KELOMPOK 5
Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul HAL HAL YANG
MENGOTORI AKIDAH ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas hadist
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang HAL HAL YANG
MENGOTORI AKIDAH bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
mengucapkan terima kasih kepada Bpk Dr. Ahmad Isnaini, M.Ag. selaku dosen mata
kuliah Ilmu Tauhid yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Aqidah...........................................................................5
A. Syirik.........................................................................................6
B. Kufur..........................................................................................9
C. Nifaq........................................................................................10
D. Bid’ah......................................................................................11
E. Takhayul..................................................................................12
F. Khurafat....................................................................................12
A. Kesimpulan..................................................................................13
B. Saran.............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna, agama mengatur dengan jelas tata cara menjalani
kehidupan dengan baik dan benar. Kehidupan seseorang berbeda dengan kehidupan orang lain.
Masalah silih berganti, cobaan semakin merapuhkan badan, rintangan semakin di depan dan
setiap orang mempunyai cara yang berbeda-beda dalam menyelesaikan setiap masalah nya. Ada
yang sesuai dengan akidah seperti tetap berusaha, sabar, tawakal, dan berdo’a. Begitu pun
sebaliknya ada yang menyelesaikan masalah nya dengan cara-cara yang merusak dan mengotori
akidah diantara nya: syirik, kufur, murtad, iri hati, sombong dan sebagai nya.
Di zaman sekarang ini banyak orang-orang yang memilih cara-cara yang bertentangan
dengan akidah islam. Yang mereka inginkan adalah bagaimana masalah tersebut dapat selesai
dengan cepat tanpa memikirkan bertentangan tidak nya degan akidah islam. Misalkan mereka
datang ke seorang dukun, menggunakan jimat dan sebagai nya. Mereka seakan lupa dengan
hakikat dirinya sebagai hamba Allah yang harus menyembah dan meminta pertolongan hanya
kepada Nya.
Allah swt melarang dengan keras perbuatan-perbuatan yang dapat merusak dan mngotori
akidah islamiyah diantaranya melakukan perbuatan syirik, kufur, Bid’ah,takhayul,khurafat,dan
nifak karena perbuatan tersebut akan menjerumuskan manusia dalam neraka.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
4
PEMBAHASAN
Aqidah dalam islam sering disebut dengan tauhid. Aqidah islam sebagai ilmu tauhid
yang muncul pada abad ke 3 Hijriyah, bukanlah suatu hasil penemuan berdasarkan emperis
eksperimen, akan tetapi ia merupakan hasil panggilan para ulama’ dari isi yang tersirat dan
tersurat dalam Al Qur’an dan Al Hadist. Keyakinan akan adanya Allah merupakan bagian dari
hidup manusia yang mana selalu diikuti dengan percaya kepada malaikat, kitab, rasul, hari
kiamat dan takdir (rukun iman). Dalam konsep itulah lahirlah ibadah manusia mengabdikan
dirinya dengan ibadah sebagai jalan untuk memperdalam keimanan.
Tidak ada seoarangpun yang dapat menilai tinggi rendahnya keimanan seseorang akan
tetapi yang menjadi indicator keimanan seseorang dengan melihat sikap dan tingkah lakunya,
aqidah yang dimiliki yang tertanam di dalam hatinya. Bila ketauhidan tertanam dalam jiwanya
diikuti dengan amal ibadah dan ditunjang dengan sikap yang mencerminkan nilai-nilai
ketauhidan maka itulah orang yang dinamakan muttaqin.
Bila keimanan seseorang benar-benar tertanam dalam jiwanya maka itu akan menjadi
kekuatan bagi manusia itu sendiri. Sehingga hatinya tidak mudah terkotori oleh akidah-akidah
yang sudah tidak murni. Dengan tauhid terisilah hati seseorang dengan mengakui dan percaya
adanya Dzat Yang Maha Esa.
1. Pengertian Aqidah
Aqidah adalah apa yang diyakini oleh manusia dan ia berbuat dengan dasar
keyakinan tersebut, berupa hal-hal yang baik atau yang buruk, yang rusak atau yang
lurus.
Artinya : “Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah SWT hanyalah Islam.”( QS.
Ali ‘imran : 19 ).
Syirik yaitu menyamakan selain Allah dengan Allah swt dalam hal-hal yang
menjadi kekhususan-Nya, misalnya berdo’a kepada Allah dengan memalingkan suatu
5
bentuk ibadah kepada selain Allah swt, seperti; menyembelih, bernadzar, berdo’a dan
lainnya.
ُ ك َل
ظ ْل ٌم َعظِ ٌيم ُ َوإِ ْذ َقا َل لُ ْق ٰ َمنُ ٱِل ْب ِنهِۦ َوه َُو َيع
َ ِْظهُۥ ٰ َي ُب َنىَّ اَل ُت ْش ِركْ ِبٱهَّلل ِ ۖ إِنَّ ٱل ِّشر
َ ِون ٰ َذل
ك لِ َمنْ َي َشا ُء ۚ َو َمنْ ُي ْش ِركْ ِباهَّلل ِ َف َق ِد ا ْف َت َر ٰىإِ ْثمًا َعظِ يمًا َ إِنَّ هَّللا َ اَل َي ْغفِ ُر أَنْ ُي ْش َر
َ ك ِب ِه َو َي ْغفِ ُر َما ُد
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar”. (QS. An-Nisa 4: 48).
۟ ِين َقالُ ٓو ۟ا إِنَّ ٱهَّلل َ ه َُو ْٱلمَسِ ي ُح ٱبْنُ َمرْ َي َم ۖ َو َقا َل ْٱلمَسِ ي ُح ٰ َي َبن ِٓى إِسْ ٰ َٓر ِءي َل ٱعْ ُب ُد
وا ٱهَّلل َ َربِّى َ َل َق ْد َك َف َر ٱلَّذ
ار
ٍ نص َ َِين ِمنْ أ َّ ٰ َو َر َّب ُك ْم ۖ إِ َّنهُۥ َمن ُي ْش ِركْ ِبٱهَّلل ِ َف َق ْد َحرَّ َم ٱهَّلل ُ َع َل ْي ِه ْٱل َج َّن َة َو َمأْ َو ٰى ُه ٱل َّنا ُر ۖ َو َما ل
َ ِلظلِم
َ ُٰ َذل َِك هُدَى هَّللا ِ َي ْهدِي ِب ِه َمنْ َي َشا ُء ِمنْ عِ َبا ِد ِه ۚ َو َل ْوأَ ْش َر ُكوا َل َح ِب َط َع ْن ُه ْم َما َكا ُنوا َيعْ َمل
ون
6
Syirik adalah dosa yang paling besar. Rasulullah bersabda: “Maukah kalian
aku beritahu tentang dosa yang paling besar?” Kami menjawab: ”ya, Rasulullah!”
Beliau bersabda: ”Berbuat syirik kepada Allah swt dan durhaka kepada kedua orang
tua”. (HR.Bukhari dan Muslim).
Sesungguhnya syirik adalah sebuah kekurangan dan aib di mana Allah swt
menyucikan diri-Nya dari hal tersebut. Barangsiapa menyekutukan Allah swt berarti
dia telah menyematkan kepada Allah sesuatu yang Dia menyucikan diri daripadanya.
Dan ini adalah puncak dari pembangkangan, kesombongan dan permusuhan terhadap
Allah swt.
”Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan
(Allah)’’. (Q.S Al-Ankabut 29:65).
7
b) Syirik Niat, Keinginan, dan Tujuan
Yaitu, seseorang menaati selain Allah swt dalam hal bermaksiat kepada
Nya.
Syirik kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, akan
tetapi dapat mengurangi kesempurnaan tauhid. Dan ia bisa menjadi perantara
menuju syirik besar.
Yaitu, syirik yang nampak dengan ucapan misalnya, bersumpah dengan nama
selain Allah swt.
Yaitu, syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti: riya’, misalnya
melakukan suatu amalan tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah swt
akan tetapi dia mengharapkan darinya pujian orang seperti membagus-
baguskan shalat, bersedekah supaya mendapat pujian dan sanjungan, selalu
melafazhkan dzikir dan memperindah bacaan qur’annya supaya di dengar
orang sehingga mereka mamuji dan menyanjungnya. Riya’ itu jika
mencampuri suatu amalan pasti akan menjadikannya batal dan rusak, maka
ikhlas dalam beramal adalah sebuah keharusan.
B. Kufur
1) Definisi Kufur
8
Kufur secara bahasa artinya adalah ‘menutupi’. Adapun secara istilah, kufur
adalah tidak beriman kepada Allah swt dan Rasul Nya baik disertai dengan
mendustakannya ataupun tidak.
Kufur menurut syariat adalah menolak kebenaran setelah mengetahuinya. Ini berarti
bahwa dia telah melakukan sesuatu yang tidak bertentangan ajaran islam dan tidak
membatalkan iman, maka orang yang demikian tidak dianggap kufur, kecuali bila
telah sampai kepadanya keterangan yang hak, tetapi ia masih tetap menolak nya,
sebagaimana telah diterangkan dalam definisi iman, tuntutan, dan hal hal yang
membatalkannya.
Demikian juga tidak di anggap kufur orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat,
kemudian dia melakukan hal hal yang membatalkan iman karena bodoh. Tetapi jika
dia mengetahui bahwa hal hal yang dilakukan nya itu mengeluarkan dia dari landasan
iman, namun dia masih ingkar, berarti dia telah kufur. Dalam hal ini, kita memohon
perlindungan Allah dari hal hal yang demikian.
Sebagian sahabat telah melakukan perkara yang membatalkan iman itu, karena
mereka sebelum nya tidak mengetahui hukum nya. Rasullulah saw murka terhadap
mereka, tetapi beliau tidak menganggap mereka telah keluar dari landasan iman.
2) Jenis-Jenis Kufur
a. Kufur Besar
Kufur besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Kufur besar ada
lima macam, yaitu :
9
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu
kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan
adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”.(QS. Al-Baqarah 2:34).
Kufur kecil, yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama
islam. Disebut juga dengan kufur amali, yaitu seluruh dosa yang disebutkan
dalam Al-Kitab dan As-Sunnah dengan nama kufur namun tidak sampai pada
tingkatan kufur besar, misalnya adalah kufur nikmat.
C. Nifaq (Munafik)
1) Definisi Nifaq
Nifaq secara bahasa berasal dari kata nafiqa’, yakni sebuah lubang tempat
keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangnya, di mana jika dikejar dari salah
satu lubang maka ia akan lari keluar dari arah lubang yang lainnya. Ada juga yang
mengatakan bahwa nifaq berasal dari kata nafaq yang berarti lubang tempet
bersembunyi.
Adapun secara istilah, nifaq yaitu menampakkan keislaman dan kebaikan akan
tetapi menyem
10
mereka menampakkan keimanan kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kiamat, namun pada hakikatnya mereka
berlepas dari dari semua itu dan mendustakannya.
b) Membenci Rasulullah atau membenci sebagian atau dari ajaran yang beliau
bawa.
Nifaq Amali yaitu melakukan perbuatan yang menjadi ciri khas orang-orang
munafik, dengan masih adanya keimanan pada hatinya. Nifaq jenis ini tidak
menjadikan pelakunya keluar dari agama islam akan tetapi hal itu dapat menjadi
perantara menuju ke sana. Pelaku nifaq amali ini berada di antara iman dan nifaq,
jika unsur nifaq nya semakin banyak dan dominan maka bisa menjadikannya jatuh
dalam nifaq yang sejati,berdasarkan sabda Rasulullah : “Empat perkara yang jika
ada pada diri seseorang maka ia menjadi seorang munafik sejati, dan jika hanya
terdapat salah satu darinya maka berarti pada dirinya terdapat bagian dari sifat
munafik, sampai dia meninggalkannya sama sekali: jika diberi amanah dia
berkhianat, jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari,jika berseteru
dia curang. (HR. Bukhari dan Muslim).
D. Bid’ah
1) Definisi Bid’ah
Bid’ah berasal dari bahasa arab a-bad’u, yakni membuat perkara baru yang tidak
ada contoh sebelumnya. Bid’ah yang dimaksudkan disini adalah dalam bidang
akidah, ialah segala keperayaan yang diada-adakan oeh manusia terhadap sesuatu
yang gaib.Seperti Bid’ah ada dua jenis, yaitu bid’ah dalam perkara agama dan bid’ah
daam perkara dunia
11
Kedua, Bid’ah dalam perkara Agama, ini hukumnya haram,sebab hukum asal
suatu ibadah adalah tauqifi(ada landasan dalil). Rasulullah bersabda: ”barangsiapaa
yang mengada – ngada suatu hal yang baru dalam urusan kami ini (agama) yang
bukan bagian darinya, maka ia tertolak”.(HR. Bukhari dan Muslim).
Takhayul adalah segala keperayaan dan pandangan terhadap perkara gaib yang
bersumber kepada khayalan, persangkaan-persangkaan atau perkiraan-perkiraan yang
sama sekali tidak ada keterangannya dari A-Qur’an dan Hadits yang shaheh.
F. KHURAFAT
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
12
Aqidah berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud
Allah,Tuhan yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutui Nya,baik dalam dzat,sifat-sifat
maupun perbuatan Ny. Suatu Aqidah akan sempurna,dan seseorang akan mempunyai
aqidah hanya bila perbuatan,gerak-gerik,dan seluruh tindakannya semata-mata
bersumber dari aqidah itu. Sebaliknya penyimpangan aqidah akan terjadi apabila antara
ucapan dan perbuatan berbeda. Untuk mencapai kesempurnaan Aqidah,seseorang harus
menghindarkan diri dari hal-hal yang mengotori Aqidah,diantaranya:
syirik,kufur,nifaq,bid’ah,takhayul,dan khurafat.
B. SARAN
Sebagai umat beragama terutama Islam sudah seharusnya menjauhi hal-hal yang
menjadi penyebab kotornya akidah. Salahsatu cara untuk menghindari hal-hal yang
menjadi penyebab kotornya akidah adalah dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah
SWT. dan meningkatkan ketaqwaan dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Fauzan, Shalih bin Fauzan bin Abdullah. 2015. Kitab Tauhid. (Solo: Pustaka Arafah).
13
Al-Tammi, Syaikh Muhammad. 1404 H. Kitab Tauhid. (Riyadh: Ar-Ri’asah Al-Ammah Li
Idarat Al-Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta Wa-Da’wah Wal-Irsyad).
Rahman, Abdul & Abdul Khalid. 1996. Garis Pemisah antara Kufur dan Iman. (Jakarta: Bumi
Aksara).
Ya’qub, Hamzah. 1988. Pemurnian Akidah dan Syari’at Islam. (Jakarta: CV Pedoman Ilmu
Jaya).
14