan
ketaatan kepada Allah dan gemar melakukan
maksiat.
Lalu Allah mendatangkan malaikat yang
bisu lagi tuli dengan membawa besi yang mampu
membuat gunung menjadi debu, lantas orang
tersebut dipukuli hingga menjerit-jerit sampai
bisa didengar oleh makhluk kecuali jin dan
manusia, kemudian ruh orang tersebut
dikembalikan ke dalam jasadnya untuk menerima
pukulan berikutnya.
Berkata Imam Haramain dan al-Faqih
Ibnu al-‘Arabi dan Imam Saifuddin al-Amidi,

‫الم خالِف‬ ‫َف ا َق َ ف اال م� ِة ْب ُ ظ ه وْ ِر‬


‫ِ ِء َيا‬ ‫َثر ل دَ ْع ْ َوق ِه ر ل َبا ا ْث‬
‫ت ْح ا‬
‫ع َلى‬ ‫ُظه‬ َ ‫ّت ك‬
‫س‬ ‫َوا‬
‫ْم‬
‫ه‬
،‫َلك ْين الم هل ْم‬ ،‫ْور ُق بُ ومسأَ َلة ه ْم‬
Risalah Ahlussunah Wal 9
‫وْ َتى الم فى‬
.‫الق بْ ع َذاب ْين ِل ْلمجرم ر و ْالكاف ر ْين‬ ‫َبات و ِا‬
‫ْث‬
Artinya : Telah bersepakat ulama salaf, sebelum
munculnya perbedaan pendapat, bahwa orang yang
meninggal dunia akan kembali dihidupkan di dalam

1 Risalah Ahlussunah Wal


kuburmya, juga tentang pertanyaan dua orang malaikat,
dan siksa kubur bagi orang-orang yang berbuat dosa.
s.w.t. Allah firman Sedangkan ‫[ َو اَ ْح َي ْي َت َنا‬
] ِ‫“ ي ْ َت َن ْاث‬dan engkau telah menghidupkan kami
dua
kali.”(al-Ghafir : 11) maksudnya adalah, kehidupan
di alam kubur dan kehidupan di alam Mahsyar.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya hadits
tentang Malaikat Maut, dan derajat di akhirat,
adalah perkara yang bersifat mutasyabihat yang
tidak ada analisis rasional di dalamnya. Manusia
benar-benar diuji untuk mempercayainya.
Telah sepakat kelompok Ahlussunah
bahwa orang yang meninggal dunia mampu
mengambil manfaat dari amalan orang yang masih
hidup. Hal ini setidak-tidaknya dalam dua hal :
pertama, Shadaqah Jariyah, dan kedua, Doa orang-
orang muslim, dan lain-lain. Tetapi para ulama
berbeda pendapat mengenai bentuk ibadah fisik.
Seperti puasa, shalat, bacaan al-Qur’an, dan alunan
dzikir.
Mayoritas para ulama’ berpendapat,
bahwa pahala dari semua hal-hal di atas bisa
sampai kepada mayit. Sedangkan para ahli bid’ah
mengatakan, bahwa pahala tersebut tidak bisa
sampai kepada mayit.

Risalah Ahlussunah Wal 1


Pendapat yang terakhir ini mendasarkan
pada al-Qur’an dan Sunah sebagai berikut :

‫ما لَّا سعى‬ ‫ن ْيس ل لا ْن سان‬eَ‫وا‬


‫ل‬
Artinya : Dan sesungguhnya seorang
manusia tidak memperoleh selain apa yang
diusahakannya. (QS. al-Najm : 39)
Namun demikian ayat di atas tidak
menafikan kemungkinan seseorang mendapatkan
manfaat dari usaha orang lain. Yang dinafikan oleh
Allah dalam ayat itu adalah kemungkinan untuk
memiliki sesuatu yang tidak dia upayakan. Karena
seseorang (dalam ibadah) dapat menghadiahkana
pahalanya untuk dirinya atau untuk orang lain.
Karena Allah s.w.t. tidak berfirman dengan ‫َال ُه‬
ّ ‫[ِا ُن‬
‫ َي ْن َت ِف ُع ِاال َّ َما س‬bisa tidak seseorang “sesungguhnya
]‫َعى‬
mengambil manfaat kecuali apa yang telah dia
usahakan.

1 Risalah Ahlussunah Wal


‫‪PENUTUP‬‬

‫ب الص َواب ع َل ْم‬ ‫اَ‪e‬‬ ‫اَ‪e‬خر الك َتاب ‪ ،‬وهذا‬


‫و‬
‫ُا‬
‫‪ ،‬وه َو حس ِبى مأَب‬ ‫و ْال المرجع‬ ‫َل ْيه ‪ ،‬و ِا‬
‫ُق وَّ َة االَ‪ّe‬‬ ‫لا َو و ِن ْعم‬
‫با‬
‫ا ك ْيل ‪ ،‬والَح ْول ولَا‬
‫س يِّ ِد َنا هلالُ‪ e‬ع َلى صلَّى‬ ‫العظ يْ ِم ‪ ،‬و العِلي‬
‫والتابع ْين‪ ،‬واَصحابه‬ ‫اَ‪e‬لِه وع َلى‬ ‫ٍد محم‬
‫ا َلى ي وْ ِم الد ْين التابع ْين هل ْم ب ِاحسان‬ ‫و َتابع‬
‫ال‪e‬عالم ْين‪ .‬رب‬ ‫‪ ،‬و ْالح ِ ل م‬
‫ُد‬
‫‪Demikian akhir pembahasan kitab ini,‬‬
‫‪Allahlah yang mengetahui kebenarannya, dan‬‬
‫‪hanya kepadanya tempat kembali yang abadi,‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


Dialah Dzat yang mencukupiku dan sebagai wakil
yang terbaik, tiada daya upaya kecuali dari Allah
s.w.t. yang maha tinggi dan maha agung.
Semoga shalawat dan salam tetap
tercurah kepada Nabi Muhammad s.a.w. kepada
keluarga, dan sahabatnnya, serta generasi tabi’in,
dan pengikut para tabi’in sampai hari kiamat.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. []

1 Risalah Ahlussunah Wal


Mukadimah Qanun Asasi
Rais Akbar Jam’iyah Nahdlatul Ulama
KH.M.Hasyim Asy’ari

Segala puji bagi Allah yang telah


menurunkan al-Qur’an kepada hambanya agar
menjadi pemberi peringatan kepada sekalian
umat dan menganugerahinya hikmat serta ilmu
tentang sesuatu yang Ia kehendaki. Dan
barangsiapa dianugerahi hikmah, maka benar-
benar mendapat keberuntungan yang melimpah.

Allah ta’ala berfirman:

‫وم َبشرا‬ َ َ‫ُّي يا أ‬


‫ًدا‬ eِ‫أرس ْل َناك ها الن ِبي إ‬
‫ش اه‬
‫ّنا‬
‫وسراجا‬ ‫ َلى و دَ اع ِنه ْذ‬eِ‫لال َّ�ه ًيا إ‬ ُّ‫ ِنيرا م‬.‫و َن ِذيرا‬
‫بإ‬
Artinya: “Hai Nabi, Sesungguhnya kami
Risalah Ahlussunah Wal 1
mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar
gemgira dan pemberi peringatan, Dan untuk jadi
penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk
jadi cahaya yang menerangi. ” (Q.S. Al Ahzab:45-46)

1 Risalah Ahlussunah Wal


‫م وْ عظة‬ ‫وا ْل حكمة‬ ‫با ْل ر‬ ‫ى س ِبيل‬e‫ل‬eِ‫ْد ُا ع إ‬

‫ّبك‬
‫ن هي‬e‫أَحسن ِإ‬ ‫وجاد ْ هل م ِتي‬ ‫الح س َنة‬
‫با‬
َّ‫ل‬
‫وه َو س ِبيلِه‬ ‫ضل عن‬ ‫ر َّبك َلم بمن ه َو أَع‬
‫َلم أَع ابل مه َت ِدين‬
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. ”
(Q.S. An Nahl:125)

‫ن والَّ ِذين اج ْواه بُ ُد ي‬eَ‫َت َن ُبوا الطاغوت أ‬


‫ْع‬
‫ َلى ع َباد ف َبشر‬e‫لال َّ�ه لهم لا ُبشرى ۚ وأَ َناب وْ ا ِإ‬
Risalah Ahlussunah Wal 1
‫﴾ لا َّ ِذين ْون ِبع َّت‬١٧﴿ ‫يس َتمع وْ ن ال َق وْ ل‬
‫ف َي‬
�ٰ ‫حس ِئك وْ ل‬eَ‫ وْ ل ٰ� ِئك لا َّ أ‬eُ‫ِذين ه دَ اهم لال َّ�ه َنه أ‬
‫وأ‬
‫ وْ لُو‬eُ‫﴾ ه ْم أ‬١٨﴿ ‫الَ ْل َباب‬
Artinya : “Dan orang-orang yang menjauhi
thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali
kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu

1 Risalah Ahlussunah Wal


sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku. Yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang
paling baik di antaranya mereka Itulah orang-orang
yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah
orang-orang yang mempunyai akal. ” (Az Zumar:17-
18)

‫يكن‬ ‫لا َّ ِذي حم ُد ِللَّ�ه ل ْم ي َّت خ ْذ ًدا و ْم‬ ‫وق ا ْل ل‬


‫َل و َل‬
‫َّه ول ي من‬e‫َّه شريك ْل ك في ا ْ مل ْم يكن ل‬e‫ل‬
‫و َل‬
‫﴾ الذل وك‬١١١﴿ ‫بِّرُه تك ِبيرا‬
Artinya : Dan Katakanlah: “Segala puji bagi
Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai
sekutu dalam kerajaan-Nya dan dia bukan pula hina
yang memerlukan penolong dan agungkanlah dia
dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. ” (Q.S.
Bani Israel :111)

‫و َلا‬ ۖ ‫صراطي ِق يما مس فات ب‬ ‫ن َذا ه‬eَ‫وأ‬


ِ
‫عو ُٰه‬ ‫َت‬ �ٰ
Risalah Ahlussunah Wal 1
‫ذلك ْم‬ ‫س ِبيلِه‬ ‫الس ُبل ت َّت ِبعاو بك ْم عن ف َت َفرق‬
‫هب لعلَّ وصاكم ك ْم ت َّتقُون‬
Artinya: “Dan bahwa (yang kami perintahkan ini)
adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
Karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari

1 Risalah Ahlussunah Wal


jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar
kamu bertakwa.” (Q.S. Al-An’am 153)

‫وأَطيعوا‬ ‫طيعاو لال َّ�ه‬ ‫ ها لا َّ ِذين‬eَ‫مآ ُنوا أ‬ َ‫ُّي يا أ‬


‫ن منك ْم ْم ُت َنازع‬e‫ف ِإ‬ ‫وأُوِلي لا َمر سول‬ ‫الر‬
‫ت‬
‫ن سول‬e‫والرٰ ِإ‬ ‫ َلى لال َّ�ه في شيء فر‬e‫ِإ‬

ُ‫ّدوه‬
‫خ ْير ذلِك‬ ‫وال َي وْ ِم ال م ُنون خر‬ ‫ت ؤْ كنت ْم‬
‫ل با‬
‫لَّ�ه‬
‫ويال‬eْ‫وأ حسن ت أ‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S.

Risalah Ahlussunah Wal 1


‫)‪An Nisa’: 59‬‬

‫لا َّ ِذي ي لا ُمي‬ ‫‪e‬ال‪e‬ن ِب سول‬ ‫عون الر‬ ‫ي‬

‫ّت ِب ِذين الَ‬


‫راة واِلنجيل‬ ‫ُدونه يج ُتوبا عند مك في الت وْ ه ْم‬
‫عن المنكر‬ ‫بالم ْعروف يأْمرهم ْم َي ْنهاه‬
‫و‬
‫ال خ َب ائث هم‬ ‫ِّي َب ات حل لهم و ُيحرم ْي‬ ‫و يُ‬
‫ع َل‬ ‫ا‬
‫لط‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫الَّ ِتي وا ْلَغالل كا َنت‬ ‫صره ْم ضع ع ْنه ْم‬e‫ِإ‬ ‫و َي‬
‫زرُوه و َن ه ْم ۚ فالَّ ِذين صروه‬e‫مآ ُنوا هب وع‬ ‫ْي ع‬
‫َل‬
‫ول ٰ� ِئ عوا النور الَّ ِذي هم ك‬eُ‫نزل معه أ‬eُ‫أ‬ ‫وات َب‬
‫ا حون‬
‫ل م ْفل‬
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul,
nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis
di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,
yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan
melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar
dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-
belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang
yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-
orang yang beruntung. “ (Q.S. Al A’raf: 157).

‫ س ِبيل‬e‫وِللَّ�ه‬ ‫ال‬ ‫لَّ�ه‬


Risalah Ahlussunah Wal 1
‫في‬ ‫ُقوا‬ ‫أَ َّلا وما لك ْم‬
‫تنف‬
‫يس َتوي ال‬ ‫ميراث السماوات والَرض‬
‫ق ْبل ا ْل َف ْتح من أَن َفق من َت ِئك َل ٰ�‬ ‫منكم‬
‫أُ‪e‬و ل‬ ‫و َقا‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫أَ قنف ُوا من لا َّ ِذين ْع ُد من‬ e‫أَعظم درج�ة‬
‫ب‬
‫و ا ل َ ّ� ه‬ ‫وا ۚ وك ّلا‬eُ‫حس َنى و َقاتل‬e‫ال‬e ‫وع دَ لال َّ�ه‬
‫ت ْعملُون خ ِبير بما‬
Artinya : “Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya
Rabb kami, beri ampunlah kami dan Saudara-saudara
kami yang Telah beriman lebih dulu dari kami, dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati
kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb
kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Hasyr:10)

‫نثى من‬eُ‫ذكر وأ‬ ‫ َّنا يا أَ َناكم خ َل‬e‫الناس ِإ‬


‫ْق‬
‫ّيها‬
‫ن ِل َتعارُفوا‬eِ‫ۚ إ‬ ‫ْم شعوبا و َق َبائل وجع ْل َناك‬
‫ن لال َّ�ه علِيم خ ِبي أَكرمك ْم عند لال َّ�ه أَ ْت َقاك‬eِ‫ْم ۚ إ‬
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa

Risalah Ahlussunah Wal 1


dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal. “ (Q.S. Al-Hujurat:13)

1 Risalah Ahlussunah Wal


ۗ ‫ما يخ شى لال َّ� ه من ِه ال عع َل ماء‬ ‫ا َّن‬
‫َباد‬
Artinya: ”Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (Q.S. Al-
Fathir : 28)

‫ص دَ ُقوا ما رجال ُدوا عاه‬ ‫الم ؤْ من م ِنين‬


‫من قضى نح َبه مف ْنهم وم ْن هم‬ ‫ع َل ْيه‬
‫ال‬
‫لَّ�ه‬
‫وا ب‬eُ‫وما ِد ْيال ت بْ َّدل‬ ‫من ينتظر‬
Artinya: “Di antara orang-orang mukmin itu ada
orang-orang yang menepati apa yang Telah mereka
janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang
gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-
nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)” (Q.S. Al
Ahzab : 23)

‫وكونوا مع‬ ‫اتقُوا لال َّ�ه لا َّ ِذين مآ ُنوا اه‬ َ‫ُّي يأ‬
‫الصاد ِق ْين‬
Risalah Ahlussunah Wal 1
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-
orang yang benar.” (Q.S. At Taubah:119)

‫تشر ك بي ل ْيس ام‬ ‫ن على‬eَ‫أ‬ ‫ن َداك جاه‬eِ‫وإ‬

1 Risalah Ahlussunah Wal


‫ْبهما في صاح‬ ‫لك هب فال ع ْ مل ْع ۖ و هام‬
‫تط‬
‫ َناب‬eَ‫ َلي من أ‬e‫ِإ‬ ‫س ِبيل وات ِبع‬ ۖ ‫َيا الد ْن م ْع‬
‫روفا‬
‫ َن‬eُ‫ َلي مرجعك ْم فأ‬e‫ون مث ِإ‬eُ‫ِّب ُئكم بما كنت ْم ت ْعمل‬
Artinya: “Dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepadaKu.” (Q.S. Luqman:15)

‫ْل َنا وما أَرس َّلا ِإ َلك ق ًلا َل يْ نوحي إِ ه ْم‬


‫رجا‬ ْ‫ب‬
‫وا أَهل‬eُ‫ن كنت ْم لا ت ْع َلمون فاسأَ ل‬eِ‫ذكر إ‬e‫ال‬
Artinya : “Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum
kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki
yang kami beri wahyu kepada mereka, Maka
tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu,
jika kamu tiada Mengetahui. “ (Q.S. Al-Anbiya’ : 7)

‫ال إن س مع‬ ‫ل ك هب ع ْ مل س‬ ‫ت ْقف و َلا ل يْ ام‬


ِ
‫كان ع ْنه‬ ‫ٰ� ِئك كل أُول‬ ‫لُف َؤاد‬
‫وا‬
Risalah Ahlussunah Wal 1
‫وا‬ ‫ل‬ ‫َبصر‬
‫مس ُئوال‬
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang
kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
(Q.S. Bani Israel : 36)

1 Risalah Ahlussunah Wal


‫آيات‬ ‫م ْنه‬
‫الك َتاب ع َل ْيك‬ َّ‫نزل ه َو ال‬eَ‫ِذي أ‬
‫خر محكمات هن م َت شابهات‬eُ‫أُ ُّم الك َتاب وأ‬
‫لا َّ ِذين فأَما ْم ز ْيغ ف ي قلُوبه ِبعون ما ف َي َّت‬

‫ۗ وما ويِله‬ ‫ غاء لا ِف ْت َنة‬eْ‫واب ِتغاء تأ‬ ‫م ْنه اب ِت تشابه‬


‫والراس خون ِم في الع‬ ‫ َّلا ي ْع َلم ت أْويله‬e‫ِإ‬
‫ْل‬ ‫ال‬
‫لَّ�ه‬
‫ي َّذكر وما‬ ‫من عن ِد كل ۗ َنا‬ ‫ه يقُولُون‬e ‫مآ َّنا ب‬
‫بِّ ر‬
‫ َّلا أُوُلو‬eِ‫الَ ْل َب اب إ‬
Artinya : “Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al
Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat
yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan
yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. adapun orang-
orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan,
Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
Risalah Ahlussunah Wal 1
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah
untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang
mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. dan orang-orang
yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi
Tuhan kami.” dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”
(Q.S. Ali Imron : 7)

1 Risalah Ahlussunah Wal


‫يشاقق الر سول ت َب يَّ من ب ْع ِد ما ن له‬ ‫ومن‬
‫ّ ا ْ مل ؤْ م ِنين س ِبيل ه ما‬eِ‫ن َول‬ ‫غ ْير َّت ِبع و َي‬ ‫َدى ا ْ هل‬
‫وساءت مصيرا‬ ‫جه َّنم و ُنصِله‬ ‫َّى‬e‫ت َول‬
Artinya : “Dan barangsiapa yang menentang Rasul
sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan
ia leluasa terhadap kesesatan yang Telah dikuasainya
itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (Q.S.
An Nisa’ : 115)

‫خاصة‬ ‫لا ت ص ظ َل ِذي ن ن لا َ ماو ْم‬ ‫َنة ف‬


‫منك‬ ‫يب‬ ‫ْت‬
‫ماو أ ن لال َّ�ه ال ش ِدي د ع َقاب‬ ‫واع َل‬
Artinya: “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan
yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim
saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat
keras siksaan-Nya.” (Q.S. Al Anfal:25)

‫ف َتمسكم النار امو‬ ‫ َلى ظ َل‬e‫ن ترك ُنوا ِإ‬e ‫لا َّ ِذي‬ ‫و َلا‬

Risalah Ahlussunah Wal 1


‫َياء مث لا من أَ‪ e‬وْ ِل‬ ‫من دون لال َّ�ه لكم‬ ‫وما‬
‫تنصرون‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


Artinya : “Dan janganlah kamu cenderung kepada
orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu
disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada
mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah,
Kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (Q.S.
Hud : 113)

‫نفُسك ْم ها الَّ ِذين مآ ُنوا وأ ْم نارا هِليك‬eَ‫ُقوا أ‬ َ‫ُّي يا أ‬


‫مال ِئكة ع َل ْيها‬ ‫ها الناس وال حجارة‬ ‫وُقود‬
‫أَمره ْم ام‬ ‫غالظ لا ي ْع ش دَ اد صون لال َّ�ه‬
‫ون و ما ي ؤْ مرون‬eُ‫َي ْفعل‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (Q.S. At Tahrim:6)

‫وه ْم لا‬ ‫وا َنا سم‬eُ‫قال‬ ‫ن‬e ‫تكونوا ِذي‬ ‫و َلا‬


‫ْع‬ ‫كا‬
َّ‫ل‬
Risalah Ahlussunah Wal 1
‫يسمعون‬
Artinya: “Dan janganlah kamu menjadi
seperti orang-orang (munafik) vang Berkata “Kami

1 Risalah Ahlussunah Wal


mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan.”
(Q.S. Al Anfal:21)

َّ‫ِذين م ال‬
‫عند لال َّ� ه الص لا ُبك م‬ ‫شر الد َواب إِن‬
‫ون‬eُ‫لا ي ْع ِقل‬
Artinya : “Sesungguhnya binatang (makhluk)
yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-
orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-
apapun. “(Q.S. Al Anfal:22)

‫مرون‬eْ‫و َي أ‬ ‫ َلى‬eِ‫مة منك ْم ي ْد ا ْلخ ْير عون إ‬eُ‫َتكن و ْل أ‬


�ٰ ‫ِئك‬ ‫ر‬e‫عن المنك‬ ‫ْع لماب و َي ْن روف ه وْ ن‬
‫ول‬eُ‫وأ‬
‫مه ال م ْفلِحون‬
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S.
Ali Imron:104)

‫لال َّ�ه شعائر‬ ‫لا تحلُّوا‬ ‫مآ ُنوا لا َّ ِذين اه‬ َ‫ُّي يا أ‬
‫ال َد ِئ َقال‬ ‫ال ه ْدي و َلا و َلا‬ ‫الشهر‬
Risalah Ahlussunah Wal 1
‫الحرام‬ ‫و َلا‬
‫غون ف ضال من‬ ‫حرامَت‬ ‫لا َب ْيت لا آمين‬ ‫و َلا‬
‫ي بْ‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


ۚ
‫ َذا ض َوانا ْم ُت فاص‬e‫ر بِّ ور ه ْم ۚ و ِإ‬
‫طادوا‬
‫ْل َل ح‬
‫ن ش َنآن ق ْم عن ص‬eَ‫و َلا يجرم َّن ك ْم ٍم أ‬
ْ‫و‬
‫ّدوك‬
‫الحرام أَن ج ِد ۘ و َت َت ُداو ت ْع ع َلى عاو ُنوا‬ ‫المس‬
‫و َلا تعاو ُنوا والت ْق َوى ْث ِم ع َلى‬ ‫ا‬
‫اِل‬ ‫ل ِب ر‬
‫ش ِديد‬ ‫ن واتقُوا‬eِ‫اَّل�ه إ‬ ‫َوان ۚ والع ْد‬
‫ال‬
‫لَّ�ه‬
‫الع َقاب‬
Artinya : “dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al Maidah:2)

Risalah Ahlussunah Wal 1


‫وصاب راو‬ ‫مآ ُنوا اص ِب ها لا َّ ِذين راو‬ َ‫ُّي يا أ‬
‫عل لَّك ْم طوا واتقُوا ت ْفل حون‬ ‫وراب‬
‫ال‬
‫لَّ�ه‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,
Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.
“(Q.S. Ali Imran:200).

‫عا و َلا ت َف ۚ رقُوا‬e ‫جمي‬ ‫ل لال َّ�ه‬ ْ‫واع َت صموا بح ب‬

1 Risalah Ahlussunah Wal


‫أَ كنت ْم ع دَ اء‬ ‫ت لال َّ�ه ْم ْيك إِ ْذ‬ ‫واذكروا ن ْعم‬
‫ع َل‬
‫ ِته ْعم ب ِن ًنا خ‬e‫ ك ْم ُتم ِإ‬eَ‫فأ‬ ‫لَ قلُو ِب ف ب ْين‬eَ‫فأ‬
‫َوا‬ ‫ص َبح‬
‫نق َذكم‬eَ‫م ْنها فأ‬ ‫من النار‬ ‫ٍة ح‬ ‫ْم و ش َفا ع َلى‬
‫ْفر‬ ‫ُكنت‬
‫ْم آياته لعلَّك ْم ته َت ُدون ك َذِلك ي َب ِّين‬
‫ال‬
‫لَّ�ه لك‬
Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali
Imran: 103)

Risalah Ahlussunah Wal 1


‫وا وأَطيعوا‬eُ‫ورسوله و َلا ت َنازعوا ف َت ْفشل‬
‫ال‬
‫لَّ�ه‬
‫ن لال َّ�ه مع و َت ْذهب ريحك ْم‬eِ‫واص ِبروا ۚ إ‬
‫الصابرين‬
Artinya : “Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya
dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anfal : 46)

1 Risalah Ahlussunah Wal


‫صِلحوا خ ب يْ ن أ ْي ك ْم‬eَ‫ن إ َوٌة فأ‬ ‫إِ َّن ْؤم ُنو ما ا ْ مل‬
‫خ َو‬
‫ترحمون‬ ‫لعلَك ْم‬ ‫لال َّ�ه واتقُوا‬
Artinya : “Orang-orang beriman itu Sesungguhnya
bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S.
al-Hujarat : 10)

‫و‬eَ‫أَنفُسك ْم ن ا ْق تلُوا أ‬ ‫ ع َل ْيه َت بْ َنا‬eَ‫ْو و أَ َّنا ْم أ‬


‫ك‬ ‫َل‬
‫لِيل من د َياركم ما ْم م‬e‫ َّلا ق‬eِ‫فعل ُوُه إ‬ ‫اخرجوا‬
‫ْنه‬
‫كل ان خ ْيرا به‬ ‫وع فعلُوا ظون‬e ‫ما ي‬ ‫َّن وْ أَ و َل ه ْم‬
‫ ًذا ت ْث َناهم ل َت َّنا ُد َّل من‬e‫ و ِإ‬. ‫وأَ ْم لَّه‬
‫ِب ي‬
‫تا ش َّد‬
‫ِقيما مس َت‬
9 Risalah Ahlussunah Wal
‫صراطا‬ ‫َد يْ َناه‬ ‫ و َله‬. ‫ْم عظيما‬ ‫أَجرا‬
Artinya : “dan Sesungguhnya kalau mereka
melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka,
tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan
lebih menguatkan (iman mereka). Dan kalau demikian,
pasti kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari
sisi kami, Dan pasti kami tunjuki mereka kepada jalan
yang lurus.“(Q.S. an-Nisa’ : 66-68)

‫ن‬e‫و ِإ‬ ‫ۚ َنا َل‬ ‫َني َّن ه ِد ه ْم‬


َ ‫فينا ل‬ ‫ُدوا جاه‬ ‫ِذين‬
ُ‫س ب‬ ‫وا‬
َّ‫ل‬

Risalah Ahlussunah Wal 9


‫ل مع المحس ِني‬
‫ال‬
‫لَّ�ه‬
Artinya : “Dan orang-orang yang berjihad
untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan
kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang
yang berbuat baik. “ (Q.S. al-Ankabut : 69)
‫يا‬ ‫الن ِب ع َلى‬ ‫صلُّون‬ ‫ومال ِئك َته ي ن‬
‫ي‬ ‫ال‬
‫لَّ�ه‬
‫ّموا تسِليما ُّيها الَّ ِذين مآ ُنوا صلُّوا أ‬eِ‫ع َل ْيه وسل‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-
malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang
yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. al-
Ahzab : 56)
‫ِلر ِّبه ْم وأَ َقاموا الصال َة والَّ ِذين اس َتجابوا‬
‫ب يْ َنه ْم ومما رز ْق َناه ْم وأَم�ره�م ش��ورى‬
‫فقُون‬e‫ُين‬
1 Risalah Ahlussunah Wal
Artinya : “Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezki yang kami berikan kepada mereka.” (Q.S. al-Syuro
: 38)

Risalah Ahlussunah Wal 1


�ٰ ‫يرقُ ُبون في ال م ؤْ م إ ًّلا ن و َلا ۚ ِئك َل‬
ِ
e‫وأُ و‬ ‫ذمة‬
‫هم الم ْع َت ُدون‬
Artinya : “dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun
ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya
selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah
kemenangan yang besar. “ (Q.S. al-Taubah : 10)
Amma Ba’du

Sesungguhnya pertemuan dan saling mengenal


persatuan dan kekompakan adalah merupakan
yang yang tidak seorangpun tidak mengetahui
manfaatnya. Betapa tidak. Rasulullah SAW
benar-benar telah bersabda yang artinya :
“Tangan Allah bersama jama’ah. Apabila diantara
jama’ah itu ada yang memencil sendiri, maka
syaitanpun akan menerkamnya seperti halnya
serigala menerkam kambing.”
“Allah rela kamu sekalian menyembahnya dan
tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun.”
Kami sekalian berpegang teguh kepada tali (agama)
Allah seluruhnya dan tidak bercerai-berai;
1 Risalah Ahlussunah Wal
Kamu saling memperbaiki dengan orang yang
dijadikan Allah sebagai pemimpin kamu:
Dan Allah membenci bagi kamu;
Saling membantah;
Banyak tanya, dan
Menyia-nyiakan harta benda
“Jangalah kamu saling dengki, saling
menjerumuskan, saling bermusuhan, saling
membenci dan janganlah sebagian kamu menjual
atas kerugian jualan sebagian yang lain dan jadilah
kamu, hamba-hamba Allah, bersaudara.”
Suatu umat bagaikan jasad lainnya.
Orang-orangnya ibarat anggota-anggota tubuhnya
Setiap anggota punya tugas dan perannya.
Seperti dimaklumi, manusia tidak dapat
bemasyarakat, bercampur dengan yang lain; sebab
seorangpun tak mungkin sendirian memenuhi
segala kebutuhan-kebutuhannya. Dia mau tidak
mau dipaksa bermasyarakat, berkumpul yang
membawa kebaikan bagi umatnya dan menolak
kebutuhan dan ancaman bahaya dari padanya.
Karena itu, persatuan, ikatan batin satu
dengan yang lain, saling bantu menangani satu
perkara dan seia sekata adalah merupakan
penyebab kebahagiaan yang terpenting dan faktor
paling kuat bagi menciptakan persaudaraan dan
kasih sayang.

Risalah Ahlussunah Wal 1


Berapa banyak negara-negara yang menjadi
makmur, hamba-hamba menjadi pemimpin yang
berkuasa, pembangunan merata, negeri-negeri
menjadi maju, pemerintah ditegakkan, jalan-jalan
menjadi lancar. Perhubungan menjadi ramai dan
masih banyak manfaat-manfaat lain dari hasil
persatuan merupakan keutamaan yang paling besar
dan merupakan sebab dan sarana paling ampuh.
Rasulullah SAW telah mempersaudara-
kan sahabat-sahabatnya sehingga mereka (saling
kasih, saling menyayangi dan saling menjaga
hubungan) tidak ubahnya satu jasad; apabila salah
satu anggota tubuh mengeluh sakit, seluruh jasad
ikut merasa demam dan itdak dapat tidur.
Itulah sebabnya mereka menang atas
musuh mereka, kendati jumlah mereka sedikit.
Mereka tundukkan raja-raja, mereka taklukkan
negara-negara. Mereka buka kota-kota. Mereka
bentangkan payung-payung kemakmuran. Mereka
bangun kerajaan-kerajaan. Dan mereka lancarkan
jalan-jalan.
Allah s.w.t. berfirman

‫من كل ش ْيئ س َب ًبا‬ ‫َناُه َت يْ و ٰأ‬


Artinya : Dan aku telah memberikan kepadanya
jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.

1 Risalah Ahlussunah Wal


Benarlah kata penyair yang mengatakan
dengan bagusnya:
“Berhimpunlah akan-anakku bila
Kegentingan dating melanda
Jangan cerai-berai sendiri-sendiri
Cawan-cawan enggan pecah bila bersama
Ketika bercerai
Satu-satu pecah
berderai.” Sayidina Ali
berkata:
“Dengan perpecahan tak ada satu
kebaikan dikaruniakan Allah kepada
seseorang baik dari orang-orang
terdahulu maupun orang-orang yang
datang belakangan.”
Sebab satu kamu apabila hati-hati mereka
berselisih dan hawa nafsu mereka mempermainkan
mereka, maka mereka tidak akan melihat sesuatu
tempat pun bagi kemaslahatan bersama. Mereka
bukanlah bangsa yang bersatu, tapi hanya individu-
individu yang berkumpul dalam arti jasmani
belaka. Hati dan keinginan-keinginan mereka
saling berselisih. Engkau mengira mereka menjadi
satu, padahal hati mereka berbeda-beda.
Mereka telah menjadi seperti kata
orang “kambing-kambing yang berpencaran di
padang terbuka. Berbagai binatang buas telah
Risalah Ahlussunah Wal 1
mengepungnya. Kalau sementara mereka tetap

1 Risalah Ahlussunah Wal


selamat, mungkin karena binatang buas belum
sampai kepada mereka (dan pasti suatu saat
akan sampai kepada mereka), atau karena saling
berebut, telah menyebabkan binatang-binatang
buas itu saling berkelahi sendiri antara mereka.
Lalu sebagian mengalahkan yang lain. Dan yang
menangpun akan menjadi perampas, yang kalah
menjadi pencuri. Si kambingpun jatuh antara si
perampas dan si pencuri.
Perpecahan adalah penyebab kelemahan,
kekalahan dan kegagalan di sepanjang zaman.
Bahkan pangkal kehancuran dan kemacetan,
sumber keruntuhan dan kebinasaan, dan
penyebab kehinaan dan kenistaan,
Betapa banyak keluarga-keluarga besar,
semula hidup dalam keadaan makmur rumah-
rumah penuh dengan penghuni, sampai satu
ketika kalajengking perpecahan merayapi mereka,
bisanya menjalar, meracuni hati mereka dan
syaitanpun melakukan peranannya. Mereka
kucar- kacir tak karuan. Dan rumah-rumah mereka
runtuh berantakan.
Sahabat Ali bin Abithalib karam-
allahu wajhah berkata dengan fasihnya:
“Kebenaran dapat menjadi lemah karena
perselisihan dan perpecahan dan kebathilan

Risalah Ahlussunah Wal 1


sebaliknya dapat menjadi kuat dengan persatuan
dan kekompakan.”
Pendek kata siapa yang melihat pada cermin
sejarah, membuka lembaran yang tidak sedikit
dari ikhwal bangsa-bangsa dan pasang surut
zaman serta apa saja yang terjadi pada mereka
hingga pada saat-saat kepunahannya, akan
mengetahui bahwa kekayaan yang pernah
menggelimang mereka, kebanggaan yang pernah
mereka sandang, dan kemuliaan yang pernah
mereka jadikan perhiasan mereka, tidak lain
adalah karena berkat apa yang secara kukuh
mereka pegang, yaitu mereka bersatu, dalam cita-
cita seia sekata, searah setujuan, dan pikiran-
pikiran mereka seiriang. Maka inilah faktor paling
kuat yang mengangkat martabat dan kedaulatan
mereka, dan benteng paling kokoh bagi menjaga
kekuatan dan keselamatan ajaran mereka.
Musuh-musuh mereka tak dapat berbuat
apa-apa terhadap mereka, malahan menundukkan
kepada, menghormati mereka karena wibawa
mereka. Dan merekapun mencapai tujuan-tujuan
mereka dengan gemilang.
Itulah bangsa yang mentarinya dijadikan
Allah tak pernah terbenam senantiasa memancar
gemilang. Dan musuh-musuh mereka tak dapat
mencapai sinarnya.

1 Risalah Ahlussunah Wal


Wahai ulama dan para pemimpin yang
beraqwa di kalangan ahlussunah wal jama’ah dan
keluarga mazhab imam empat; anda sekalian telah
menimba ilmu-ilmu dari orang-orang sebelum
anda, orang-orang sebelum anda menimba dari
orang-orang sebelum mereka, dengan jalan sanad
yang bersambung sampai kepada anda sekalian.
Dan anda menjadi selalu meneliti dari siapa anda
menimba ilmu agama anda itu.
Maka dengan demikian, anda sekalian
penjaga-penjaga ilmu dan pintu gergang ilmu-
ilmu itu, rumah-rumah tidak dimasuki kecuali dari
pintu-pintu. Siapa yang memasukinya tidak lewat
pintunya, disebut pencuri.
Sementara itu, segolongan orang yang
terjun ke dalam lautan fitnah; memilih bid’ah dan
bukan sunah-sunah rasul dan kebanyakan orang
mukmin yang benar hanya terpaku. Maka para
ahli bid’ah itu seenaknya memutar balikkan
kebenaran, memungkarkan makruf dan
memakrufkan kemungkaran.
Mereka mengajak kepada kitab Allah,
padahal sedikitpun mereka tidak bertolak dari
sana.
Mereka tidak berhenti sampai disitu,
malahan mereka mendirikan perkumpulan pada

Risalah Ahlussunah Wal 1


perilaku mereka tersebut. Maka kesesatanpun
semakin jauh. Orang-orang yang malang pada
memasuki perkumpuan itu. Mereka tidak
mendengar sabda Rasulullah SAW.

‫عمن تأ ْون خ َن د ك ْم‬ ‫فاان ظر وْ ا‬


ْ‫ُذ ي‬
Artinya : “Maka lihat dan telitilah dari siapa
kamu menerima ajaran agamamu itu”
“Sesungguhnya menjelang hari kiamat,
muncul banyak pendusta.”
“Jangalah kau menangisi agama ini bila
ia berada dalam kekuasaan ahlinya.
Tangisilah agama ini bila ia berada di
dalam kekuasaan bukan ahlinya.”
Tepat sekali sahabat Umar bin Khattab
Radhiallahu ‘anhu ketika berkata “Agama Islam
hancur oleh perbuatan orang-orang munafik
dengan al Qur’an.”
Anda sekalian adalah orang-orang yang
lurus yang dapat menghilangkan kepalsuan ahli
kebathilan, penafsiran orang-orang bodoh dan
penyelewengan orang-orang yang over acting;
dengan hujjah Allah, tuhan semesta alam, yang
diwujudkan melalui lisan orang-orang yang
dikehendaki.
1 Risalah Ahlussunah Wal
Dan anda sekalian, kelompok yang disebut
dalam sabda Rasululllah SAW: “Anda sekelompok
dari umatku yang tak pernah tergerser selalu
berdiri tegak di atas kebenaran tak dapat
dicederai oleh orang yang melawan mereka,
hingga datang putusan Allah.”
Marilah anda semua dan segenap pengikut
anda dari golongan para fakir miskin, para
hartawan, rakyat jelata dan orang-orang kuat,
berbondong-bondonglah masuk jam’iyah yang
diberi nama “Jam’iyah Nahdlatul Ulama ini.”
Masuklah dengan penuh kecintaan, kasih
sayang, rukun, bersatu, dan dengan ikatan jiwa
raga.
Ini adalah jam’iyah yang lurus, bersifat
memperbaiki dan menyantuni. Ia manis terasa di
mulut orang-orang yang baik dan bengkal (jiwa
kolot) di tenggorokan orang-orang yang tidak
baik. Dalam hal ini hendaklah anda anda sekalian
saling mengingatkan dengan kerjasama yang baik,
dengan petunjuk yang memuaskan dan ajakan
memikat serta hujjah yang tak terbantah.
Sampaikan secara terang-terangan apa
yang diperintahkan Allah kepadamu, agar bid’ah-
bid’ah terberantas dari semua orang.

Risalah Ahlussunah Wal 1


Rasulullah SAW bersabda : “Apabila
fitnah-fitnah dan bid’ah-bid’ah muncul dan
sahabat-sahabatku dicaci maki, maka hendaklah
orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang
siapa tidak berbuat begitu, maka dia akan terkena
laknat Allah, laknat malaikat dan semua orang.”
Allah SWT telah berfirman:

‫ع َلى البر والت ْق ٰوى و َتعاو ُن وْ ا‬


Artinya : Dan saling tolong-menolonglah kamu
dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa kepada Allah.
Sayyidina Ali karamallahu wajhah berkata:
”Tak seorangpun (betapapun lama ijtihadnya
dalam amal) mencapai hakikat taat kepada Allah
yang semestinya. Namun termasuk hak-hak Allah
yang wajib atas hamba-hambanya adalah nasihat
dengan sekuat tenaga dan saling bantu dalam
menegakkan kebenaran diantara mereka.”
Tak seorangpun (betapapun tinggi
kedudukannya dalam kebenaran, dan betapapun
luhur derajat keutamaannya dalam agama) dapat
melampui kondisi membutuhkan pertolongan
untuk memikul hak Allah yang dibebankan
kepadanya. Dan tak seorangpun (betapa kerdil
jiwanya dan pandangan-pandangan mata
merendahkannya) melam-paui kondisi
dibutuhkan bantuannya dan dibantu untuk itu.”

1 Risalah Ahlussunah Wal


Artinya tak seorangpun betapa tinggi
kedudukannya dan hebat dalam bidang agama
dan kebenaran yang dapat lepas tidak
membutuhkan bantuan dalam pelaksanaannya
kewajibannya terhadap Allah, dan tak seorangpun
betapa rendahnya, tidak dibutuhhkan bantuannya
atau diberi bantuan dalam melaksanakan
kewajibannya itu.
Tolong menolong atau saling bantu
pangkal keterlibatan umat-umat.
Sebab kalau tidak ada tolong menolong.
Niscaya semangat dan kemauan akan lumpuh
karena mereka tidak mampu mengejar cita-cita.
Barang siapa mau tolong menolong dalam
persoalan dunia dan akhiratnya, maka akan
sempurnalah kebahagiaannya, nyaman dan sentosa
hidupnya.
Sayidina Ahmad bin Abdillah as Saqaf
berkata:
“Jam’iyah ini adalah perhimpunan yang
telah menampakkan tanda-tanda menggembirakan,
daerah-daerah menyatu, bangunan-bangunannya
telah berdiri tegak, lalu kemana kamu akan pergi?
Kemana?.
“Wahai orang-orang yang berpaling,
jadilah kamu orang-orang yang pertama, kalau
tidak, orang-orang yang meyusul (termasuk

Risalah Ahlussunah Wal 1


jam’iyah ini). jangan sampai ketinggalan, nanti
suara penggoncang akan menyerumu dengan
goncangan-goncangan :
“Mereka (orang-orang munafik itu)
puas bahwa mereka ada bersama orang-orang
yang ketinggalan (tidak masuk ikut serta
memperjuangkan agama Allah). Hati mereka
telah dikunci mati, maka merekapun tidak bisa
mengerti.”
“Tiada yang merasa aman dari azab Allah
kecuali orang-orang yang merugi.”
Ya Tuhan kami, janganlah engkau condongkan
hati kami kepada kesesatan setelah engkau
memberi hidayat kepada kami.
Anugerahkanlah kepada kami rahmat dari
sisimu; sesungguhnya engkau maha
penganugerah.
“Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-
dosa kami, hapuskanlah dari diri-diri kami
kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah
kami bersama orang-orang yang berbakti.
Ya Tuhan kami, karuniakanlah kami apa yang
engkau janjikan kepada kami melalui utusan-
utusanmu dan jangan hinakan kami dari hari
kiamat. Sesungguhnya engkau tidak pernah
menyalahi janji.

1 Risalah Ahlussunah Wal


KHITTHAH
NAHDLATUL ULAMA

1. Muqaddimah
Nahdlatul Ulama didirikan atas dasar
kesadaran dan keinsafan bahwa setiap manusia
hanya bisa memenuhi kebutuhannya bila
bersedia untuk hidup bermasyarakat. Dengan
bermasyarakat, manusia berusaha mewujudkan
kebahagiaan dan menolak bahaya terhadapnya.
Persatuan, ikatan batin, saling Bantu membantu
dan keseiasekataan merupakan prasyarat dari
tumbuhnya persaudaraan (ukhuwwah) dan kasih
sayang yang menjadi landasan bagi terciptanya tata
kemasyarakatan yang baik dan harmonis.
Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyyah
din’iyyah adalah wadah bagi para ulama dan
pengikut-pengikutnya yang didirikan pada 16
Rajab 1344/31 Januari 1926 dengan tujuan untuk
memelihara, melestarikan, mengembangkan
dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan
Ahlussunnah wal Jamaah dan menganut salah
satu madzhab empat, masing-masing Imam Abu
Hanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam

Risalah Ahlussunah Wal 1


Muhammad bin Idris as-Syafi’i, dan Imam Ahmad
bin Hanbal, serta untuk mempersatukan langkah
para ulama dan pengikut-pengikutnya dalam
melakukan kegiatan-kegiatannya yang bertujuan
untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat,
kemajuan bangsa dan ketiggian harkat dan
martabat manusia.
Nahdlatul Ulama dengan demikian
merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan
untuk ikut membangun dan mengembangkan
insan dan masyarakat yang bertakwa kepada
Allah
s.w.t. cerdas, terampil, berakhlak mulia, tentram,
adil dan sejahtera.
Nahdlatul Ulama mewujudkan cita-cita
dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang
didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan yang
membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama.
Inilah yang kemudian disebut sebagai Khitthah
Nahdlatul Ulama.
2. Pengertian Khitthah Nahdlatul Ulama

a. Khitthah Nahdlatul Ulama adalah


landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga
Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan
dalam tingkah laku perseorangan maupun
organisasi serta dalam setiap proses

1 Risalah Ahlussunah Wal


pengambilan keputusan.

Risalah Ahlussunah Wal 1


b. Landasan tersebut adalah faham Islam
ahlussunnah wal jamaah yang diterapkan
menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia,
meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun
kemasyarakatan.
c. Khitthah Nahdlatul Ulama juga digali dari
intisari perjalanan sejarah khidmahnya dari
masa ke masa.
3. Dasar-dasar Faham Keagamaan Nahdlatul
Ulama
a. Nahdlatul Ulama mendasarkan faham
keagamaannya kepada sumber ajaran islam : al-
Qur’an, as-Sunnah, al-Ijma dan al-Qiyas.
b. Dalam memahami, menafsirkan Islam dari
sumber-sumbernya tersebut di atas, Nahdlatul
Ulama mengikuti faham Ahlussunnah wal
Jamaah dan menggunakan jalan pendekatan
(madzhab) :
1). Di bidang akidah, Nahdlatul Ulama
mengikuti faham ahlussunnah wal jamaah
yang dipelopori oleh imam abu hasan al-
asy’ari, dan imam abu manshur al-maturidi.
2). Di bidang fiqh, Nahdlatul Ulama
mengikuti jalan pendekatan (madzhab) salah

1 Risalah Ahlussunah Wal


satu dari madzhab abu Hanifah an-Nu’man,
imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin
Idris as-Syafii, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
3. Di bidang tasawwuf mengikuti antara lain
Imam al-Junaid al-Baghdadi, dan Imam al-
Ghazali serta imam-imam yang lain.
c. Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian,
bahwa Islam adalah agama yang fitri, yang
bersifat menyempurnakan segala kebaikan
yang sudah dimiliki oleh manusia. Faham
keagamaan yang dianut oleh Nahdlatul Ulama
bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang baik
yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri
suatu kelompok manusia seperti suku maupun
bangsa, dan tidak bertujuan menghapus nilai-
nilai tersebut.
4. Sikap Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama
Dasar-dasar pendirian faham keagamaan
Nahdlatul Ulama tersebut menumbuhkan sikap
kemasyarakatan yang bercirikan pada :
a. Sikap Tawasuth dan I’tidal.
Sikap tengah yang berintikan pada prinsip
hidup yang menjungjung tinggi keharusan berlaku
adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama.

Risalah Ahlussunah Wal 1


Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan
selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap
dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun
serta menghindari segala bentuk pendekatan yang
bersikap tatharruf (ekstrim).
b. Sikap Tasamuh
Sikap toleran terhadap perbedaan
pandangan baik dalam masalah keagamaan,
terutama hal-hal yang bersifat furu’, atau
menjadi masalah khilafiyah; serta dalam masalah
kemasyarakatan dan kebudayaan.
c. Sikap Tawazun
Sikap seimbang dalam berkhidmah.
Menyerasikan khidmah kepada Allah s.w.t.,
khidmah kepada sesama manusia, serta kepada
lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan
masa lalu, masa kini dan masa mendatang.
d. Amar Makruf Nahi Mungkar
Selalu memiliki kepekaan untuk untuk
mendorong perbuatan baik, berguna dan
bermanfaat bagi kehidupan bersama; serta menolak
da mencegah semua hal yang menjerumuskan dan
merendahkan nilai-nilali kehidupan.

1 Risalah Ahlussunah Wal


5. Perilaku yang Dibentuk oleh Dasar
Keagamaan dan Sikap Kemasyarakatan
Nahdlatul Ulama
Dasar-dasar keagamaan (angka 3)
dan sikap kemasyarakatan tersebut (angka
4) membentuk perilaku warga Nahdlatul
Ulama, baik dalam tingkah laku perorangan
maupun organisasi yang :
a. Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun
norma-norma ajaran Islam.
b. Mendahulukan kepentingan bersama
daripada kepenting pribadi.
c. Menjunjung tinggi sifat keihlasan dalam
berkhidmah dan berjuang.
d. Menjunjung tinggi persaudaraan (al-
ukhuwwah), persatuan (al-Ittihad), serta kasih
mengasihi.
e. Meluhurkan kemuliaan moral (al-akhlak al-
karimah), serta menjunjung tinggi kejujuran (as-
sidqu), dalam berfikir, bersikap dan bertindak.
f. Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas)
kepada agama, bangsa dan negara.
g. Menjunjung tinggi nilai-nilai amal, kerja
dan prestasi sebagai bagian dari ibadah kepada
Allah s.w.t.

Risalah Ahlussunah Wal 1


h. Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta
ahli-ahlinya.
i. Selalu siap untuk menyesuaikan diri
dengan setiap perubahan yang membawa
manfaat bagi kemaslahatan manusia.
j. Menjunjung tinggi kepeloporan dalam
usaha mendorong, memacu dan mempercepat
perkembangan masyarakat.
k. Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah
kehidupan berbangsa dan bernegara.
6. Ikhtiar-ikhtiar yang Dilakukan Nahdlatul
Ulama
Sejak berdirinya, Nahdlatul Ulama
memilih beberapa bidang utama kegiatannya
sebagai ikhtiar mewujudkan cita-cita dan tujuan
berdirinya, baik tujuan yang bersifat keagamaan
dan kemasyarakatan.
Ikhtiar-ikhtiar tersebut adalah :
a. Peningkatan Silaturrahim/Komunikasi/
Interrelasi Antar Ulama.
(Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926
disebutkan : mengadakan perhoeboengan di antara
oelama-oelama jang beradzhab).
b. Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan/
pengkajian/pendidikan.

1 Risalah Ahlussunah Wal


(Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926
disebutkan : memeriksa kitab-kitab sebeloemnja
dipakai oentoek mengadjar, soepaja diketahoei
apakah itoe daripada kitab-kitab Ahli Soennah wal
Djamaah atoe kitab-kitab ahli bid’ah; memperbanjak
madrasah-madrasah jang bedasar agama Islam).
c. Peningkatan kegiatan penyiaran Islam,
membangun sarana-sarana peribadatan dan
pelayanan sosial.
(Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926
disebutkan : Menjiarkan agama Islam dengan djalan
apa sadja jang halal; memperhatikan hal-hal jang
berhoeboengan dengan Masdjid-masdjid, Soeraoe-
soeraoe dan Pondok-pondok, begitoe joega
dengan ihwalnya anak-anak jatim dan orang-
orang jang fakir miskin).
d. Peningkatan taraf dan kwalitas hidup
masyarakat melalui kegiatan yang terarah.
(Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926
disebutkan : Mendirikan badan-badan oentoek
memajoekan oeroesan pertanian, perniagaan, dan
peroesahaan jang tiada dilarang oleh sjara’ agama
Islam).
Kegiatan-kegiatan yang dipilih Nahdlatul
Ulama pada awal berdiri dan khidmahnya

Risalah Ahlussunah Wal 1


menunjukkan pandangan dasar yang peka terhadap
pentingnya terus menerus dibina hubungan dan
komunikasi antar para ulama sebagai pemimpin
masyarakat serta adanya keprihatinan atas nasib
manusia yang terjerat oleh keterbelakangan,
kebodohan dan kemiskinan. Sejak semula Nahdlatul
Ulama melihat masalah ini sebagai bidang garapan
yang harus dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan
nyata.
Pilihan akan ikhtiar yang dilakukan
mendasari kgiatan nandlatul ulama dari masa ke
masa dengan tujuan untuk melakukan perbaikan,
perubahan dan pembaharuan masyarakat, terutama
dengan mendorong swadaya masyarakat sendiri.
Nahdlatul Ulama sejak semula meyakini
bahwa persatuan dan kesatuan para ulama dan
pengikutnya, masalah pendidikan, dakwah
islamiyah, kegiatan sosial serta perekonomian
adalah masalah yang tidak bisa dipisahkan untuk
merubah masyarakat yang terbelakang, bodoh
dan miskin menjadi masyarakat yang maju,
sejahtera dan berakhlak mulia.
Pilihan kegiatan Nahdlatul Ulama tersebut
sekaligus menumbuhkan sikap partisipatif
terhadap setiap usaha yang bertujuan membawa
masyarakat kepada kehidupan yang maslahat.

1 Risalah Ahlussunah Wal


Setiap kegiatan Nahdlatul Ulama untuk
kemaslahatan manusia dipandang sebagai
perwujudan amal ibadah yang didasarkan pada
faham keagamaaan yang dianutnya.
7. Fungsi Organisasi dan Kepemimpinan Ulama
di dalamnya.
Dalam rangka melaksanakan iktiar-
ikhtiarnya Nahdlatul Ulama membentuk
organisasi yang mempunyai struktur tertentu
yang berfungsi sebagai alat untuk melakukan
koordinasi bagi tercapainya tujuan-tujuan yang
telah ditentukan, baik tujuan yang bersifat
keagamaan maupun kemasyarakatan.
Karena pada dasarnya Nahdlatul Ulama
adalah Jam’iyah Din’iyah yang membawakan
faham keagamaan, maka ulama sebagai mata rantai
pembawa faham Islam Ahlussunnah wal Jamaah,
selalu ditempatkan sebagai pengelola, pengendali,
pengawas dan pembimbing utama jalannya
organisasi.
Untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatannya, Nahdlatul Ulama menempatkan
tenaga-tenaga yang sesuai dengan bidangnya
untuk menanganinya.

Risalah Ahlussunah Wal 1


8. Nahdlatul Ulama dan Kehidupan Berbangsa
Sebagai organisasi kemasyarakatan yang
menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhan
bangsa indonesia, nahdlatul ulama senantiasa
menyatukan diri dengan perjuangan nasional
bangsa Indonesia. Nahdlatul Ulama secara
sadar mengambil posisi yang aktif dalam proses
perjuangan mencapai dan mempertahankan
kemerdekaan, serta ikut aktif dalam menyusun
UUD 1945 dan perumusan Pancasila sebagai dasar
Negara.
Keberadaan Nahdlatul Ulama yang
senantiasa menyatukan diri dengan perjuangan
bangsa, menempatkan Nahdlatul Ulama dan
segenap warganya untuk senantiasa aktif
mengambil bagian dalam pembangunan bangsa
menuju masyarakat adil dan makmur yang
diridhai Allah s.w.t.
Karenanya setiap warga Nahdlatul Ulama
harus menjadi warga negara yang senantiasa
menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945.
Sebagai organisasi keagamaan, Nahdlatul
Ulama merupakan bagian tak terpisahkan dari
umat islam indonesia yang senantiasa memegang
teguh prinsip persaudaraan (ukhuwwah) toleransi
(tasamuh), kebersamaan dan hidup
berdampingan baik dengan sesama umat Islam
maupun dengan

1 Risalah Ahlussunah Wal


sesama warga negara yang mempunyai keyakinan
/ agama lain untuk bersama-sama mewujudkan
cita-cita persatuan persatuan dan kesatuan bangsa
yang kokoh dan dinamis.
Sebagai organisasi yang mempunyai
fungsi pendidikan, Nahdlatul Ulama senantiasa
berusaha secara sadar untuk menciptakan warga
negara yang menyadari akan hak dan
kewajibannya terhadap bangsa dan negara.
Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyyah secara
organisatoris tidak terikat dengan organisasi politik
dan organisasi kemasyarakatan manapun juga.
Setiap warga Nahdlatul Ulama adalah
warga negara yang mempunyai hak-hak politik
yang dilindungi oleh undang-undang. Di dalam
hal warga Nahdlatul Ulama menggunakan hak-
hak politiknya harus dilakukan secara
bertanggung jawab, sehingga dengan demikian
dapat ditumbuhkan sikap hidup yang demokratis,
konstitusional, taat hukum dan mampu
mengembangkkan mekanisme musyawarah dan
mufakat dalam memecahkan permasalahan yang
di hadapi bersama.
9. Khatimah
Khitthah Nahdlatul Ulama ini merupakan
landasan dan patokan-patokan dasar yang
perwujudannya dengan ijin Allah s.w.t. terutama

Risalah Ahlussunah Wal 1


tergantung kepada semangat pemimpin dan
warga nahdlatul ulama. Jamiyyah Nahdlatul Ulama
hanya akan memperoleh dan mencapai cita-
citanya jika pemimpin dan warganya benar-benar
meresapi dan mengamalkan Khitthah Nahdlatul
Ulama ini.

Hasbunallah wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’man


nashir

1 Risalah Ahlussunah Wal


PEDOMAN BERPOLITIK
WARGA NU

1. Berpolitik bagi warga Nahdlatul Ulama


mengandung arti keterlibatan warga negara
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara
menyeluruh sesuai dengan Pancasila dan UUD
1945.
2. Politik bagi Nahdlatul Ulama adalah
politik yang berwawasan kebangsaan dan menuju
integritas bangsa dengan langkah-langkah yang
senantiasa menjunjung tinggi persatuan dan
kesatuan untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu
terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur
lahir dan batin dan dilakukan sebagai amal ibadah
menuju kebahagian di dunia dan akhirat.
3. Politik bagi Nahdlatul Ulama adalah
pengembangan nilai-nilai kemerdekaan yang hakiki
dan demokratis, mendididk kedewasaan bangsa
untuk menyadari hak, kewajiban dan tanggung
jawab untuk mencapai kemaslahatan bersama
4. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah
dilakukan dengan moral, etika dan budaya yang
berketuhanan yang maha esa,
berperikemanusiaan

Risalah Ahlussunah Wal 1


yang adil dan beradab, menjunjung tinggi persatuan
indonesia, ber-kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
5. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah
dilakukan dengan kejujuran nurani dan moral
agama, konstitusional, adil, sesuai dengan
peraturan dan norma-norma yang disepakati,
serta dapat mengembangkan mekanisme
musyawarah dalam memecahkan masalah
bersama.
6. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama dilakukan
untuk memperkokoh konsensus-konsensus
nasional, dan dilaksanakan dan dilaksanakan
sesuai dengan akhlak karimah sebagai
pengamalan ajaran Islam Ahlussunnah wal
Jamaah.
7. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama, dengan
dalih apapun, tidak boleh dilakukan dengan
mengorbankan kepentingan bersama dan memecah
belah persatuan.
8. Perbedaan pandangan di antara aspirasi-
aspirasi politik warga harus tetap berjalan dalam
suasana persaudaraan, tawadlu’ dan saling
menghargai satu sama lain, sehingga di dalam
politik itu tetap terjaga persatuan dan kesatuan di
lingkungan Nahdlatul Ulama.
1 Risalah Ahlussunah Wal
9. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama
menuntut adanya komunikasi kemasyarakatan
secara timbal balik dalam pembangunan nasional
untuk menciptakan iklim yang memungkinkan
perkembangan organisasi kemasyarakatan yang
lebih mandiri dan mampu melaksanakan
fungsinya sebagai sarana masyarakat untuk
berserikat, menyatukan aspirasi serta
berpartisipasi dalam pembangunan.

Risalah Ahlussunah Wal 1


DALIL – DALIL TENTANG
TAHLILAN

Tahlilan adalah berakar dari kata hallala


(َّ‫ ) ل َه َل‬yuhallilu (ُ‫ )ل َهِّل ُي‬tahlilan (ً ْ‫ )يال ِل ْه َت‬yang
artinya adalah membaca “Laila illallah.”
Kemudian istilah ini menjadi tradisi bagi
umat Islam dalam membaca kalimat dan doa- doa
tertentu yang diambil dari ayat al- Qur’an, dengan
harapan pahalanya dihadiahkan untuk orang yang
meninggal dunia.
Biasanya tahlilah ini dilakukan selama 7
hari dari meninggalnya seseorang, kemudian hari
ke 40, 100, dan pada hari ke 1000 nya. Begitu juga
tahlilan sering dilakukan secara rutin pada malam
jum’at dan malam-malam tertentu lainnya.
Bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang
dihadiahkan untuk mayit menurut pendapat
mayoritas ulama’ boleh dan pahalanya bisa
sampai kepada mayit tersebut. Berikut ini adalah
dalil- dalilnya:

‫رضي هلال ع ْنه‬ ‫بن يسار‬ ‫ْع َقل م‬


1 Risalah Ahlussunah Wal
‫ِد‬ ‫َنا عن س‬ ّ‫ي‬

Risalah Ahlussunah Wal 1


‫قال‬ ‫وسلَّم‬ ‫هلل‬ ‫اَن رسول هلال‬
‫ا ع َل ْيه صلَّى‬
‫ُؤها رجل يقر ُد‬ ‫يس ق ْلب القُ ‪ :‬الَ ران‬
‫ير يْ‬
‫هل ا ْق ر ر ؤُ ها‬ ‫لاا َخرة ا َال‪ ّe‬غ َف‬
‫هلل‬ ‫هلل‬
‫ُا‬ ‫ا وال‬

‫ّدار‬
‫ْه ‪,‬‬ ‫ْو داو ْد‪ ,‬ا ْبن (ر َوا ُه اَ‪ e‬بُ‬ ‫ْو َتاك ْم ع َلى م‬
‫ماج‬
‫ْيم‪ ,‬اَ‪ْ e‬ل َبغوى‪ ,‬سائى‪ ,‬اَحم ْد‪ ,‬اَ‪ْ e‬لحك ِبى اَ ا‬ ‫اَ‪e‬لن‬
‫ْبن‬
‫َالط بْ ش يْ َب ْة‪ ,‬ران ِقى‪ ,‬وابن ْل َب ْيه ى‪ ,‬ا ح َبان)‬
‫‪Artinya:‬‬ ‫‪Dari sahabat Ma’qal bin‬‬
‫‪Yasar r.a. bahwa Rasulallah s.a.w. bersabda : surat Yasin‬‬
‫‪adalah pokok dari al-Qur’an, tidak dibaca oleh seseorang‬‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
yang mengharap ridha Allah kecuali diampuni dosa-
dosanya. Bacakanlah surat Yasin kepada orang-orang
yang meninggal dunia di antara kalian. (H.R. Abu
Dawud, dll)
Berikut ini adalah Pendapat para ulama’
tentang sampainya pahala bacaan ayat-ayat al-
Qur’an kepada mayit.
Pendapat ulama’ Madzhab Syafi’iyah
1. Imam Syafi’i
Imam Syafi’i berkata

,‫من القرأن‬ ‫شيئ عندُه‬ ‫يقراء‬ ‫و يُ س َتح ب َان‬

Risalah Ahlussunah Wal 1


‫كان حس ًنا‬ ‫القرأنْن دَ ُه ع‬ ‫و ِان ْوا‬
‫ختم‬
Artinya : bahwa, disunahkan
membacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada mayit, dan jika
sampai khatam al-Qur’an maka akan lebih baik.1
2. Imam al-Hafidz Jalaludin as-Suyuthi
Imam as-Suyuthi menjelaskan bahwa,
jumhur ulama’ salaf telah berpendapat dengan
pendapat yang mengatakan “sampainya pahala
bacaan terhadap mayit.”
3. Imam Nawawi
Imam Nawawi berkata, “Disunahkan bagi
orang yang ziarah kubur untuk membaca ayat-
ayat al-Qur’an lalu setelahnya diiringi berdo’a
untuk mayit.”2
4. Imam al-Qurthubi
Imam al-Qurthubi memberikan penjelasan
bahwa, dalil yang dijadikan acuan oleh ulama’ kita
tentang sampainya pahala kepada mayit adalah
bahwa, Rasulallah s.a.w. pernah membelah
pelepah kurma untuk ditancapkan di atas kubur
dua sahabatnya sembari bersabda: Semoga ini
dapat meringankan keduanya di alam kubur
sebelum pelepah ini menjadi kering.

1. Nawawi “Majmu’”,juz.5,hal.294.

1 Risalah Ahlussunah Wal


2. ibid

Risalah Ahlussunah Wal 1


Imam al-Qurtubi kemudian berpendapat,
jika pelepah kurma saja dapat meringankan beban
si mayit, lalu bagaimanakah dengan bacaan-
bacaan al-Qur’an dari sanak saudara dan teman-
temannya
? Tentu saja bacaan-bacaan al-Qur’an dan lain-
lainnya akan lebih bermanfaat bagi si mayit.3
Pendapat Ulama Madzhab Hanafiyah
1. Imam Badr al-Aini
Alamah Badr al-Aini berkata dalam
kitabnya “Kanzu Daqaiq” : bisa sampai (pahalanya)
kepada mayit segala sesuatu kebaikan, mulai
dari shalat, puasa, haji, shadaqah, dzikir, dan lain
sebagainya.4
2. Imam az-Zaila’i
Beliau berkata: bahwa pendapat
Ahlussunah wal Jama’ah adalah membolehkan
seseorang menghadiahkan pahala amal baiknya
kepada mayit.5
Pendapat ulama’ dari madzhab Malikiyah
1. Imam al-Alamah Ibnu al-Haj
Beliau berkata dalam kitabnya “al-
madkhal” : jikalau seseorang membaca al-Qur’an di

3. Yusuf al-Khathar, al-Mausu’ah,hal.295


4. Saukani “Nailul Authar”,juz.4,hal.125
5. Ibid.
1 Risalah Ahlussunah Wal
rumahnya lalu menghadiahkan pahalanya kepada
ahli kubur maka, pahala tersebut pasti sampai
kepada mayit.6
2. Abul Walid Ibnu Rusyd
Beliau berkata :

‫قرأتْل ه م ِّيت‬ ‫َدى ثواب ل وَاه‬ ‫ الرج و ِان‬eَ‫قرأ‬


‫ِل‬
‫ج ْل م رُه‬eَ‫ا‬ ‫جاز لذا ِك وح‬

‫ّيت صل ل‬
Artinya : Seseorang yang membaca
ayat al-Qur’an dan menghadiahkan pahalanya kepada
mayit, maka pahala tersebut bisa sampai kepada mayit
tersebut.7
Pendapat ulama’ madzhab Hanbaliyah
1. Syeikh Taqiyudin ibnu Taimiyah
Beliau berkata:
Barang siapa yang berpendapat bahwa,
seseorang tidak mendapat pahala kecuali dengan
amalanya sendiri, maka orang tersebut telah
menghancurkan dan menyalahi ijma’.8
Risalah Ahlussunah Wal 1
2. Syeikh Ibnu Qayyim al-Jauzi

6. Yusuf al-Khathar, ibid,hal.302.


7. Ibnu Rusyd “Kitab an Nawazil.”
8. Is’aful Muslimin wal Muslimat”,hal.50-53

1 Risalah Ahlussunah Wal


Beliau berkata dalam kitabnya “Kitab ar-
Ruh” : telah dituturkan dari kalangan ulama’ salaf,
mereka semua berwasiat supaya mereka dibacakan
ayat-ayat al-Qur’an, setelah mereka meninggal
dunia.
3. Imam al-Khalal
Imam al-Khalal meriwayatkan dari Abu
Ali al-Hasan bin al-Haitsam al-Bazar, bahwa saya
melihat Imam Ahmad bin Hanbal shalat di
kuburan lalu berdoa.
Imam al-Khalal juga meriwayatkan dari
Imam as-Syi’bi bahwa :

‫ عن كانت‬: ‫الش ْعبى قال‬ ‫وذك�ر الخالَل‬


‫لهم الم ِّيت اختلفوا مات ا َلى‬ ‫لَانصار ااذ‬
‫يقرأون عنده القرأن‬ ‫قبر ِه‬
Artinya : Imam Khalal menuturkan
riwayat dari Syi’bi : bahwa sahabat Anshar ketika di antara
mereka meninggal dunia maka mereka membacakan al-
Qur’an untuk mayit tersebut di pemakamannya.9
Demikianlah pendapat para ulama
terkemuka dalam Islam.

9. Yusuf al-Khathar, ibid,hal.307.

Risalah Ahlussunah Wal 1


ACARA LAILATUL IJTIMA’

Lailatul Ijtima’ adalah forum pertemuan


yang diadakan oleh NU maupun Banom-banom,
Lembaga dan Lajnahnya, yang dilakukan sebulan
sekali pada pertengahan bulan Qamariyah.
Pertemuan ini mulai ditradisikan oleh
NU sejak tahun 1930 M, sampai sekarang. Yang
biasanya di dalamnya diisi dengan acara sebagai
berikut :

1. Shalat isya’ berjama’ah


2. Dzikir ba’da shalat maktubah
3. Shalat sunah ba’diyah isya’
4. Pembukaan
5. Pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an
6. Pembacaan surat Yasin dan Tahlil
7. Taushiyah
8. Doa
9. Mushafahah
Referensi :
1. Yusuf al-Khathar, al-Mausu’ah al-usufiyah
2. Sulaeman Fadeli & Muhammad Subhan, Altologi
NU

1 Risalah Ahlussunah Wal


‫وك ْم ْيت وْ ْقر ذا ال‬ ‫وك ْم ْيت َن ْمر ذا ْال ع‬
‫َف‬ ‫َل ا‬ ‫اَ‪e‬غ‬
‫ي�ا‪e‬أَل‬ ‫بأَ‪e‬هل ْدر لا‬ ‫ال ِوزر اذ‬ ‫و ك ْ م ْ يت ع ا‬
‫َب‬ ‫َف‬
‫م ْع رحب اَال ْرض‬ ‫َع يْ‬ ‫لا َق ْلب ع َلى‬ ‫ْد ل ضا َق ت‬
‫ِم ج‬ ‫َق‬
‫أَ‪e‬ل اي‬ ‫بأَ‪e‬هل ْدر ال‬ ‫ال‪e‬ص ْعب لا َبلَا‬ ‫ْنج من َف ا‬
‫َب‬
‫ِد ْع‬ ‫وجل ْير ال خ‬ ‫ِبى الر فق طا ِل‬ ‫َنا أ ت‬
‫والس‬ ‫يْ‬
‫ب�� َأ‪e‬ه�ل‪ e‬در ي��اأَ‪e‬ل ال��ب�‬ ‫ْي دِ ي م ْنحة لَا‬ ‫َوسع ف‬
‫الط يْ َب ْة َع ْل َنا ع َلى بل اج‬ ‫ُد ْد فالَ َتر َب ْة مع الخ‬
‫يْ‬
‫ي�اأَ‪e‬ل ال َب ْدر‬ ‫بأَ‪e‬هل‬ ‫َي��اذ ال‪e‬ع‪e‬ز أَ ْة يْ َب ْاله‬
‫و‬
‫ْيع حاجاتي جم‬ ‫ْيل ب‬ ‫َن‬ ‫نأْ ِتى فمن‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫تر ُد ْد و ِان‬
‫ياأَ‪e‬ل ال َب ْدر‬ ‫هل بأَ‬ ‫المِلمات‬ ‫جالِى أَ‪َ e‬يا‬
‫م َّنا مطاِلب‬ ‫ِفر وا ْكر م َنا ا َلهى اغ ْيل ب َن‬

‫ل ال��ب��در ي���اأَل ب� أَ‪ e‬هْ �‬ ‫م��س��اء ِة ع َّنا و دَ ْف���ع‬


‫و ُذ وْ عطف و ُذ وْ َفضل‬ ‫ْن�ت ذ وْ لُ‪e‬طف ا َلهى َا‬
‫ل ال��ب��در ي���ا َأل ب��أَ‪ e‬هْ �‬ ‫من كر َبة ت ْن ِفى وك� ْم‬
‫وَال حصر بالَ ع�‬ ‫ع َلى الن ِبي البر وصل‬

‫دّ‬
‫ال��ب�د‪e‬ر يا أَل ب�أ‪ eَe‬هْ �ل‬ ‫غ� ر‬ ‫وأل س���اد ة‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫‪SHALAWAT BADAR‬‬

‫ي��اأَ‪e‬ل‬ ‫ب�أ ه�ل‪ e‬لا ��ب�د‪e‬ر‬ ‫هل‬ ‫سالَم‬ ‫هل‬ ‫ُة صلَا‬
‫ل‬ ‫ل‬
‫ا‬ ‫ا‬
‫هل‬ ‫ْول‬ ‫ع َل ى ط َه‬ ‫هل‬ ‫ُم‬ ‫هل‬ ‫ص� الَة‬
‫ل‬ ‫رس��‬ ‫ل‬ ‫س� لَا‬ ‫ل‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫هل‬ ‫ع َل ى يس لهال ْيب ح‬ ‫ْل َنا تو َس ِم ب‬
‫ل‬ ‫ِب‬ ‫ِبس‬
‫ا‬
‫ْول‬ ‫و با الها دى ْل‬ ‫ٍد‬ ‫وك�ل‪e‬‬
‫لله‬ ‫مجاه‬
‫ا رس‬
‫ياأَ‪e‬ل‬ ‫هل ا ل َب ْدر م� ة بأَ‬ ‫ال‬ ‫سلِّ ِم‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫ا َلهى‬
‫ْة َم ْق‬ ‫ومن غم ْة م� ن الَ َف���ات ه‬ ‫ومن‬
‫والن‬
‫ّم‬
‫ي��اأَ‪e‬ل‬ ‫واكشف ب�أَ‪e‬ه�ل ال�ب‪�e‬د‪e‬ر نج َنا‬ ‫ا َلهى‬
‫واصرف‬ ‫جم ْيع َي�ة ِذ‬ ‫و ْالطف‬ ‫َدا الع‬ ‫مكائ دَ‬
‫ا‬
‫ال��ب��در ي���اأَل‬ ‫ْه� ل‬ ‫الك ر َبا‬ ‫ن ِّفس‬ ‫ا َلهى‬
‫ب��أَ‬
‫و ْالع ط َبا‬ ‫العاص ْين من‬ ‫وك��ل لب ِ َّية َب��ا و‬
‫َو‬
‫ْ ل ياأَ‬ ‫ْم من مِ َمة ح ر ص ِ ْ ِر َب ْد‬
‫َ‬ ‫َك َف ْم ْن‬
‫َلت‬ ‫ال‬ ‫ْح لت ب أ هل‬
‫ف ذِ لة من َص‬ ‫َّ‬ ‫َمة و ن ص‬ ‫َك و‬
‫ك ْم‬ ‫و‬ ‫َلت‬ ‫ْع‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫‪MUQADIMAH PEMBACAAN‬‬
‫‪MAULID DIBA’I & BARJANZI‬‬

‫وسلِّ‪e‬م‬ ‫ِه يْ‬ ‫يا رب صل‬ ‫ع َلى صل ْد مح‬ ‫يا رب‬


‫َل ع‬
‫مّ‬
‫باْ ل َفض يْ َل ْة يا رب خص هْ‬ ‫ْي َل ْة ْغ هُ‬ ‫يا رب‬
‫ا‬
‫لوس لبِ‪e‬‬
‫رب وارض عن السالَ َل ْة يا‬ ‫عن الص َحاب ْة ض‬ ‫يا رب وار‬
‫وِال ِد يْ َنا يا رب فارح ْم‬ ‫عن المشاي ْخ ض‬ ‫يا رب وار‬
‫رب وا ْر اي كل ح ْم ْم‬ ‫رب وارح مْ َنا اي ًعا يْ‬
‫مسِل‬ ‫ج ِم‬
‫َن ا‬ ‫رب َال اي ْع ت‬ ‫ِف ْر ِل ُكل يا رب واغ ِنب م‬
‫رجا‬ ‫ْقط‬ ‫ْذ‬
‫ْ ه نز‬ ‫يا رب َنا ْغ‬ ‫رب يا سا ِم ْع اي َنا دعا‬
‫وْ ر‬ ‫لبِ‪e‬‬
‫ح ْفظانك َمانك وَا‬ ‫يا رب‬ ‫يا رب ت ْغشانا ْه وْ ر‬
‫ب ُن‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫ع َذا ِبك ج ْر َنا م ْن‬ ‫رب َا اي‬ ‫ج َنانك‬ ‫رب واسك َّنا اي‬
‫ْكف كل م ؤْ ذِ ي يا رب وا‬ ‫يا رب واصِلح كل م صل‬
‫ح‬
‫وسلِّ ْم صل ع َل ْيه‬ ‫يا رب‬ ‫نخ تِ ْم با ْالم يا رب ْع‬
‫ش‬

‫ّف‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫ِد‬ ‫َفظهما من واح‬ ‫َفاية والزاد ‪ ،‬الك‬ ‫لهما‬
‫مكاي‬
‫ُد‬ ‫أَن دع ٰوه ْم‬ ‫‪ ،‬وأَ‪ e‬جمع ْين خ ْير‬ ‫ْل الخ ق ا‬
‫ا ل حم‬
‫ل رب العالم ْين ‪.‬‬

‫‪DOA SAYYIDUL ISTIGHFAR‬‬

‫ِاٰ‪ e‬هل لَا ِّبى ر ْ َ َ‪ e‬نى ْق َنا واَ‬


‫نت ا اال ِ‬ ‫اَ ْنت ا لَّهم‬
‫َت خ َل‬
‫عه ِد عٰلى ِدك م اس َت ك و َوع ط ْعت‬ ‫واَ‪َ e‬نا ع بْ ُدك‬
‫شرما ْع لك ب ِن ْع ت اَ‪ e‬بُ وْ ء م ِتك‬ ‫ُذ ِبك من اَ‪e‬ع وْ‬
‫ص‬
‫َن‬
‫ْغ ِفر ي‬ ‫َال ف ِا‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫ِلى ّنه ر‬ ‫ب َذ ْن ِبى ع َلي واَ بُ وْ ء ِف‬
‫ف اغ‬
‫َّلا اَ‪ْ e‬نت ‪ .‬الذ ُن وْ ب‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫‪DOA SETELAH AKAD NIKAH‬‬

‫اَلِ‪ّe‬ف هما ‪َ ،‬ا لّهم‬ ‫ِد‬ ‫ب ار‬


‫ع ْق‬ ‫له‬
‫ُا لهما فى ك‬
‫‪ ،‬و ْالماء‬ ‫ْين‬ ‫ْفت كما اَّل ب ْين‬ ‫هام‬ ‫َن‬
‫ا‬ ‫ب يْ‬
‫ٰلط‬
‫هام ْف اَّل كما ب ْين ت أ دَ م َواء ‪ ،‬وح‬ ‫واَِ‪e‬ل َن‬
‫فب‬
‫يْ‬
‫ب ْين كما َالَّ ْفت ا ْب را وسار َة ه ْيم‬ ‫ب يْ َن وَالِّف هام‬
‫‪ ،‬واَِ‪ّe‬ل�ف‪َ e‬ن هما ب يْ ْفت كما اَّل ي وْ س وْ ف ب ْين‬
‫ْيخا ‪ ،‬وز َل واَِ‪ّe‬ل�ف‪ْ e‬فت ب ْي ن َنهما كما اَلَّ ب يْ‬
‫واَلِّ�ف ب يْ َنهما كما ص�ُف�وراء ‪،‬‬ ‫ْوسى و م‬
‫الك بْ ٰرى وعا ِئسة محم دٍ وخ ِد ْيجة‬ ‫ب ْين ْفت اَ‪e‬لَ‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫ْفت ب ْين علِى ف ب يْ َنهما كما اَلَّ‬ ‫‪ ،‬واَلِ‪ ّe‬الرضى‬
‫المح َّبة و ْالو َّداد َالِ‪ّe‬ف ب ْي َنمها مة ‪ ،‬اَ لّ‪e‬هم‬ ‫و َفاط‬
‫النسل الصاِلح من الب َنات اهم‬ ‫‪ ،‬وارز ْق‬
‫َباط و ْ الَح َفا دَ ‪ ،‬ح َّتى ير وْ ن‬ ‫ْوَلا دَ ‪ ،‬و ْ َلا‬
‫ا‬
‫لَس‬
‫من الرزق الحالَل ما ي ‪e‬ك وْ ن هما‬ ‫ع َل يْ و َوسع‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


SHIGHAT IJAB KABUL

Keterangan :
Ijab adalah : Ucapan wali atau wakil wali dari
pengantin perempuan dalam akad
nikah.
Qabul adalah : Jawaban akad nikah yang
diucapkan oleh pengantin
laki-laki.

‫ا ز وِّ ج��ك‬ ‫يا‬ : ‫ص غ ْة‬


‫ا ْيجاب‬
‫لى هب من حا َنه‬eٰ‫و َتعا‬ ‫ س بْ ما اَمر‬eُ‫هلال‬ ‫لى‬eٰ‫ع‬
. ‫اَ وْ مب ْعر وْ ف ْيح تسر ب ِاح سان‬ ‫امساك‬

‫ ب ْنت‬...... ‫ وز وَّ ك ج ُت ك‬.. ‫اَ ْنكح ُت يا‬... ‫بن‬


.eً‫ م َؤ جال‬/ ...... ‫بمه ر‬ ......
‫ح‬
ً‫ل‬

Risalah Ahlussunah Wal 1


‫زو ْيجها‬ ‫نكاحها و َت‬ ‫وْ ل ‪ :‬صغ ْة ْلت ق‬ ‫ق بُ‬
‫ِب‬
‫‪ /‬ح الً‬ ‫بمهر ْور الم ْذك‬ ‫‪ /‬ب ٰذلِك‪ /‬سى‬ ‫ْف‬
‫َّجالً‪.‬‬ ‫َن ِل َؤ مُ‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫الق َيامة‬ ‫ي وْ م‬ ‫بكم‬ ‫م َباه‬ ‫ف ِا ِّنى َناسلُ‪ e‬وْ ا و َت‬
‫ا‬
‫لُمم‬
‫وانكحوا‬ ‫الم َّنان ع َل ْيه َق وْ ِله ب‬ ‫ْد حث ‪ .‬و َق‬
‫ْين ‪ .‬والصاِلح‬ ‫م ْنك ْم‬
‫ا‬
‫لَٰيامى‬
‫عٰ‪e‬لى‬ ‫ِتماع واج‬ ‫ع ْق ٌد و ٰه َذا م َبارك ْون م‬
‫ْيم‬
‫ِذى ا َذا شاءهلالُ‪ e‬الَّ‬ ‫خ ْير يك وْ حص وْ ل ن ‪ ،‬ان‬
‫ي قُ وْ ل هل كن ف َي ش يْ ًئا اَن ك وْ ْول ن ‪.‬‬ ‫َد اَرا‬
‫اَقُ‬
‫ْغ ِفر ظ ْيم ْم و َلك‬ ‫ق وْ لِى ‪ ،‬ه َذا‬
‫لِى‬ ‫ل هل‬
‫ا الع واس َت‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫ومشاي خك ْم‬ ‫ولِمشايخى‬ ‫َدي ول ْيك ْم ِد َوالِ و‬
‫َوا‬
‫ِل‬
‫ْوُه ْغ ِفر فاس ا َّن�ه‪ e‬ه َو‬ ‫ولِسائر الم ْين‬
‫َت‬
‫ر الر ح ْيم ‪.‬‬ ‫ْو الغُف‬
‫[‪]bersama-sama‬‬ ‫ِفر َت ْغ هل الع مي ْ ‪)3( ...‬‬
‫ظ‬ ‫اَ‪e‬س ل‬
‫ا‬
‫ًد‬ ‫الَّ هلالُ‪ e‬وَاشه ُد َان َاشه ُد َان َال ِا َل�ه‬
‫محم‬
‫[‪]bersama-sama‬‬ ‫‪)3( ...‬‬
‫ا ْول رس‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫ب الت َناسل و َق َبائل‬ ‫شع وْ ًبا جع َلك ْم‬ ‫اَ‪e‬ن واَشكرُه‬
‫َال ِاٰ‪ e‬هل ٰه ُد اَن واَ‪e‬ش‬ ‫كل ن ْعمة ‪ ،‬صل‬ ‫ه َو اَ‪ e‬لا َّ ِذى‬
‫اَ‪e‬كمل حكمة عٰلى‬ ‫العا َل ِم نظا ِم‬ ‫م بْ ِدع االَ‪ّe‬‬
‫هلل‬
‫ُا‬
‫العا َل م‪ْ e‬ين ‪ ،‬رب‬ ‫هلالُ‪ e‬ه َو ت َبارك‬ ‫االَ‪ ، ّe‬الَ ِاٰ هل‬
‫ًدا رس وْ ل‬ ‫ُد َان واَ‪e‬ش ٰه‬
‫لهل‬
‫ا ح ِب ْيب س يِّ دَ َنا محم‬
‫ِّب ا َل ي من القائل ح‬ ‫ب‬ ‫ا َباُه ‪ ،‬ومج َت‬
‫لرح ٰمن‬
‫وجع َلت قُرةُ ع يْ ِني ساء والط ْيب‬ ‫ْم الن د ْن َياك‬
‫يا م‪ْ e‬عشر الش َباب من و َقال‬ ‫الصالَ ِة ‪ .‬فى‬
‫‪ .‬فط وْ ٰ‪e‬بى لِمن َة ف ْل َي َتز‬ ‫َتطاع م‪ْ e‬نكم اس‬

‫وّ ج لا َب ٓا‪e‬ء‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫ْين رس وْ ل‬
‫لهل‬
‫ا صلى هلالُ‪ e‬ع َل ْيه اَ‪َ e‬قر ب ٰذِلك ع‬
‫والتابع ْين ‪ .‬صح ِبه‬ ‫وعٰ‪e‬لى و اِله‬
‫اَ‪e‬ما ‪ُ :‬د ْع ف ِا الن ن كاح الس َنن من ْو َبة المرغ‬
‫ب‬
‫ِت َقامة ا ْذ م دَ ار َّوج من تز‬ ‫ِت ى لا َّ ْيها ع َل‬
‫ا‬
‫ِلس‬
‫كما اَ‪e‬خ َبر ب ٰذِلك صف د يْ ِنه ‪،‬‬ ‫كمل ن‬ ‫ْد ف‬
‫َق‬
‫ت َناكح وْ ا و َقال‬ ‫من تهامة ‪ ،‬ث‬ ‫ْي الح ِب الم بْ ع وْ‬
‫ب‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫‪KHUTHBAH NIKAH‬‬

‫شرا ‪َ ،‬له فجع‬ ‫من الماء‪ e‬ب خ َلق‬ ‫ُد ْلحم ا ِذى ل‬
‫لا َّ‬
‫أ دَ م مث خ َلق خ َلق ز وْ جه‬ ‫ًبا وصهرا ‪ ،‬نس‬
‫من اَ‪e‬ضالَعه ٰرى ‪ ،‬ال ُيس‬ ‫ح َوا من ض ْلع ء‬
‫ي اَ دَ م ح َّتى ت الماَل ِئكة م هْ‬ ‫َلما ف ْيها قا َل س كن ا َل‬
‫؟ قالُ‪ e‬وْ ا مهرها‬ ‫لها مهرا ‪ ،‬قال وما‬ ‫َؤ ِّدي ت‬
‫ْين و ِاما ِم ال َّن ِب‬ ‫عٰلى محم دٍ صلِّي‬ ‫اَن ت‬

‫يّ خا َت ِم‬
‫وخطب الم‪ْ e‬ين‬ ‫المهر ف َو‬ ‫ْين ‪ ،‬ال مرسِل‬

‫ّفى‬
‫عٰ‪e‬لى ذالِك جها ل ه‬ ‫وز وَّ ه‬ ‫َلم‬
‫الس ا‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫ع َل يْ ج ْبر ْيل‬
‫اسراف ْيل وشه دَ‬ ‫لاسالَم ‪ ،‬س‬ ‫ُّد وْ الم َلك القُ‬
‫ا‬ ‫الم َق َن‬ ‫وم يْ ُ ل ْع‬
‫لسالَ ِم ‪ ،‬ب دَ ار‬ ‫ض يْ ِبٰ ر‬ ‫كٰائ و َب‬
‫تع‪e‬اقُ على ْين ب‬ ‫ِه وْ لَا ِد ة‬ ‫فصار ذلِك س َّن‬
‫ا لس ِ ن‬ ‫ا‬
‫ْم اَز َواجا من اَ‪ْ e‬نفُسك‬ ‫لك ْم خ َلق‬ ‫اَ‪e‬ن ‪ ،‬اَحم ُدهُ‬
‫ورحمة ‪،‬‬ ‫ب يْ َن وجعل ك ْم ًة‬ ‫ا َل ْي ها َتسك ُن وْ ل‬

‫دّ َو م‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫َنا ر َّنا م َّبل ت ا َّن ْن ال ت سم ْيع ْيم العلِ َنا ر‬
‫َق ك اَ‬
‫بّ‬
‫االَ و ِفى خر ِة َنة‬ ‫َنا أ َيا حس َنة فى الد ْن‬
‫حس‬ ‫ِت‬
‫َنا ِد‬ ‫لا َّنار ‪ ،‬و ع َذاب هلل‬ ‫َنا و ِق‬
‫ُا عٰ‪e‬لى صلَّى يِّ س‬
‫وسَّلم ‪ ،‬صح ِ هب س بْ حان‬ ‫‪e‬أل‪ِe‬ه و وعٰلى‬ ‫ٍد محم‬
‫عما يصُف وْ ن وسالَم رب العز ِة عٰ‪e‬لى‬ ‫ر ِّبك‬
‫ل رب العا َلم ْين ‪ ،‬حم ُد و ُتب‬ ‫‪e‬ال‪e‬مر و ْال س لِ ْين‬
‫الرح ْيم‪ .‬ت الت‬ ‫َنا َل يْ ا َّن ْن‬
‫ع ك اَ‬
‫وّ اب‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫اال خر ِة‬ ‫وا جر َنا ِم َيا الد ْن خزي َذاب وع‬
‫ً‬ ‫ن‬
‫َنا أ ‪ ،‬ر ر َن�ا‪ e‬الحق ح ّقا وار ات َباعه ز ْق َنا‬

‫بّ‬ ‫ٰ‬
‫وأر َنا الباطل باطال وار ‪ ،‬ر بَّ َنا ِت َنابه ز ْق َنَ‪e‬اج‬
‫ُتز لَا َنا َب وْ قُلُ‪ e‬ا ْذ دَ ب َنا وهب ه دَ يْ َت من ل َنا‬
‫ع‬
‫ْنك رحمة ل ُد ا َّن ْن لا َو هاب ‪ ،‬هب ر‬
‫ك اَ ت‬
‫بّ َن ا‬
‫ل َن ا َو من ج َن ا قُ ِت َنا ُذرٰ‪e‬ي و ُين ر َة َنا ْل‬
‫واجع‬ ‫ا َع‬ ‫ا َز‬
‫ْين ما ا َّت ِق لِ ْ مل ام ‪ ،‬ظ َل َنا بَّ ر َنا ْنفُس َا م ل ْم و ِان‬
‫َنا‬
‫‪ ،‬ر ْين‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫الخاس ل َنك وْ َنن من‬ ‫َنا و َتر ت ْغ ِفر َل حم َنا‬
‫ومن ذرٰ‪e‬ي ِت َنا‬ ‫اجع ْل َنا ر بَّ َنا ْين ِق ْيم‬
‫ا‬ ‫م‬
‫لصٰلوة‬
‫َّبل و َت َق بَّ َنا ر َنا ‪ ،‬دعائ َل َنا َنا اغ ِفر ر َنا دَ يْ َوالِ‬
‫ول‬ ‫بَّ‬
‫َاصِلح ب ‪ ،‬اَ لَّهم‬ ‫ِن ْين ْ مل ؤْ م ول ْوم ال ي وْ م يقُ حسا‬
‫ِد َنا س‬ ‫محم دٍ ‪ ،‬اَ‪e‬للَّ س يِّ ِد َنا لُ‪e‬مة هم ار‬

‫يّ ْم لُ‪e‬مة ح‬
‫محم‪ e‬دٍ ‪ِ ،‬د َنا س يِّ‬ ‫لُ‪e‬مة‬ ‫انصر ‪ ،‬ا لَّهم‬ ‫ٍد محم‬
‫‪ ،‬اَل‪e‬لَّهم محم دٍ‬ ‫َنا ِد‬ ‫عن اُ‪e‬مة فرج‬ ‫ا لَّهم‬
‫يِّ س‬
‫ر ُا‪e‬مة محم‪ e‬دٍ ‪ِ ،‬د َنا س يِّ‬ ‫َنا اجع ْل َنا من َيا ِت و ُذر خ يْ‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫َياء‬ ‫و ْالم سِلمات ِن ْين و ْالم ؤْ م ْؤ و م َنات‬
‫ْالم‬
‫ذكرك‬ ‫عٰ‪e‬لى اَع‬ ‫‪ ،‬اَ‪e‬للّ‪ e‬و ْ الَم َوات‬ ‫ْم م ْنه‬

‫ّنا هم‬
‫ا َّنا ك ‪ ،‬ا لَّهم نسأَ‪e‬لُك‬ ‫وحسن ع َبا دَ ِت وشكرك‬
‫وز َياد ًة فى الجس ِد‬ ‫فى الد ْين وعاف َية‬
‫سا‬
‫لَمة‬
‫ق ْبل وْ َبة و‬ ‫ِم و َبركة فى الرزق فى الع ْل‬
‫َت‬
‫ب ْع دَ ْغ ِفر ًة وم‬ ‫ْوت ورحمة لما َد ْوت ال م‬
‫ع ْن‬
‫الم وْ ت سكر ِة‬ ‫ه وِّ ن ت ‪ ،‬ا لَّهم َن ا فى ع‬ ‫ْو لما‬
‫َل يْ‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫الحساب ‪،‬‬ ‫من النار ع ْن دَ ْف َو و ْالع‬ ‫والن جاة‬
‫و ْالع َّفاف اله ٰدى والت ٰقى‬ ‫نسأَ لُ‪e‬ك ا‬

‫ّنا ا لَّهم‬
‫ورز ًقا فعان‬ ‫ا َّنا نسأَ‪e‬لُك ع ْ مل ا و ْالغٰ‪e‬نى ‪ ،‬ا لَّهم‬
‫ا َّنا نع ْو ُذ بك َق َّبالً‪ ، e‬ا لَّهم م َت‬ ‫واسعا وعمال‬
‫لَا َيخشع ومن ق ْلب‬ ‫َلا َي ْن َفع ومن من ع ْل ٍم‬
‫ن ْفس َبع َتش ُ د ِت ومن ْسم ُع و ِمن َنعاء الَ ي‬
‫َم الراحم يْ َي اَ ْرح َك‬ ‫ال ْحم ب َر‬ ‫ٍل َعم‬
‫َفع ُي ْر‬
‫ال‬
‫كلِ‪ّe‬ها فى‬ ‫‪ ،‬ا‪ e‬لَّهم َاحسن َنا َب َت‬
‫ا‬ ‫عاق‬
‫لُم�ور‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫‪DOA SETELAH SHALAT‬‬
‫‪FARDLU‬‬

‫ي َوافى حم ًدا‬ ‫رب العالم ْين ‪ ،‬ل‬ ‫ُد ا ل ح م‬


‫َّب َنا لك الحم ُد مز ْي دَ ُه ‪ ،‬يار‬ ‫ِفئ و ُيكا‬ ‫نعمه‬
‫وجهك‬ ‫الشكر كام َبغي ي ْن‬ ‫و َل�ك‪e‬‬
‫لِجا‬
‫لَل‬
‫‪ٰ ،‬ا‪ e‬لَّه م صل‬ ‫وِلع ِم س ْل طا ِنك‬ ‫الكِم‬
‫ظ يْ‬ ‫ر يْ‬
‫وعٰ‪e‬ل ى أل محم دٍ َنا ِد‬ ‫عٰ‪e‬لى َنا ِد‬ ‫ْم وسِّل‬
‫يِّ س‬ ‫يِّ س‬
‫ْيع لاا َه َوال بها نمج‬ ‫ًة َنا يْ‬ ‫ٍد محم‬
‫صلَا ْن ج ت‬

‫الحاجات‬ ‫جم ْيع‬ ‫ل َنا بها ضى‬ ‫و َت ْق‬


‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫َفات و ْ ال‬
‫من جم ْيع باه َئات الس َنا َفع و‬ ‫َنا و ُتطهر‬
‫َتر‬
‫َدك اَ‪e‬عٰ‪e‬لى الدر بها ع ْن َنا بها و ُت َبلِّغ جات‬
‫من جم ْيع الغايات ْي رات فى‬ ‫ْقصى اَ‬
‫الخ‬
‫الممات ‪ِ ،‬فر ل َنا ر بَّ َنا اغ‬ ‫َي ات الح َد ْع‬
‫َب و‬
‫صغارا‬ ‫وارحمهما كما َي انا ر‬ ‫ْي َنا دَ َوا ِل ول‬

‫بّ‬
‫الم ْي ن‬ ‫َناوِل يْ وِلمعلِّ‪e‬م جم ْيع‬ ‫وِلمشايخ َنا‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫َنا‬ ‫هلالُ‪ e‬جز ع َّنا َنا دَ‬ ‫وكرمه ‪،‬‬
‫يِّ س‬
‫يّ ِب َن‬
‫وسلَّم َو‬ ‫هلالُ‪ e‬صل َّى ْيه ع‬ ‫م َحم ًدا‬
‫اهم‬ ‫َل‬ ‫َاهلُ‪e‬ه‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫و ْال حم ُد وس بْ ل كش ْيرا حان هل ًة‬
‫ل ب كر‬
‫ا‬
‫ُلهال و َّلا َال ح دَ ُه شر ْيك‬ ‫‪ ،‬الَ ِاٰ‪ e‬هل واَ‪e‬ص ْيالً‬

‫و ُيم ْيت يح ِيي‬ ‫هل هل الم ْلك و َله ُد‬


‫ال حم‬
‫ح وْ ل وَلا‬ ‫وه َو عٰ‪e‬لى كل ْير ‪ ،‬ش ْيئ ق‬
‫ِد‬

‫العِلي الع ظ يْ ِم‬ ‫ا َال‪ e‬لهاب‬ ‫َّو َة‬


‫ا‬
‫هل الع )‪ (3‬ظ‬ ‫ِفر ًت ل‬
‫ْيم‬ ‫ا‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫ْغ اَس‬ ‫‪. 22‬‬
‫االَ‪e‬‬
‫‪ْ .23‬ف اَ لا ِّذكر ضل ْم فاع اَ َّنه ِاٰ‪ e‬هل – لَا‬
‫َل‬
‫هلالُ‪)١(00/33 – e‬‬
‫صل‪َe‬‬
‫هل‬ ‫ْول‬ ‫محم ٌد‬ ‫لَا ِاٰ‪ e‬هل‬ ‫‪.24‬‬
‫ى‬ ‫ل‬ ‫رس‬ ‫هلل‬
‫ا‬ ‫ُا االَ‪e‬‬
‫‪e‬ال‪e‬ح ِق كِلمة ْيها ع َل‬ ‫وسلَّم ‪ ،‬ع َل ْيه‬ ‫هلال‬
‫وع َل ْيها من وْ نحي ْيها ن ْبعث ان ت وع َل‬
‫برحمة‬ ‫شاءهلالُ‪ e‬تعاٰ‪e‬لى من ا ْين‬
‫لهل‬
‫ا‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫من تشاء‬ ‫تشاء و ُتعز من ت ِذل شاء و‬
‫ُت‬
‫ب َي ِد الخ ْير ك ا َّنك كل عٰلى ش يْ ْير ئ‬
‫ق ِد‬
‫‪ ،‬ت وْ ل ْيل ج فى الن هارُت وْ ِل و الن ج هار‬
‫ال‬
‫لَّ‬
‫ِّيت نم‬ ‫لال َّ ْيل فى و ُت خرج الحي‬
‫ال‬
‫م‬
‫من الحي و َت رزق‬ ‫و ُت خرج الم ِّيت‬
‫من ت ش اء ب غ ْير حساب‪.‬‬
‫حان‬ ‫وْ لَا‬ ‫َن ا‬ ‫ر بَّ‬
‫َنا – م س بْ‬ ‫ْنت‬
‫اَ‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫ٰ‪ e‬يا ه َنا‬
‫‪ .١9‬ا ل‬
‫حان هل و ِب ِه‬ ‫س بْ‬ ‫هلال – )‪، (33‬‬
‫حم ِد‬ ‫ل‬ ‫اَ‪َ e‬ب ًدا ئادم‬
‫ا‬
‫ُد ل رب ا ل ح م‬ ‫الح ل ‪ ، (33) ...‬م ُد‬ ‫‪.20‬‬
‫عٰ‪e‬ل ى كل حال م ْين ْعمة و ِن‬ ‫العال‬
‫اَ ك َب رْيرا ك ِب‬ ‫ر ‪، )33( ...‬‬ ‫اَ‪ e‬ك َب‬ ‫‪.2١‬‬
‫هلل‬ ‫هلل‬
‫ُا‬ ‫ُا‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫‪ ،‬رسلِه ْوا و َنا سم‬ ‫ب يْ ن ا من ح دٍ‬
‫ْع‬ ‫َقالُ‬
‫وا َنا ط غ ْف را َنك َنا ر ْي َل الم ك ص‬
‫ِا و‬ ‫ْع‬
‫بّ‬
‫وسعها ‪ ،‬لها‬ ‫ن ْف سا ف االَ‪e‬‬ ‫ُي كلِ‪ ، ّe‬لَا‬
‫هلل‬
‫ُا‬
‫َنا ‪ ،‬ر‬ ‫ما كس َب ْي ها ماكت ت وع َل‬

‫بّ س َبت‬
‫َا وْ يْ َنا نس اَ‪e‬خ ‪َ ،‬نا طأ‬ ‫َال ت َؤا ان َنا خ‬
‫ْذ‬
‫كام‬ ‫را ص‪e‬‬ ‫تحمل يْ ع َنا ا َل‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫وال‬ ‫َنا ر بَّ‬
‫َنا ‪ ،‬من ق َنا ر‬ ‫حم ْل َته ِذ ْين ع َلى‬
‫ْبلِ‬ ‫الَّ‬
‫بّ‬
‫وال َنا تحم‪ e‬ما ال طاقة ل َنا به‪.‬‬
‫ْل‬
‫ِئكة مالَ‬
‫االَ‪َ ّe‬ال ِاٰل ه و ْال ه َو‬ ‫َّ هن هلالُ‪َ e‬ا َشه دَ‬ ‫‪.٨١‬‬
‫لَا ِاٰ‪ e‬هل َو‬ ‫ْولُوا‬
‫ا‬ ‫با‬ ‫لع ْل ِم قائما واُ‬
‫قل سط‬
‫َد‬ ‫الد ْين ان‬ ‫العز ْيز الحك ْيم ‪،‬‬
‫ا ع ْن‬
‫ال‪ِe‬سال ا لّ‪e‬هم م ق ُل مالِك الم ْلك ِتى ت‬
‫ؤْ‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ممن‬ ‫الم ْلك‬ ‫من تشاء ْنزع و َت‬ ‫الم ْلك‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫‪ ،‬ي ْع َلم ب ْين ام ْي ِد وما ه ْم َف ‪ ،‬ه ْم‬
‫خ ْل‬ ‫يْ ا‬
‫والَ يح يْ ط وْ ن ْي ئ من ع ْلمه ا َال‪e‬‬
‫بش‬
‫بما شاء ‪ ،‬وسع كرس ُّيه َوات الس ٰم‬
‫ْاَال ْر َو َ ‪ ،‬والُؤ ُدُه ي ح ْف ظهما وه َو‬
‫ضظ م ‪.‬‬ ‫العلِي ِ‬
‫الع يْ‬
‫ِ‬
‫الس ٰم َوات ل ما فى وما ال‪َe‬ر فى‬ ‫‪.١6‬‬
‫ض‬
‫‪،‬‬
‫و ِان ْوا ُد ْنُف ما فى سك ْم ُت وْ خُف وْ ه‬
‫ا‬ ‫ت بْ‬
‫لِمن يشاء ر‬ ‫‪ ،‬ف َي ْغ ِف به هلال‬ ‫يحاس بْ ك ْم‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫كل ع َلى‬ ‫يشاء ‪ ،‬وهلالُ‪ e‬من‬ ‫و ُيع ِّذب‬
‫ش ْيئ ق ِد ْير‪.‬‬
‫ه من‬ ‫الر س وْ ل ْنزل بما اُ ْي ا‬ ‫أمن‬ ‫‪.٧١‬‬
‫َل‬
‫كل أمن با هل‬ ‫و ْال م ؤْ ْون ‪ ،‬م‬ ‫ر ِّبه‬
‫ل‬ ‫ُن‬
‫ا‬
‫ك ِته ِ هب وك ورسل ه‪ ،‬ال ن َفرق‬ ‫ومالَ ِئ‬
‫ُت‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫الناس ‪ )١( ...‬رُة‬ ‫‪ .١2‬س وْ‬
‫الر حم ٰ� ن الر حيم‬ ‫‪ .١3‬بس ِم‬
‫هلل ِ‬
‫ا‬
‫ك الناس‬ ‫برب الناس ﴿‪ ﴾١‬مل‬ ‫ُقل أ عوذ‬
‫إِ َل ٰ�ه الناس ﴿‪ ﴾3‬من ﴿ ‪ ﴾2‬لا َو شر س َواس‬
‫﴿ ‪ ﴾4‬ا َّل ِذي ي َوسو الخ س في ص ُدور‬

‫ّناس‬
‫والناس ﴿‪﴾6‬‬ ‫من ال ج َّنة‬ ‫الناس ﴿‪﴾٥‬‬
‫ا َية الك رسى‬ ‫‪.١4‬‬
‫َ‪ e‬ه َو‬
‫اال‬ ‫ِاٰ‪ e‬هل ‪َ ،‬لا‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫‪٥ .١‬‬
‫ه َو لَّا‬ ‫ِاٰ‪ e‬هل‬ ‫ا‬ ‫الر ح ٰم‬
‫لرح ْيم ‪ ،‬ن هلل‬
‫ُا‪ e‬لَا‬
‫وَال س َنة خ ُذه ْوم ‪،‬‬ ‫ا ْلح ْو َق َتأْ‪ e‬م ‪ ،‬لَا‬
‫ن‬
‫يّ ي ال‬
‫فى لاا َرض وام‬ ‫هل ما فى الس ٰم َوات‬
‫ب ِا ْذ ِنه دَ ُه َّلا ع ْن‬ ‫‪ ،‬من ذ الَّ ِذى يش َفع‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫مأ ْين‬
‫‪)3( ...‬‬ ‫‪ .٧‬س وْ رة اال خال‬
‫ص‬
‫الرَم ٰ� ِن الر ِحيم‬ ‫ِ بس ِم ‪.٨‬‬
‫ٌحد ح ﴿‪ ﴾١‬الص م ُد ﴿‪﴾2‬‬ ‫‪ُ 9 .‬ق ْل ه َ هللو ِ‬
‫هلل‬ ‫ا‬
‫ُا‬ ‫أَ‬
‫هلل ّ‬
‫اُ‬
‫يكن لَّه ًوا كُف‬ ‫يو َل ْد ﴿‪ْ ﴾3‬د و َل ْم لي ْم‬ ‫ل ْم‬
‫و َل‬
‫﴿‪)3( ... ﴾4‬‬ ‫أَح ٌد‬
‫‪ .١0‬س وْ رة الف َل ‪ ... (١‬ق )‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫ن الرحيم‬ ‫ا‬ ‫‪ .١١‬بس ِم‬
‫لرحم ٰ�‬
‫هلل ِ‬
‫ا‬
‫شر ما‬ ‫ق ﴿‪ ﴾١‬من‬ ‫قُل َف َل برب‬ ‫أَ‪e‬عو ُذ‬
‫ا ْل‬
‫غاسق إِ‪َ e‬ذا شر و َقب‬ ‫﴿‪ ﴾2‬ومن‬ ‫خ َلق‬
‫الن َّفاثات شر َق ِد في الع ﴿‪﴾4‬‬ ‫ومن‬ ‫﴿‪﴾3‬‬
‫حاس دٍ شر ِإ َذا َد ﴿‪ ﴾٥‬حس‬ ‫ومن‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫ِم بالس لَا‬ ‫َنا ر‬ ‫السالَم‬ ‫يع وْ ُد‬

‫بّ َنا فح يِّ‬


‫ِم ت َباركت دارالسلَا‬ ‫واَ ْد َّ ةن َنا الج خ‬
‫ْل‬
‫و ْ ا ِلكرام‬ ‫ياذ ْالجالَل و َتعال ْيت‬ ‫ر بَّ َنا‬
‫و م ْعطي‬ ‫ما َاعط يْ‬ ‫‪َ .٥‬اللَ هم ال ما ِن ع ل‬
‫َا‬
‫لت‬
‫را َّد ق ل ِما ض و َلا‬ ‫ِلما ْعت م و َلا‬
‫ْي ت‬ ‫َن‬
‫ك الج ُّد‬ ‫ي ْن َفع ِّد ذ ْالج م ْن‬
‫‪ 6 .‬س وْ رة الفات ‪e‬حة‬
‫ّ ِ ل ح م ُد‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ا ﴿ ‪ ﴾١‬ا ْل‬ ‫بس م هلل ِ‬
‫ِ‬
‫حيم‬ ‫ا لرحم ٰ�ن الر‬
‫مين ﴿‪ ﴾2‬الر ٰ�ن الر حم حيم ﴿‪﴾3‬‬ ‫رب ال اعل‬
‫ِم الدين ﴿‪ِ ﴾4‬إ‪َّ e‬ياك مالِك ي وْ ُد بُ وإِ َّياك‬
‫ْع ن‬
‫﴿ ‪ ﴾٥‬ها ِد َنا الصرا عين الم ط ِقيم س‬ ‫نس َ ت‬
‫َت‬
‫ع َل ْيه ْم غ ْير لا َّ ِذين أَ ْنمعت صراط‬ ‫﴿‪﴾6‬‬
‫﴿‪.﴾٧‬‬ ‫الم ْغ ضو ْي ه ْم و َلا‬
‫ا‬ ‫ب ع َل‬
‫لضالِّين‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫‪WIRID SETELAH SHALAT‬‬
‫‪FARDLU‬‬

‫َدي َوِل وال‬ ‫ِلى‬ ‫الع ظ ْيم‬ ‫َت ْغ ِفر ‪ .١‬اَس هل‬
‫ل‬
‫ا‬
‫و ِلا صحاب ْوق الحقُ َبة الواج ع َلي‬
‫ول جم ْيع‬ ‫و ِلا َنا خ‬ ‫ول ِ‪e‬م شاي خ َنا‬
‫َوان‬
‫الم س م ْين و ْالم س مات ْؤ وْي ن م‬
‫ْالم ِن‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫و ْالم ؤْ َْلا اَ م َنات ح َياء م ْن ه ْم و ْاال م َوات‬
‫وَا ُت وْ ْي ا ‪)3(......‬‬
‫ه‬ ‫َل ب‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫له ل هْ‬ ‫لَا ِاٰ‪ e‬هل ‪2 .‬‬
‫وح دَ ُه َال لااَ‪ّe‬هلال شر ْيك‬
‫و ُيم ْيت وه َو الحم ُد يح ِيى‬
‫الم ْلك و َله‬
‫عٰ‪e‬لى كل ش يْ ْي ر ‪)١0 / 3 ( ...‬‬
‫ق ِد‬
‫ئ‬
‫من النار ‪)3٧/ ( ...‬‬ ‫‪ 3 .‬اَ‪e‬لل هم ا جر َنا‬
‫َ ْي ك ِا‬
‫سالم‬ ‫‪ 4 .‬اَ‪e‬لل ْن ال ت سالَم وم ْن ال‬
‫ل وَ‬ ‫ك‬ ‫هم اَ‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫لَهل هم اغ ِفر‬ ‫وادخلِى ‪ ،‬اَللّ‪َّ e‬ن ِتى ج‬ ‫ع َبادى‬
‫واجعل‬ ‫و ْال‪e‬مسلِمات م ْين‬ ‫من الم س‬ ‫ْور القُ بُ‬
‫ل‬
‫و ْالفُسحة والن وْ ر‬ ‫ا‪ e‬لَّهم ْور قُ بُ ال ض َياء هم‬
‫فى‬
‫و ْالح بُ وْ ر ر وْ ر و ْالبهجة َة ع َلى ْالم ْغ ِفر و‬ ‫والس‬
‫رح ْيم غفُ وْ ر‬ ‫مالِك رب ا‬ ‫ُب وْ ر اَ‪e‬هل القُ‬

‫ّنك‬
‫اَ لّ‪e‬هم س ْبحان ك ْم ف ْيها يَّ ُته و َتح‬ ‫ْم ف ْيها دع َواه‬
‫ِ ل رب الحم‬ ‫ْم أَ‪e‬ن دع َواه‬ ‫وأخ�ر‬
‫ُد‬ ‫َس ا‬
‫لَم‬
‫ْي َن‪ .‬العالم‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫خ ْلق‬ ‫من خ ْلق‬ ‫يهوالَك [ك] ِا َّنهما ف‬
‫ل هل‬
‫ا‬
‫تعالى ‪َ ،‬ذا فِإ س�أَ‪ e‬لا ك [ك] من ر بِّ ك[ ك ]‬
‫امامك [ك] ُنك وما د يْ‬ ‫ُّي ومن ن ِب ك[ ك ] وما‬
‫وما اخ َوانك [ك] ‪،‬‬ ‫[ك] وما ُت ك[ ك ]‬
‫َل بْ ق‬
‫رأن امامي‬ ‫ر ِّب ي ومحم ٌد و ْال‪e‬قُ ِّيي ن ِب‬ ‫لهل‬
‫اُ‪ e‬فقُل‬
‫د يْ ِني و ُن وْ ن و ْالم ؤْ م‬ ‫ْع َب ة و ْالك ِت ي بْ‬
‫ْا‬ ‫َل ق‬
‫ِلساَلم‬
‫و ْال‪e‬مسل ْون كلُّ م ه ْم َواني ‪ .‬اخ‬
‫ذالِك يّ ْيت ح‬ ‫ت ] وع [‬
‫َل ى ت‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫ع َلى ذالِك ْق خلِ‬
‫[ت] وع َلى مت ذالِك‬ ‫ذالِك‬ ‫[ت] َلى‬
‫وع‬
‫واَ ْنت من تعا َلى‬ ‫شأ‬ ‫ت ْبع ِث يْ ث ن ] ان‬
‫هلل‬ ‫[ ت ْبع‬
‫ا‬
‫ل الثابت ‪،‬‬ ‫ت عالى ْو‬ ‫ك هلال‬ ‫‪ ،‬ث بَّ َت لا َم ِن ْين‬
‫ل اب‬
‫ق‬
‫[ها] باْ‪e‬لق وْ اَ لّ‪e‬هم ث هلل‬
‫ُا لا َّ ِذ ْين ل الثابت ي َث‬
‫بّ ْته‬
‫ّبت‬
‫فى الحيوة الد ْن َيا و ِفى ل الثابت‬ ‫ْوا ب الق وْ مأ ُن‬
‫ُتها الن ْفس المطم ِئ َّنة ارجعى لا خر ِة ‪ ،‬يا أَ‪e‬‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫يّ‬
‫مرض َّية فادخلِى فى راض َية‬ ‫ا َلى ر ِّبك‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫حق ‪ ،‬وَان‬ ‫زان حق ‪ْ ،‬عث لا َب‬ ‫وَان الم يْ‬
‫واَ‪e‬ن‬
‫‪ ،‬واَن الحشر حق حق ‪ ،‬واَن‬ ‫الص راط‬
‫ْؤم ِن ْين َّنة ِل ْ مل فى الج حق ‪،‬‬ ‫َية ر ؤْ هلل‬
‫ا تعاٰ‪e‬لى‬
‫الساعة ا ِت َي وَان ْي ة واَ‪e‬ن ب ف ْيها ه ي ْبعث‬
‫ل‬ ‫ا‬
‫ل‬ ‫لَر‬
‫ا‬
‫القُ ُبى وْ ر من فى وَا َّنك ْيت بال رض ‪ ،‬ر ًّبا‬
‫صلّى هلالُ‪ e‬حم دٍ ْيه ع‬ ‫د يْ ًنا ‪ ،‬و ِ مب ِبْ‪e‬اِلسالَ ِم و‬
‫َل‬
‫اَ وَّٰ ل م ْنز ِب ًّيا ‪ ،‬ه َذا و َن ل من‬ ‫وس ‪e‬لَّم رس وْ ال‬
‫وأخر م ْنزل من م َنازل‬ ‫ِة ‪،‬‬ ‫َلخر‬
‫ا‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫َنازل م‬
‫هلالُ‪ e‬تعالى فى قال ِم‬ ‫َية ‪ ،‬كما افلنا‬ ‫َيا الد ْن‬
‫محك‬
‫ْنها َخ َل ْق َناك ْم العز ْيز الحك يْ ِم ‪ :‬م ْيها و ِف‬ ‫َتابه ك‬
‫ْم تار ًة أخرى ‪ .‬نخرجك‬ ‫وم ْنها‬ ‫ُد نعك ْم‬
‫يْ‬

‫ْيمان الكر‬ ‫ۤ‬


‫ْ لن اَ ْيك ِت [ك] َل ك ان‬
‫الم‬ ‫يأ‬
‫ال م َوكالَن َبان ‪ ،‬المحاس فال [ك] ي ْفزعاك‬
‫يره َبا ولَا [ك] والَ ك ير وِّ عا [ك] وَال ك‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫ذ وْ الجالَل‬ ‫ْيها ع َل فان ‪َ ،‬قى وجه و َي بْ ر ِّبك‬
‫َّن و ِا ه ْم ْون ‪ ،‬مث م يِّ ُت‬ ‫و ْ الِك� ا َّنك را ْم ‪.‬‬
‫ِّي ت م‬
‫ْم ر تخ َت صم وْ ن‪،‬‬ ‫ي وْ م ْم ا َّنك الق َيامة‬

‫ّبك ْن دَ ع‬
‫بن اَمة لهال ه ا ْذكر ال‪e‬ع ِذى دَ الَّ‬ ‫ع بْ دَ يا‬
‫ه‬ ‫ل‬
‫ل‬
‫ا‬
‫دار الد ْن َيا ت من ا َلى دار ال ‪ .....‬خر‬ ‫خرج‬
‫ِة‬
‫‪]jika mayitnya seorang laki-laki [.‬‬

‫ِتى دَ الَّ‬
‫كري الع‬ ‫ح َواء ا ْذ‬ ‫ا ب ْنت‬
‫ه‬ ‫هلل‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫يا اَ‪e‬مة‬
‫دار ال ‪ ...‬خر ِة‬ ‫الد ْن َيا من دار ا َلى‬ ‫خرجت‬
‫‪] jika mayitnya seorang perempuan [.‬‬

‫ْول‬ ‫ٌد‬ ‫لَّا هلالُ‪ e‬ن الَ ِاٰ هل‬ ‫اَ‪ e‬شها دَ ةٌ‬ ‫وه َو‬
‫رس‬
‫محم‬
‫حق ‪،‬‬ ‫لا َّن ار‬ ‫‪ ،‬وَان حق‬ ‫الج َّنة واَن‬ ‫هلل‬
‫ا‬
‫‪ ،‬واَن حق حق ‪ ،‬ال َق ْبر واَن‬ ‫الم وْ ت واَن‬
‫حق ‪،‬‬ ‫‪ ،‬واَن حق َؤال‬ ‫و َنك ْيرا م ْنكرا‬
‫ا‬
‫لس‬
‫الحساب حق ‪،‬‬ ‫‪ ،‬واَن حق‬ ‫الج َواب واَن‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫‪TALQIN MAYIT‬‬

‫لاا َّ هلالُ‪َ e‬ال ِاٰ هل ح ْيم‪ٌ .‬د‬ ‫ٰمن الر ح‬ ‫هلل‬ ‫ِم‬
‫محم‬ ‫ا ا لر‬ ‫بس‬
‫وح دَ ُه َال هلالُ‪ e‬االَ‪ e‬شر ْيك‬ ‫هلل ِاٰ‪ e‬هل ‪َ ،‬لا‬ ‫الر س وْ ل‬
‫ا‬
‫ْيت وه َو يح ِي‪ e‬و ُيم‬ ‫و َله الحم ُد هل الم ْلك‬ ‫ْه ‪،‬‬
‫ل‬
‫وَال َي َنام ال‬ ‫حي دا ِئم ِدر عا ِدل قا ِئم قا ٌد‬
‫مر يْ‬
‫َا َب ًدا وَال يز وْ ل‬ ‫يُف وْ ت والَ يح وْ ل مي وْ ت ولَا‬
‫وه َو الخ ْير‬ ‫و ْ ا ِلكرام ب َي ِد ِه اَ‪َ e‬ب ًدا ذ‬
‫وْ الجا‬
‫َلل‬
‫ش ْيئ ق ِد ْير ‪ ،‬ع َلى كل‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫كل ن ْف تعاٰلى َقة س الم وْ ِا َّنما ت و‬ ‫هلالُ‪ e‬قال‬
‫ذا ِئ‬
‫فمن زحزح‬ ‫اُ‪e‬ج وْ َّف وْ ن ت َو ي وْ م رك ْم َيامة لا ِق‬
‫ف َق ْد ف ‪e‬از ‪ ،‬وما الج‬ ‫الن‪ e‬ار واُ‪ْ e‬دخ� ل عن‬

‫ّنة‬
‫ْو َدك ْم ر ‪ ،‬ما ع ْن‬ ‫َيا االَ‪ ّe‬م َتاع الحيوةُ الد ْن‬
‫الغر‬
‫هاِلك االَ‪ ّe‬ق ‪ .‬كل ش ْيئ‬ ‫‪ ،‬وما ع ْن دَ‬
‫لهل‬
‫ا با ي ْن َف ُد‬
‫ْون ‪ ،‬كل من ترجع‬ ‫‪ ،‬هل الحك‪e‬م و ِا َل ْيه وجهه‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫فمن هلال‪)٨( ...‬‬
‫االَ‪e‬‬
‫وال‪َُe‬ق وَّ َة َ ُل‪ e‬الَح ْول ماشاء‬ ‫هل‬ ‫‪ِ .26‬م‬
‫ل‬ ‫بس‬
‫ا‬
‫العل الع ي ‪ (3) ...‬ظ‬ ‫لهاب‬
‫يْ ِم‬ ‫ا‬
‫و َت وْ َبة ‪ .‬و ِب القهر ك ياغ َّفار ع ْف وً ا‬ ‫‪ُ .2٧‬ت‬
‫ْل سأ‬
‫‪ (3) ...‬من تح‬ ‫ياقهار خ ْذ‬

‫ّيالَ‬
‫ياذ ْالبط ْي ُد ش خ ْذ‬ ‫ياج َّبار ياق هار‬ ‫‪.2٨‬‬
‫الش ِد‬
‫َلم َنا ظ‬ ‫ممن‬ ‫الم ن س ِلم ْي‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫وحق‬ ‫ح َّق َنا‬
‫وعٰ‪e‬لى‬ ‫و ْالم س م ْين و َت ع َّدى َنا يْ‬
‫َل ع‬ ‫ل‬
‫الم س م يْ ن ‪)3( ...‬‬
‫ل‬
‫الفات ة ْ ‪.........‬‬ ‫‪.29‬‬
‫ح‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫الكافر يْ ن ‪)3( ...‬‬ ‫عٰ‪e‬لى ِم الق‬
‫وْ‬
‫ب الحي ِم ْو ُّي ِذى‬ ‫ُ ت ْ ن ك ْم‬ ‫‪.2١‬‬
‫ا‬ ‫الق‬ ‫حص‬
‫لَّ‬
‫ًدا َب ْعت دَ ع ْنكم ْوء ال س‬ ‫لَا َيم وْ‬
‫َف و‬ ‫اَ‪ e‬ت‬
‫با َّلا هل‬ ‫َة‬ ‫ف ال ح وْ ل‬ ‫باَ‪ْ e‬ل ْل‬
‫ل‬ ‫ف َا‬
‫ا‬ ‫وّ قُ وال‬
‫الع ‪ (3) ...‬ظ‬ ‫‪e‬ال‪ e‬علِي‬
‫ْيم‬
‫ع َل يْ َنا ِذى اَ‪ْ e‬نعم ل الَ ٰدانا وه‬ ‫‪ْ.22‬ل اَ حم ُد‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫عٰ‪e‬لى د ْين اال ِم ‪ (3) ...‬س‬
‫اَل‬
‫َ ُل‪َ e‬ال َي بس م س وْ ق ْير الخ االَ‪e‬‬ ‫‪.23‬‬
‫ِ‬
‫لهل‬
‫ا ماشاء‬
‫هلال ‪)٨( ...‬‬
‫صرف ال س وْ ء‬
‫ماشاء َ ُل‪َ e‬ال ي بس ِم‬ ‫‪.24‬‬
‫لهل‬
‫ا‬
‫االَ‪ ّe‬هلال ‪)٨( ...‬‬
‫ن ْعمة من‬ ‫ماكان‬ ‫ُل ماشاء‬ ‫هل‬ ‫‪ِ .2٥‬م‬
‫ل‬ ‫بس‬
‫ا‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫(‪)١00/40/١١/٧/3‬‬
‫ًة‬ ‫ٍد‬ ‫اَ لّ‪e‬هم عٰ‪e‬لى صل َنا ِد‬ ‫‪.٧١‬‬
‫صلَا‬ ‫محم‬ ‫يِّ س‬
‫جم ْيع اال ه َوال‬ ‫بها من‬ ‫ت ْن َنا ج‬
‫يْ‬
‫و ْا لا َفات ْقضى و ل َن ا بها جم ْيع‬
‫َت‬
‫بها من جم ْيع‬ ‫الحاج‪e‬ات و ُت َنا‬
‫طهر‬
‫ا و َت ر َف ع َن ا بها َد ك اَ‪e‬عٰ‪e‬لى‬
‫ع ْن‬ ‫لس يِّ َئات‬
‫صى الغاي ‪e‬ات‬ ‫الدر جاتُت َبلِ‪ ّe‬و غ َن ا ْق بها‬
‫اَ‬
‫و َب ت َد ْع‬ ‫َي ا ت فى ‪e‬ال‪e‬ح‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫من جم ْي ع ْيرا الخ‬
‫الممات‪.‬‬
‫ع ‪)٨000/١29( ...‬‬ ‫‪ْ .٨١‬ي‬
‫ياب ِد‬
‫‪ .9١‬سورة يس‬
‫َنا يار‬ ‫اَك َب ر ‪،‬‬ ‫اَك َب ر‪،‬‬ ‫‪َ .20‬ب اَك‬
‫لهل‬ ‫لهل‬ ‫هلل‬
‫بّ ر ‪،‬‬ ‫ُا‬ ‫ُا‬ ‫ا‬
‫َنا م َنا ف انصر‬ ‫َنا وس يِّ‬ ‫و ِاٰ‪e‬ل ه َنا اَ‪ْ e‬نت دَ‬
‫وْ لَا‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫ٍد ق ْد‬ ‫عٰ‪e‬لى صل َنا ِد‬ ‫َا لّ‪e‬هم‬ ‫‪.١3‬‬
‫محم‬ ‫يِّ س‬
‫هل‬ ‫ضا َقت اَ ْد َل ِتى ح رك ِن يا ي ْول‬
‫ل‬ ‫رس‬ ‫يْ‬
‫ا‬
‫‪)١00( ...‬‬
‫‪/40/١١/٧/3( ...‬‬
‫ْة‬ ‫َوات‬ ‫‪.١4‬‬
‫ص َل‬
‫يّ نار‬
‫‪)4444/١00‬‬
‫سالَما‬ ‫ْم وسلِّ كام َلة‬ ‫ًة‬ ‫صل اَل لّهم‬ ‫‪.٥١‬‬
‫صلَا‬
‫ِنا ِذى ت ْنح محم ِد به ل‬ ‫لَّ‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫ِد يِّ س َنا‬ ‫عٰ‪e‬ل ى تاما‬
‫به القُر ْق ضى به‬ ‫الع َق ُد َفرج و َت‬
‫ب و ُت‬ ‫ْن‬
‫الح َوائج َنال و ُت هب الر غائ ب وحسن‬
‫ب َوجهه‬ ‫الغمام‬ ‫الخ َوات ِم َق ى ُيس َتس‬
‫و‬
‫فى كل‬ ‫ألِه وصح ِبه وعٰلى‬ ‫الكر يْ ِم‬
‫لمحة َف ِد س ْو ٍم كل م لك‪.‬‬
‫ْعلُ‬ ‫بع دَ‬ ‫و َن‬
‫م ْن‬ ‫‪َ .١6‬وات‬
‫‪ ...‬ج‬
‫ص َل‬
‫َيات‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫محم دٍ ِد َن ا س ِّي‬
‫عٰ‪e‬لى‬ ‫صل وسلِ‪ْ ّe‬م ‪َ .٥‬ال ٰلّهم‬
‫‪)١00( ...‬‬ ‫أل س يِّ ِد َنا وعٰلى ْد‬
‫محم‬
‫‪ 6 .‬ياْي م ‪)١00( ...‬‬
‫ق ِد‬ ‫هلل َ‬
‫ُا‪ e‬يا‬
‫‪ .٧‬يا سم ْيع اي ب ص ر ‪)١00( ...‬‬
‫يْ‬
‫‪ .٨‬يا م بْ د يا ئ خال ق ‪)١00( ...‬‬
‫ِ‬
‫‪ 9 .‬يا ح ف يْ يان ظ ص يا ر وك ْيل لهل‬
‫ِ‬
‫اُ‪ ... e‬اي‬ ‫يْ‬
‫(‪)١00‬‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫‪...‬‬ ‫ِت ك اس َتغ يْ‬ ‫ياحي ْوم ياق‬ ‫‪.١0‬‬
‫ث‬
‫برحم‬
‫يّ‬
‫(‪)١00‬‬
‫لط يْ اي ف ‪)١29( ...‬‬ ‫‪.١١‬‬
‫غ َّفارا‬ ‫كان‬ ‫الع ظ ْيم ا َّنه‬ ‫هل‬ ‫‪ِ .١2‬فر َت ْغ‬
‫ل‬ ‫َاس‬
‫ا‬
‫‪)١00( ...‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫‪ISTIGHATSAH‬‬

‫َفاتح ْة ‪ .١ (3) ...‬اَ‪ْ e‬ل‬


‫﴿ ‪ ﴾١‬الحم ُد حيم‬ ‫ا ن الر‬ ‫‪ 2 .‬بس ِ م‬
‫لر ح م ٰ �‬
‫هلل ِ‬
‫ا‬
‫مين ﴿‪ ﴾2‬الر حم ٰ�ن‬ ‫رب العال‬ ‫َّ ِل‬
‫الدين ﴿‪﴾4‬‬ ‫ي وْ ِم‬ ‫الر حيم ﴿‪﴾3‬‬
‫ما‬
‫ِلك‬
‫نس َتعين ﴿‪ ﴾٥‬ها ِد َنا ن ْع بُ ُد و ِإ‪e‬‬ ‫َّياك إِ‬

‫ّياك‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫﴿‪ ﴾6‬صراط س َت ِقيم‬ ‫الص راط الم‬
‫ْم غ ْير ا ْ مل ْغضوب ن أَ ْنعمت ع َل ْيه‬ ‫لا َّ ِذي‬
‫﴿‪ ﴾٧‬مأ ْين‬ ‫ع َل يْ ه ْم و َلا‬
‫ا‬
‫لضالِّين‬
‫هل الع ‪ )١(00 ...‬ظ ْيم‬ ‫َت ْغ ِفر ‪ 3.‬اَس‬
‫ل‬
‫ا‬
‫‪e‬ال‪e‬عل ِ‪e‬ي‬ ‫ا َال‪ e‬لهاب‬ ‫َة‬ ‫‪ 4 .‬ال ح وْ ل‬
‫ا‬
‫وّ قُ وال‬
‫الع ‪ )١(00 ...‬ظ يْ ِم‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫بن علِي َلوى باع وا ص وْ ِله وف ر وْ عه‬
‫ى‪. .‬الفاتحة‬ ‫ا ع َلو‬ ‫وجم يْ‬
‫لساد ِة أل با ع‬
‫َّ ةي وْ ِف‬
‫ا‬ ‫تحة ْيع ِلجم‬ ‫‪َ .32‬ف ا ْل‬
‫الص‬
‫لساد ِة‬ ‫أ‬
‫ق لاا َر ض ا‬ ‫مشار‬ ‫ْي َنما اَ ْوا من كا ُن‬
‫َل ى‬
‫اه ‪. .‬الفاتحة‬ ‫مغار ِب‬
‫الراتب َنا ِد‬ ‫لِصاحب‬ ‫‪َ .33‬ف اتحة أَ‪ْ e‬ل‬
‫يِّ س‬
‫ْ ّدا ْد‬ ‫وى‬
‫ح‬ ‫ل‬
‫َا‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ِد ِب ْيب ع َل‬ ‫بن الح‬
‫ا ع بْ‬
‫وى‪. .‬الفاتحة‬ ‫باع َل‬
‫رضاك‬
‫نسأَ لُ‪e‬ك‬ ‫اَ لّ‪e‬هم ‪ ٨.2‬ا َّنا‬ ‫‪.34‬‬
‫وا‬ ‫و ْالَة و َن ِب ُذ ك من سخط‬
‫ل َّنار ك‬ ‫وْ ع‬ ‫ج‬

‫ّن‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫مِلك‬ ‫برب الناس ﴿‪﴾١‬‬ ‫ُقل أَ‪e‬عوذ‬ ‫‪.2٧‬‬
‫الناس ﴿‪ ﴾3‬من‬ ‫ا‬
‫لناس ﴿‪ ﴾2‬إِ‪َ e‬ل ٰ�ه‬
‫لا َّ ِذي خ َّناس ﴿ ‪﴾4‬‬ ‫شر ال َوس َواس لا‬
‫الناس ﴿‪ ﴾٥‬من ص ُدور‬ ‫ي َوسو س في‬
‫وال‪e‬ناس ﴿‪﴾6‬‬ ‫الج َّنة‬
‫الف َل ق‬
‫‪ .2٨‬س وْ رة‬
‫الر حم ٰ� ن الر حيم‬ ‫‪ .29‬بس ِم‬
‫هلل ِ‬
‫ا‬
‫شر ما‬ ‫ق ﴿‪ ﴾١‬من‬ ‫‪ .30‬أَ‪ُ e‬قل بر عو ُذ َل َف‬
‫ْل ب ا‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫و َقب ق ِإ‪َ e‬ذا‬ ‫ومن شر غاس‬ ‫خ َلق ﴿‪﴾2‬‬
‫الع َق ِد في‬ ‫الن َّفاثات شر‬ ‫﴿‪ ﴾3‬ومن‬
‫َد ﴿‪ ﴾٥‬حس‬ ‫﴿‪ ﴾4‬ومن حاس دٍ شر ِإ َذا‬
‫م ِد محم‬ ‫‪َ .3١‬فاتحة أَ‪ْ e‬ل َنا ِد يِّ ْيه الف‬
‫ِ‬
‫ِق‬ ‫ِلس‬
‫ّد َق الم‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫َواجه الطاه ز رات‬ ‫وا‬ ‫لاا َكرم ْين‬
‫هل ْم‬ ‫والتابع ْين‬ ‫أُ‪e‬م هات ْؤ المْين م‬
‫ِن‬
‫ب ِاح ا َلى سان وع َل يْ َنا ال ِّد ْين ي وْ ِم ْم‬
‫معه‬
‫حم الراح م ْين‬ ‫و ِف يْ ه ْم ِت ك ي اَ‪e‬ر‬
‫برحم‬
‫‪)3( ...‬‬
‫‪ .22‬س وْ رة اال خال‬
‫ص‬
‫هلل ّ‬
‫ُا ِ‬ ‫الر ٰ ‪ِ ﴾١‬‬
‫حيم‬ ‫ن‬ ‫ُا هلل ِ �‬
‫م ُد ﴿‪﴾2‬‬
‫الر‬ ‫ا ح َم‬
‫ا لص‬
‫هلل‬ ‫﴿‬ ‫أَ ح ٌد‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫م بس ه َو‬
‫‪ ْ . 23 . 24‬ل قُ ِ ِ‬
‫يكن لَّه ًوا كُف‬ ‫يو َل ْد ﴿‪ْ ﴾3‬د و َل ْم لي ْم‬ ‫ل ْم‬
‫و َل‬
‫ٌد َح ﴿‪)3( ...﴾4‬‬
‫أ رةُ الناس‬ ‫‪.2٥‬‬
‫س وْ‬
‫الر حم ٰ� ن الر حيم‬ ‫‪ .26‬بس ِم‬
‫هلل ِ‬
‫ا‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫يا ر‬ ‫يا ر ْي م يا ْي‬ ‫ياعل يا ي ْي‬ ‫‪.٨١‬‬
‫ق ِد‬ ‫علِ‬ ‫ك ِب‬
‫يا ر ْي يا ف ْي ر خ‬ ‫سم ْيع يا ب ص‬
‫ِب‬ ‫لط‬ ‫يْ‬
‫‪)3( ...‬‬
‫يا من‬ ‫يا فارج الهم ياكاش الغم ف‬ ‫‪.١9‬‬
‫ْب ِد ِه لِع ِفر ي و َي ر حم ‪)3( ...‬‬
‫ْغ‬
‫هل‬ ‫‪ِ .20‬فر َت ْغ‬
‫لا َب رب اَ‪ e‬را َيا ِفر ْغ‬ ‫هل‬
‫ل‬
‫ا‬ ‫س َت‬ ‫ل‬ ‫أَس‬
‫ا‬
‫من ‪e‬ال‪e‬خطايا ‪(4) ...‬‬

‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫هل ُال ‪ )٥/٥0/2٥( ...‬الَ ِاله َال ِاله َّلا‬
‫‪.2١‬‬
‫محم ٌد رس وْ ل‬
‫لهل‬
‫ا صلَّى هلالُ‪ e‬ا َال‪ّe‬‬
‫هلل‬
‫ُا‬
‫وسلَّم وشرف وكرم ومج دَ ع َل ْيه‬
‫َاهل عن‬ ‫وعظم ور هلالُ‪ e‬ضي َلى تعا‬
‫الطاه ر ْين وا صحابه‬ ‫ب يْ ِته ْين ِب يِّ‬
‫الط‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫هل‬ ‫لاا َخر وْ ِم و ْاليَنا ت ا َلى‬ ‫مأ َّنا لهاب‬ ‫‪.١2‬‬
‫ل‬ ‫بْ‬ ‫ا‬
‫ا‬
‫وظاه را ‪)3( ...‬‬ ‫باط ًنا‬
‫كان‬ ‫وام ِذي ح‬ ‫واعف ع َّنا‬ ‫‪َ .١3‬نا يار‬
‫الَّ‬
‫بّ‬
‫م َّنا ‪(3) ...‬‬
‫د ْين‬
‫و ْ الِك يا َذ أَ‪ e‬را ِمَنا م ع َلى‬ ‫‪.١4‬‬
‫ْت‬ ‫ْالجا‬
‫لَل‬
‫اال ِم ‪)٧( ...‬‬
‫سالَ‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫‪ً ،‬نا د يْ‬ ‫و ِبْ‪e‬ال ِم‬ ‫ًبا ‪ ،‬بال ر‬
‫ّ‬ ‫َنا‬ ‫‪.٥١‬‬
‫سالَ‬ ‫رض يْ‬
‫و ِبمحم دٍ ن ِب ًّيا ‪...‬‬
‫الظاِل شر م ْين‬ ‫كا ف‬ ‫ياقو يا ي ْين م‬ ‫‪.١6‬‬
‫ِت‬
‫‪)3( ...‬‬
‫صر‬
‫ف‬ ‫الم س م ْين‬ ‫اُ‪ e‬ح م وْ ر‬ ‫‪ .٧١‬أ ص‬
‫ل‬ ‫َل هلل‬
‫ُا‬
‫ِذ يْ شر الم ن ‪)3( ...‬‬ ‫هلال‬
‫ؤْ‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫الت وَّ اب الر ح ْيم ‪)3( ...‬‬

‫هم صل‬ ‫ٍد اَ‪e‬للَ‬ ‫ع َلى صل‬ ‫َا لّ‪e‬هم ‪.٧‬‬


‫محم‬
‫ع َل ْيه ْم ‪ (3) ...‬وس‬
‫لِّ‬

‫من شر‬
‫الت ‪e‬امات‬ ‫ه‬ ‫بكل مات‬ ‫أَع وْ ُذ ‪.٨‬‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ما خ َل ق ‪)3( ...‬‬
‫ش ْيئ‬
‫ضر مع ا سمه‬ ‫لا َّ ِذي الَ َي ‪ 9.‬بس ِم‬
‫لهل‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ا‬
‫فى لاا َرض وال فى الس ماء َو‬
‫وه‬
‫الس م ْيع ْيم العلِ ‪)3( ...‬‬
‫‪ً ،‬نا د يْ‬ ‫‪ ،‬و ِبْ‪e‬اِل ِم‬ ‫َنا‬ ‫‪.١0‬‬
‫با سالَ‬ ‫رض يْ‬
‫ا ر ًّبا‬
‫)‪ (3‬ن ِب ًّيا‬ ‫و ِبمحم دٍ ‪...‬‬
‫والشر‬ ‫ْال ل خ ْير‬ ‫‪ .١١‬لهل‬
‫و‬ ‫ا و ْالحم ُد بس ِم‬
‫بمش يْ َئة‬
‫لهل‬
‫ا ‪(3) ...‬‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬
‫ْ ‪e‬ال‪e‬م ك ص ْير‪،‬‬ ‫ُغ ْف َران َنا ر ْي َل‬
‫وسعها‪ َ ،‬ما ل َها‬ ‫ِا َو‬ ‫ُي كلِ‪ ّe‬لَا‬
‫بّ ك ا َال‪e‬‬
‫ْفسا َن ف‬
‫هلال‬
‫م اك َتس َب ت ‪ ،‬وع َل ْيها َنا الَ بَّ ر‬ ‫كس َبت‬
‫َؤاخ ْذ َن ا ان ت اَخطأْ َنا َنا َا وْ نس يْ وَال َنا بَّ ر‬
‫تحمل َنا ا يْ ص كام َته حم ع َل ى‬
‫ْل‬ ‫ع َل را‬
‫ِذ ْين لا َّ َنا ق ْبلِ َنا ر وال َنا تحم ما ال‬
‫ْل‬ ‫من‬
‫بّ‬
‫طاقة ل َنا به ‪ ،‬واعف ع َّنا ِف َنا ر‬
‫واغ َل‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ف انص ر َنا ع َل ى‬ ‫َوارح الق وْ ِم ْن اَ َنا ت َنا وْ لَا َم‬
‫مْ الكافر يْ ‪.‬‬
‫ن‬
‫ْيك هل ‪ ،‬هل شر‬ ‫وح دَ ُه الَ االَ‪ّe‬‬ ‫َال ِاله ‪.٥‬‬
‫هلل‬
‫ُا‬
‫كل ش ْيئ ع َلى‬ ‫وه َو الحم ُد‬ ‫الم ْل و َله ك‬
‫ق ِد ْير ‪(3) ...‬‬
‫‪ 6 .‬رب اغ ِفر ل َنا و ُتب َنا يْ ا َّن ْنت ك‬
‫اَ‬
‫َل ع‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫ه َو لَّا‬ ‫ِاٰ‪ e‬هل‬ ‫ا‬ ‫الر ح ٰم‬
‫لرح ْيم ‪ ،‬ن هلل‬
‫ُا‪ e‬لَا‬
‫وَال س َنة خ ُذه ْوم ‪،‬‬ ‫ا ْلح ْو َق َتأْ‪ e‬م ‪ ،‬لَا‬
‫ن‬
‫يّ ي ال‬
‫فى لاا َرض وام‬ ‫هل ما فى الس ٰم َوات‬
‫ب ِا ْذ ِنه دَ ُه َّلا ع ْن‬
‫‪ ،‬من ذ الَّ ِذى يش َفع‬
‫‪ ،‬ي ْع َلم ب ْين ام ْي ِد وما ه ْم َف ‪ ،‬ه ْم‬
‫خ ْل‬ ‫يْ ا‬
‫والَ يح يْ ط وْ ن ْي ئ من ع ْلمه ا َال‪e‬‬
‫بش‬
‫بما شاء ‪ ،‬وسع كرس ُّيه َوات الس ٰم‬
‫‪ .‬والُؤ ُدُه ي ح ْف ظهما وه َو‬ ‫م‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫‪،‬‬ ‫العلِي َو ْر ْاالَ ض َ ِظ يْ‬
‫الع‬
‫ر ِّبه‬
‫‪ 4.‬أمن الر س وْ ل ْنزل بما أُْي ا ه من‬
‫َل‬
‫ِئ ك ِته‬ ‫ك ل أمن لهاب‬ ‫و ْالم ؤْ ْون‪ ،‬م ُن‬
‫وملَا‬ ‫ا‬
‫وك ُت ِ هب ورسل َفرق الَ ُن ه‪ ،‬ب ْين ٍد‬
‫َاح‬
‫سم ْع َن ا و َقالُ‪ e‬وْ ا وأ َنا ط‬ ‫من رسل‪ِe‬ه ‪،‬‬
‫ْع‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫‪BACAAN RATIB AL-HADDAD‬‬
‫حمن الر ح يْ ِم‬ ‫هلل‬ ‫ب س ِم‬
‫ا الر‬

‫س وْ رة الفاتحة‬ ‫‪.١‬‬

‫﴿ ‪ ﴾١‬ا ْل حيم‬ ‫ا‬ ‫ب س ِم‬


‫لرحم ٰ�ن الر‬
‫ّ ِل حم‪ُ e‬د‬ ‫هلل ِ‬
‫ا‬
‫حيم ﴿‪﴾3‬‬ ‫مين ﴿‪ ﴾2‬الر ٰ�ن الر حم‬ ‫رب ال اعل‬
‫وِإ َّياك‬ ‫ن ْع بُ ُد ﴿‪ ﴾4‬إِ‪e‬‬ ‫ي وْ ِم‬
‫ما‬
‫ّياك الدين‬ ‫ِلك‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫الصراط الم عين ِقيم س‬ ‫﴿ ‪ ﴾٥‬ها ِد َنا‬ ‫ن س َت‬
‫َت‬
‫ْيه ْم عمت ع غ ْير‬ ‫﴿‪ ﴾6‬صرا ِذين ط أَ ْن‬
‫َل‬ ‫لا َّ‬
‫﴿‪﴾٧‬‬ ‫الم ْغ ضوب ْم ْيه و َلا‬
‫ا‬ ‫َل َع‬
‫‪ 2.‬أي ْ الكر ة‬
‫لضالِّين‬ ‫سى‬
‫َ‪ e‬ه َو‬
‫اال‬ ‫ِاٰ‪ e‬هل ‪َ ،‬لا‬ ‫ْد‬ ‫اٰ‪ e‬هل‬ ‫‪ 3 .‬و ِاٰ‪e‬ل هك ْم‬
‫واح‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫محم‪ٌ e‬د‬ ‫‪ ..‬من َاه ت لَا ِاٰ‪ e‬هل ل‬ ‫‪ ...‬بن ‪/‬ب ْن‬
‫ا‬
‫ل‬
‫ُا‬
‫ْم ‪َ ،‬ا لّ‪e‬هم ع َل ْيه وسلّ‬ ‫هلالُ‪ e‬صلَّى‬ ‫هل‬ ‫رس وْ ل‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ر وْ ح سائر‬ ‫عٰ‪e‬لى‬ ‫ْنزل الر اَ حمة َة ِفر ْغ و‬
‫ْالم‪e‬‬
‫و ْالمسلِمات م ْين‬ ‫المسِل من‬ ‫اَهل جم ْيع ْور بُ‬
‫الق‬
‫لهم الدرجات‬ ‫ْين و ْالم‪ e‬ؤْ و ْالم ؤْ م ِن ار َفع م َنات‬
‫الس ِّيأَ‪e‬ت ت وك ِّفر ع ْنهم‬ ‫وضعف هل م الح س َن ا‬
‫و ْالج دَّ ات مع ال َباء‬ ‫و ِا َّياهم ْدخ ْل َنا وا الج َّنة‬
‫َّ ةن ارجعى س المطم ِئ‬ ‫‪ ،‬ياأي ُته الن ْف و‬
‫ْا‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫لُمهات‬
‫مرض َّية فادخِلى فى راض َية‬ ‫ر ِّبك اٰلى‬
‫ع َبادى واد خلِى ‪ ،‬مأ ْين‪ .‬ج َّن ِتى‬
‫َنا ر ْن َيا حس َنة ِت َنا فى ال اَال و ِفى خر ِة َنة‬
‫حس‬
‫دّ ا‬ ‫بّ‬
‫َنا ِد‬ ‫َذاب النار ‪ ،‬و ع هلل‬ ‫َنا و ِق‬
‫ُا عٰ‪e‬لى صلَّى يِّ س‬
‫الِه و وعٰلى ْم ‪ ،‬صح ِبه وسلَّ س بْ حان‬ ‫ٍد محم‬
‫وسالَم عٰ‪e‬لى صفُ وْ ن‬ ‫رب العز ِة عما ي‬ ‫ر ِّبك‬
‫ْالحم ُد ل رب العال سِل ْين و م يْ مأ ْين‪ .‬ن ‪،‬‬ ‫ا ل مر‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫الد ْين ي وْ ِم‬ ‫و َتابع التاب ع ْين هل ْم ب ِاح اٰ‪e‬لى سان‬
‫لَار َبعة ر َواح ِئمة لَا الم ْين ِد ج‬ ‫اٰ‪e‬لى َا ‪ ،‬مث‬
‫َته‬
‫الد ْين فى َلماء و ْالع ْين العامِل‬ ‫ِده ْم وم‪َ e‬قلِّ‬
‫ْالم َفسر ْين و ْالقُر ِأ و‬ ‫ِث ْين ْالمح‬ ‫َقهاء و ْالفُ‬

‫ّد و‬
‫والساد ِة ِف َية الص و ْالم ْوِل َياء ِق ْين وَا ح ِّق‬
‫وْ‬
‫وم وْ الَ َنا يِّ ِد َنا صا س‬ ‫ْون اَ‪ e‬الك ْين ‪ ،‬ح جمع ص‬
‫وْ‬
‫رحمه هلال‬ ‫ْالقادر ِنى الج ْيالَ‬ ‫ا ُد‬
‫لش ْيٰخ عُ بْ‬
‫تعالى ‪ ،‬مث اَ‪ e‬الى ر َواح جم ْيع َاهل ْور بُ‬
‫الق‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫و ْالم سل مات ِن ْين والم ؤْ م‬ ‫المسلِم ْين من‬
‫ِض ومغار ِبها‬ ‫من مشارق م َنات‬ ‫ْؤ و ْالم‬
‫ا‬
‫لَر‬
‫واُ‪e‬مهات َنا صا ا َبائ َنا‬ ‫‪ ،‬حص وْ و َبحرها‬ ‫‪ ،‬برها‬
‫خص وْ صا من ص‬ ‫‪ ،‬و َنخ وج‬ ‫َداد َنا واَج‬

‫ّدات َنا‬
‫‪ ،‬اَ لّ‪e‬هم اغ ِفر هه َنا بس َب ِبه و‬ ‫ْع َنا اج َتم‬
‫ِا‬
‫َلجلِه‬
‫ْم ‪ ،‬اَ لّ‪e‬هم واعف ع ْنه‬ ‫وارحمه ْم هل ْم ْم وعا ِفه‬
‫القُ بُ وْ ر ر َة عٰ‪e‬لى اَهل‬ ‫الرحمة ِف ْغ ْالم‬ ‫ْنزل اَ‬
‫و‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫وح ْين ‪ ،‬و ت‬ ‫فى كل و ْق محم دٍ‬ ‫ِد َنا َلى س‬

‫يّ ع‬
‫محم دٍ فى الماَلء س يِّ ِد َنا‬ ‫وسِّل ْم صل ع َلى‬
‫واَ ْوصل ت َق‬ ‫‪ ،‬اَ لّ‪e‬هم لا ِّد ْين ي وْ ِم‬ ‫اٰ‪e‬لى‬
‫ا‬
‫ّبل‬ ‫لَعٰل ى‬
‫العظ يْ ِم ‪ ،‬رأن‬ ‫من القُ ما قر ْأ َناُه‬ ‫ث َواب واه ِد‬
‫‪ ،‬وما س َّبح َناُه ‪ ،‬وما هلَّ ْل َناُه َناُه َت ْغ َفر وما اس‬
‫محم دٍ صلَّى هلالُ‪ e‬ع َلى س يِّ ِد َنا صلَّ يْ َناه‬ ‫‪ ،‬وما‬
‫‪ ،‬ه ِد َّية جِلس الم َبارك‬ ‫وسّل ْم ع َل ْيه ْالم فى ه َذا‬
‫و َبركة شام َلة ناز َلة‪،‬‬ ‫ورحمة‬ ‫واص َلة ‪،‬‬
‫ذلِك و َنه ِد ْي ه اٰ‪e‬لى َق بَّ َل ة ‪ ،‬ن َق‬ ‫وص دَ َقة ‪،‬‬

‫ّدم م َ ت‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ْيع َنا وق ُر ِة َاع يُ ِن َنا ِد َنا وح ِب يْ ِب َنا وش ِف حضر ِة س يِّ‬
‫وسلّم ‪ ،‬مث اٰ‪e‬لى اَ‪e‬ر َواح صلَّى هلالُ‪ e‬ع َل ْيه‬ ‫ٍد محم‬
‫َياء و ْالمرسلِ ْين خ َوانه من االَ ْن ِب‬ ‫و ِا ا َبائه‬
‫وع َل ْيه ْم اَجمع ْين‬ ‫َوات ص‬
‫َل هلل‬
‫ا وسالَمه ع َل ْيه‬
‫أل كل‪ ،‬وَاصحاب كل ‪ ،‬ر َواح‬ ‫و اٰ‪e‬ل ى اَ‪، e‬‬
‫ْين و ْالقرابة والتابع ْين والصاِلح‬ ‫َد ِأ وال شه‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫‪DOA TAHLIL‬‬

‫‪ ،‬اَ لّ‪e‬هم ع َلى صل‬ ‫ِم هلل ٰم ن الرِم‬


‫ح يْ‬ ‫ا‬ ‫بس ا‬
‫ل رح‬
‫وم وْ الَ َنا و ُدخر َنا‬ ‫ْي ِب َنا َنا وح ِب س يِّ َنا ِف ْيع‬
‫وش‬ ‫ِد‬
‫لاا َ وَّ لِ ْي ن ْد ‪ ،‬س يِّ ِد محم و ْاال وسِّل ْم خر ْين ‪،‬‬
‫كل سا دَ ِت َنا عاٰ‪e‬لى عن‬ ‫ورضي هلال و َت ت َبارك‬
‫ٰ‬
‫وسلَّ ْم هلالُ‪ e‬ع َل ْيه ص لّ‪e‬ى‬ ‫َحاب ر اَص ْول‬
‫ْي ن ‪ .‬اَجمع لهل‬
‫اس‬
‫ي َوافى حم ًدا‬ ‫رب العالم ْين ‪ ،‬ل‬ ‫ُد ْلحم ا‬
‫‪e‬ال‪ e‬ح‪e‬م ُد ل ك‬ ‫ي‪ e‬ار بَّ َنا ْي دَ ُه ‪ ،‬مز‬ ‫نعمه و ُي كافى‬
‫ِلجا وعظ يْ ِم ر يْ ِم‬ ‫وجهك لَل‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫الك غى‬ ‫َب ي ْن‬ ‫كما‬
‫ْم ع َل ى س يِّ ِد َنا ك ‪ ،‬اَ لّ‪e‬هم صل وسلِّ‬ ‫ِن س‬
‫ْلطا‬
‫ْين ‪ ،‬و فى اَال ْم ع َل ى صل وسلِّ‬ ‫ٍد محم‬

‫وّ لِ‬
‫و صل وسلِّ‪ْ e‬م ن ‪،‬‬ ‫ا‬ ‫ٍد‬ ‫َنا ِد يِّ‬
‫َلخر يْ فى‬ ‫محم‬ ‫س‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫اَ لّ‪e‬هم ح ِب يْ ِبك صل ع َلى َنا ِد ٍد َلى‬
‫وع‬ ‫يِّ س محم‬
‫وصح ِبه الِه و َب��ارك ْم ْي اَجمع ن‪....‬‬
‫وسلِّ‬
‫الفاتحة‪.‬‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫حي باق )‬
‫هلُال ( َّلا‬ ‫لَا ِاٰ‪ e‬هل‬
‫َّلا هلالُ‪َ ....................... e‬ال ِاٰ هل‬
‫‪ ، (2) ..‬الَ ِاٰ‪ e‬هل االَّ‪e‬‬ ‫‪َ ،‬ال ِاٰ‪ e‬هل ِاٰ‪ e‬هل َّلا‬
‫هلل‬ ‫هلل‬
‫ُا‬ ‫ُا ال‬
‫محم ٌد رس وْ ل االَ‪ ّe‬هلل‬
‫ا‪.‬‬ ‫هلل‬
‫ُا‬
‫ْيه ع َل‬ ‫اَ لّ‪e‬هم‬ ‫ْد‬ ‫صل عٰ‪e‬لى اَ لّهم‬
‫صل‬ ‫محم‬
‫ْم ‪ (2) ...‬وسلِّ‬
‫ْيه ع َل‬ ‫يارب‬ ‫ْد‬ ‫صل عٰ‪e‬لى اَ لّهم‬
‫صل‬ ‫محم‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫ْم ‪ )١( ...‬وسلِّ‬
‫‪...‬‬ ‫س ْب حان هل ِه ِد ِبحم س بْ حان هل الع‬
‫ظ ْيم‬ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ل‬
‫ا‬ ‫ا‬
‫حان‬ ‫(‪ ، )٧‬س بْ حان هل ِه و ِبحم س بْ‬
‫لهل‬ ‫ِد‬ ‫ل‬ ‫ْيم ‪ .‬العظ‬
‫ا‬ ‫ا‬
‫اَ لّ‪e‬هم س يِّ ِد َنا َلى ح ِب يْ ِبك صل ع ٍد وعٰ‪e‬لى‬
‫محم‬
‫اِله و ِبه ْم ‪ (2) ...‬وس‬
‫لِّ‬ ‫صح‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫ل عن‬ ‫الذاك ك ر وْ ن َف‬ ‫كلَّما ذكر ماتك‬ ‫كل‬
‫وغ‬
‫ذكر ك الغافلُ‪ e‬وْ ن‪.‬‬
‫سا دَ ِت َنا عاٰ‪e‬لى عن‬ ‫ْم ور وسلِّ هلالُ‪ e‬ضي ت َبار و َت‬
‫ك‬
‫هلالُ‪ e‬بُ َنا حس‬ ‫ْين ‪،‬‬ ‫اَ‪e‬صحاب ْول‬
‫رس هلل‬
‫ا اَجمع‬
‫باهلاللَّا‬ ‫لا َو و ِن ْعم وَال ك ْيل َّو َة وَال قُ ح ْول‬
‫العِلي الع ظ يْ ِم‪.‬‬
‫‪ ، (3) ...‬اَ العظ ْيم ِف ر ْغ‬ ‫هل‬ ‫ِف ر َت ْغ‬
‫س َت‬ ‫اَ‪e‬س ل‬
‫ا‬
‫يّ لا َق ْوم‬ ‫َّلا ه َو الحي ي َال ِاٰ هل‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫ا َّل ِذ‬ ‫ا ‪e‬ال‪e‬عظ ْيم هلل‬
‫واَ‪ُ e‬ت وْ ب ا َل ْيه ‪.‬‬
‫‪َ ،‬ا ْفضل تعالى‬ ‫هل‬ ‫ْيت الذكر ن َو ًبا ت اٰ‪e‬لى‬
‫ل‬ ‫َقر‬
‫ا‬
‫فاع َل ْم َا َّنه ‪:‬‬
‫ا‬
‫ذل كر‬
‫م وْ حي ج وْ ُد )‬ ‫هلُال ( َّلا‬ ‫لَا ِاٰ‪ e‬هل‬
‫ْو ُد ) حي م‬ ‫له ُال ( لَّا‬ ‫َلا ِاٰ‪ e‬هل‬
‫ْع ٌب‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫ْوا صلُّ ْي ه ع وسلِ‪ e‬م وْ ا ْي ام ‪.‬‬
‫تسِل‬ ‫َل‬
‫َاسع ِد ع َلى‬ ‫صل َا ْف ا لَّهم ضل لا ِة‬
‫صلَا‬
‫ٍد َلى‬ ‫ن وْ ر ‪e‬ال‪e‬ه ٰدى مخلُ‪ e‬وْ َقاتك َنا ِد‬
‫وع‬ ‫محم‬ ‫يِّ س‬
‫ما ِتك َد وم‬ ‫ع دَ دَ ْم وسِ‪e‬ل ْو م‬ ‫اِله و ِبه‬
‫دَ‬ ‫ْعلُ‬ ‫صح‬
‫ل عن‬ ‫َف‬ ‫كلَّما ذكرك الذاك كلِماتك ر وْ ن‬
‫وغ‬
‫ذكر ك الغافلُ‪ e‬وْ ن‪.‬‬
‫َاسع ِد ع َلى‬ ‫‪e‬ال‪e‬صالَ ِة صل َا ْفضل‬ ‫اَ‪e‬ل‪e‬لَّهم‬
‫شمس الضحى َنا ِد ٍد‬ ‫ْو َقاتك مخلُ‬
‫محم‬ ‫يِّ س‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫اِله و وع َلى وسلِّ ْم صح ِبه ْوما ِتك دَ دَ م ْعُل ع‬
‫كلِماتك كلَّما ذكرك الذاك وم دَ دَ ر وْ ن َفل‬
‫وغ‬
‫عن ذكر ك الغافلُ‪ e‬وْ ن‪.‬‬
‫َاسع ِد ع َلى‬ ‫صل َا ْف ا لَّهم ضل لا ِة‬
‫صلَا‬
‫الدجى َنا ِد ٍد َلى‬ ‫َقاتك ب ْدر مخُ‪e‬ل وْ‬
‫وع‬ ‫محم‬ ‫يِّ س‬
‫ع دَ دَ ْم وسِ‪e‬ل ْو م ما ِتك َد وم‬ ‫وصح ِب ه الِه‬
‫دَ‬ ‫ْعلُ‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫تحمل َنا يْ‬ ‫أَ وْ نسي َنا َنا ۚ أَخطأْ و َلا َنا ر بَّ‬
‫َل ع‬
‫إِصرا كما َته حم ِذين َلى لا َّ ع َنا ۚ ق ْبلِ َنا ر‬
‫من‬ ‫ْل‬
‫بّ‬
‫ل َنا به واعف طا َقة ع َّنا‬ ‫م‬ ‫تحم ْل َنا و َلا‬
‫ا ال‬
‫أَنت م وْ َلا َنا فانص وارحم َنا ۚ ر َنا‬ ‫ل َنا واغ ِفر‬
‫رين ﴿‪﴾2٨6‬‬ ‫ْو ِم ال ع َلى لا َق كاف‬
‫واعف ع َّنا ل َنا واغ ِفر وار ‪ )٧(3/ ...‬حم َنا‬
‫‪ ،‬اَ‪ْ e‬نت وارحم َنا‬ ‫واغ ِفر ع ل َنا‬ ‫‪ ،‬و ْاعف‬

‫ّنا‬
‫م الق ْين ‪ .‬ال كافر‬ ‫َنا فان م وْ لَا ع َلى صر َنا‬
‫ِ‬
‫وْ‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫‪، ) ٧/3( ...‬‬ ‫الراح م ْين‬ ‫َنا ارحم ي ا رحم‬
‫ورحمة هل‬ ‫رحم الراح م ْين‬ ‫َنا ارحم ي ا‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ُته و َبركا لا َب يْ ْيك ْم اَهل ع َل حم يْ ٌد ت ا ٌد‬
‫مج يْ‬
‫ّنه‬
‫ال رجس اَ‪e‬هل كم‬ ‫هل ُال‪ e‬لِ يُ ْذهب ‪ ،‬ا َّنما ير يْ ُد ع ْن‬
‫ومالَ ِئك َته را ‪ ،‬ان‬ ‫و يُ لا َب ْيت تطه يْ طهرك ْم‬
‫لهل‬
‫ا‬
‫ما ُن وْ ا ِذ ْين ها لا َ‬ ‫الن ِبي ‪ ،‬ع َلى ُّي ي َا‬ ‫ْون ي صلُّ‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫مآ ُنوا يخر ي الَّ ِذين جهم‬ ‫﴿‪﴾2٥6‬‬
‫لهل‬
‫ُا‪ e‬وِل عِليم‬
‫ك َفروا والَّ ِذين‬ ‫إِ‪َ e‬لى النور ۖ من‬
‫ا‬
‫لظلُمات‬
‫هم الطاغوت يخرجونهم من النور‬ ‫َياؤ أَ‪ e‬وْ ِل‬
‫النار ۖ ه ْم صحاب‬ ‫ۗ أُ‪e‬ول ٰ� ِئ إِ‪َ e‬لى ك أ‬
‫ا‬
‫لظلُمات‬
‫خاِل ُدون ﴿‪ ﴾2٥٧‬يافه‬
‫ۗ وإِ‪e‬ن في لا َرض‬ ‫ما في السماوات وما‬ ‫ِل‬

‫ّ‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫يحاس ْبكم هب تخُفوُه‬ ‫في أَ‪e‬نفُسك ْم ت بْ ُدوا ما أَ وْ‬
‫و ُيع ِّذب من يشاء ۗ‬ ‫ۖ‬
‫و‬ ‫هلل‬
‫اُ‪ e‬ف َي ْغ ِفر لِمن يشاء‬ ‫ُا‬
‫ق ِدير ﴿‪ ﴾2٨4‬مآ ن الرسول شيء‬ ‫ع َلى كل‬
‫وا ْ مل ؤْ م ُنون كل ل ِإ‪َ e‬ل ْيه من ر‬ ‫أُ‪e‬نز ابم‬

‫ّبه‬
‫ِته وك ُت ِبه ورسلِه لا ن َفرق آمن با ِل ومال ِئك‬
‫سم ْع َنا وأَط ْع َنا ن أَح دٍ من رسلِه و‬ ‫ب يْ‬
‫َقا‬
‫لُوا‬
‫َنا و ِإ‪َ e‬ل ْيك المصير ﴿‪ ﴾2٨٥‬لا غ ْفرانك ر‬

‫بّ‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫إِ‪َّ e‬لا وسعها ۚ لها ما كس َبت يكلِ‪ّe‬ف‬
‫ل هل‬
‫ُا‪ e‬ن ْفسا‬
‫ر بَّ َنا لا ت َؤاخ ْذ َنا إِ‪e‬ن وع َل ْيها ما اك َتس َبت‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫ْيب و يُ ِقيمون م ُنون بالغ‬ ‫ْل لِّ ِذين ي ؤْ ِقين ﴿‪ ﴾2‬الَّ م َّت‬
‫﴿ ‪ ﴾3‬والَّ ِذين‬ ‫لاصال َة َناه ْم ومما رز ْق‬
‫ينف‬
‫ُقون‬
‫وما أُ‪e‬نزل من ق ْبلِك بما أُ‪e‬نزل إِ‪َ e‬ل ْيك‬ ‫ُنون ي ؤْ م‬
‫﴿ ‪ ﴾4‬أُ‪e‬ول ٰ� ِئك ع َلى يوق ُنون‬ ‫ِة و ِبالخر ه ْم‬
‫هم الم ْفل‪ِe‬حون ﴿‪ ﴾٥‬وأُ‪e‬ول ٰ� ِئك‬ ‫ًدى من ه ر بِّ ۖ ه‬
‫ْم‬
‫ٰ�ه َل إِ َّلا ه َو ُّيوم ا ْل َق ا ْلحي ُذُه لا تأْخ‬ ‫هلل‬
‫لا إ‬ ‫ا‬
‫ما في السماوات وما في‬ ‫ل َ‪ّe‬ه و َلا ن وْ م‬ ‫س َنة‬
‫لا َّ ِذي ي ض ۗ نماذ ش َفع ْذ ِنه ۚ َّلا بِإ دَ ُه ِإ‪ e‬عن‬ ‫ا ْلَر‬
‫يحيطون و َلا‬ ‫أَ يْ ِديه ْم وما ي ْع َلم ما ب ْين ۖ ْم َفه‬
‫خ ْل‬
‫وسع كرس ُّيه شاء ۚ‬ ‫ع ْل مه إِ‪َّ e‬لا بما بشيء من‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫والَرض و َلا ي ُئودُه ح ْفظهما‬
‫ا‬
‫لسماوات‬
‫﴿ ‪ ﴾2٥٥‬لا ِإ‪ْ e‬ك�ر‪e‬اه ظيم‬ ‫وه�و‪ e‬لا الع علِي‬
‫ا‬ ‫ۖ دق ت َب يَّ في الدين‬
‫لرش ُد من الغي فمن ن‬
‫ف َق ِد اس َتمسك و يُ ؤْ من با ِل‬ ‫بالطاغوت‬ ‫يكفُر‬
‫ا‬ ‫بالع ْث َقى ِة لا وُ ر‬
‫نفصام ل‪e‬ها ۗ‬ ‫َو‬
‫و‬
‫اُ‪ e‬سميع ال‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫ٰ�ن الرحيم حم‬ ‫الر‬ ‫ِم‬
‫بس هلل ِ‬
‫ا‬
‫الناس ﴿‪ ﴾2‬ملِك‬ ‫أَ‪e‬عوذ برب الناس ﴿‪ُ ﴾١‬قل‬
‫من شر لا َوس َواس الخ َّناس ه الناس ﴿ ‪﴾3‬‬ ‫ٰ� َل‬
‫إ‬
‫الناس ﴿‪ ﴾٥‬ص ُدور‬ ‫ِذي ﴿‪ ﴾4‬الَّ َوسوس في ي‬
‫والناس ﴿‪﴾6‬‬ ‫الج َّنة من‬
‫ل الح م ُد‬ ‫اَ‪ e‬و ك َبر‬ ‫هلالُ‪َّ e‬لا ه َو‬ ‫لَا ِاٰ‪e‬ل ه‬
‫هلل‬
‫اُ‬
‫ُد َّ ِل رب حيم ﴿‪ ﴾١‬الحم‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫لرحم ٰ�ن الر‬
‫هلل ِ‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ِ م بس‬
‫﴿‪ ﴾3‬مالِك حيم‬ ‫ن الر‬ ‫﴿‪ ﴾2‬الرحم ٰ� مين‬ ‫العال‬
‫نس َتعين ُد و ِإ‪e‬‬ ‫﴿‪ ﴾4‬إِ‪َّ e‬ياك ي ْو ِم الدين‬

‫ّياك ن ْع بُ‬
‫﴿‪ ﴾6‬صراط س َت ِقيم‬ ‫ها ِد َنا الصراط الم ﴿ ‪﴾٥‬‬
‫ع َل ْيه ْم ر ا ْ مل ْغضوب‬ ‫ع َل ْيه ْم غ يْ لا َّ ِذين أَ ْنمعت‬
‫الضالِّين ﴿‪ ﴾٧‬و َلا‬
‫ن الر ح يْ ِم ‪،‬‬ ‫ح ٰم‬ ‫هلل‬ ‫ِم‬
‫ا الر‬ ‫بس‬
‫ه ًدى‬ ‫الم ﴿‪ ﴾١‬ذٰل ال ك ال ك َتاب ر ْي ب ۛ يهف‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫‪TAHLIL‬‬

‫الر حم ٰ� ن الر حيم‬ ‫ب س ِم‬


‫هلل ِ‬
‫ا‬

‫ْد يلِ‬
‫ل ْم‬ ‫ُد ﴿‪﴾2‬‬ ‫ال‬ ‫﴿‪﴾١‬‬ ‫ٌد أ َ ح‬ ‫ُقل ه َو‬
‫صم‬ ‫هلل‬ ‫هلل‬
‫ُا‬ ‫ا‬
‫﴿‪﴾4‬‬ ‫أَح ٌد كفُ ًوا‬ ‫يكن ل‪َّe‬ه‬ ‫﴿‪ْ ﴾3‬م‬ ‫ْم و ْد‬
‫و َل‬ ‫َل يول‬
‫‪)٧/3( ...‬‬
‫ل الح م ُد‬ ‫اَ‪ e‬و ك َبر‬ ‫ه َو ُا‬ ‫هلالُ‪ e‬لَّا‬
‫هلل‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫َلا ِاٰ‪ e‬هل‬
‫الر حم ٰ� ن الرحيم‬ ‫ِم‬
‫بس هلل ِ‬
‫ا‬
‫شر ما خ َلق‬ ‫ق ﴿‪ ﴾١‬من‬ ‫أَ‪ e‬قُل بر عو ُذ َل َف‬
‫ْل ب ا‬
‫ب ﴿‪ ﴾3‬ومن‬ ‫إِ‪َ e‬ذا و َق شر غاسق‬ ‫﴿‪ ﴾2‬ومن‬
‫َق ِد ﴿‪ ﴾4‬ومن في الع حاس دٍ شر‬ ‫ال ن َّفاثات شر‬
‫ح َس دَ ﴿‪ِ ﴾٥‬إ‪َ e‬ذا‬
‫َبر ول الح هلالُ‪َ e‬اك م ُد‬ ‫َّلا هلالُ‪َ e‬ال ِاٰ هل ه َو‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫م‪ِ e‬بين ن ِذير‬ ‫أَ َنا‬ ‫عند ِ‬ ‫َّن إِ ُقل م ع ْ مل‬
‫ا‬ ‫ا ال‬
‫ّنما وإ‬
‫ز ْل َفة وْ ُه رأ سيئت ِذين الَّ وجوه‬ ‫﴿‪َ﴾26‬لما ف‬
‫ت َّدعون هب‬ ‫كنتم‬ ‫لا َّ ِذي ِقيل ه ٰ� َذا و‬ ‫َفروا ك‬
‫ومن معي‬ ‫ُقل أَ ﴿ ‪ ﴾٧2‬أَ‪e‬ه َل ُت ْم إِن رأَ يْ ك ِني‬
‫هلل‬
‫ُا‬
‫من ع َذاب رين‬ ‫فمن يجير الكاف‬ ‫رحم‪َ e‬نا أَ‪ e‬وْ‬
‫به وع َل ْيه حم ٰ�ن مآ‬ ‫﴿‪ُ ﴾٨2‬قل أَلِيم الر ه َو‬

‫ّنا‬
‫في ضالل م ِبين ه َو‬ ‫فس َت ْع َلمون من ت َوك ْل َنا ۖ‬
‫أَص َبح ماؤك ْم غ وْ را ل أَ‪e‬رأَ‪ e‬يْ ُت ْم إِن‬ ‫﴿ ‪ ﴾29‬ق‬
‫معين ﴿‪﴾30‬‬ ‫يأْ ِتيكم فمن بماء‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ن ِذير ف‬ ‫يرسل ْي حاص ًبا ۖ ف ك ْم َلمون س َت ك يْ‬
‫ْع‬ ‫ع َل‬
‫ْد ك َّذ ﴿‪ ﴾٧١‬و َل َق ْبلِه ْم فك يْ ِذين من ق ب لا َ ف كان‬
‫ْم ير وْ ا إِ‪َ e‬لى الط ْير نكير ﴿‪ ﴾٨١‬أَ‪َ e‬و َل ْم َقه‬
‫ف وْ‬
‫ِإ‪َّ e‬لا الرحم ٰ�ن ضن ۚ ما يمسهكن‬ ‫صافات ِب ْق‬
‫َي و‬
‫﴿‪ ﴾9١‬أَمن صير ِذي َذا لا َّ ه‬ ‫بكل ش ي ء ب‬
‫ٰ�‬
‫ّنه إ‬
‫من دون الرحم ٰ�ن ۚ إِ‪e‬ن ركم‬ ‫لَّك ْم ينص ه َو جند‬
‫﴿ ‪ ﴾20‬أَمن ه ٰ� َذا غرور‬ ‫الكاف َّلا في رون ِإ‬
‫أَمسك رز َقه ۚ بل لَّجوا يرزقُك ْم إِن‬ ‫ِذي لا َّ‬
‫﴿‪ ﴾١2‬أَ‪َ e‬فمن يمشي مك ًّبا في ع ُت ٍّو و ُنفُور‬
‫َدى أَمن يمشي سو ًّيا ع َلى ع َلى وجهه أَه‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫قُل ه َو لا َّ ِذي أَنشأَ‪e‬ك ْم صراط مس َت ِقيم ﴿ ‪﴾22‬‬
‫ْبصار والَ ْف ِئ دَ َة ۖ قِليال وجعل لكم السمع والَ‬
‫قُل ه َو الَّ ِذي ذرأَ‪e‬ك ْم في ما تشكرون ﴿ ‪﴾23‬‬
‫ْيه تحشرون ﴿‪ ﴾24‬و َيقُولُ‪e‬ون لا َرض وإِ‪َ e‬ل‬
‫َوع ُد ِإ‪e‬ن كنت ْم صاد ِقين ﴿‪ ﴾٥2‬م َتى ه ٰ� َذا ال‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫من الغ ْيظ ِقي أُ‪ْ e‬ل كلَّما‬ ‫تفُور ﴿‪ ﴾٧‬تكاد مت َّيز‬
‫ف وْ ج ايهف خز َن ُت َله ْم سأ ْم ن ِذير ﴿‪َ ﴾٨‬ل ْم يأْ‪ِ e‬تك ها أ‬
‫ب َلى ق ُ لاو ق ْد َّذ بْ َنا َنا ن ِذير فك جاء َنا ما نزل وقُ ْل‬
‫ك ِبير ضالل‬ ‫من شيء ِإ‪e‬ن َّلا في ُت ْم إِ أَن‬
‫هلل‬
‫ُا‬
‫ك‬ ‫نسمع أَ‪ e‬وْ ن ْع ِق و َقالُ‪e‬وا ل وْ ك‬ ‫﴿‪﴾9‬‬

‫ّن ا في ل ما‬ ‫ّنا‬


‫فاع َترُفوا ب َذنبه ْم عير ﴿ ‪﴾0١‬‬ ‫أَصحاب الس‬
‫السعير ﴿‪ ﴾١١‬إِ‪e‬ن الَّ ِذين فسح ًقا لَصحاب‬
‫م ْغ ِفرةٌ وأَ‪e‬جر با ْلغ ْيب هل م‬ ‫ر َّب هم يخش ْون‬
‫وأَسراو ق وْ َلك ْم أَو اجهروا هب ۖ ك ِبير ﴿ ‪﴾2١‬‬
‫ُدور ﴿‪ ﴾3١‬أَ‪َ e‬لا ي ْع َلم من علِيم ب َذات الص‬ ‫إِ َّنه‬
‫الخ ِب ير ﴿‪ ﴾4١‬ه َو لا َّ ِذي خ َلق وه َو‬
‫ال‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫لَّطيف‬
‫ذلُ‪e‬و ًلا فامشوا في م َناك ِبها جعل لكم لا َرض‬
‫ۖ و ِإ‪َ e‬ل ْيه النشور ﴿‪ ﴾٥١‬أَ‪e‬منتم وكلُ‪e‬وا من رز ِقه‬
‫ا‬
‫لسماء أَن يخسف بكم لا َرض ف ِإ‪َ e‬ذا من في‬
‫﴿ ‪ ﴾6١‬أَ ْم أَمنتم من في السماء أَ‪e‬ن هي تمور‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫‪SURAT TABARAK‬‬
‫بسم هلال الرحمن الرحيم‬

‫كل ع َلى‬
‫ت َبارك ِه ا ْل ب َي ِد م ْلك َو‬
‫وه‬ ‫ِذي لا َ‬
‫ْوت والح َياة ق‬ ‫لا َّ ِذي ق ِدي ‪e‬ر ﴿ ‪ ﴾١‬خ َل‬ ‫شيء‬
‫ال‬
‫م‬
‫عمال ۚ َو العزيز هو‬ ‫ْم أَحسن ْم أَ‬

‫ّيك َي ْبلُ‪َ e‬وك ل‬


‫سماوات ط َب اقا‬ ‫لا َّ ِذي خ َلق الغُفور ﴿ ‪ ﴾2‬س ْبع‬
‫ت َفاوت ۖ من‬ ‫ما ترى في خ ْلق الر حم ٰ�ن‬
‫ُفطور ﴿‪ ﴾3‬مث من‬ ‫ا ْل َبصر هل ترى فارجع‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫ني َقلِب إِ‪َ e‬ل ْيك ا ْل َبصر ارجع ا ْل َبصر كر َت ْين‬
‫َّنا السماء َق ْد ز‬ ‫َو حسير ﴿‪ ﴾4‬وه‬ ‫خاس ًئا‬

‫يّ و َل‬
‫ِّلش َياطين رجوما‬ ‫وجع ْل َناها‬ ‫َيا مب الد ْن‬
‫صاب‬
‫يح‬
‫ْد َنا وأَ‪e‬ع َت‬
‫ا‬
‫لسعير ﴿‪ ﴾٥‬وِللَّ ِذين هل ْم ع َذاب‬
‫و ِب ْئس المصير جه َّنم ۖ‬ ‫بر ِّبه ْم ك َفراو ع َذاب‬
‫سمعوا لها شهيق‪e‬ا وهي‬ ‫أُ ْلقُوا ﴿‪ِ ﴾6‬إ‪َ e‬ذا فيها‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫﴿‪ِ ﴾94‬إ‪e‬ن جحيم‬ ‫﴿‪ ﴾93‬و َتصِل َية من حميم‬
‫ِم ر ِّبك فس ِّبح باس‬ ‫َو حق لا َي ِقين ﴿‪ ﴾٥9‬ه ٰ� َذا هل‬
‫العظيم ﴿‪﴾96‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫النجوم ﴿‪ ﴾٥٧‬وإ َّن�ه‪ e‬ل َقسم‬ ‫مب َواقع‬ ‫ْقسم أُ‬
‫ِ‬
‫كريم لقُرآن‬ ‫﴿ ‪ِ ﴾6٧‬إ‪َّ e‬نه عظيم‬ ‫ت ْع َلمون وْ لَ‬
‫ِإ َّلا لا يمسه‬ ‫في ك َتاب مك ُنون ﴿‪﴾٧٧ ﴿ ﴾٨٧‬‬
‫رب العالمين‬ ‫المطهرون ﴿‪ ﴾9٧‬تنزيل من‬
‫ُنون ﴿‪ ﴾١٨‬م ْده‬ ‫َذا الح ِديث أَنتم ﴿‪ ﴾0٨‬أَ َف ِبه ٰ�‬
‫أَ َّنك ْم تك ِّذ ُبون ﴿‪ ﴾2٨‬و َتجعلُ‪e‬ون رز َقك ْم‬
‫وأَنت ْم حين ِئ ذٍ ح ْلقُوم ﴿ ‪﴾3٨‬‬ ‫ب َلغت لا إِ‪َ e‬ذا‬ ‫َلا َل وْ‬
‫ف‬
‫أَ ْق�ر‪e‬ب إِ‪َ e‬ل ْيه منك ْم رون ﴿‪ ﴾4٨‬و َنحن‬ ‫ت نظ‬
‫﴿ ‪ ﴾٥٨‬ف َل وْ َلا إِ‪e‬ن كنت ْم لا ت ْبصرون‬ ‫ٰ�كن و َل‬
‫ِدنين ﴿‪ ﴾6٨‬ترجعونها إِ‪e‬ن كنت ْم غ ْير م‬
‫﴿ ‪ ﴾٧٨‬ف ‪e‬أَ‪e‬ما ِإ‪e‬ن كان من الم َقر ِبين صاد ِقين‬
‫ْوح ور ْيحان وج َّنت نعيم ﴿‪ ﴾٨٨﴿ ﴾9٨‬فر‬
‫كان من أَ‪e‬صحاب لا َيمين ﴿‪ ﴾90‬وأَ‪e‬ما إِن‬
‫من أَ‪e‬صحاب لا َيمين ﴿‪ ﴾١9‬وأَما فسالم لَّك‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫ِبين الضالِ‪ّe‬ين ﴿‪ ﴾92‬ف ُنزل ِإ‪e‬ن كان من المك‬

‫ّذ‬

‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫الم وْ ت ب يْ َنكم‬ ‫﴿‪ ﴾9٥‬نحن ق َّدر َنا الخ ِالقُون‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬


‫بمس ُبوقين ﴿‪ ﴾60‬نحن ن َب ِّدل َلى أَ‪e‬ن ع‬ ‫وما‬
‫في ما لا ت ْع َلمون ﴿‪ ﴾١6‬و ُ نش َئك ْم‬ ‫َثال أَم ك ْم‬
‫ف َل وْ َلا ت َذكرون شأَ‪َ e‬ة لا ُولى‬ ‫علِ َق ْد و َل الن م ُتم‬
‫﴿‪ ﴾63‬أَنت ْم ما تحر ُثون‬ ‫أَ َف ﴿ ‪ُ ﴾62‬تم يْ‬
‫رأ‬
‫الزارعون ﴿‪ ﴾64‬ل وْ نحن‬ ‫أَ ْم تزرعونه‬
‫فظ ْل ُت ْم ت َفكهون ﴿‪ ﴾٥6‬لجع ْل َناُه حطاما‬ ‫نشاء‬
‫مل ْغرمون ﴿‪ ﴾66‬بل نحن محرومون ِإ‪e‬‬
‫ّنا‬
‫الماء لا َّ ِذي تشر ُبون ﴿‪ ﴾٧6﴿ ﴾٨6‬أَ َفرأَ‪ e‬يْ ُتم‬
‫من ‪e‬ال‪ e‬مزن أَ‪ْ e‬م نحن المنزلُ‪e‬ون أَنت ْم أَنز ْل ُتمهُو‬
‫َناُه أُ‪e‬جاجا ف َل وْ َلا تشكرون ﴿‪ ﴾69‬ل وْ نشاء جع ْل‬
‫ُتم النار لا َّ ِتي ت�ورون ﴿‪ ﴾0٧﴿ ﴾١٧‬أَ َفرأَ‪ e‬يْ‬
‫شجر َتها أَ ْم نحن المنش ُئون أَنت ْم أَنشأْ‪ُ e‬ت ْم‬
‫ت ْذكر ًة وم َت اعا لِ‪e ْ ّe‬لم ْقوين ﴿‪ ﴾2٧‬نحن جع ْل َناها‬
‫‪1‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫﴾ الف‬4٧﴿ ‫ظيم‬ ‫الع ك‬ ِّ‫﴾ فس ِّبح ِم ر ب‬3٧﴿
‫باس‬

Risalah Ahlussunah Wal 1


‫سموم‬ ‫مال ﴿‪ ﴾١4‬في‬ ‫صحاب الش‬ ‫الش مال ما أ‬
‫وحميم ﴿‪ ﴾42‬وظل من يحموم ﴿‪ ﴾43‬لا‬
‫﴿ ‪ ﴾44‬إِ‪َّ e‬نه ْم كانوا ق ْبل ذِٰلك بار دٍ و َلا كريم‬
‫﴿‪ ﴾٥4‬وكانوا يصرون ع َلى الحنث ر ِفين‬ ‫م ْت‬
‫أَ‪ِ e‬ئ َذا م ْت َنا وك َّنا العظيم ﴿‪ ﴾46‬وكانوا يقُوُلون‬
‫َ‬ ‫َ‪e‬‬
‫مل ْبعوثون ﴿‪ ﴾٧4‬أ َوآباؤ َنا ترابا وعظاما أ ِإ‪e‬‬

‫ّنا‬
‫ُقل ِإ‪e‬ن الَ وَّ لِين والخرين الَ وَّ لُ‪e‬ون ﴿ ‪﴾٨4‬‬
‫إِ‪َ e‬لى ميقات ي وْ ٍم م ْعلُ‪e‬وم ﴿‪ ﴾49‬مل جموعون‬
‫الضالُّون المك ِّذ ُبون ﴿‪ ﴾0٥‬مث ِإ‪َّ e‬نك ْم أَ‬

‫ّيها‬
‫من شجر من ز ُّقوم ﴿‪﴾١٥ ﴿ ﴾٥2‬‬ ‫لكلُون‬
‫ال ُبطون ﴿‪ ﴾3٥‬فشار ُبون فمِال ُئون‬ ‫م ْنها‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫من الحميم ﴿‪ ﴾4٥‬فشار ُبون شرب ع َل ْيه‬
‫ٰ� َذا نزلُ‪e‬ه ْم ي وْ م الدين ﴿‪ ﴾6٥‬الهيم ﴿‪ ﴾٥٥‬ه‬
‫ِّدُقون ﴿‪ ﴾٧٥‬أَ‪َ e‬فرأَ يْ ُتم نحن خ َل ْق َناك ْم ف َل وْ َلا تص‬
‫أَنت ْم تخ ُلقُونه أَ ْم نحن ما مت ُنون ﴿ ‪﴾٨٥‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫و َلا ع ْنها‬ ‫من معين ﴿‪ ﴾٨١‬لا يص َّد عون‬

‫َّيرون ﴿‪ ﴾20‬مما ي َتخ‬ ‫و َفاكهة‬ ‫ينزُفون ﴿‪﴾9١‬‬


‫يش َتهون ﴿‪ ﴾١2‬وحور ام‬ ‫ِم ط ْير و َلح‬
‫ْؤلُ‪e‬ؤ المك ُنون ﴿‪ ﴾23‬كأَ‪ e‬مْ َثال‬ ‫عين ﴿‪﴾22‬‬
‫ال‬
‫لُّ‬
‫ي ْعملُ‪e‬ون ﴿‪ ﴾24‬لا يسمعون ناوك‬ ‫جزاء بما‬
‫تأْ‪ِ e‬ثيما ﴿‪ِ ﴾٥2‬إ‪َّ e‬لا قيال سالما فيها ل ْغ ًوا و َلا‬
‫وأَصحاب ال َيمين ما أَصحاب ام ﴿ ‪﴾26‬‬ ‫سال‬
‫س�د‪e‬ر مخضود ﴿‪﴾٨2‬‬ ‫ا‬
‫ل َيمين ﴿‪ ﴾٧2‬في‬
‫مم ُدود ﴿‪ ﴾30‬وظل‬ ‫وط ْلح منضود ﴿‪﴾29‬‬
‫ك ِثير ٍة و َفاهكة ﴿‪﴾32‬‬ ‫مسكوب ﴿‪﴾١3‬‬ ‫وماء‬
‫﴿ ‪ ﴾33‬وفُرش‬ ‫ْقطوعة و َلا مم ُنوعة ال م‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ن َ‪eْ e‬‬
‫َّا أنشأ َناهن ِإ‪e‬نشاء ﴿‪ ﴾٥3‬مرُفوعة ﴿‪ ﴾34‬إِ‬
‫ْترابا ﴿‪ ﴾٧3‬عر ًبا أَ‬ ‫أَ‪ْ e‬بكارا ﴿‪ ﴾36‬فجع ْل َناهن‬
‫﴿‪ ﴾٨3‬ثلَّة من الَ وَّ ِلين لَصحاب ال َيمين‬
‫﴿‪ ﴾40‬وأَ‪e‬صحاب خرين‬ ‫﴿‪ ﴾39‬و ُثلَّة من ال‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫‪SURAT AL-WAQI’AH‬‬
‫بسم هلال الرحمن الرحيم‬

‫َذا إ و َقع لا َواقع ت ﴿ ‪ ﴾١‬ل يْ ة ِتها كاذ َبة س لِ َو ْقع‬


‫ِ‬
‫َذا رجت لا َرض ة ﴿‪ِ ﴾3‬إ‬ ‫﴿‪ ﴾2‬خاف ضة رافع‬
‫﴿‪ ﴾٥‬فكانت ب ّسا‬ ‫ر ّجا ﴿‪ ً﴾4‬ال و ُبست ج َبال‬
‫منب ّثا ﴿‪ ﴾6‬ه َباء وكنت ْم َواجا أَز ثال َثة ﴿‪﴾٧‬‬
‫ْيم َنة ما أَ صحاب الم الم ْيم َن صحاب ة ﴿‪﴾٨‬‬ ‫فأ‬
‫َمة ما أَصحاب المشأَ‪َ e‬مة صحاب المشأَ‬ ‫وأ‬
‫لاسابقُون ﴿‪ ﴾0١‬أُ‪e‬ول ٰ� ِئك والسابقُون‬ ‫﴿‪﴾9‬‬
‫﴿ ‪ ﴾١١‬في ج َّنات ال‪e‬نع‪e‬يم ﴿‪ ﴾2١‬ر ُبون‬ ‫ا‬
‫مل َق‬
‫َّوِلين ﴿‪ ﴾3١‬و َقلِيل من لا خرين ثلَّة من الَ‬
‫سرر م وْ ضونة ﴿‪ ﴾٥١‬م َّتك ِئين ﴿‪ ﴾4١‬ع َلى‬
‫﴿ ‪ ﴾6١‬يطوف ع َل ْيه ْم و ْل دَ ان ع َل ْيها م َت َقابِلين‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪1‬‬
‫بأَ ْك َواب وأَ‪َ e‬باريق وكأْ‪e‬س مخلَّ ُدون ﴿ ‪﴾٧١‬‬

‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫فيهما‬ ‫تك ِّذ َبان ﴿‪ ﴾٧6‬ي آ َلاء ر‬ ‫﴿‪ ﴾66‬ف ِبأ‬

‫ّبمكا‬

‫ورم��ان ﴿‪ ﴾٨6‬ف ِبأَ‪e‬ي و َنخل آ َلاء‬ ‫فاكهة‬


‫﴿‪ ﴾69‬فيهن خ ْيرات حسان تك ِّذ َبان‬ ‫ر ِّبكما‬
‫َبان ﴿‪ ﴾١٧‬تك‬ ‫ر ِّبكما‬ ‫آ َلاء ف ِبأَي‬ ‫﴿‪﴾0٧‬‬

‫ّذ‬
‫﴿ ‪ ﴾2٧‬ف ِبأَ‪e‬ي خ َيام‬ ‫صورات ف ‪e‬ي ال‬ ‫حور م ْق‬
‫ْثهن إِ‪e‬نس ل ْم يطم‬ ‫آ َلاء ر ِّبكما َبان ﴿‪ ﴾3٧‬تك‬

‫ّذ‬
‫ر ِّبكما ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬
‫ر ْفرف خضر ع َلى‬ ‫﴿ ‪ ﴾٥٧‬م َّتك ِئين تك ِّذ َبان‬
‫ر ِّبكما ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء‬ ‫َقري حسان ﴿‪ ﴾6٧‬وع بْ‬
‫ذي الجالل ر‬ ‫﴿‪ ﴾٧٧‬ت َبارك اسم تك‬

‫ّبك‬
‫ّذ َبان‬
‫واِلك رام ﴿‪﴾٨٧‬‬

‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫فيهما‬ ‫َبان ﴿‪ ﴾49‬تك‬ ‫ر ِّبكما ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء‬ ‫﴿‪﴾٨4‬‬

‫ّذ‬
‫ر ِّبكما‬ ‫آ َلاء ف ِبأَي‬ ‫تجر َيان ﴿‪ ﴾0٥‬ع يْ َنان‬
‫فاكهة ز وْ جان كل‬ ‫َبان ﴿‪ ﴾١٥‬فيهما من تك‬

‫ّذ‬
‫َبان ﴿‪ ﴾3٥‬تك‬ ‫آ َلاء ر ِّبكما ﴿‪ ﴾2٥‬ف ِبأَي‬

‫ّذ‬
‫بطا ِئ ُنها ُفرش َت ْبرق ۚ من إِس‬ ‫ع َلى‬ ‫ِئين م‬

‫ّتك‬
‫آ َلاء ر ِّبكما دان ﴿‪ ﴾4٥‬ف ِبأَي‬ ‫َت ْين الج‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫ّن وج َنى‬
‫الطرف ل ْم رات‬ ‫فيهن قاص‬ ‫َبان ﴿‪ ﴾٥٥‬تك‬

‫ّذ‬
‫﴿ ‪ ﴾6٥‬ف ِبأَ‪e‬ي جان‬ ‫ق بْ َل ه ْم و َلا يطم ْثهن إِنس‬
‫ال َياقُوت ك أَ‪e‬‬ ‫ِّذ َبان ﴿‪ ﴾٧٥‬ر ِّبكما تك‬ ‫آ َلاء‬

‫ّنهن‬
‫ر ِّبكما تك ِّذ َبان جان ﴿‪ ﴾٨٥‬ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء‬ ‫والمر‬
‫لا ِحسان سان إِ‪e‬‬ ‫لا ِح جزاء‬ ‫﴿‪ ﴾9٥‬هل‬

‫ّلا‬
‫َبان ﴿‪ ﴾١6‬ومن تك‬ ‫ر ِّبكما ي آ َلاء‬ ‫ف ِب أَ‪﴾60 ﴿ e‬‬

‫ّذ‬
‫ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء ر ِّبكما ج َّن َتان ﴿ ‪﴾62‬‬ ‫دونهما‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫م ْدهام َتان ﴿‪ ﴾64‬ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء تك ِّذ َبان ﴿ ‪﴾63‬‬
‫﴿ ‪ ﴾٥6‬فيهما ع يْ َنان نضاخ َتان تك ِّذ َبان‬ ‫كام‬ ‫ر بِّ‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫ُذوا ۚ لا فانفُ‬ ‫والَرض ماوات‬ ‫ْقطار الس أَ‬
‫ر ِّبكما ي آ َلاء‬ ‫﴿ ‪ ﴾33‬ف ِبأَ‪ e‬طان‬ ‫َّلا بس ْل تنفُ ُذون ِإ‬
‫ْيكما ش َواظ من نار يرسل ع َل‬ ‫َبان ﴿‪ ﴾34‬تك‬

‫ّذ‬
‫فال تنتصران ﴿‪ ﴾٥3‬ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء و ُنحاس‬
‫ف ِإ‪َ e‬ذا انش َّقت السماء تك ِّذ َبان ﴿ ‪﴾36‬‬ ‫ر ِّبكما‬
‫كالدهان ﴿‪ ﴾٧3‬ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء ور دَ ًة‬ ‫فكانت‬
‫﴿‪ ﴾٨3‬ف َي وْ م ِئ ذٍ لا يسأَ‪e‬ل عن ر ِّبكما تك ِّذ َبان‬
‫جان ﴿‪ ﴾39‬ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء ر ِّبكما ذنبه إِ‪e‬نس و َلا‬
‫﴿‪ ﴾40‬ي ْعرف المجرمون بسيماه ْم تك ِّذ َبان‬
‫والَ ْق دَ ام ﴿‪ ﴾١4‬ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء ف يُ ؤْ خ ُذ بالن َواصي‬
‫جه َّنم لا َّ ِتي يك ِّذب تك ِّذ َبان ﴿‪ ﴾42‬ه ٰ� ِذ ِه ر ِّبكما‬
‫﴿‪ ﴾43‬ي ‪e‬طوفُون ب يْ َنها و َب ْين بها المجرمون‬
‫آ َلاء ر ِّبكما تك ِّذ َبان حميم آن ﴿‪ ﴾44‬ف ِبأَي‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫م َقام ر ِّبه ج َّن َتان ﴿‪ ﴾٥4﴿ ﴾46‬وِلمن خاف‬
‫َبان ﴿‪ ﴾٧4‬ذ َواتا أَ‪ْ e‬ف َنان ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء ر ِّبكما تك‬

‫ّذ‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫﴿‪ ﴾٧١‬ن ف ِبأَ‪e‬ي‬ ‫رب الم ْي ورب الم ْغ نْي‬
‫ر َب‬ ‫َق شر‬
‫لا َبحر ْين مرج‬ ‫تك ِّذ َبان ﴿‪ ﴾٨١‬آ َلاء ر‬

‫ّبمكا‬
‫﴿ ‪ ﴾9١‬ب يْ َنهما ب�ر‪e‬زخ لا ي ْبغ َيان ي ْل َت ِق َيان‬
‫َبان ﴿‪ ﴾2١‬تك‬ ‫ر ِّبكما‬ ‫آ َلاء ف ِبأَي‬ ‫﴿‪﴾20‬‬

‫ّذ‬
‫والمرجان ﴿‪ ﴾22‬ف ِبأَ‪e‬ي هما لال ُّ ؤْ لُ‪ e‬ؤُ‬ ‫ي خر ج م ْ ن‬
‫﴿‪ ﴾23‬و َل�ه‪ e‬الج َوار كما تك ِّذ َبان‬ ‫ر بِّ آ َلاء‬
‫ِم ﴿‪ ﴾24‬ف ِبأَ‪e‬ي في لا َبحر كالَعال‬ ‫المن‪e‬شآت‬
‫ِّذ َبان ﴿‪ ﴾٥2‬كل من ع َل ْي ها آ َلاء ر ِّبكما تك‬
‫َي بْ َقى وجه ر ِّبك ذو الجالل فان ﴿‪ ﴾26‬و‬
‫آ َلاء ر ِّبكما تك ِّذ َبان واِلكرام ﴿‪ ﴾٧2‬ف ِبأَي‬

‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫يسأَلُه من في السماوات والَرض ۚ ﴿ ‪﴾٨2‬‬
‫شأْن ﴿‪ ﴾29‬ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء ر ِّبكما كل ي وْ ٍم ه َو في‬
‫ْفرغ لك ْم أَ‪ُّ e‬يه الث َقالن ﴿‪ ﴾١3‬تك ِّذ َبان ﴿‪ ﴾30‬س َن‬
‫تك ِّذ َبان ﴿‪ ﴾32‬يا م ْعشر ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء ر‬

‫ّبمكا‬
‫َتط ْع ُت ْم أَ‪e‬ن تنفُ ُذوا من الجن واِلنس إِ‪e‬ن اس‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫‪SURAT AR-RAHMAN‬‬
‫بسم هلال الرحمن الرحيم‬

‫الُقرآن ﴿‪ ﴾2‬خ َلق لا ِنسان ن ﴿‪ ﴾١‬علَّم‬


‫الر حم ٰ�‬
‫﴿‪ ﴾4‬الشمس وال َقمر ال َب َيان‬ ‫﴿‪ ﴾3‬علَّمه‬
‫والشجر يسج دَ ان‬ ‫والنجم‬ ‫َبان ﴿‪ ﴾٥‬بحس‬
‫و َوض� ع الميزان‬ ‫ر َفعها‬ ‫﴿‪ ﴾6‬والسماء‬
‫الميزان ﴿‪ ﴾٨‬وأَ‪ِ e‬قيموا في‬ ‫تطغ وْ ا ﴿‪ ﴾٧‬أَ‬

‫ّلا‬
‫بال ِقسط و َلا تخسروا الميزان ﴿‪ ﴾9‬ال َوزن‬
‫َْل َنام ﴿‪ ﴾0١‬فيها فاكهة ض وضعها ِل‬ ‫والَر‬
‫والنخل ذات لا َكمام ﴿‪ ﴾١١‬والحب ذو‬
‫﴿‪ ﴾2١‬ف ِبأَ‪e‬ي آ َلاء ر ِّبكما العصف والر ْيحان‬

‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫﴿ ‪ ﴾3١‬خ َلق لا ِنسان من ص ْلصال تك ِّذ َبان‬
‫َفخار ﴿‪ ﴾4١‬وخ َلق الجان من مارج من كال‬
‫آ َلاء ر ِّبكما تك ِّذ َبان ﴿‪ ﴾6١‬نار ﴿‪ ﴾٥١‬ف ِبأَي‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫وه ْم صره ْم هل ْم جند‬ ‫﴿ ‪ ﴾4٧‬لا يس َتطيعون ن‬
‫ْم ِإ‪َّ e‬نا يحزنك ق وْ لُه‬ ‫محضرون ﴿‪ ﴾٥٧‬فال‬
‫أَ َو َل ْم ي ْعلِ ُنون ﴿ ‪﴾6٧‬‬ ‫َلم ما يسرون وما ن ْع‬
‫فِإ َذا ه َو من نط َفة‬ ‫خ َل ْق َناُه لا نسان أَ‬
‫ِ‬

‫ّنا ير‬
‫﴿‪ ﴾٧٧‬وضرب ل َنا م َثال و َنسي خصيم م ِبين‬
‫يح ِيي ‪e‬ال‪e‬عظام وهي رميم من‬ ‫َقه ق‪e‬ال خ ْل‬
‫أَ‪ e‬وَّ ل مر ٍة ِ يها لا َّ ِذي أَنشأَها يح‬ ‫﴿ ‪ ﴾٧٨‬ق‪ُe‬ل‬
‫﴿‪ ﴾9٧‬لا َّ ِذي جعل خ ْل ق عِليم‬ ‫وه َو بكل‬
‫لا َخضر نارا ف ِإ‪َ e‬ذا أَنتم م ْنه كل م من‬
‫ا‬
‫ل ش جر‬
‫ْيس لا َّ ِذي خ َلق السماوات توق ُدون ﴿‪ ﴾0٨‬أَ‪َ e‬و َل‬
‫أَن يخلُ‪e‬ق م‪ْ e‬ث َلهم ۚ ب َلى وا ْلَرض ب َقا ِدر ع َلى‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫﴿ ‪ ﴾١٨‬إِ‪َّ e‬نما أَمرُه ِإ‪َ e‬ذا وه َو الخالق العِليم‬
‫أَ‪e‬ن يقُول هل كن ف َيكون ﴿‪ ﴾2٨‬أَراد ش يْ ًئا‬
‫ِه م َلكوت كل شيء و ِإ‪َ e‬ل ْيه فس ْبحان لا َّ ِذي ب َي ِد‬
‫ترجعون ﴿‪﴾3٨‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫﴿ ‪ ﴾64‬لا َي وْ م رون ِتم نخ ع َلى ْم ْف َواهه أ‬ ‫تكف‬
‫كانوا‬ ‫ِديه ْم و َتشه ُد َنا أَ‪ e‬يْ و ُتكلِّ‪e‬م أَ‪e‬ر بما جلُهم‬
‫نشاء َنا لطمس ع َلى‬ ‫﴿‪ ﴾٥6‬و َل وْ يكس ُبون‬
‫فاس َت َبقُوا الصراط أَع يُ ِنه ْم ي بْ فأَ‪ e‬صرون‬

‫ّنى‬
‫ع َلى مكان ِته ْم مل سخ َناه ْم‬ ‫﴿‪ْ ﴾66‬و نشاء و َل‬
‫ي رجعون ﴿‪﴾٧6‬‬ ‫ًيا و َلا طاعوا مض‬ ‫ّ‬ ‫اس َت فام‬
‫ي ْع ِقلُ‪e‬ون ۖ أَ‪َ e‬فال خ ْلق‬ ‫ومن نعمره ن َن في ا ْل كسه‬
‫وما ينبغي ل‪e‬ه ۚ إِ‪e‬ن م َناُه الش ْعر‬ ‫﴿‪ ﴾٨6‬وما علَ‬
‫لِ‪ُ ّe‬ينذر من م ِبين ﴿ ‪﴾69‬‬ ‫وُقرآن‬ ‫َّلا ه َو ِإ ذكر‬
‫ال‪e‬كافرين ﴿‪ ﴾0٧‬ع َلى‬ ‫و َيحق لا َق وْ ل كان ح ًّيا‬
‫ل‪e‬هم مما عم َلت أَ يْ ِدينا ير وْ ا أَ‪َّ e‬نا خ َل ْق َنا‬ ‫ْم َل َو‬
‫أ‬
‫ْل َناها هل ْم ﴿‪ ﴾١٧‬و َذَّل ما ِلكون‬ ‫ْنعاما أَ فه ْم لها‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ي أْكلُون ﴿‪ ﴾2٧‬و َله ْم ه ْم وم ْنها‬ ‫ركوب‬ ‫ْنها فم‬
‫ومشارب أَ‪َ e‬فال يشكرون ﴿‪ ﴾3٧‬م َنافع‬ ‫فيها‬
‫لَّعلَّه ْم ينصرون من دون لال َّ�ه آِلهة‬ ‫و ا ت خ ُ ذو ا‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫ۗ ه ٰ� َذا ما وع دَ مر َق ِد َنا ۜ الر ٰ�ن و ص دَ ق‬
‫حم‬
‫ص ْيحة إِ‪e‬‬ ‫﴿‪ِ ﴾2٥‬إ‪e‬ن كانت سلُون‬ ‫المر‬

‫ّلا‬
‫ضرون ﴿‪﴾3٥‬‬ ‫ْي َنا مح لَّ دَ جميع‬ ‫َد ًة واح َذا فِإ ه ْم‬
‫تجز وْ ن ِإ‪َّ e‬لا ما ن ْفس ش يْ ًئا و َلا‬ ‫ْوم ْل َي تظ َلم ال‬
‫فا‬
‫لا َي وْ م صحاب الج‬ ‫﴿ ‪ِ ﴾4٥‬إ‪e‬ن أَ‪ e‬ملُون‬ ‫ت ْع كنت ْم‬

‫ّنة‬
‫ْم وأَ‪e‬ز َواجه ْم في هون ﴿‪ ﴾٥٥‬ه‬ ‫في شغل فاك‬
‫﴿‪ ﴾6٥‬ل‪e‬ه ْم فيها م َّتك ُئون‬ ‫لا َرائك ع َلى‬ ‫ظالل‬
‫ما ي َّدع‪e‬ون ﴿‪ ﴾٧٥‬سالم ق وْ ًلا فاكهة و َلهم‬
‫﴿ ‪ ﴾٨٥‬وام‪َ e‬تازوا لا َي وْ م أَ ُّيها من رب رحيم‬

‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫أَعه ْد ِإ‪َ e‬ل ْيك ْم يا ب ِني دآ م المجرمون ﴿‪ ﴾9٥‬أَ َل ْم‬
‫إِ َّنه لك ْم ع ُد وٌّ م ِبين أَ‪e‬ن لا ت ْع بُ ُدوا الش ْيطان ۖ‬
‫ۚ ه ٰ� َذا صراط مس َت ِقيم ﴿‪ ﴾60‬وأَن اع بُ ُدوني‬
‫ج ِب ّلا ك ِثيرا ۖ أَ‪َ e‬ف َل ْم ﴿‪ ﴾١6‬و َل َق ْد أَ‪e‬ضل منك ْم‬
‫ِذ ِه جه َّنم لا َّ ِت ي كنت ْم تكونوا ت ْع ِقلُ‪e‬ون ﴿‪ ﴾62‬ه ٰ�‬
‫اص َل وْ ها ال َي وْ م بما كنت ْم توع ُدون ﴿ ‪﴾63‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫فال صريخ‬ ‫وِإن نشأْ‪ e‬ن ْغر ْقه ْم يرك ُبون ﴿ ‪﴾42‬‬
‫م َّنا رحمة‬ ‫﴿ ‪ ﴾43‬إِ‪َّ e‬لا ينق ُذون‬ ‫و َلا ه ْم هل ْم‬
‫اتقُوا مله‬ ‫﴿ ‪ ﴾44‬وإِ‪َ e‬ذا قيل حين‬ ‫إِ‪َ e‬لى وم َتاعا‬
‫ترحمون‬ ‫وما خ ْل َفك ْم لعلَّك ْم ما ب ْين أَ‪ e‬يْ ِديك ْم‬
‫من آية من آيات تأْ‪ِ e‬تيهم َّلا ْم ِإ ِّبه‬ ‫﴿‪ ﴾٥4‬وما‬
‫ر‬
‫﴿‪ ﴾46‬وإِ‪َ e‬ذا م ْعرضين هل ْم قيل‬ ‫كانوا ع ْنها‬
‫لال َّ�ه قال لا َّ ِذين أَ قنف ُوا مما رز َقكم ك َفروا‬
‫من لَّ وْ يشاء لال َّ�ه أَطعمه ِللَّ ِذين مآ ُنوا أَ‪ُ e‬نطعم‬
‫و َيُقو ُل‪e‬ون م ِبين ﴿ ‪﴾٧4‬‬ ‫ِإ َّلا في أَ‪e‬نت ْم إِ‪e‬ن ضال ل‬
‫كنت ْم صاد ِقين ﴿‪ ﴾٨4‬ما ع ُد إِن‬ ‫َذا لا َو م َتى ه ٰ�‬
‫ُذه ْم وه ْم واح دَ ًة تأْخ‬ ‫ِإ َّلا ص ْيحة ينظرون‬
‫﴿‪ ﴾49‬فال يس َتطيعون ت وْ ص َية يخصمون‬
‫﴿‪ ﴾0٥‬و ُن ِفخ في يرجعون‬ ‫إِ َلى و َلا أَهل ه ْم‬
‫ِإ‪َ e‬لى ر ِّبه ْم هم من لا َج�داث‬ ‫ف ِإ‪َ e‬ذا‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ا‬ ‫لص و ر‬
‫َنا من بع َث َنا من ق ُالوا يا و يْ َل‬ ‫ينسلُون ﴿‪﴾١٥‬‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫وأَ‪e‬خر ح َي يْ َناها ج َنا‬ ‫َتة أَ‪ e‬ض‬ ‫هم لا َر‬ ‫وآية لَ‬
‫الم يْ‬
‫َنا فيها وجع ْل‬ ‫يأ ﴿‪ ﴾33‬كلُون‬ ‫مف ْنه ح ًّبا‬ ‫م ْنها‬
‫َنا فيها من جر‬ ‫و َف َناب وأَع‬ ‫من نخيل ج‬

‫ّنات‬
‫لِ َيأْ‪e‬كلُ‪e‬وا من ثمر ِه الع ُيون ﴿ ‪َ ﴾34‬ل ْته وام عم‬
‫﴿‪ ﴾٥3‬س بْ يشكرون ِذي حان لا َّ‬ ‫أَ‪َ e‬فال يْ ِدي ‪e‬ه ْم أ‬
‫ا ْلَر مما تن ِبت ومن ض‬ ‫خ َل َواج ق ا ْلَز كل‪َّe‬ها‬
‫﴿ ‪ ﴾36‬وآي ‪e‬ة لَّهم مون‬ ‫ْم ومما أَنُفسه َل لا ي‬
‫ْع‬
‫هم مظِل مُ ون ف ِإ‪َ e‬ذا‬ ‫النهار م ْنه‬ ‫نس َل خ ا لَّ ْيل‬
‫﴿ ‪ ﴾٧3‬وال‪e‬شمس تجري لِم ۚ ذل ِ‪e‬ك س َت َقر لَّها‬
‫وال َقمر ق َّدر َناُه زيز العلِيم ﴿ ‪﴾٨3‬‬ ‫ِدير الع ت ْق‬
‫لا َق ِديم ﴿‪ ﴾39‬جون‬ ‫كالعر‬ ‫ح َّتى عاد م َنازل‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ال َق مر و َلا ت ْدرك‬ ‫س ينبغي أَن هل ا‬ ‫لا الشم‬
‫يس َبحون في ف َلك‬ ‫ال نهار ۚ ق وكل‬ ‫ْيل ساب‬
‫ال‬
‫لَّ‬
‫في الفُ ْلك يَّ َته ْم ذر‬ ‫ْم أَ‪َّ e‬نا ﴿‪﴾40‬وآية لَّه َنا‬
‫حم‪ْ e‬ل‬
‫من م ْثلِه ما لهم‬ ‫شحون ﴿‪َ ﴾١4‬نا َل ْق‬ ‫الم‬
‫وخ‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫﴿‪ ﴾١2‬وما ِلي لا أَ‪ e‬مه َت ُدون ِذي ُد لا َّ‬
‫وهم‬
‫ع بُ‬
‫أَ َّتخ ُذ من ترجعون ﴿ ‪﴾22‬‬ ‫ِني فطر ْيه َل‬
‫وإ‬
‫بضر لا ت ْغن حم ٰ�ن‬ ‫لآ ِ دو ِنه هة إِ‪e‬ن ْدن ال‪e‬ر ير‬
‫﴿‪ ﴾23‬إِ‪ِّ e‬ني ش يْ ًئا و َلا ينق ُذون‬ ‫ع ِّني ْم ُته ش‬
‫َفاع‬
‫﴿‪ِ ﴾24‬إ‪ِّ e‬ني مآ نت بر ِّبك ْم إِ‪ً e‬ذا لَّ ِفي ضالل م ِبين‬
‫﴿‪ ﴾٥2‬قيل دا خل الج َّنة قال يا فاسعمون‬
‫َل مون ﴿‪ ﴾26‬بما غ َفر ِلي ر ِّبي ل ْيت ق وْ مي ي ْع‬
‫من المكرمين ﴿‪ ﴾٧2‬وما أَ‪e‬نز ْل َنا وجع َل ِني‬
‫من ب ْع ِد ِه من جن دٍ من ‪e‬ال‪e‬سماء ع َل ى ق وْ مه‬
‫﴿‪ِ ﴾٨2‬إ‪e‬ن كانت إِ‪َّ e‬لا ص ْيحة وما ك َّنا منزِلي ن‬
‫ه ْم خام ُدون ﴿‪ ﴾29‬يا حسر ًة ع َل ى واح دَ ًة ف ِإ‪َ e‬ذا‬
‫ِتيهم من رسول إ َّلا كانوا هب الع َباد ۚ ما ي أْ‬
‫ِ‪e‬‬
‫ير وْ ا ك ْم أَه َلك َنا ق بْ َلهم يس َتهز ُئون ﴿‪ ﴾30‬أ َل ْم‬
‫َ‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ْم إ َل ْيه ْم لا يرجعون ﴿‪ ﴾١3‬من القُرون أَ‬
‫ِ‪e‬‬

‫ّنه‬
‫جميع لَّ دَ يْ َنا محضرون ﴿‪ ﴾32‬و ِإ‪e‬ن كل لَّما‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫وآثاره ْم‬ ‫ق َّدموا ما‬ ‫ِيي لا نح َتى م ُتب و‬
‫َنك‬ ‫وْ‬
‫إِ‪e‬م��ام في م ِبين‬ ‫َناُه يْ‬ ‫وك� ل ش� يء‬
‫أَ‪e‬حص‬
‫أَصحاب لا َق لهم م َثال ر َية‬ ‫﴿‪﴾2١‬واضرب‬
‫ْ َ‪e‬‬ ‫ْ‬
‫ذ أرس ْل َنا سلُ‪e‬ون ﴿‪ ﴾3١‬إِ‬ ‫ذ جاءها المر إِ‬
‫ف َقالُ‪e‬وا ب َثاِلث‬ ‫ف‪ e‬ك َّذ ُبوهما فعزز َنا ِإ‪َ e‬ل ْيهم اث َن ْين‬
‫ما أَنت ْم ِإ‪َّ e‬لا مرسلُ‪e‬ون ﴿‪ ﴾4١‬ق ُالاو‬ ‫ْيكم ِإ‪َ e‬ل َّنا إ‬
‫من شيء إِ‪e‬ن ن‬ ‫َنا وما أَنزل الر بشر م ْ لث ُ حم ٰ�‬
‫ِذ ُبون ﴿‪ِ ﴾٥١‬إ‪َّ e‬لا تك قالُ‪e‬وا إِ َّنا ي ْع َلم بُّ َنا ر‬ ‫ْم أَنت‬
‫لا َبالغ ِإ‪e‬‬ ‫لمرسلُ‪e‬ون ﴿‪ ﴾6١‬إِ‪َ e‬ل ْيك ْم وما‬

‫ّلا ع َل يْ َنا‬
‫َّل ْم بك ْم ل ِئن ر َنا‬ ‫قالُ‪e‬وا إِ‪َّ e‬نا الم ِبين ﴿ ‪ ﴾٧١‬تط يَّ‬
‫ع َذاب أَ‪e‬ل‪ِe‬يم س َّنكم م‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫ّنا‬ ‫ْم و َل َيم ل َنرجم‬

‫ّنك تنتهوا‬
‫ذكر ُتم ۚ بل أَ‪ِ e‬ئن‬ ‫ق ُالوا طائركم معك ْم ﴿ ‪﴾٨١‬‬
‫من أَ ْقصى وجاء‬ ‫ق وْ م مسرُفون ﴿‪ ﴾9١‬أَنت ْم‬
‫يا ق وْ ِم قال ات ِب عوا‬ ‫ا‬
‫مل ِدينة رجل يسعى‬
‫لا يسأَ‪e‬لُ‪ e‬من أَ‪ e‬ك ْم جرا‬ ‫﴿‪ ﴾20‬ات ِبعوا سِلين‬ ‫المر‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫‪SURAT YASIN‬‬
‫بسم هلال الرحمن الرحيم‬

‫ِإ‪َّ e‬نك مل ن حكيم ﴿ ‪﴾2‬‬ ‫يس ﴿‪ ﴾١‬والق رآن ال‬


‫مس َت ِقيم ﴿‪ ﴾4‬صراط‬ ‫﴿‪ ﴾3‬ع َلى سلِين‬ ‫المر‬
‫لِ تنذر ق وْ ما حيم ﴿ ‪﴾٥‬‬ ‫ُ‬ ‫تنزيل العزيز الر‬
‫﴿‪ ﴾6‬ل َق ْد حق غافلُون‬ ‫ما أُ‪ e‬ذن ْم فه ْم ر آباؤه‬
‫ي ؤْ م ُنون ﴿‪ ﴾٧‬فه ْم لا‬ ‫أَ‪e‬ك َثره ْم ْل َق وْ ل ع َلى ا‬
‫ْم أَغ�ا‪e‬ل ًلا فهي ِإ‪َ e‬لى جع ْل َنا في أَ‪e‬ع َناقه‬ ‫إِ َّنا‬
‫وجع ْل َنا من ب ْين حون ﴿ ‪﴾٨‬‬ ‫َقان ْذ ال فهم م ْقم‬
‫ْي َناه ْم فه ْم ِفه ْم س ًّدا فأَغش خ ْل‬ ‫ْم ِديه يْ ومن س ًّدا‬
‫أ‬
‫أَ ذن ر َته ْم َواء ع َل ْيه ْم وس‬ ‫صرون ﴿‪﴾9‬‬ ‫ي بْ ال‬
‫﴿ ‪ ﴾0١‬إِ‪َّ e‬نما تنذر ي ؤْ م ُنون‬ ‫ل ْم تنذره ْم لا أَ ْم‬
‫الرحم ٰ�ن بالغ ْيب وخشي‬ ‫ات َبع الذكر من‬
‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬
‫﴿‪ ﴾١١‬إِ‪َّ e‬نا نحن وأَجر كريم‬ ‫مب ْغ ِفر ٍة ف َبشرُه‬

‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬


‫ُب وْ ر َاهل القُ‬
‫‪ .٥‬مث اٰ‪e‬لى ا ر َواح جم ْيع‬
‫و ْالمسلِمات ِن ْين و ْالم ؤْ م‬ ‫المسِلم ْين من‬
‫ا َبائ َنا ر َواح‬ ‫اَ‪ e‬صا‬ ‫َن ات خص وْ و ْالم ؤْ م‬
‫اٰلى‬
‫واَج دَ اد َنا واُ‪e‬مهات َنا َن ا وج ْوصا وحص‬

‫ّدات‬
‫ل لهم‬ ‫‪ ...‬ش ْيئ‬ ‫اَ اٰلى َواح ‪ْ ...‬ر ب ن ‪ /‬ب ْن‬
‫ت‬ ‫ْالفات ح ْة‪...‬‬

‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬


‫أَر ب� ع� ة ح�ض‪�e‬ر‪ e‬ة ِئ�م‪�e‬ة‪ e‬الَ‬
‫ِ‬ ‫‪ 3.‬م‪�e‬ث‪ e‬اٰ‪e‬ل��ى َ‬
‫ِد ْين المج َته ْيه ْم ِد َقلِ‪َ ّe‬لماء و ْالع ْين العاملِ‬
‫وم‬
‫َقهاء و ْالفُ و ْالم و ْالقُراء ِّد ِث ْين ح ْين َفسر و ْالم‬
‫ا َّية الم‪ e‬الص وْ ِف و ِاٰ‪e‬لى ِق ْين ح ِّق‬ ‫وسائر‬
‫لساد ِة‬
‫َواح ساداة اَر َياء الت اَال وْ ِل سعة ل ش ْيئ لهم‬
‫الفات ح ْة ‪...‬‬
‫المشايخ‬ ‫َنا‬ ‫مث اٰ‪e‬ل�ى‪ e‬اَر َواح ‪4 .‬‬
‫سادات‬
‫َلماء الع‬ ‫ن ه ضة‬ ‫َّية ِلجمع‬ ‫ا سس ْين‬
‫مل َؤ‬
‫ب ل ِه ْم‬ ‫ح م ْد‬ ‫ْي ب م‬ ‫ح ْال‪e‬و‬
‫ا ِخ‬ ‫ِ‬
‫ل ه اش‬ ‫ْس‬ ‫ُد ع‬
‫ا‬ ‫ح‬ ‫لش ه ا‬ ‫بْ‬
‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬ ‫‪2‬‬
‫ر وْ‬ ‫ص ع ِرى و ْ وال ش يْٰ‪e‬لى صا‬ ‫َاش ح‬
‫خ‬
‫َار َواح و ِالى‬ ‫والش ْيخ بشرى ْورى شمس‬
‫وا َنا سات‬ ‫ْي َنا وعملِّم‬ ‫َنا مشايخ‬ ‫جم ْيع‬
‫َذات‬
‫ْوِل واُص ه ْم ْو وفُر عه ْم ْي ن و ْالَخ م ْن ش ْيئ ه ْم‬
‫ِذ‬
‫ل لهم الفات ح ْة‪...‬‬

‫‪2‬‬ ‫‪Risalah Ahlussunah Wal‬‬

Anda mungkin juga menyukai