Anda di halaman 1dari 4

DALIL UCAPAN SHODAQALLAHUL 'ADZIM

Shadaqallahul-'adzim' (‫ق هللاُ ْال َع ِظ ْي ُم‬


َ ‫)ص َد‬
َ artinya adalah "Maha benarlah Allah yang Maha
Agung". Memang tidak ditemukan adanya ayat al-Quran atau hadis yang menerangkan secara
eksplisit (sharih) praktik atau perintah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
mengucapkan lafal tertentu sesudah membaca al-Quran. Al-Quran hanya mengajarkan bahwa
sebelum membacanya kita terlebih dahulu harus mengucapkan lafal ta’awudz. Dalam surat
an-Nahl ayat 98, Allah berfirman:

‫فَاِ َذا قَ َرْأتَ ْالقُرْ ٰانَ فَا ْستَ ِع ْذ بِاهّٰلل ِ ِمنَ ال َّشي ْٰط ِن ال َّر ِجي ِْم‬

Artinya: “Apabila kamu membaca al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada
Allah dari syaitan yang terkutuk.” [QS. an-Nahl (16): 98]

Namun demikian, praktik yang berlaku umum di tengah masyarakat adalah mengucapkan
lafal “shadaqallahul ‘azhim” seperti yang saudara tanyakan. Dalam penelusuran kami,
sesungguhnya penggunaan lafal tersebut bukanlah sesuatu yang baru, melainkan sudah
berlangsung sejak lama. Para mufassir dalam beberapa kesempatan setelah menerangkan
tafsir suatu ayat, terkadang menimpali tafsirannya dengan ucapan “shadaqallahul ‘azhim”.
Jika saudara memiliki program “al-Maktabah asy-Syamilah” kemudian memasukkan kalimat
tersebut di himpunan kitab-kitab tafsir, saudara akan menemukan bahwa lafal tersebut
digunakan oleh banyak mufassir di berbagai tempat.

Misalnya, sebagai contoh digunakan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, al-Qurtubi
dalam al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Ibnu Ajibah dalam Tafsir Ibnu ‘Ajibah, asy-Syinqithi
dalam Adhwahul Bayan dan Sayyid Qutb dalam Fi Zhilalil Qur’an. Menurut hemat kami,
lafal ini digunakan sesungguhnya sebagai bentuk penghormatan (al-Qurtubi: I/27) dan
penegasan (afirmasi) komitmen seorang muslim akan kebenaran berita dan kandungan
alQuran yang difirmankan Allah Subhanahu wa ta’ala.

Syaikh Muhammad Musa Nashr menyatakan, “Termasuk perbuatan yang tidak ada
tuntunannya (baca: bid’ah) yaitu mayoritas qori’ (orang yang membaca Al Qur’an) berhenti
dan memutuskan bacaannya dengan mengatakan shadaqallahul ‘azhim, padahal Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menghentikan bacaan Ibnu Mas’ud dengan mengatakan hasbuk
(cukup). Inilah yg dikenal para salaf dan tidak ada keterangan bahwa mereka
memberhentikan atau mereka berhenti dengan mengucapkan shadaqallahul ‘azhim
sebagaimana dianggap baik oleh orang-orang sekarang”. (Al Bahtsu wa Al Istiqra’ fi Bida’
Al Qurra’, Dr Muhammad Musa Nashr, cet 2, th 1423H)

Pernyataaan Syaikh Mustafa bin Al ‘Adawi dalam kitabnya Shahih ‘Amal Al Yaumi Wa Al
Lailhlm 64 yang berbunyi, “Keterangan tentang ucapan Shadaqallahul’azhim ketika selesai
membaca Al Qur’an: memang kata shadaqallah disampaikan Allah dalam Al Qur’an dalam
firman-Nya,

َ‫ق هَّللا ُ فَاتَّبِعُوا ِملَّةَ ِإب َْرا ِهي َم َحنِيفًا َو َما َكانَ ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكين‬ َ ْ‫قُل‬
َ ‫ص َد‬
“Katakanlah:’Benarlah (apa yang difirmankan) Allah.’ Maka ikutilah agama Ibrahim yang
lurus dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.” (Qs Ali Imran:95)

Memang benar, Allah Maha Benar dalam setiap waktu. Namun masalahnya kita tidak pernah
mendapatkan satu hadits pun yang menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengakhiri bacaannya dengan kata “Shadaqallahul’azhim.”

Di sana ada juga orang yang menganggap baik hal-hal yang lain namun kita memiliki
Rasulullah shallallanhu’alaihi wa sallam sebagai contoh teladan yang baik. Demikian juga
kita tidak menemukan satu atsar, meski dari satu orang sahabat walaupun kita mencukupkan
pada hadits-hadits Nabi shallallanhu’alaihi wa sallam setelah kitab Allah dalam berdalil
terhadap masalah apa pun. Kami telah merujuk kepada kitab Tafsir Ibnu Katsir, Adhwa’ Al
Bayan, Mukhtashar Ibnu katsir dan Fathul Qadir, ternyata tak satu pun yang menyampaikan
pada ayat ini, bahwa Rasulullah shallallanhu’alaihi wa sallam pernah mengakhiri bacaannya
dengan shadaqallahul ‘azhim.(Lihat Hakikat Al Maru Bil Ma’ruf Wa Nahi ‘Anil munkar, Dr
Hamd bin Nashir Al ‘Amar,cet 2)

Sumber = https://muslimah.or.id/1267-ucapan-shadaqallahul-azhim-setelah-membaca-al-
quran.html

Kasus ini dapat ditarik dari sisi adab membaca Al-Qur’an. Hal ini diangkat oleh Imam Al
Qurthubi dalam tafsirnya yang terkenal Al-Jami li Ahkamil Qur’an:

‫ ويشهد بالبالغ لرسوله صلى هللا عليه وسلم ويشهد على‬،‫ومن حرمته إذا انتهت قراءته أن يصدق ربه‬
ِّ ‫اللَّهُ َّم اجْ َع ْلنَا ِم ْن ُشهَدَا ِء ال َح‬. َ‫ك ِمنَ ال َّشا ِه ِد ْين‬
‫ق‬ ْ ‫ص َّد ْقتَ َربَّنَا َوبَلَّغ‬
َ ِ‫َت ُر ُسلُكَ َونَحْ نُ َعلَى َذل‬ َ ‫ فيقول‬،‫ذلك أنه حق‬
‫ ثم يدعو بدعوات‬،‫القَاِئ ِم ْينَ بِالقِ ْس ِط‬
Artinya, “Salah satu bentuk adab ketika selesai membacanya, seseorang dianjurkan membaca
tashdiq dan tasyhid penyampaian risalah bahwa yang demikian itu benar melalui misalnya
kalimat, ‘Shadaqta Rabbana, wa ballaghat rusuluka. Wa nahnu ala dzalika minas syahidina.
Allahummaj’alna min syuhada’il haq al-qa’imina bil qisthi, lalu ia berdoa,’” (Imam Al-
Qurthubi, Al-Jami li Ahkamil Qur’an, [Beirut, Muassasatur Risalah: 2006 M/1427 H], juz I,
halaman 50).

As-Syinqiti dalam Tafsir Ruhul Bayan meriwayatkan dialog sahabat Abdullah bin Salam
yang memliki latar belakang keyakinan Yahudi. “Wahai Rasulullah, ceritakan kepadaku awal
dan akhir bacaan Al-Qur’an?” Nabi Muhammad SAW menjawab, “Awalnya ‘Bismillahir
rahmanir rahim’ dan akhirnya ‘Shadaqallahul azhim.’” “Kau benar ya Rasulullah,” kata
Abdullah bin Salam. Adapun Syekh M Ali As-Shabuni mengajurkan umat Islam untuk
menghindari diskusi perihal masalah khilafiyah dalam Islam. Ucapan tashdiq merupakan
salah satu kasus yang sudah seharusnya tidak perlu dipersoalkan.

‫ق هللاُ ال َع ِظ ْي ُم" عند االنتهاء من التالوة وأمثال ذلك من األمور التى ال تحتاج إلى جدال‬
َ ‫"ص َد‬
َ ‫وقول‬
‫ومناظرة‬

Artinya, “Ucapan ‘Shadaqallahul azhim’ seusai membaca Al-Qur’an dan masalah lainnya
merupakan hal yang tidak perlu diperdebatkan dan diributkan,” (Syekh M Ali As-Shabuni,
Al-Hadyun Nabawis Shahih fi Shalatit Tarawih, [tanpa keterangan kota dan penerbit: 1983
M], halaman 10).

Sumber = https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/hukum-mengakhiri-bacaan-al-qur-an-dengan-
shadaqallahul-azhim-7EciO

Untuk hukum bacaan shadaqallahul adzim sendiri dijelaskan oleh Syeikh Muhammad Makki
dalam kitabnya yaitu Nihayatul Qaulil Mufid li Ilmit Tajwid, yang isinya sebagai berikut:

"Disunahkan bagi seseorang saat rampung membaca Alquran untuk membenarkan pada
Tuhannya dan bersaksi bahwa Rasulullah Saw telah menyampaikan Alquran, serta bersaksi
bahwa Alquran adalah benar. Ini dilakukan dengan mengucapkan; ‘Shadaqallahul ‘adzim wa
balagha rasuluhul karim wa nahnu ‘ala dzalika minasy syahidin."
Sedangkan sebagian cendekiawan berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
jika ingin menghentikan bacaan Al-Qur’an seseorang, beliau berkata kepadanya, ‫حس بك‬,
‘Cukup.’ Dan beliau tidak mengatakan shadaqallahul ‘adziim.”

Sejatinya, pengucapan shadaqallahul adzim untuk menutup bacaan Alquran tidak memiliki
landasan dalil dalam syariat Islam. Meskipun begitu, jika seseorang mengucapkannya pada
kondisi tertentu karena ada sebab-sebab yang menuntut, maka hal ini tidak masalah atau
diperbolehkan.

Sumber = https://m-kumparan-com.cdn.ampproject.org/v/s/m.kumparan.com/amp/berita-
hari-ini/memahami-hukum-ucapan-shadaqallahul-adzim-saat-menutup-bacaan-alquran-
1uw9tGSERLI?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=From%20%251%24s&aoh=16702216867733&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fkumparan.com%2Fberita-hari-ini
%2Fmemahami-hukum-ucapan-shadaqallahul-adzim-saat-menutup-bacaan-alquran-
1uw9tGSERLI

Anda mungkin juga menyukai