Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KETERAMPILAN ABAD 21

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan

Disusun Oleh:
AKHIRUDDIN (G2J119020)

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
UNIVERSITAS HALU OLEO
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr. wb.

Tiada kata yang paling indah diutarakan selain rasa syukur atas kehadirat
Sang Ilahi yaitu Allah SWT karena dengan limpahan rahmat, berkah, kesempatan,
serta taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
keterampilan abad 21.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan makalah


ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya dan juga dapat berguna bagi diri penulis pribadi. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Wassalamualaikum.wr wb.
Kendari, November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Hal
Sampul......................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
Kata Pengantar....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembelajaran dalam Konteks Keterampilan Abad 21..............................3
B. Prinsip Pokok Pembelajaran Abad 21.......................................................9
C. Model Pembelajaran pada Abad 21........................................................11
D. Tantangan Pendidik Profesional dalam Upaya Mengimplementasikan
Pembelajaran dan Keterampilan Abad 21...............................................13
III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................18
Daftar Pustaka.......................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia,
yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi, sejalan
dengan perubahan kehidupan itu sendiri. Perubahan dalam arti perbaikan
pendidikan, pada semua aspek perlu terus menerus dilakukan. Pendidikan yang
mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang
mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik mampu
menghadapi dan memecahkan permasalahan kehidupan yang dihadapinya.
Pencapaian tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
kerap muncul saling berkaitan dan bersamaan. Salah satunya faktor pendidik yang
sangat berperan signifikan, sebagai ujung tombak mewujudkan keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut. Tantangan pendidik tidak hanya
membekali keterampilan peserta didik saat ini, tetapi memastikan bahwa anak
didiknya sukses kelak di masa depan. Sukses artinya anak didik setelah belajar di
sekolah dapat terjun hidup di masyarakat. Untuk itu, pendidik harus membekali
keterampilan kepada anak didiknya sesuai dengan kebutuhan yang dapat mereka
manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, peserta didik dihadapkan pada tantangan masyarakat abad 21,
dimana peserta didik tidak saja dituntut mampu survive dalam menghadapi
kehidupan global yang teramat kompleks, serta harus mampu hidup dan
berkembang sesuai tuntutan zamanya. Pembelajaran di abad 21 ini memiliki
perbedaan dengan pembelajaran di masa yang lalu. Dahulu, pembelajaran
dilakukan tanpa memperhatikan standar, sedangkan kini memerlukan standar
sebagai acuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Memasuki abad 21 kemajuan
teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali
dibidang pendidikan. Pendidik dan peserta didik, dosen dan mahasiswa, pendidik
dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di abad 21 ini.

1
Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapi siswa dan guru agar dapat
bertahan dalam abad pengetahuan di era informasi ini (Yana, 2013).
Sebagai salah satu upaya mempersiapkan siswa menghadapi tuntutan abad 21,
perlu kiranya konsep pembelajaran dan keterampilan yang mampu
menumbuhkembangkan seluruh potensi yang dimilili oleh siswa. Melalui
keterampilan abad 21 ini, diharapkan peserta didik mampu mempraktekan
pengetahuannya untuk memahami dan memberikan solusi pada tantangan di dunia
nyata. Tentu saja untuk menyikapi hal tersebut, bukan tanpa tantangan bagi
pendidik dalam mengimplementasikanya. Hal ini yang menjadi ketertarikan bagi
penulis untuk menelisik dan mendeskripsikan lebih jauh, bagaimana sebenarnya
konsep pembelajaran dan keterampilan abad 21, sehingga guru mampu berperan
strategis dalam upaya mempersiapkan generasi mendatang, agar mampu bersaing
dalam kancah global abad 21.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
a. Bagaimana konsep pembelajaran dalam konteks keterampilan Abad 21?
b. Apa saja prinsip pokok pembelajaran pada abad 21?
c. Bagaimana model pembelajaran pada Abad 21?
d. Apa saja tantangan guru professional dalam upaya mengimplementasikan
Pembelajaran dan Keterampilan Abad 21?
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pada makalah ini yaitu:
a. untuk mengetahui konsep pembelajaran dalam konteks keterampilan Abad
21
b. untuk mengetahui prinsip pokok pembelajaran pada abad 21
c. untuk mengetahui model pembelajaran pada Abad 21
d. untuk mengetahui tantangan guru professional dalam upaya
mengimplementasikan Pembelajaran dan Keterampilan Abad 21

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran dalam Konteks Keterampilan Abad 21


Keterampilan abad 21 diterjemahkan secara sederhana, merupakan
keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi segala tantangan yang ada di
masyarakat global abad ke 21. Secara spesifik keterampilan abad 21 diartikan oleh
Bernie Triling dan Charles Fadel (2009), sebagai berikut : keterampilan abad 21
merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk survive dalam menghadapi
kehidupan global yang teramat kompleks, keterampilan ini berimplikasi pada
proses pendidikan yang tidak hanya memfokuskan diri pada kegiatan
pembelajaran konvensional yang bersifat kognitif seperti membaca, berhitung dan
menulis, akan tetapi pendidikan diarahkan pada isu-isu kontemporer seperti
kesadaran global, ekonomi atau keuangan, kesehatan dan kepedulian terhadap
lingkungan, melalui keterampilan abad 21 ini diharapkan peserta didik mampu
mempraktekan pengetahuannya untuk memahami dan memberikan solusi pada
tantangan di dunia nyata.
Lebih lanjut Trilling dan Fadel (2009; 48) menjelaskan bahwa, keterampilan
abad 21 adalah keterampilan belajar dan berinovasi. Keterampilan ini berkenaan
dengan kemampuan berfikir kreatif dan kemampuan memecahkan masalah,
kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi dan kemampuan untuk berkreativitas
dan berinovasi. Ketiga keterampilan ini, diyakini merupakan keterampilan utama,
yang dapat menjawab berbagai tantangan hidup baik dari dimensi ekonomi, sosial,
politik maupun dimensi pendidikan. Oleh sebab itu, proses pembelajaran
hendaknya diorientasikan untuk membekali siswa dengan ketiga keterampilan
tersebut disamping membekali siswa dengan pengetahuan tertentu.
Lebih jauh Trilling dan Fadel (2008) merinci keterampilan abad 21 yang di
adaptasi dari 21st Century Skill Education & Competitiveness; a resource and
Policy Guide, 2008. Bahwa kemampuan berfikir kreatif dan kemampuan
memecahkan masalah, sebagai salah satu orientasi pembelajaran modern secara
lebih luas akan membekali siswa dengan keterampilan lain yang lebih kecil yang
melingkupinya. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan menggunakan

3
berbagai alasan secara efektif, keterampilan berfikir secara sistematik,
keterampilan mempertimbangkan dan membuat keputusan, dan keterampilan
memecahkan masalah. Keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi
dimaksudkan untuk membekali siswa agar mampu berkomunikasi, untuk berbagai
tujuan secara jelas dan efektif. Baik dalam hal berbicara, menulis, membaca
maupun menyimak dan membekali siswa agar mampu berkolaborasi dengan
orang lain sehingga siswa akan mampu bekerja secara efektif dalam kelompok,
melakukan negoisasi secara efektif dan mampu menghargai peran orang lain
dalam kelompoknya. Kemampuan berkreativitas dan berinovasi dimaksudkan
untuk membekali siswa agar mampu berfikir kreatif, bekerja kreatif dengan orang
lain dan mampu menghasilkan.
Kemampuan kedua yang menjadi fokus kompetensi pembelajaran abad ke 21
adalah keterampilan dalam menguasai media, informasi dan tekhnologi.
Berkenaan dengan keterampilan ini, Trilling and Fadel (2009; 65) menjelaskan
bahwa, keterampilan ini menghendaki siswa dimasa mendatang ‘melek’
informasi, ‘melek’ media dan TIK. Kemampuan ‘melek’ informasi mencakup
keterampilan mengakses informasi secara efektif dan efisien. Kompeten menilai
dan mengkritisi informasi dan kemampuan menggunakan informasi secara akurat
dan kreatif. Kemampuan ‘melek’ media mencakup kemampuan untuk
menggunakan media sebagai sumber belajar dan menggunakan media sebagai alat
komunikasi, berkarya dan berkreativitas. Keterampilan ‘melek’ TIK, mencakup
kemampuan menggunakan TIK secara efektif baik sebagai alat penelitian, alat
berkomunikasi dan alat evaluasi serta memahami benar kode etik penggunaan
TIK.
Keterampilan ketiga, yang harus menjadi tujuan bagi proses pembelajaran
abad 21 adalah keterampilan berkehidupan dan berkarier. Trilling and Fadel
(2009; 75) menjelaskan bahwa keterampilan ini mencakup keterampilan hidup
dan berkarier secara fleksibel dan adaptif, berinisiatif dan mandiri, mampu
berinteraksi sosial dan lintas budaya, produktif dan akuntabel, serta memiliki jiwa
kepemimpinan dan tanggung jawab.

4
Senada dengan hal tersebut diatas, Abidin (2014; 11) menjelaskan bahwa
berdasarkan kompetensi abad 21 diatas. Pemerintah yang dalam hal ini
kemendikbud melakukan sejumlah terobosan guna meningkatkan mutu
pendidikan agar mampu bersaing, menghasilkan lulusan siap bersaing secara
global dimasa yang akan datang. Salah satu terobosan awal tersebut yakni melalui
pemberlakuan kurikulum 2013, dengan kata lain, pemberlakuan kurukulum 2013
sejatinya ditujukan untuk menjawab tantangan zaman terhadap pendidikan, yakni
untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif, inovatif, kreatif, kolaboratif serta
berkarakter.
Senada dengan hal tersebut. Griffin, dkk (2012) menjelaskan bahwa,
pendidikan menghadapi tantangan baru untuk membekali keterampilan yang
diperlukan oleh masyarakat. Pendidikan harus membekali peserta didik dengan
keterampilan mengolah informasi dan menggunakan tekhnologi yang berkembang
di era global. Jika dilihat dari konteks tantangan ke depan, maka Pembelajaran
yang berorientasi proses dan keaktifan siswa, serta pengembangan kompetensi
dan keterampilan baik yang bersifat soft skill maupun hard skill, sangat strategis
dalam mengantisipasi dan menghadapi dan mempersiapkan siswa dalam
menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks abad 21. Hal ini
dikarenakan dalam Pembelajaran kedepan dituntut pencapaian sejumlah
kompetensi yang senada dengan tantangan diatas. Kompetensi-kompetensi
tersebut mencakup empat dimensi, yakni;
a) Dimensi Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah
informasi dan ide-ide. Tujuan pengetahuan ini membantu siswa untuk
belajar lebih banyak tentang dirinya, fisiknya dan dunia sosial. Dimensi
yang menyangkut pengetahuan sosial mencakup: (1) fakta; (2) konsep; dan
(3) generalisasi yang dipahami siswa.
b) Dimensi keterampilan (Skill)
Keterampilan adalah pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu
sehingga digunakan pengetahuan yang diperolehnya. Keterampilan ini
dalam kegiatan pembelajaran, terwujud dalam bentuk kecakapan mengolah

5
dan menerapkan informasi yang penting, untuk mempersiapkan siswa
menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam
masyarakat demokratis. Keterampilan tersebut mencakup: Keterampilan
meneliti, keterampilan berpikir, keterampilan partisipasi sosial dan
keterampilan berkomunikasi. Selain itu beberapa keterampilan yang ada dan
dikembangkan dalam pembelajaran adalah :
 Keterampilan berpikir yaitu kemampuan mendeskripsikan,
mendefinisikan, mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat
generalisasi, memprediksi, membandingkan dan mengkontraskan, dan
melahirkan ide-ide baru.
 Keterampilan akademik yaitu kemampuan membaca, menelaah, menulis,
berbicara, mendengarkan, membaca dan menginterpretasi peta, membuat
garis besar, membuat grafik dan membuat catatan.
 Keterampilan penelitian yaitu mendefinisikan masalah, merumuskan
suatu hipotesis, menemukan dan mengambil data yang berhubungan
dengan masalah, menganalisis data, mengevaluasi hipotesis dan menarik
kesimpulan, menerima, menolak atau memodifikasi hipotesis dengan
tepat.
 Keterampilan sosial yaitu kemampuan bekerjasama, memberikan
kontribusi dalam tugas dan diskusi kelompok, mengerti tanda-tanda non-
verbal yang disampaikan oleh orang lain, merespon dalam cara-cara
menolong masalah yang lain, memberikan penguatan terhadap kelebihan
orang lain, dan mempertunjukkan kepemimpinan yang tepat.
c) Dimensi nilai dan sikap (value and attitude)
Seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam
diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika
berpikir dan bertindak. Nilai adalah kemahiran memegang sejumlah
komitmen yang mendalam, mendukung ketika sesuatu dianggap penting
dengan tindakan yang tepat. Sedangkan sikap adalah kemahiran
mengembangkan dan menerima keyakinan-keyakinan, interes, pandangan-
pandangan, dan kecenderungan tertentu.

6
d) Dimensi tindakan (Action
Tindakan sosial ini merupakan dimensi pembelajaran yang penting, karena
tindakan sosial dapat memungkinkan siswa menjadi aktif melalui cara
berlatih secara kongkret dan praktik.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka paradigma pembelajaran abad 21
hendaknya mengembangkan dan menekankan kepada kemampuan siswa untuk
berpikir kritis, mampu menghubungkan pengetahuan ilmu dengan dunia nyata,
menguasai teknologi informasi komunikasi, dan berkolaborasi atau bekerjasama.
Pencapaian keterampilan tersebut dapat dicapai dengan penerapan metode
pembelajaran yang sesuai dari sisi penguasaan materi dan keterampilan.
Kemampuan menghubungkan ilmu dengan dunia nyata dilakukan dengan
mengajak siswa melihat kehidupan dalam dunia nyata. Memaknai setiap materi
ajar terhadap penerapan dalam kehidupan penting untuk mendorong motivasi
belajar siswa. Secara khusus pada dunia pendidikan dasar yang relatif masih
berpikir konkrit, kemampuan guru menghubungkan setiap materi ajar dengan
kehidupan nyata akan meningkatkan penguasaan materi oleh siswa, Patrick
Griffin & Barry McGaw (2012).
Secara lebih terperinci, berikut keterampilan belajar yang hendaknya dapat
dikembangkan pembelajaran dalam konteks mempersiapkan tantangan kehidupan
pada abad 21;
a. Critical thinking and problem solving, (berfikir kritis dan pemecahan
masalah).
b. Creativity and innovation, (kreatif dan inovatif).
c. Collaboration, teamwork, and leadership. (kolaborasi, kerjasama tim dan
kepemimpinan)
d. Cross-cultural understanding, communications, information, and media
literacy, (pemahaman lintas budaya dan keilmuan, informasi dan kecerdasan
dalam memanfaatkan media).
e. Computing and ICT literacy, (computer dan Pemanfaatan ICT).
f. Career and learning self-reliance, (berorientasi menunjang karir dan belajar
tentang kepercayaan diri).

7
Selain itu, menurut Grifiin dkk (2012) menjelaskan ada 4 kategori
keterampilan yang diperlukan pada abad 21 diantaranya sebagai berikut;
1) Ways of thinking (Cara berpikir); Kreativitas, berpikir kritis, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dan belajar.
2) Ways of working (Cara kerja dan Komunikasi); Kolaborasi dan Komunikasi
(communication).
3) Tools for working (Alat untuk bekerja); Teknologi informasi dan
komunikasi (ICT) dan informasi literasi.
4) Skills for living in the world (Keterampilan untuk hidup bersama dan mampu
menyesuaikan dalam kehidupan global); Kewarganegaraan - lokal dan
global (citizenship – local and global), Kehidupan dan karier (life and
career), Personal dan tanggung jawab sosial-budaya, termasuk kesadaran
dan kompetensi (personal and social responcibility, including cultural
awarness and competence).
Sependapat dengan deskripsi diatas, Hosnan (2014; 87) mengemukakan
bahwa, keterampilan yang hendaknya dipersiapkan bagi siswa untuk menghadapi
tuntutan abad 21 adalah sebagai berikut:
a. Comunication skill (Keterampilan berkomunikasi)
Keterampilan komunikasi menuntut siswa untuk memahami, mengelola dan
menciptakan komunikasi secara efektif dalam berbagai bentuk, baik secara
lisan, tulisan dan multimedia. Dalam pembelajaranya siswa diberikan
kesempatan menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-ide, baik
pada saat berdiskusi dengan temanya maupun ketika menyelesikan
permasalahanya.
b. Collaboration skill (Keterampilan bekerjasama)
Keterampilan bekerjasama menuntut siswa menunjukan kemampuanya
dalam kerja sama kelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dengan
berbagai peran dan tanggung jawab, bekerja secara produktif dengan yang
lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif
berbeda. Siswa juga menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibilitas
secara pribadi, pada tempat belajar dan hubungan masyarakat, menetapkan

8
dan mencapai standard dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang
lain.
c. Critical thinking and Problem solving skill (keterampilan berfikir kritis dan
pemecahan masalah)
Keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah, menuntut siswa
berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memamahi
dan membuat pilihan rumit dan kompleks. Siswa diharapkan menggunakan
kemampuan yang dimilikinya, untuk berusaha menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya dengan madiri. Siswa juga memiliki kemampuan untuk
menyusun dan mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah.
d. Creativity and Innovation skill (kreatifitas dan keterampilan berinovasi)
Kreatifitas dan keterampilan berinovasi menuntut siswa memiliki
kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru kepada orang lain. Bersikap terbuka dan responsive
terhadap perpspektif baru dan berbeda.
B. Prinsip Pokok Pembelajaran Abad 21
Dalam buku paradigma pendidikan nasional abad XXI yang diterbitkan Badan
Standar Nasional Pendidikan (BNSP) atau membaca isi Pemendikbud No. 65
tahun 2013 tentang Standar Proses, BSNP merumuskan 16 prinsip pembelajaran
yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan abad ke-21. Sedangkan
Pemendikbud No. 65 tahun 2013 mengemukakan 14 prinsip pembelajaran, terkait
dengan implementasi Kurikulum 2013.
Sementara itu, Jennifer Nichols menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip
pokok pembelajaran abad ke 21 yang dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut
ini:
1. Instruction should be student-centered
Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang
dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal
materi pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi

9
pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat
perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan
masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
2. Education should be collaborative
Peserta didik harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang
lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan
nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna,
siswa perlu didorong untuk bias berkolaborasi dengan teman-teman di
kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan
bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana
mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
3. Learning should have context
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak
terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran
perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengembangkan
metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia
nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna
dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa
yang dikaitkan dengan dunia nyata.
4. Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang
bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk
terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan
pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan
melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan
dalam berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti:
program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu,
siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih
kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.

10
C. Model Pembelajaran pada Abad 21
Ada beberapa model pembelajaran yang layak untuk diaplikasikan dalam
pembelajaran abad 21. Namun yang paling populer dan banyak di
implementasikan adalan model Pembelajaran PjBL (Project Based Learning dan
Inquiry Based Learning)
1. Pembelajaran Berbasis Proyek (PJBL)
merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran
Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang
diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan
penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat
melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah
disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam
tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha
peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar
yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan
kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan
eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga
bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi”
yang dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai
institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia
usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan
“kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja pada bidang masing-

11
masing. Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik di SMK
diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia
kerja.
2. Inquiry Based Learning
Kata “Inquiry” berasal dari Bahasa Inggris yang berarti mengadakan
penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan (Echols dan
Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut Gulo (2005:84) inkuiri
berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Di dalam inquiry terdapat
keterlibatkan siswa untuk menuju ke pemahaman. Lebih jauh disebutkan
bahwa keterlibatan dalam proses belajar akan berdampak pada perolehan
keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk pemecahan masalah, yakni
menemukan jawaban dari pertanyaan yang selanjutnya digunakan untuk
membangun pengetahuan baru bagi siswa.
Inquiry didefiniskan sebagai usaha menemukan kebenaran, informasi, atau
pengetahuan dengan bertanya. Seseorang melakukan proses inquiry dimulai
ketika lahir sampai dengan ketika meninggal dunia. Proses inquiry dimulai
dengan mengumpulkan informasi dan data melalui pancaindera yakni
penglihatan, pendengaran, sentuhan, pencecapan, dan penciuman. Pendekatan
IBL adalah suatu pendekatan yang digunakan dan mengacu pada suatu cara
untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi), atau mempelajari
suatu gejala. Pembelajaran dengan pendekatan IBL selalu mengusahakan agar
siswa selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru
bukan begitu saja diberitahukan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa
diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai
pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang
direncanakan oleh guru.
Inquiry based learning adalah sebuah teknik mengajar dimana guru
melibatkan siswa di dalam proses belajar melalui penggunaan cara-cara
bertanya, aktivitas problem solving, dan berpikir kritis. Hal ini akan
memerlukan banyak waktu dalam persiapannya. Inquiry based learning
biasanya berupa kerja kolaboratif. Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok

12
kecil. Setiap kelompok diberi sebuah pertanyaan atau permasalahan yang akan
mengarahkan semua anggota kelompok bekerja bersama mengembangkan
proyek berdasarkan pertanyaan tersebut untuk menemukan jawabannya.
Karena inquiry-based learning berbasis pertanyaan, maka guru harus
menyiapkan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga siswa dapat
mengembangkan pikirannya. Siswa harus diberi kesempatan untuk mencoba
menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Lebih dari itu, jika siswa juga
diberi kesempatan untuk mengukur kemajuan belajarnya sendiri, maka hal ini
akan membantu mereka belajar.
D. Tantangan Pendidik Professional dalam Upaya Mengimplementasikan
Pembelajaran dan Keterampilan Abad 21
Selain dari faktor tantangan kompetensi yang hendaknya dimiliki oleh siswa,
dalam menyongsong dinamika perubahan abad 21. Faktor guru pun menjadi ujung
tombak atau garda terdepan di dalam keberhasilan proses pembelajarn khususnya
dan dunia pendidikan pada umumnya. Guru hendaknya mampu memberikan
pengetahuan, sikap dan perilaku dan keterampilan melalui strategi dan pola
pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan abad 21. Guru
sebagai pendidik professional diharapkan selalu memiliki mindset terbuka serta
terus mengembangkan diri, sebagai upaya mempersiapkan peserta didik agar
mampu bersaing dalam kehidupan masyarakat global jelas membutuhkan upaya
yang tidak sederhana. Dibutuhkan keinginan, motivasi dan tantangan untuk terus
berinovasi serta meng up date setiap kompetensi yang dimilikinya. Guru
professional selalu menggunakan cara-cara kreatif dan inovatif dalam
menyampaikan setiap pengetahuan, keterampilan bahkan sikap kepada siswa,
termasuk kreativitas dalam menggunakan media pembelajaran. Karakteritik
pembelajaran yang efektif dapat dicapai jika guru memiliki ide kreatif dan inovatif
dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, bermakna dan menyenangkan
(meaningfull learning and joyfull learning).
Hosnan (2014; 2) menjelaskan bahwa dalam konteks pembelajaran dan
keterampilan abad 21, yang senada dengan paradigma perkembangan kurikulum
2013 utamanya melalui pendekatan saintifik dan kontekstual, siswa diharapkan

13
memiliki kompetensi seimbang antara attitude (sikap), skill (keterampilan), dan
knowledge (pengetahuan) yang jauh lebih baik dari sebelumnya, disamping itu
hasil belajarpun diharapkan melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif dan
afektif melalui penguatan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi. Tentu saja untuk menyikapi hal tersebut, bukan tanpa tantangan bagi
guru dalam mengimplementasikanya. Abidin (2014: 27-29) menjelaskan, minimal
ada tujuh tantangan besar bagi guru, dalam mengimplementasikan pembelajaran
dalam konteks keterampilan abad 21. Ketujuh tantangan tersebut antara lain
bahwa dalam kegiatan pembelajaranya, guru hendaknya berorientasi pada; 1)
konstruksi makna, 2) pembelajaran aktif, 3) akuntabilitas, 4) penggunaan
tekhnologi, 5) peningkatan kompetensi, 6) kepastian pilihan, dan 7) masyarakat
multikultur. (Arends, 2009; 7, dalam Abidin, 2014; 27).
 Tantangan pertama bagi guru dalam mengimplementasikan pembelajaran
adalah bahwa guru harus memfasilitasi siswa, agar mampu
mengkonstruksi makna. Hal ini berarti konsep pembelajaran berbasis guru
harus ditinggalkan. Guru harus mampu menyelenggarakan pendidikan
dengan beroirientasi pada aktivitas siswa atau student centre, dalam
menemukan dan menetapkan makna secara mandiri. Sehingga proses
pembelajaran, akan mampu membentuk kemampuan berfikir tinggi pada
diri siswa. Pandangan ini sejalan dengan perpektif konstruktivisme yang
beranggapan bahwa; pengetahuan bersifat agar personal, sehingga
maknanya dapat dikontruksikan oleh siswa melalui pengalaman. Oleh
sebab itu, belajar harus dimaknai sebagai kegiatan sosial dan kultural
tempat siswa mengkonstruksi makna yang dipengaruhi oleh interaksi
antara pengetahuan sebelumnya dan peristiwa yang baru terjadi. Belajar
seharusnya difokuskan bukan pada bagaimana individu berusaha
memahami sebuah fenomena, akan tetapi juga pada peran social siswa
dalam pembelajaran.
 Tantangan kedua adalah bahwa guru harus melaksanakan pembelajaran
dengan menetapkan model pembelajaran aktif, berbasis proses saintifik
sebagai model pembelajaran utama yang digunakan. Dalam perspektif ini,

14
belajar dianggap bukan sebagai siswa-siswa secara pasif menerima
informasi dari guru. Melainkan siswa yang terlibat aktif didalam
pengelaman yang relevan dan memiliki kesempatan untuk meneliti,
bertanya dan berkarya, sehingga makna dapat berkembang dan
dikonstruksikan. Belajar berlangsung bukan di dalam kelas-kelas yang
pasif tetapi di dalam komunitas, yang ditandai oleh partisipasi dan
keterlibataan yang tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran yang
dilaksanakan membutuhkan perubahan drastis pada perilaku guru. Dalam
hal ini, guru harus benar-benar menguasi dan menerapkan berbagai
metode pembelajaran aktif.
 Tantangan ketiga adalah bahwa guru harus memiliki akuntabilitas yang
jelas. Maksud hal tersebut bahwa seorang guru haruslah benar-benar orang
yang memiliki kapabilitas di bidangnya. Tingkat kapabilitas ini, sangat
banyak dinyatakan dalam bentuk kepemilikian sertifikat profesi sebagai
seorang guru. Dimasa yang akan datang, bukti kapabilitas guru tidak akan
sebatas dimilikinya setifikasi guru, melainkan unjuk kerja langsung
pengetahuan dan kemampuan mereka tentang pedagogik, kompetensi
profesionalisme konten mata pelajaran yang akan diajarkan, serta
kemampuan melaksanakan pembelajaran.
Dibeberapa Negara, untuk menjadi guru telah ditetapkan sejumlah
persayaratan, antara lain; 1) kemampuan menggunakan berbagai strategi
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan
problem solving, 2) menguasai teknologi pendidikan, 3) keterampilan
manajemen kelas, 4) terampil melaksanakan penelitian tentang praktek
efektif, dan 5) mendemonstrasikan kompetensi pengetahuan yang
dibutuhkan serta potensi yang akseptable. Kenyataan tersebut akan
menyebabkan dimasa mendatang Indonesia pun, untuk menjadi seorang
guru harus menguasai berbagai dasar pengetahuan baik akademik,
pedagogik, maupun kultural.
 Tantangan keempat bagi guru mendatang akan keharusan menguasai
tekhnologi. Sejalan dengan perkembangan iptek yang semakin pesat, saat

15
ini komputerisasi dan jaringan internet telah menjadi bagian dari media
pembelajaran yang penting. Perubahan paradigma masyarakat dari agraris
menuju masyarakat industri, memang mengharuskan penerapan teknologi
pendidikan dalam proses pembelajaran. Kenyataan ini akan berdampak
pada keharusan guru terampil menguasai teknologi pembelajaran,
sehingga akan mampu mengembangkan potensi siswa sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, dimasa yang akan datang,
seleksi guru pastilah akan memprasyaratkan kemampuan penggunaan
teknologi ini, sehingga guru dan atau calon guru yang belum “melek”
teknologi lama kelamaan akan terpinggirkan dari tuntutan lapangan
profesinya.
 Tantangan kelima adalah bahwa guru harus mampu melaksanakan
pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa. Kompetensi dalam
hal ini adalah kompetensi yang sesungguhnya mengedepankan hanya pada
pengetahuan tingkat hafalan saja. Akan tetapi kompetensi yang
mengharuskan guru mengenali betul karakteristik siswa, sehingga ia tidak
hanya mengembangkan IQ siswa sebagai indikator tunggal kemampuan
siswa, melainkan jauh lebih penting meningkatkan kreativitas siswa dalam
lingkup kompetensi yang lebih komprehensif atau dengan konsep yang
lebih popular biasa disebut kecerdasan majemuk “multiple intelegent”.
 Tantangan keenam bagi guru dimasa depan adalah keharusanya
menentukan kepastian pilihan. Maksudnya adalah semakin besar perhatian
pemerintah terhadap kesejahteraan dan kualitas guru, maka akan semakin
tinggi pula tuntutan terhadap guru profesional. Berkaitan dengan hal
tersebut, hanya guru yang benar-benar berkualitaslah yang jelas memiliki
pilihan untuk bertahan sesuai dengan menjadikan guru sebagai profesinya.
Sedangkan sebaliknya, guru yang kurang berkualitas atau kurang
berkompeten akan terombang-ambing dalam ketidakpastian dan selalu
risau menghadapi tantangan sekaligus tuntutan yang dipersyaratkan
terhadap guru sebagai pendidik professional.

16
 Tantangan terakhir adalah dengan diberlakukanya globalisasi pendidikan
di Indonesia, guru harus mampu mengajar dalam situasi masyarakat yang
multikultural. Saat ini saja, di Indoensia telah memiliki berbagai macam
budaya, sehingga populasi siswapun semakin heterogen. Dampaknya,
muncul banyak keluhan dari guru yang mengalami kesulitan ketika
mengajar dengan siswa beragam budaya Indonesia, apalagi jika
dihadapkan pada siswa yang memiliki latar belakang multi budaya secara
internasional.
Selain dari faktor guru, faktor lainya yang menjadi tantangan pembelajaran
dalam konteks keterampilan abad 21 dan implementasi kurikulum 2013 adalah
waktu pembelajaran, sarana dan prasarana, bahan ajar, aspek penilaian sampai
pada strategi pembelajaran. Yang kesemua unsur-unsur tersebut harus benar-benar
dipersiapkan, agar pembelajaran yang diorientasikan pada keterampilan dan
pengetahuan abad 21 bukan sekedar teoritis, akan tetapi perubahan mulai dari pola
pikir “mindset”, tataran konsep dan administrasi sampai tataran impelentasi
menjadi nyata dan dilaksanakan oleh seluruh stakeholder pendidikan baik
pemerintah, akademisi maupun guru disekolah.

17
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari penyusunan makalah ini, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Secara lebih terperinci, berikut keterampilan belajar yang hendaknya dapat
dikembangkan pembelajaran dalam konteks mempersiapkan tantangan
kehidupan pada abad 21 yaitu critical thinking and problem solving
(berfikir kritis dan pemecahan masalah), creativity and innovation (kreatif
dan inovatif), collaboration, teamwork, and leadership (kolaborasi,
kerjasama tim dan kepemimpinan), cross-cultural understanding,
communications, information, and media literacy (pemahaman lintas
budaya dan keilmuan, informasi dan kecerdasan dalam memanfaatkan
media), computing and ICT literacy (computer dan Pemanfaatan ICT)
serta career and learning self-reliance (berorientasi menunjang karir dan
belajar tentang kepercayaan diri).
2. Jennifer Nichols menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip pokok
pembelajaran abad ke 21 yang dijelaskan dan dikembangkan yaitu
Instruction should be student-centered yaitu pengembangan pembelajaran
seyogyanya menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa, Education should be collaborative yaitu peserta didik harus
dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain, Learning should
have context yaitu pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak
memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah serta Schools
should be integrated with society yaitu dalam upaya mempersiapkan siswa
menjadi warga Negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat
memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya.
3. Ada beberapa model pembelajaran yang layak untuk diaplikasikan dalam
pembelajaran abad 21. Namun yang paling populer dan banyak di
implementasikan adalan model Pembelajaran PjBL (Project Based
Learning) yaitu merupakan model belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan

18
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara
nyata dan Inquiry Based Learning adalah suatu pendekatan yang
digunakan dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari
pengetahuan (informasi), atau mempelajari suatu gejala.
4. Abidin (2014: 27-29) menjelaskan, minimal ada tujuh tantangan besar bagi
guru, dalam mengimplementasikan pembelajaran dalam konteks
keterampilan abad 21. Ketujuh tantangan tersebut antara lain bahwa dalam
kegiatan pembelajaranya, guru hendaknya berorientasi pada; 1) konstruksi
makna, 2) pembelajaran aktif, 3) akuntabilitas, 4) penggunaan tekhnologi,
5) peningkatan kompetensi, 6) kepastian pilihan, dan 7) masyarakat
multikultur.

19
DAFTARPUSTAKA
Abidin, Y (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Griffin Patrick, Mcgaw Barry, Esther Care. Ed (2012). Assesment and Teaching
of 21st Century Skill. New York; Springer.

Hosnan, M (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam pembelajaran


Abad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor. Ghalia
Indonesia.
Kemendikbud (2017). Implementasi Pengembangan Kecakapan Abad 21 dalam
Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan: Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai