Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH

PERKEMBANGAN ILMU
TAJWID
ARIFIN ILHAM RAMADHAN (53020220043)
IMRON MAULANA (53020220036)
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU TAJWID

• Allah menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan Dia memerintahkan beliau
agar membacanya dengan tartil sebagaimana firman-Nya:

َ ْ‫• َو َرتِّ ِل ْالقُر‬


‫آن تَرْ تِياًل‬

• “dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil[73]: 4)

• Maksud ayat tersebut adalah: “Hendaknya kita membaca al-Qur’an sebagaimana Allah menurunkannya yakni
dengan mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya dan menyemnpurnakan harakatnya secara perlahan.

• Tata cara membaca tersebut dapat menunjang kita untuk dapat memahamni dan mentadaburi al-Qur ‘an, serta
menguatkan hati dalam mengamalkan hukum-hukumnya.” 1

• Allah berfirman:

َ ‫ق تِاَل َوتِ ِه ُأولَـِٰئ‬


َ ُ ‫ك يُْؤ ِمن‬
‫ون بِ ِه‬ َ ‫ين آتَ ْينَاهُ ُم ْال ِكت‬
َّ ‫َاب يَ ْتلُونَهُ َح‬ َ ‫• الَّ ِذ‬

• “Orang-orang yang telah Kami beri kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman
kepadanya…” (QS. Al-Baqarah[2]: 121)
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata:”Abul Aliyah menukil perkataan Ibnu Mas’ud:
‘Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Sesungguhnya makna haqqu
tilawah adalah menghalalkan apa yang dihalalkan dalam al-Qur ‘ an,
mengharamkan apa yang diharamkan dalam al-Qur’an , dan membaca al-Qur’an
sesuai dengan apa yang diturunkan Allah'”2
Ibnu Yazid al-Kindi berkata, “Ibnu Mas’ud mengiqrakan (mengajarkan) al-Qur’an
kepada seseorang, lalu orang itu membaca (‫اــل َم َسا ِك ِين‬ ْ ‫ات ـ ْلفُقَ َرآ ِء َو‬ َّ ‫ )ِإنَّ َما اــل‬dengan
ِ‫ص َدقَ ُ ل‬
memendekkan (lafazh ‫)اــلفُقَ َرا ِء‬, ْ maka Ibnu Mas’ud berkata, ‘Tidak seperti itu
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan qiraah kepadaku.’
Orang itu bertanya, ‘Bagaimana beliau mengajarkan qiraah kepadamu, wahai Abu
Abdurrahman?'”
Ibnu Masud menjawab, “Beliau membacakannya kepadaku: (‫ات ـ ْلفُقَ َرآ ِء‬ َّ ‫ِإنَّ َما اــل‬
ِ‫ص َدقَ ُ ل‬
ْ ‫)و‬
‫اــل َم َسا ِك ِين‬ َ yakni dengan memanjangkannya.3
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ٍ ‫ َوُأبَ ِّي ب ِْن َك ْع‬،‫ ِم ِن اب ِْن ُأ ِّم َع ْب ٍد فَبَ َدَأ بِ ِه َو ُم َعا ِذ ب ِْن َجبَ ٍل‬:‫آن ِم ْن َأرْ بَ َع ٍة‬
‫ب‬ َ ْ‫ُخ ُذوا ْالقُر‬
“Ambillah al-Qur’an dari keempat orang Sahabatku ini, Abdullah bin Mas’ud, Salim,
Mu’adz, dan Ubay bin Ka’ab”4
Imam an-Nawawi Rahimahullah menjelaskan hadits tersebut: “Rasulullah bersabda demikian
disebabkan mereka adalah Sahabat yang paling tepat dalam mengucapkan lafazh-lafazh al-Qur’an,
dan yang paling sempurna dalam membacakannya, walaupun para Sahabat yang lain
lebih faqih (paham) tentang makna-makna daripada meraka.”5
Allah k berfirman:
ِ َ‫ث َونَ َّز ْلنَاهُ ت‬
‫نزياًل‬ ِ َّ‫َوقُرْ آنًا فَ َر ْقنَاهُ لِتَ ْق َرَأهُ َعلَى الن‬
ٍ ‫اس َعلَ ٰى ُم ْك‬
“Dan al-Qur’an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya
kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap” (QS. Al-Isra'[17]: 106)
Dalil-dalil di atas menunjukkan adanya tata cara atau sifat tertentu dalam qiraah al-Qur’an , tidak
seperti membaca buku-buku biasa ataupun koran berbahasa Arab. Akan tetapi, ia dibaca
dengan kaifiyat atau tata cara yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tata cara itu
dirangkum oleh para ulama, hingga mereka mengistilahkannya dengan ilmu tajwid.
Para ulama menjelaskan bahwa Abu Muzahim al-Khaqani adalah ulama yang pertama kali menulis kitab tajwid.
Nama lengkapnya Musa bin Ubaidullah bin Yahya bin Khaqan, yang lahir tahun 248 H dan wafat tahun 325 H.
Imam Ibnul Jazari Rahimahullah berkata:
‫ف فِي التَّجْ ِو ْي ِد‬ َ ‫هُ َو َأ َّو ُل َم ْن‬
ِ َّ‫صن‬
“Dialah orang yang pertama kali menulis tentang tajwid.” 9
Tulisannya dikenal juga dengan nama al-Qashidah al-Khaqaniyah. Demikianlah sebagian ulama menyebutkan. Dan,
pada bait yang ke-5 dari kasidahnya dikatakan:
‫الج ِزي َْل ِمنَ اَألجْ ِر‬
َ ُ‫ك هللا‬ َ َ‫ف ل‬ْ ‫ضا ِع‬َ ُ‫َأيَا قَارَئ القُرْ آ ِن َأحْ ِس ْن َأدَا َءهُ * ي‬
“Wahai qari al-Qur’an, baguskanlah bacaannya, niscaya Allah melipatgandakan untukmu padaha yang banyak.”
Tulisan Abu Muzahim ini sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu tajwid pada masanya dan masa-masa
berikutnya. Terbukti setelah itu, bermunculanlah para ulama yang menulis kitab-kitab serupa seperti 10:
1.Abul Hasan Ali bin Ja’far bin Muhammad as-Sa’idi ar-Razi yang wafat pada tahun 410 H. Dia menulis kitab at-
Tanbih ‘ala al-Lahnil Jaliy wal-Lahnil Khafiy.
2.Abu Muhammad Makki bin Abu Thalib al-Qaisi yang wafat pada tahun 437 H. Dia manulis kitab ar-Ri’ayah li
Tajwidil Qira’ah wa Tahqiqi Lafzhit Tilawah.
3.Abu Amr Utsman bin Sa’id ad-Dani yang wafat pada tahun 444 H. Dia menulis kitab at-Tahdid fil Itqan wat Tajwid.
Ulama ini menyebutkan dalam muqadimah tentang latar belakang penulisan kitab itu, bahwa ia melihat para qari
dan muqri di zamannya menyepelekan tajwid dalam tilawah al-Qur’an.
Tiga ulama tadi menulis tentang tajwid setelah Abu Muzahim Musa al-Khaqani dan mereka Rahimahumullah
merupakan generasi pertama ulama tajwid.11 Tiga ulama inilah yang mempopulerkan istilah tajwid dalam kitab-
kitabnya. Secara khusus, mulai zaman ad-Dani, istilah tajwid telah ditetapkan dan menjadi nama yang dikenal bagi
ilmu yang berhubungan dengan makhrijul huruf (tempat-tempat keluarnya huruf) dan sifat-sifatnya. Sebagaimana
disebutkan oleh Dr. Ghanim Qadduri al-Hamad. 12
Sumber: Sejarah Perkekembangan Ilmu Tajwid - Ngaji.ID
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai