ً َ ْ ْ َ َّ َّ َ ًّ َ َّ ُ َ ْ َ َّ
َو َما َيت ِب ُع أ ك ُيه ْم ِإَل ظنا إن الظ َّن َل ُيغ ِ ِ يت ِم َن ال َح ِّق ش ْيئا
109
Berdasarkan pengertian di atas maka yang memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai sumber pengambilan dalil-dalil syar’i adalah
Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ Shahabat dan Qiyas (yang mempunyai
persamaan illat syar’i).
A. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalamullah yang merupakan mukjizat, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang disampaikan secara
mutawatir, dan membacanya adalah ibadah.56
1. Kehujjahan Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan hujjah bagi manusia, serta hukum-
hukum yang terkandung di dalamnya merupakan dasar hukum yang
wajib dipatuhi, karena Al-Qur’an merupakan kalam Al-Khaliq, yang
diturunkannya dengan jalan qath’i dan tidak dapat diragukan lagi
sedikit pun kepastiannya. Berbagai argumentasi telah menunjukkan
bahwa Al-Qur’an itu datang dari Allah dan ia merupakan mukjizat yang
56
Dr Muhammad Ali Al-Hasan, Al Manar fi ‘Ulum Al-Quran
110
mampu menundukkan manusia dan tidak mungkin mampu ditiru.
Salah satu yang yang menjadi kemusykilan manusia untuk menandingi
Al-Qur’an adalah bahasanya, yaitu bahasa Arab, yang tidak bisa
ditandingi oleh para ahli syi’ir orang Arab atau siapa pun. Allah SWT
berfirman:
ْ َ ُْ َ ْ نس َو ْالج ُّن َع ََل َأن َي ْأ ُت ْوا ب ِم ْثل َه َـذا ْال ُقُ اج َت َم َع ِت اْل ِ ِ ُقل َّل
آن َل َيأتون ِب ِمث ِل ِه
ِ ر ِ ِ ِ ِ
ْ ي
َ ُ َ َ َ
َول ْو كان َب ْعض ُه ْم ِل َب ْعض ظ ِه ًيا
ْ َّ ُ ُ ْ ُ َّ َ ُ ُ َ َّ َ َّ ْ ُ َّ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َّ َ
اس َوال ِح َج َارة أ ِعدت ف ِإن لم تفعلوا ولن تفعلوا فاتقوا النار ال ِ يت وقودها الن
َ ل ْل َكافر
ين ِ ِ
“(Dan) apabila kamu tetap dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang
kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah
satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an, dan ajaklah penolong-
penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang benar.” (QS. Al-
Baqarah: 23)
111
di atas menghasilkan buah. Dan manusia tidak akan mungkin
mampu berucap seperti Al-Qur’an.”57
َُ َ ْ ُّ ُ َّ ُ ُ َ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ن ُّ ْ َ َ ن
اب َوأخ ُر
ِ هو ال ِذي أنزل عليك ال ِكتاب ِمنه آيات محكمات هن أم ال ِك
ت
ن َ َ
ُمتش ِاب َهات
57
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyyah
112
Ayat muhkamat adalah yang tampak maknanya dan tersingkap
maknanya, sehingga (bisa) menghilangkan kemungkinan lain.58
Sedangkan ayat mutasyabihat adalah mengandung lebih dari satu
makna.59
3. Tafsir Al-Qur’an
Tafsir adalah menjelaskan sesuatu yang diinginkan (yang
dimaksud) oleh lafadz.60 Misalnya firman Allah SWT ‘laa raiba fiihi’
(tidak ada keraguan di dalamnya) dijelaskan dengan lafadz lain “laa
syakka fiihi” (tidak ada kebimbangan di dalamnya). Tafsir Al-Qur’an
merupakan penjelasan makna kata demi kata dalam susunan
kalimatnya serta makna susunan kalimat sebagaimana adanya.
Terkadang suatu ayat dijelaskan oleh ayat lainnya (tafsir ayat bi al-
ayat) atau oleh hadits Rasulullah saw tentang suatu ayat (tafsir bi as-
58
Atha Bin Khalil Taisir Al-Wushul ila Al-Wushul
59
Ibid
60
Taqiyuddin An-Nabhani, Syakhshiyyah Islamiyyah Juz 1
113
sunnah), atau penjelasan para shahabat dan ahli ilmu terhadap suatu
ayat.
B. As-Sunnah
Sunnah adalah perkataan, perbuatan dan taqrir (ketetapan /
persetujuan / diamnya) terhadap sesuatu perkataan atau perbuatan
yang datang dari Rasulullah saw.61 Sunnah merupakan sumber syariat
Islam yang nilai kebenarannya sama dengan Al-Qur’an karena
sebenarnya Sunnah juga berasal dari wahyu. Firman Allah SWT:
61
Atha Bin Khalil, Taisil Al-Wushul ila Al-Wushul
115
َ َ ُ َ َّ ُ َّ َ ْ ُ
وَح ِإ ي ََّل ِإن أت ِبع ِإَل ما ي... قل
62
Dr Muhammad Ali Al-Hasan, Al Manar fi ‘Ulum Al-Quran
116
berkaitan dengan shalat; begitu pula dengan ibadah-ibadah yang
lain.
Imam Ibnu Hazm, salah seorang ulama besar dari Andalusia pada
masa Abbasiyah menjelaskan:
ُ ِّ َ ُ ْ َ َّ ْ ُ َ ْ َ ِ ُ ُ ُ ه
ِ ْ األ َنث َي ُ
ي وصيكم اّٰلل ِ يف أوَل ِدكم ِللذكر ِمث ل حظ
ِ ي
63
Ibnu Hazm, Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam
64
Manna Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an
117
adalah pewaris ayahnya. Kemudian datang Sunnah yang
mengkhususkannya. Sabda Rasulullah saw:
َ َ ن َْ َ ُ َ ُ َ
ورث َما ت َركنا َصدقة َّل ن
ُ َ َْ
الق ِات ُل َّل َيرث
َ ْ َ ْ َ ُ َ َّ َ ُ َّ َ
السارقة فاقط ُعوا أ ْي ِد َي ُه َماوالسارق و
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri hendaklah
kamu potong tangan (keduanya).” (QS. Al-Maidah: 38)
65
Shahih Bukhari no 3729
66
Sunan Ibnu Majah no 2635
67
Manna Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an
118
barang curian itu sebanyak seperempat dinar emas ke atas. Sabda
Rasulullah saw:
َ َ ََْ ُ َ َ ْ َ َ َ ِّ َ ْ
يما ه َو أد ِن ِم ْن ذ ِلكاقط ُعوا ِ ِ يف ُر ُب ـع الدينار َوَّل تقط ُعوا ِف
68
Musnad Imam Ahmad no 23374
119
َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ
نَه َع ْن أ ْر َب ـع ِن ْس َو ٍة ُي ْج َم ُع َب ْين ُه َّن ال َم ْرأ ِة َو َع َّم ِت َها َوال َم ْرأ ِة َوخال ِت َها
69
Sunan An Nasai’ no 3239
120
dan Kami mematuhinya. Mereka itulah orang-orang yang
berbahagia.” (QS. An-Nur: 51)
C. Ijma’ Shahabat
Lafadz ijma’ menurut bahasa bisa berarti tekad yang konsisten
tehadap sesuatu atau kesepakatan suatu kelompok terhadap suatu
perkara. Sedangkan menurut istilah adalah kesepakatan para sahabat
tentang hukum suatu perkara, bahwa hukum tersebut merupakan
hukum syariah.71
70
Taqiyuddin An-Nabhani, Syakhshiyyah Islamiyyah Juz 1
71
Taqiyudin An-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustur Juz 1
121
1. Alasan Ijma’ Shahabat Dijadikan Sumber Hukum Islam
Dari segi mungkin tidaknya ‘seluruh orang yang berijma’
berkumpul, saling mengetahui ijma’ dan dapat mengkoreksi bila
diketahui kesalahannya, maka hal ini hanya mungkin terjadi pada masa
shahabat, tidak pada masa selain mereka. Sebagai contoh, ijma’
ulama. Maka untuk terwujudnya ijma’ ulama, haruslah diperjelas
‘siapa saja ulama’ itu; apakah ulama yang sudah sering digunakan
untuk ‘membuat hukum pesanan’ juga termasuk di dalamnya? Akan
pasti benarkah ijma’ mereka tersebut? Benarkah semua ‘ulama’ tadi
mengetahui dan menyetujui ijma’ tersebut? Tidak adakah yang
selanjutnya menarik atau membatalkan ijma’nya tadi sampai ia
meninggal? Dan mungkinkah para ulama (seluruh kaum Muslimin di
seluruh dunia) mampu berkumpul bersama membahas suatu masalah
baru? Masih banyak yang tidak bisa terjawab selain oleh para
shahabat, padahal semua hal tadi merupakan syarat sahnya sebuah
ijma’ oleh suatu kelompok. Karena ketidakmungkinan itulah, Imam
Ahmad bin Hambal pernah menyatakan bahwa suatu kebohongan
besar bila ada yang mengatakan mampu terwujud ijma’ setelah masa
shahabat. Dan karena ketidakmungkinan itu pula yang pada akhirnya
muncul istilah ‘jumhur ulama’; artinya kebanyakan ulama berijtihad
dengan hasil serupa terhadap suatu masalah. Jumhur berbeda dengan
ijma’.
72
Ath-Thabari, Jami' al-Bayan 'An Ta'wil Ayi al-Quran
122
“Para shahabatku itu ibarat bintang pada siapapun (di antara mereka)
kalian turuti, maka akan mendapatkan petunjuk.” (HR Ibnu Abdil Barr)
123
memberitahukan Islam kepada generasi selanjutnya. Karenanya
kesalahan dalam ijma’ shahabat adalah mustahil terjadi secara syar’i.
َ ُ َ ُ َ َّ ْ ِّ َ ْ َ َ َّ
ِإنا ن ْح ُن ن َّزلنا الذك َر َو ِإنا له ل َح ِافظ ون
ْ َ َ َ ِ َْ
ي َيد ْي ِه َوَّل ِم ْن خل ِف ِه اط ُل ِمن ببَ ََّل َي ْأتيه ْال
ِ ِ ِ
D. Qiyas
Menurut para ulama ushul, qiyas berarti menyamakan hukum
syara dalam satu kasus dengan kasus lain, karena disebabkan adanya
kesamaan dua kejadian itu dalam illat (sebab) hukumnya.73
73
Hafidz Abdurrahman, Ushul Fiqih
125
aku harus menggantinya?’ Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Bagaimana
jika ibumu mempunyai hutang, sedang ia belum membayarnya,
apakah kamu akan membayar hutangnya?’ Jawabnya: ‘Benar’. Maka
bersabda Rasulullah saw: ‘Maka puasalah untuk (memenuhi) nadzar
ibumu” (HR Muslim)74
74
Shahih Muslim no 1938
75
Musnad Imam Ahmad no 15540
126
2. Contoh Qiyas dan Ruang Lingkup Pembahasan Qiyas
Sebagai contoh, mengadakan transaksi jual beli tatkala adzan
shalat Jum’at merupakan peristiwa yang telah ditetapkan dalam nash,
yaitu haram, berdasarkan ayat:
َ َّ ْ َ ْ َ ْ َ َ ُ ُ ْ ْ َ َ َّ ُ َ ُ َ َ َّ َ ُّ َ َ
اّٰلل َوذ ُروا
ِ ودي ِللصَل ِة ِمن يو ِم الجمع ِة فاسعوا ِإَل ِذكر
ِ ي ْا أيها ال ِذين آمنوا ِإذا
ن
ال َب ْي َع
3. Rukun Qiyas
Setiap qiyas mempunyai empat rukun77:
a. Asal (pokok).
76
Muhammad Husain Abdullah, Dirasat al-Fikr al-Islami
77
Atha bin Khalil, Taisir al-Wushul ila Al-Ushul
127
Yaitu suatu peristiwa yang sudah ada nashnya yang dijadikan
tempat mengqiyaskan. Asal disebut “maqish ‘alaih” (yang menjadi
tempat mengqiyaskan), atau “mahmul ‘alaih” (tempat
membandingkannya), atau “musyabbah bih” (tempat
menyerupakannya)
b. Far’u (cabang).
Yaitu peristiwa yang tidak ada nashnya, dan peristiwa itulah yang
hendak disamakan hukumnya dengan asalnya. Ia juga disebut
‘maqish’ (yang diqiyaskan) dan ‘musyabbah’ (yang diserupakan).
c. Hukum asal.
Yaitu hukum syara’ yang ditetapkan oleh suatu nash atau
dikehendaki untuk menetapkan hukum itu kepada cabangnya.
d. ‘Illat.
Yaitu suatu sifat yang terdapat pada suatu peristiwa yang asal.
Yang karena sifat itu, maka peristiwa asal itu mempunyai suatu
hukum dan oleh karena sifat itu terdapat pula pada cabang, maka
disamakanlah hukum cabaang itu dengan hukum peristiwa asal.
Rukun qiyas yang keempat adalah yang terpenting untuk dibahas,
karena illat qiyas merupakan asasnya.
128
Perkara yang diduga sebagai dalil padahal bukan dalil ada
empat macam, yaitu: syari'at umat terdahulu (syar'un man qablana),
pendapat sahabat (madzhab sahabat), istihsan, dan mashalih
mursalah.
2. Madzhab Sahabat
Madzhab sahabat sebenarnya bukan merupakan dalil syara'.
ُ الر َ َ َ َ ْ ُ ْ ِ َ ْ َ ُ ُّ ُ َ ه
َّ اّٰلل َو
ول
ِ س ِ ش ٍء فردوه ِإَل
ف ِإن تناِعتم ِ يف ي
"Kemudian jika kalian berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikan ia kepada Allah (al-Qur'an) dan rasul (sunnahnya)" (QS.
An-Nisa: 59).
129
Dalam ayat ini Allah SWT telah mewajibkan untuk
mengembalikan seluruh perkara yang perselisihkan kepada Allah dan
Rasul-Nya.
3. stihsan
Secara bahasa istihsan mengikuti wazan istaf'ala dari kata al-
hasan yang memandang baik suatu perkara. Lawannya disebut al-
istiqbah artinya memandang buruk suatu perkara.
78
Dr Muhammad Sulaiman Al-Asyqar, al-Wadhih fi Ushul al-Fiqh
130
َ
ِ ْ ي َك ِام َل
ي ِ ْ ات ُي ْر ِض ْع َن أ ْو ََل َد ُه َّن َح ْو َل
ُ َ َْ َ
والو ِالد
"Para ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh yaitu bagi yang menyempurnakan penyusuan". (QS. Al-
Baqarah: 233).
4. Mashalih al-Mursalah
mashalih mursalah didefinisikan dengan kemaslahatan yang
tidak dijelaskan oleh nash yang mengakuinya atau mencampakannya
dan tidak sesuai dengan maqashid syar’iyyah.79
َ َ َّ ْ َ ُِ َ ْ َ َّ ُ ْ َ َ ُ َ ِّ َ ْ
ي َع َل ال ُمدع َعل ْي ِه ع والي ِم
البينة ع َل المد ِ ي
"Bukti atas penuntut/pendakwa dan sumpah atas orang yang
mengingkarinya (terdakwa)." (HR. Tirmidzi)80
79
Hafidz Abdurahman, Ushul Fiqih
80
Sunan At-Tirmidzi no 1261
131
Mereka tidak mewajibkan sumpah pada terdakwa kecuali jika
antara terdakwa dan pendakwa terdapat suatu hubungan. Hal ini
dilakukan agar orang-orang yang bodoh tidak berai (lancing) kepada
kalangan terhormat sehingga akan menyerahkan mereka kaum
terhormat kepengadilan dengan dakwaan-dakwaan dusta.
َّ َ ُ ْ ُ َ ْ َ ََُْْ ْ َ َ
ِ ش ٍء فحك ُمه ِإَل
اّٰلل يه ِمن ي
ِ َما اختلفتم ِف
ُ َ ُ َْ ُ َ ُ َ ُ ْ َْ ْ
ال َي ْو َم أ ك َملت لك ْم ِدينك ْم َوأت َم ْمت َعل ْيك ْم ِن ْع َم ِ يت
ً َ ْ َ ُ َ ْ ُ َ ْ ََ
نسان أن ُي َيك ُسدىاْل
ِ أيحسب
"Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja
(tanpa pertanggung jawaban)?" (QS. Al-Qiyamah:36).
132
2. Kemaslahatan yang sebenarnya adalah kemaslahatan berdasarkan
dalil syara' dimana ada perintah syara' disitu ada kemaslahatan.
Sedangkan istilah menghukumi berdasarkan mashalih mursalah
adalah menghukumi yang didasarkan pada mashlahat yang tidak
ditetapkan oleh syara'. Oleh karena mashalih mursalah bukan
tergolong hujjah.
133