Anda di halaman 1dari 60

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Seni Tari Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Sekayu
Tahun Pelajaran 2021-2022

Oleh :

NIDIA PUTRI UTAMI,S.Pd.

PEMERINTAH PROVISI SUMATERA SELATAN


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK NEGERI 2 SEKAYU
TAHUN 2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Seni Tari Siswa Kelas X SMK Negeri 2
SekayuTahun Pelajaran 2021-2022

Oleh :

Nidia Putri Utami,S.Pd

Laporan PTK ini Telah Diperiksa dan Disyahkan untuk Dipresentasikan Pada
Kegiatan Pembinaan Sekolah

Mengetahui :

Kepala Sekolah

SMK Negeri 2 Sekayu

M.SAN PRIANTO,S.Pd.,M.Si
PEMBINA TK I
NIP: 19650406 1991 031 012

ii
ABSTRAK

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Seni Tari Siswa Kelas X
SMK Negeri 2 Sekayu Tahun Pelajaran 2021-2022
Oleh :

Nidia Putri Utami,S.Pd

Model Pembelajaran Kooperatif merupakan sebuah konsep kegiatan pembelajaran


yang membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran Seni Budaya
pada materi Seni Tari yang diajarkan dengan berusaha memaksimalkan peran aktif
siswa terutama pengetahuan yang dimilikinya dan bagaimana penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru
ke siswa. Kualitas pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini adalah untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar Seni Budaya materi Seni Tari pada siswa kelas X SMK
Negeri 2 Sekayu Tahun Pelajaran 2021-2022.
Dalam penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini dilakukan dalam 2 siklus, dari hasil
tindakan yang dilakukan terbukti dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa
secara klasikal yaitu pada siklus I sebesar 61%, dapat meningkat menjadi 95% pada
siklus II.
Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan
ketuntasan mencapai 95%.

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan PTK
ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap
terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya,
sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.

Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampa ikan


bahwa PTK ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan
bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua
pihak yang telah membantu.

Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan


kema mpuan dalam menyusun PTK ini, maka diharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan laporan
PTK ini. Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diripeneliti khususnya.

Sekayu, September 2021

Penulis

Nidia Putri Utami,S.Pd

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK
KATA PENGATAR
BAB I PENDAHULAN
Latar Belakang
1.1 Rumusan Masalah
1.2 Tujuan Penelitian
1.3 Manfaat Penelitian
A. BAB II KAJIAN PUSTAKALandasan Teori
1. Pengertian Hasil Belajar
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
3. Seni Budaya
4. Seni Tari
5. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
B. Kerangka Berpikir
BAB III METODE PENELITIAN
1. Setting Penelitian
2. Subjek Penelitian
3. Tempat Penelitian
4. Waktu Penelitian
C. Prosedur Penelitian
1. Siklus I
D. Siklus II
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
2. Sumber Data
1. Teknik Analisis Data
2. Data Aktivitas Guru
F. Data Aktivitas SiswaIndikator Keberhasilan .

5
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil PenelitianSiklus I
Siklus II Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanSaran

6
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia bisa dikatakan masih belum merata, masih

banyak terdapat daerah-daerah yang belum terjangkau oleh pendidikasehingga

sumber daya manusianya juga masih jauh terbelakang. Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1

pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif menggembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinyamasyarakat, bangsa dan negara .

Mutu pendidikan diharapkan dapat berkualitas, akan tetapi fenomena yang

dialami saat ini pendidikan masih belum mampu menunjang kualitas pendidikan.

Meskipun usaha dalam memperbaikan pendidikan sudah mulai meningkat dengan

dibangunnya sekolah-sekolah untuk menunjang pendidikan. Demikian juga

banyak orang berprofesi sebagai tenaga pengajar.

Guru adalah ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidika dilapangan serta

merupakan faktor penting dalam mewujudkan system pendidikan yang bermutu

dan efisien, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sangat

penting untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Guru sebagai tenaga pengajar semestinya mampu mentransformasika

ilmunya kepada anak didik, akan tetapi fenomena selama ini yang terjadi sangat

jauh berbeda, dimana guru dalam mengajar masih sangat monoton dan terpaku

pada buku, sehingga suasana seperti itu sangat membosankan bagi anak didik.

Anak didik menjadi acuh tak acuh dalam mengikuti pembelajaran. Untuk

7
memperbaiki mutu pendidikan, guru dituntu lebih kreatif dalam menyampaikan

pembelajaran sehingga mampu menciptakan inovasi-inovasi baru.

Pengajaran bahasa hendaklah menarik perhatian dan disesuaikan dengan

taraf perkembangan dan kemampuan peserta didik. Guru harus bisa membuat

peserta didik tertarik untuk mengikuti kelas Seni Budaya,terutama Seni Tari

yang bisa dikatakan termasuk pelajaran yang masih menjadi momok bagi

peserta didik. Selama ini, di tempat peneliti, mengajar, peneliti menemukan

siswa seperti pada sekolah lainnya juga kesulitan dalam belajar Seni Tari. Hasil

Penilaian Seni Tari yang dilakukan baik lewat penilaian tengah semester

ataupun PAS dan PAT selalu rendah, sangat sedikit siswa yang bisa mencapai

nilai KKM.Hal ini tentu saja menjadi masalah dalam pembelajaran sekaligus

menjadi tantangan buat peneliti yang juga sebagai pengajar Seni Tari.Perlu

usaha dan inovasi dari peneliti untuk menyelesaikan permasalahan

pembelajaran yang ditemukan.

Salah satu upaya dalam menyelesaikan permasalahan dalam

pembelajaran biasanya merubah model pembelajaran.Model pembelajaran

yang digunakan yaitu model pembelajaran Kooperatif .Model pembelajaran

Kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan

aktifitas siswa, interaksi, penguasaan siswa terhadap materi. Pembelajan

interaktif kelompok muncul siswa akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan temannya.

Penggunaan model Kooperatif untuk mengajar mempunyai tujuan agar siswwa

mampu bekerja sama dengan teman lainnya dalam mencapai tujuan Bersama.

8
Diharapkan dengan model pembelajaran Kooperatif, dapat meningkatkan

keaktifan siswa di kelas selama proses pembelajaran berlangsung pemikiran

tersebut dapat dikembangkan dengan baik, bertanggung jawab dalam kerja

sama dan memperoleh hasil yang baik, khususnya pada mata pelajaran seni

tari.

Berkaitan dengan pembelajaran Kooperatif peneliti sangat tertarik untuk

menelaah masalah ini dan akan mengadakan penelitian lebih lanjut dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Seni Budaya Khususnya Seni Tari Siswa Kelas X SMK Negeri 2

Sekayu Tahun Pelajaran 2021-2022”.

A. RUMUSAN MASALAH

Mengacu pada latar belakang yang sudah diuraiakan di atas, maka

dalam penelitian Tindakan kelas ini diajukan rumusan masalah yang diajukan

dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan model pembelajaran

Kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar Seni Budaya Khususnya Seni Tari

Siswa Kelas SMK Negeri 2 Sekayu Tahun Pelajaran 2021-2022.

B. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian diatas,

maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Penerapan

model pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar Seni Budaya

Khususnya Seni Tari Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Sekayu Tahun Pelajaran

2020-202.

9
C. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan bagi penelitian selanjutnya mengenai penerapan metode

pembelajaran Kooperatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam

rangka mengembangkan profesionalisme nya sebagai guru. Disamping

itu sekaligus untuk peningkatan jabatan karir

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran guru sebagai

fasilitator yang baik, memberi wawasan dan keterampilan pembelajaran

agar dapat meningkatan hasil belajar siswa khususnya dengan

menggunakan metode pembelajaran Kooperatif

b. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar siswa dalam suasana pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan.

10
c. Bagi Pihak Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk


mengadakan variasi metode pembelajaran dalam meningkatkan hasil
belajarsiswa.

11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Hasil Belajar

Kemampuan yang dimiliki siswa berbeda-beda setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Menurut Bloom (dalam Suprijono 2013:6) hasil

belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Kemampuan

kognitif terdiri dari knowledge (pengetahuan, ingatan); comprehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh); application (menerapkan);

analysis (menguraikan, menentukan hubungan); synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan); dan evaluating (menilai). Kemapuan

afektif terdiri dari receiving (sikap menerima); responding (memberikan

respon); valuing (nilai); organization (organisasi); characterization

(karakterisasi). Kemampuan psikomotor meliputi initiatory, pre-rountie, dan

rountinized.

Menurut Suprijono (2013:7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Menurut

Jihad dan Haris (2012:14) hasil belajar merupakan pencapaian bentuk

perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan

psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

12
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa

memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting

dalam proses pembelajaran. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan

pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui

sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut. Menurut

Hamalik (2004: 31) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengetahuan-pengetahuan, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) “hasil belajar merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”. Menurut

Hamalik (2004: 49) “mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan

yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai

dengan tujuan pendidikan yang

ditetapkan”. Sedangkan, Winkel (2009) mengemukakan bahwa “hasil

belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang”.

Hasil belajar merupakan pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau proses

belajar yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat

yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada

periode tertentu. Menurut “Susanto (2013: 5) perubahan yang terjadi

pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor sebagai hasil dari belajar”.

13
Pengertian tentang hasil belajar dipertegas oleh Nawawi (dalam Susanto, 2013:

5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat

keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang

dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi

pelajaran tertentu.

Menurut Sudjana (2009: 3) “mendefinisikan hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor”.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut

melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang

telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif maupun

psikomotor, yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu yang berasal

dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa.

Menurut Caroll (dalam Sudjana 2009:40) terdapat lima faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: (1) bakat siswa; (2) waktu yang

tersedia bagi siswa; (3) waktu yang diperlukan guru untuk menjelaskan materi;

(4) kualitas pengajaran; dan (5) kemampuan siswa.

Sementara menurut Munadi dalam Rusman. T (2013: 124) faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan

14
faktor psikologis. Sementara faktor eksternal meliputi faktor lingkungan

dan faktor instrumental.

Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:

Faktor internal terdiri dari:

a. Faktor jasmaniah

b. Faktor psikologis

Faktor eksternal terdiri dari:

a. Faktor keluarga

b. aktor sekolah

c. Faktor masyarakat

Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta

didik yaitu:

Faktor internal meliputi:

a. Aspek fisiologis

b. Aspek psikologis

Faktor eksternal meliputi:

a. Faktor lingkungan sosial

b. Faktor lingkungan nonsosial

Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain:

1. Faktor internal yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar

peserta didik misalnya faktor lingkungan.

15
3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan mempelajari

materi-materi pembelajaran.

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya faktor jasmani dan rohani

siswa, hal ini berkaitan dengan masalah kesehatan siswa baik kondisi fisiknya

secara umum, sedangkan faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi. Hasil

belajar siswa di madrasah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 %

dipengaruhi oleh lingkungan.

Menurut Chalijah Hasan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas

belajar antara lain:

1. Faktor yang terjadi pada diri organisme itu sendiri disebut dengan faktor

individual adalah faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan,

motivasi dan faktor pribadi.

2. Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut dengan faktor sosial, faktor

keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang

digunakan atau media pengajaran yang digunakan dalam proses

pembelajaran, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi

sosial.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa secara garis

besar terbagi dua bagian, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal siswa

1. Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serta

kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.

16
2. Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan

kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan,

berpikir dan kemampuan dasar pengetahuan yang dimiliki.

Faktor-faktor eksternal siswa

1. Faktor lingkungan siswa.

Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama, faktor lingkungan alam atau non sosial

seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, sore, malam),

letak madrasah, dan sebagainya. Kedua, faktor lingkungan sosial seperti

manusia dan budayanya.

2. Faktor instrumental

Yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung atau sarana

fisik kelas, sarana atau alat pembelajaran, media pembelajaran, guru, dan

kurikulum atau materi pelajaran serta strategi pembelajaran.

Tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi banyak faktor-faktor

yang ada, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut

sangat mempengaruhi upaya pencapaian hasil belajar siswa dan dapat

mendukung terselenggaranya kegiatan proses pembelajaran, sehingga dapat

tercapai tujuan pembelajaran.

Manfaat Hasil Belajar

Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku seseorang yang

mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti suatu

proses belajar mengajar tertentu. Pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil

apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa merupakan akibat dari

proses belajar mengajar yang dialaminya yaitu proses yang ditempuhnya melalui

17
program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses

pengajarannya. Berdasarkan hasil belajar siswa, dapat diketahui kemampuan dan

perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan.

Hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih baik,

sehingga bermanfaat untuk: (a) menambah pengetahuan, (b) lebih memahami

sesuatu yang belum dMatematikahami sebelumnya, (c) lebih mengembangkan

keterampilannya, (d) memiliki pandangan yang baru atas sesuatu hal, (e) lebih

menghargai sesuatu darMatematikada sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa

istilah hasil belajar merupakan perubahan dari siswa sehingga terdapat

perubahan dari segi pegetahuan, sikap, dan keterampilan.

Jenis-Jenis Hasil Belajar

Menurut Susanto (2014:5) hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi

pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana, hasil belajar diartikan

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran.

Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono

2013:5) hasil belajar berupa:

1. Informasi Verbal

Kemampuan mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan

maupun tulisan. Kemampuan secara spesfik terhadap angsangan spesifik,

kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah

maupun penerapan aturan.

18
2. KeterampilanIntelektual

Kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan


intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis
fakta- konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan
intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif yang bersifat
khas.

19
3. Strategi Kognitif

Kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri,

kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan

masalah.

4. Keterampilan Motorik

Kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan

koordinasi.

5. Sikap

Kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap

objek tersebut. Sikap berupa kemampuan internalisasi dan eksternalisasi nilai-

nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar

perilaku.

Kingsley (dalam Sudjana 2009:45) membagi tiga macam hasil belajar yait

u: (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; (3) sikap dan

cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar,yakni: (1)

informasi verbal; (2) keterampilan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap;

dan (5) keterampilan motoris.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang

mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diukur melalui alat

20
evaluasi baik proses maupun hasil. Hasil belajar siswa digunakan oleh guru

untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

3. Seni Budaya

Ki Hajar Dewantara dalam Setiadi (2004:3) menyatakan bahwa

“seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari perasaannya yang bersifat

indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. Seni

merupakan ungkapan rasa keindahan manusian yang ditimbulkan oleh

adanya pemikiran dan perbuatan manusia terhadap

lingkungannya”.(Padmodarmaya, 1990:1).

Selanjutnya Sardono (dalam Sartono, 2007:1) menyatakan “seni

adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh berkembang sejajar

dengan perkembangan manusia selaku pengubah dan penikmat seni”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seni adalah ungkapan

perasaan jiwa manusia yang berkembang dalam pemikiran dan perbuatan

dan tercipta lah suatu seni yang indah dan dapat dinikmati.

“Budaya adalah keseluruhan system gagasan/Tindakan dan hasil

karya manusia dengan cara belajar. Budaya atau kebudayaan berasal dari

Bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamk dari

buddhi ( budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal, yang berkaitan dengan

budi dan akal manusia”. (Koentjaningrat dalam Mujianto, dkk, 2010:1).

Sedangkan daam Bahasa inggris, “kebudayaan disebut culture, yang berasal

dari kata latin Colore, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga

sebagai mengolah tanah atau Bertani. Kata Culture juga kadang

21
diterjemahkan sebagai “kultur” dalam Bahasa Indonesia”. (Mujianto, dkk,

2010:1)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka seni budaya adalah nilai

keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi jiwa manusia akan

keindahan yang dapat dinikmati dengan mata atau telinga dari bentuk corak

kultur yang disajikan.

Depdiknas (2003:2) menyatakan bahwa mata pelajaran Pendidikan

seni memiliki fungsi mengembangkan kepekaan rasa, kreatifitas dan cita

rasa estestis siswa dalam berkesenian, mengembangkan etika, kesadaran

social dan kesadaran kultural siswa dalam kehidupan bermasyarakat, serta

rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka mata pelajaran seni

budaya adalah mempelajari dan mengembangkan culture budaya dan

tentang keindahan(estetika) yang berasal dari ekspresi jiwa manusia yang

menurut kepekaan rasa, kreatifitas, cita rasa, etika, dan kesadaran cultural

siswa terhadap kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam.

4. Seni Tari

Pada dasarnya, seni tari adalah suatu gerakan semua bagian tubuh

atau hanya sebagian saja yang dilakukan dengan ritmis serta pada waktu

tertentu untuk mengungkap pikiran, perasaan, dan tujuan dengan iringan

musik atau tanpa iringan musik. Dalam hal ini, penari yang menggunakan

iringan musik, maka gerakannya akan mengikuti irama dari musik yang

dibawakan. Dengan kata lain, pengiring penari yang memainkan musik akan

22
mengatur setiap gerakan penari supaya makna dan tujuan dari tarian yang

dibawakan tersampaikan kepada penonton tari-tarian.

Gerakan-gerakan yang ada di dalam seni tari berbeda dengan gerakan yang

dilakukan setiap hari, seperti berjalan, berlari, dan sebagainya. Gerakan

pada seni tari ini bisa dikatakan sebagai gerakan yang yang sangat elastis

ekspresif. Selain itu, pada seni tari, setiap gerakannya juga berpola sangat

ritmis.

Setiap gerakan seni tari ini merupakan gerakan-gerakan kombinasi yang

berasal dari unsur-unsur tari itu sendiri. Unsur tari terbagi menjadi tiga yaitu,

unsur wiraga (raga), unsur wirama (irama), dan unsur wirasa (rasa). Oleh

sebab itu, ketika kita sedang menonton dan menikmati suatu tarian yang

dibawakan oleh seorang penari atau sekelompok penari pasti akan

merasakan sebuah “rasa” atau “makna” melalui gerakan-gerakan yang

beririama yang dibawakan oleh penari.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seni tari adalah seni yang

mengenai tari-menari (gerak-gerik yang berirama). Sementara itu, tari

dalam KBBI berarti gerakan badan (tangan dan sebagainya) yang berirama,

biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dan sebagainya). Dari

kedua pengertian seni tari dan tari dapat disimpulkan bahwa unsur tari

adalah gerakan itu sendiri.

5. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Stahl (dalam Ismail (200adalah:


23
1) belajar dengan teman,

2) tatap muka dengan teman,

3) mendengarkan antar anggota,

4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok,

5) belajar dalam kelompok kecil,

6) produktif berbicara atau mengemukakan pendapat/gagasan,

7) siswa membuat keputusan, dan

8) siswa aktif.

Sedangkan menurut Johnson (1984) belajar kooperatif mempunyai ciri ciri:

1) saling ketergantungan yang positif,

2) dapat dipertanggungjawabkan secara individu,

3) heterogin,

4) berbagi kepepimpinan,

5) berbagi tanggungjawab,

6) ditekankan pada tugas dan kebersamaan,

7) mempunyai keterampilan dalam berhubungan sosial,

8) guru mengamati, dan

9) efektivitas tergantung pada kelompok.

Dengan demikian di dalam pembelajaran kooperatif haruslah terjadi aktivitas

sebagai berikut:

1. siswa belajar dalam kelompok, produktif

mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan

secara bersama,

24
2. kelompok terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang, dan rendah,

3. jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras,

suku, agama, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka

diupayakan agar dalam setiap kelompok pun terdapat terdapat ras,

suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula, dan

4. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok

darMatematikada kerja perorangan.

Aktivitas dalam model pembelajaran kooperatif dimulai dengan membagi

siswa menjadi kelompok-kelompok kecil 3 – 5 siswa per kelompok. Setiap

siswa ditempatkan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga antara anggota

kelompok dapat belajar dan berdiskusi dengan baik tanpa mengganggu

kelompok yang lain. Guru membagi materi pelajaran, baik berupa lembar kerja

siswa, buku, atau penugasan. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan pengarahan tentang materi

yang harus dipelajari dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan.

siswa secara sindiri-sendiri mempelajari materi pelajaran, dan jika ada

kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-temannya dalam kelompok.

Untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan, setiap siswa dalam kelompok ikut bertanggungjawab secara

bersama, yakni dengan cara berdiskusi, saling tukar ide/gagasan, pengetahuan

dan pengalaman, demi tercapainya tujuan pembelajaran secara bersama-

bersama.

25
B. Kerangka Berfikir

Berikut ini merupakan bagan yang menjadi kerangka berfikir pada

penelitian kelas ini.

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir

1. Hasil belajar mata pelajaran


Seni tari sangat rendah.
2. Siswa kurang termotivasi untuk
belajar.
3. Siswa kurang memperhatikan
KONDISI AWAL guru pada saat menjelaskan
materi pembelajaran.
4. Siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran.
5. Guru belum menggunakan
metode yang bervariasi.

1. Siswa aktif dan termotivasi


dalam kegiatan pembelajaran.
2. Guru menggunakan metode
KONDISI pembelajaran yang tepat sesuai
IDEAL/HARAPAN materi yang akan diajarkan.
3. Kemampuan memahami materi
pembelajaran siswa meningkat.

Penerapan model pembelajaran kerja


TINDAKAN
kelompok

Guru melaksanakan kegiatan pembe-


lajaran dengan menggunakan model
PROSES
pembelajaran kerja kelompok dalam
tahapan siklus-siklus.

Hasil belajar siswa mata pelajaran


seni tari dapat meningkat setelah
2 menggunakan model pembelajaran
6
kerja kelompok.
KONDISI AKHIR

BAB III

METODE PENELITIAN

A. SettingPenelitian

1. Subyek Penelitian.

Subyek penelitian adalah siswa kelas x SMK Negeri 2 Sekayu kabupaten

Musi Banyuasin tahun pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 15 siswa dan terdiri

atas 5 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan dengan usia rata-rata 16 tahun.

Lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Daftar Nama Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Sekayu Tahun Pelajaran

2021/2022

No. Nama Siswa L/P Keterangan


1. AHMAD ADI SAPUTRA L
2. DESMI DWI ANJELI P
3. DUDI APRIANSYAH L
4. IMAM SAMUDRA L
5. JULIKA NIZMI P
6. NOVIN RAFLES L
7. RASYAH ADITYA PUTRA L
8. RESA LESTARI P
9. SELPIANA P
10. SISKA P
11. TIARA EKA PRATIWI P
12. TEGUH WAHYU LESTARI P
13. WULAN AGUSTIN P
14. PUTRI TRI REZKI P
15. YUNIZA SAPITRI P

27
Mayoritas dari siswa kelas X ini berasal dari keluarga petani karet dan

berdagang. Keseluruhan siswa kelas X ini tidak ada yang mengalami kelainan

fisik maupun mental, namun demikian ada beberapa siswa mengalami lamban

belajar. Tempat tinggal para siswa kelas X rata-rata jauh dari sekolah.

Pada tahun pelajaran 2021/2022 ini, X SMK Negeri 2 Sekau memiliki

789 siswa mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII, dan memiliki tenaga

pendidik sebanyak 35 orang dan tenaga kependidikan/tata usaha

/perpus/penjaga sekolah sebanyak 10 orang. Tenaga pendidik terdiri dari 1

orang kepala sekolah, tenaga pendidik 35 orang guru mata pelajaran. Dari 16

orang tenaga pendidik, 25 orang di antaranya pegawai negeri sipil (PNS) dan

10 orang lainnya sebagai Guru Tidak Tetap (GTT) sedangkan tata

usaha/operator 1 orang adalah pegawai tidak tetap/non PNS, 2 orang tenaga

perpustakaan, serta 2 orang penjaga/tukang kebun ditambah 1 orang petugas

keamanan/Satpam sekolah dengan status masing-masing non PNS juga.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X SMK Negeri 2 Sekayu

kabupaten Musi Banyuasin yang merupakan tempat tugas peneliti di mana

sekolah ini berada di jalan muara teladan kecamatan sekayu kabupaten Musi

Banyuasin.

28
3. Waktu Penelitian.

29
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus, dengan

setiap siklusnya dilaksanakan 2 kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan

selama kurang lebih tiga bulan, yaitu mulai Bulan September sampai dengan

November 2021, dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:

Tabel : 3.2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Nama Bulan / Pekan ke ...


No Jenis Kegiatan September Oktober 2021 November
2021 2021
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Persiapan
Menyusun Proposal x x x
Penelitian
Menyiapkan RPP
dan perlengkapan x x
Lainnya
Menyiapkan instru-
men observasi, tes x x
hasil belajar
2. Pelaksanaan
Melakukan tindakan
x
pada siklus 1
Melakukan observasi x
pada siklus 1
Melakukan evaluasi
x
pada Siklus 1
Melakukan analisis
dan refleksi hasil sik-
x
lus 1 menuju rencana
siklus 2
Melakukan tindakan
x
pada siklus 2
Melakukan observasi
x
pada siklus 2
Melakukan evaluasi
x
pada Siklus 2
Melakukan analisis
x
hasil siklus 2
3. Menyusun Laporan x x x x x

30
31
B. Prosedur Penelitian

Tabel : 3.3. Model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai

berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

(Suharsimi Arikunto,2008: 16)

Secara rinci prosedur penelitian tiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini, kegiatan yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah :

1) Peneliti menjelaskan kepada observer tentang apa saja yang akan diobservasi dan

memberitahukan bahwa peneliti akan melaksanakan pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas X SMK Negeri 2

Sekayu.

2) Menyusun atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan

dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

3) Menyusun lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa dan guru selama

pembelajaran berlangsung.

4) Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD) atau menyiapkan soal kerja
kelompok.

5) Menyusun tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda untuk mengetahui hasil

belajar siswa.
32
b. Pelaksanaan Tindakan

 Kegiatan Awal ( 15 menit )

- Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa untuk mengikuti proses belajar

mengajar.

- Apersepsi.

Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang mengarah pada materi inti yang

akan disampaikan.

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai

siswa.

- Guru menyampaikan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa selama

proses pembelajaran berlangsung guna mencapai tujuan dan kompetensi

yang sudah disampaikan sebelumnya.

 Kegiatan Inti ( 60 menit )

Eksplorasi

- Guru menjelaskan materi inti tentang keunikan gerak tari kreasi dan

memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya tentang

kejelasan materi yang disampaikan guru.

- Guru menampilkan salah satu tari kreasi daerah untuk di identifikasi unsur

pendukungnya.

- Guru mempersilahkan siswa untuk menyampaikan hasil identifikasi

keunikan tari kreasi yang di sajikan.

- Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanggapi hasil pekerjaan

temannya.

- Guru memberi penguatan hasil identifikasi siswa.

Elaborasi

- Guru membagi siswa menjadi empat kelompok.

- Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dikerjakan secara

berkelompok.

33
- Guru membagikan LKPD kepada masing-masing kelompok.

- Secara berkelompok siswa menganalisis unsur pendukung tari kreasi yang

disajikan.

- Guru membimbing dan menilai proses kerja kelompok yang sedang

dilakukan siswa

Konfirmasi

- Setelah semua kelompok selesai melakukan kerja kelompok, maka secara

bergiliran salah seorang wakil dari masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

- Kelompok yang lain menanggapinya.

- Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

masing-masing, guru dan siswa menyimpulkan hasil akhir dari kerja masing-

masing kelompok.

 Kegiatan Akhir/Penutup ( 15 menit )

- Guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran yang baru saja disajikan.

- Melakukan evaluasi.

- Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang

berlangsung hari ini.

- Melakukan tindak lanjut dengan memberikan tugas terkait pembelajaran.

- Menutup pelajaran.

c. Observasi dan Evaluasi

Selama pelaksanaan tindakan, diadakan observasi yang dilakukan secara kontinu

setiap kali pembelajaran berlangsung dengan mengamati kegiatan guru dan aktivitas

siswa. Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes berupa pilihan ganda. Tes ini

dikerjakan secara individu selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit).

34
d. Refleksi

35
Refleksi dilakukan pada akhir siklus, pada tahap ini peneliti sebagai pengajar

bersama guru yang bertindak sebagai observer mengkaji hasil yang diperoleh dari

pemberian tindakan pada tiap siklus. Hal ini dilakukan dengan melihat data hasil

evaluasi yang dicapai siswa pada siklus I, jika refleksi menunjukkan bahwa pada

tindakan siklus I memperoleh hasil yang tidak optimal yaitu tidak tercapai ketuntasan

belajar ≥ 85% dari siswa yang memperoleh nilai  KKM, maka dilanjutkan siklus

berikutnya. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta

menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya.

2. Siklus II

Prosedur pada siklus kedua dan seterusnya pada dasarnya sama dengan siklus

pertama, hanya saja pada siklus kedua dilakukan perbaikan terhadap kekurangan pada

siklus pertama dari segi perencanaan maupun pelaksanaan tindakan, yang diketahui

dari hasil tes belajar siswa yang telah dianalisis, demikian juga untuk siklus berikutnya.

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini, kegiatan yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah :

1) Peneliti menjelaskan kepada observer tentang apa saja yang akan diobservasi dan

memberitahukan bahwa peneliti akan melaksanakan pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas X SMK Negeri 2

Sekayu .

2) Menyusun atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan

dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

3) Menyusun lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa dan guru selama

pembelajaran berlangsung.

4) Menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD) atau menyiapkan soal kerja
kelompok.

5) Menyusun tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda untuk mengetahui hasil

belajar siswa.

36
b. Pelaksanaan Tindakan

 Kegiatan Awal ( 15 menit )

- Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa untuk mengikuti proses belajar

mengajar.

- Apersepsi.

Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang mengarah pada materi inti yang

akan disampaikan.

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai

siswa.

- Guru menyampaikan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa selama

proses pembelajaran berlangsung guna mencapai tujuan dan kompetensi

yang sudah disampaikan sebelumnya.

 Kegiatan Inti ( 60 menit )

Eksplorasi

- Guru menjelaskan materi inti tentang Keunikan gerak tari kreasi dan

memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya tentang

kejelasan materi yang disampaikan guru.

- Guru menampilkan dua Tari kreasi untuk di identifikasi unsur

pendukungnya.

- Guru mempersilakan salah seorang siswa untuk mengemukakan pendapat

dan siswa yang lain mencoba mengerjakannya di buku masing-masing.

- Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanggapi hasil pekerjaan

temannya.

- Guru memberi penguatan terhadap hasik identifikasi keunikan tari kreasi.

Elaborasi

- Guru membagi siswa menjadi empat kelompok.

- Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dikerjakan secara

berkelompok.

37
- Guru membagikan LKPD kepada masing-masing kelompok.

- Secara berkelompok siswa menganalisis dan mengembangkan gerak tari

kreasi.

- Guru membimbing dan menilai proses kerja kelompok yang sedang

dilakukan siswa

Konfirmasi

- Setelah semua kelompok selesai melakukan kerja kelompok, maka secara

bergiliran salah seorang wakil dari masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

- Kelompok yang lain menanggapinya.

- Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

masing-masing, guru dan siswa menyimpulkan hasil akhir dari kerja masing-

masing kelompok.

 Kegiatan Akhir/Penutup ( 15 menit )

- Guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran yang baru saja disajikan.

- Melakukan evaluasi.

- Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang

berlangsung hari ini.

- Melakukan tindak lanjut dengan memberikan tugas untuk perorangan.

- Menutup pelajaran.

c. Observasi dan Evaluasi

Selama pelaksanaan tindakan, diadakan observasi yang dilakukan secara kontinu

setiap kali pembelajaran berlangsung dengan mengamati kegiatan guru dan aktivitas

siswa. Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes berupa pilihan ganda. Tes ini

dikerjakan secara individu selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit)

38
C. Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto dalam buku Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

diterbitkan di Jakarta oleh Rineka Cipta (2006:160) menerangkan bahwa

instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah.

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu:

a. Instrumen pelaksanaan pembelajaran

Dalam penelitian ini, instrumen pelaksanaan pembelajaran yang

digunakan berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP).

b. Instrumen pengumpulan data

Dalam penelitian ini, data-data yang diperoleh dikumpulkan

melalui beberapa cara:

1. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa data-data siswa,

keaktifan siswa maupun data nilai hasil ulangan harian siswa yang peneliti

peroleh dari observasi awal.

2. Observasi

Observasi dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap

suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (pengamatan langsung).

Tujuan observasi ini untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam

mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

c. Tes evaluasi pada setiap akhir siklus

39
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini

digunakan tes prestasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang

setelah mempelajari sesuatu. Instrument tes disusun untuk mengetahui sejauh

mana tingkat pemahaman siswa dalam menguasai materi yang telah

disampaikan.

Tes ini berbentuk pilihan ganda dan diberikan untuk memperoleh data tentang

prestasi akademik setiap siklus. Tes ini memuat tentang materi – materi yang

telah dibahas dan tes ini akan diberikan pada akhir siklus, kemudian dianalisis

secara kuantitatif.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari peneliti, guru sebagai observer, dan

siswa kelas X SMK Negeri 2 Sekayu .

a. Jenis Data

Jenis data yang didapatkan adalah kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari:

1. Data hasil belajar (data kuantitatif)

2. Data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran (data kualitatif)

b. Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah:

1. Data hasil belajar diperoleh dengan cara memberikan tes evaluasi atau ulangan

pada siswa setiap akhir siklus.

2. Data tentang situasi belajar mengajar diperoleh dari lembar observasi baik

observasi tentang aktivitas siswa maupun aktivitas guru dalam pelaksanaan

pembelajaran.

40
D. Teknik Analisis Data

1. Data Aktivitas Guru

Setiap indikator prilaku guru pada penelitian ini, dinilai dengan

menggunakan penskoran penilaiannya berdasarkan kriteria sebagai berikut :

Skor 4 jika 3 (semua) deskriptor yang nampak

Skor 3 jika 2 deskriptor yang nampak

Skor 2 jika 1 deskriptor yang nampak

Skor 1 jika tidak ada deskriptor yang nampak

Untuk penentuan kriteria penilaian berdasarkan skor rata-rata yaitu :

BS ( Baik Sekali) : Jika 3,0 < rata-rata skor ≤ 4,0

B (Baik) : Jika 2,0 < rata-rata skor ≤ 3,0

C (Cukup) : Jika 1,0 < rata-rata skor ≤ 2,0

K (Kurang) : Jika 0,0 < rata-rata skor ≤ 1,0

2. Data Aktivitas Siswa

Setiap indikator perilaku siswa pada penelitian ini, cara pemberian skornya

berdasarkan pedoman berikut (Nurkencana, 1990) :

a. Skor 5 diberikan jika 81% - 100% (14 - 17 siswa) melakukan deskriptor yang

dimaksud.

b. Skor 4 diberikan jika 61% - 80% (10 - 14 siswa) melakukan deskriptor yang

dimaksud.

c. Skor 3 diberikan jika 41% - 60% (7 - 10 siswa) melakukan deskriptor yang

dimaksud.

d. Skor 2 diberikan jika 21% - 40% (4 - 7 siswa) melakukan deskriptor yang

dimaksud.

41
e. Skor 1 diberikan jika 0% - 20% (0 - 4 siswa) melakukan deskriptor yang

dimaksud.

Untuk mengetahui aktivitas dalam pembelajaran, maka data hasil observasi

yang berupa skor diolah dengan rumus

𝛴𝑋
A=
𝑛.𝑖

Keterangan :

A = Skor rata-rata aktivitas belajar siswa


X = Jumlah skor aktivitas belajar seluruhnya

i = Banyaknya item

n = Banyaknya siswa

Untuk menilai kategori aktivitas siswa, ditentukan terlebih dahulu Mi dan SDi

dengan rumus sebagai berikut (Nurkencana, 1990:100) ) Evaluasi Hasil Belajar.

Surabaya: Usaha Nasional.:

1
M  (Skor max + Skor min)
i
2
1
SD = Mi
i
3

Keterangan :
Mi  Mean ideal

SDi = Standar Deviasi ideal

Tabel 3.3. Pedoman skor standar aktivitas belajar siswa

Interval Kategori
AS  Mi + 1,5 SDi Sangat Aktif
Mi +0,5 SDi  AS<Mi +1,5SDi Aktif
Mi -0,5 SDi  AS<Mi +0,5SDi Cukup Aktif
Mi -1,5 SDi  AS<Mi -0,5SDi Kurang Aktif
AS<Mi - 1,5 SDi Sangat Kurang Aktif

(Nurkancana,1990:103) Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.

42
Keterangan : AS = Aktivitas Siswa

Berdasarkan skor yang telah ditentukan, yaitu : skor tertinggi = 5 dan skor

terendah = 1, maka :
1 1
Mi =  (5+1) dan SDi =  Mi
2 3

1 1
=  6 =  3
2 3

=3 =1

Selanjutnya diperoleh kriteria aktivitas belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 3.4. Pedoman kriteria aktivitas belajar siswa

Nilai Kategori
AS  4,5 Sangat Aktif
3,5  AS < 4,5 Aktif
2,5  AS < 3,5 Cukup Aktif
1,5  AS < 2,5 Kurang Aktif
AS < 1,5 Sangat Kurang Aktif
Keterangan : AS = Aktivitas Siswa

2. Data Hasil Belajar

Setelah memperoleh data tes hasil belajar, maka data tersebut dianalisa dengan

mencari ketuntasan belajar dan daya serap, kemudian dianalisa secara

kuantitatif. Ketuntasan baik individu maupun klasikal dapat di tentukan dengan

mempedomani ketentuan di bawah ini yaitu:

a. Ketuntasan Individu

Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila

memperoleh nilai ≥ KKM yaitu nilai ketuntasan minimal sebesar 67 dipilih

karena sesuai dengan kemampuan individu, hal ini juga sesuai dengan standar

43
ketuntasan belajar siswa pada X SMK Negeri 2 Sekayu.

b.Ketuntasan Klasikal

Data tes hasil belajar proses pembelajaran dianalisis dengan menggunakan

analisis ketuntasan hasil belajar secara klasikal minimal 85% dari jumlah siswa

yang memperoleh nilai  KKM yaitu 70. Dengan rumus ketuntasan belajar

klasikal adalah:

X
KK = x 100 %
Z
Keterangan :
KK = Ketuntasan klasikal
X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai  KKM
Z = Jumlah seluruh siswa
Ketuntasan belajar klasikal tercapai jika  85% siswa memperoleh nilai 

KKM yang akan terlihat pada hasil evaluasi tiap-tiap siklus.

E. Indikator Keberhasilan

Adapun yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah

pencapaian prestasi dan aktivitas belajar siswa dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari prestasi belajar mencapai ketuntasan

klasikal yaitu jika  85% siswa mendapat nilai  KKM yaitu 70 pada saat

evaluasi.

b. Keberhasilan penelitian ini dilihat dari aktivitas belajar siswa minimal

berkategori cukup aktif dalam proses pembelajaran yang menerapkan metode

demonstrasi, yakni apabila aktivitas belajar siswa berada pada interval 2,5 

AS < 3,5.

44
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dikemukakan analisis data yang diperoleh dari hasil observasi dan

hasil evaluasi pada setiap siklus yang telah direncanakan. Data yang diperolah berupa

data kuantitatif dari hasil evaluasi dan data kualitatif yang dikumpulkan dari hasil

observasi. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil evaluasi akan memberikan

jawaban mengenai keberhasilan atau tidaknya proses pembelajaran dengan

menerapkan Model Pembelajaran Koopearatif yang diukur dengan ketuntasan belajar

secara klasikal. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi yang akan memberikan

gambaran tentang aktivitas siswa maupun aktivitas guru yang dilakukan oleh observer

pada setiap pertemuan pelaksanaan proses pembelajaran. Berikut ini akan disajikan

data hasil penelitian pada setiap siklus yang telah direncanakan.

A. HASIL PENELITIAN

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah kegiatan membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran, (lampiran 4), lembar observasi aktivitas guru pada

siklus I pertemuan 1 (lampiran 10), lembar observasi aktivitas guru pada siklus

I pertemuan 2 (lampiran 10), lembar observasi aktivitas siswa pada siklus I

pertemuan 1 (lampiran 9), dan lembar observasi aktivitas siswa pada siklus I

pertemuan 2 (lampiran 9), kisi-kisi soal evaluasi siklus I (lampiran 11),

instrumen evaluasi siklus I (lampiran 11), kunci jawaban instrumen evaluasi

dan pedoman penskoran (lampiran 11), hasil evaluasi siklus I (lampiran 6).

b. Pelaksanaan Tindakan

45
Dalam tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan kegiatan pembelajaran

sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Untuk

dapat menyesuaikan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam penyampaian

materi, termasuk didalamnya pembelajaran dengan menggunakan Model

Pembelajaran Demonstrasi untuk materi Rangkaian Listrik dilaksanakan dalam

3 kali pertemuan, dimana 2 kali pertemuan untuk penyampaian materi dan 1

kali pertemuan untuk evaluasi.

c. Observasi dan Evaluasi

1. Hasil Observasi

Hasil observasi diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh

observer yang dilakukan oleh rekan guru peneliti dengan mengisi lembar

observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa untuk merekam jalannya proses

pembelajaran. Dari hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan,

didapatkan bahwa proses pembelajaran belum sesuai dengan yang

diharapkan karena masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dari pihak

guru sendiri maupun dari pihak siswa. Adapun kekurangan itu antara lain:

Guru belum memberikan motivasi kepada siswa sesuai dengan materi, guru

belum memanfaatkan alat bantu pembelajaran secara optimal terutama alat

dan bahan yang akan digunakan dalam menjelaskan siswa tahap-tahap

demonstrasi, masih terlihat beberapa siswa yang tidak aktif dalam

berdiskusi dan hanya terlihat menonton temannya yang sedang melakukan

demonstrasi.

Tabel : 4.1. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa setelah dianalisa

diperoleh data sebagai berikut :

Jumlah skor yang tampak Σ Skor Rata-rata Kate-


Pertemuan
1 2 3 4 5 6 aktivitas Aktivitas gori
Pertama 2,7 2,3 3,0 3,0 2,0 2,7 15,7 2,6 Cukup
Aktif
Kedua 3,3 2,7 3,0 3,3 2,7 3,0 18,0 3,1 Cukup
Aktif

46
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I

pertemuan 1 adalah 2,6 dengan kategori cukup aktif dan pertemuan 2 adalah 3,1

kategori cukup aktif. Tingkat aktivitas siswa ini tergolong cukup aktif. Oleh karena

itu maka aktivitas siswa pada siklus berikutnya masih perlu ditingkatkan.

Sedangkan menyangkut aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel : 4.2. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru setelah

dianalisa diperoleh data sebagai berikut :

Jumlah skor yang tampak Σ Skor Rata-rata Kate-


Pertemuan
1 2 3 4 5 6 7 aktivitas Aktivitas gori
Pertama 3 3 4 2 2 2 1 17 2,4 Baik
Kedua 4 3 4 3 3 2 1 20 2,9 Baik

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aktivitas guru pada siklus I

pertemuan 1 adalah 2,4 dan pertemuan 2 adalah 2,9. Tingkat aktivitas guru ini

tergolong baik. Oleh karena itu maka aktivitas guru pada siklus berikutnya masih

perlu lebih ditingkatkan.

2. Evaluasi Hasil Belajar

Data lengkap tentang hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada

lampiran 6. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus 1 setelah dianalisis diperoleh

data sebagai berikut :

Tabel : 4.3. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I

Tuntas/ Tidak
No. Nama Siswa L/P Skor Nilai Tuntas(KKM=
70)
1. AHMAD ADI SYAPUTRA L 7 70 Tuntas
2. DESMI DWI ANJELI P 5 50 Tidak Tuntas
3. DUDI APRIANSYAH L 7 70 Tuntas

47
4. IMAM SAMUDRA L 8 80 Tuntas
5. JULIKA NIZMI P 8 80 Tuntas
6. NOVIN RAFLES L 4 40 Tidak Tuntas
7. PUTRI REZKI UTAMI P 8 80 Tuntas
8. RASYAH ADITYA PUTRA L 8 80 Tuntas
9. RESA LESTARI P 8 80 Tuntas
10. SELPIANA P 5 50 Tidak Tuntas
11. SISKA P 4 40 Tidak Tuntas
12. TEGUG WAHYU LESTARI P 7 70 Tuntas
13. TIARA EKA PRATIWI P 8 80 Tuntas
14. WULAN AGUSTIN P 8 80 Tuntas
15. YUNIZA SAPITRI P 5 50 Tidak Tuntas
Nilai Rata-rata 60,7
Jumlah Siswa Yang Tuntas 10
Persentase Ketuntasan Klasikal 52%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar yang dicapai siswa

adalah 52% (lampiran 6) dengan nilai rata-rata 60,74. Hasil ini belum mencapai

ketuntasan belajar secara klasikal sehingga pembelajaran dilanjutkan ke siklus

berikutnya.

d. Refleksi

Berdasarkan analisis hasil observasi pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas

masih 52% berarti masih dibawah standar minimum yakni 85%. Hasil tersebut

belum mencapai hasil yang diharapkan, untuk itu peneliti melanjutkan ke siklus

berikutnya. Dalam siklus I ini terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu untuk

dipehatikan dan diperbaiki pada kegiatan siklus II diantaranya:

1. Pemberian motivasi yang masih kurang membuat siswa sedikit kebingungan

dalam menerima materi atau pokok bahasan baru dengan menerapkan model

48
pembelajaran kooperatif sehingga pada siklus II pemberian motivasi lebih

diperhatikan.

2. Pemanfaatan alat bantu pembelajaran yang belum optimal agar penjelasan

materi terutama langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif lebih

terstruktur dan sistematis.

3. Meminta siswa untuk lebih aktif dalam berdiskusi, (tidak hanya diam

memperhatikan teman-temannya bekerja dan hanya mengobrol dengan

temannya).

4. Meminta siswa agar lebih aktif dan bertanya jika mendapat kesulitan atau jika

ada materi dan soal-soal diskusi yang belum dimengerti.

5. Kesimpulan yang belum jelas membuat siswa sedikit bingung atau kurang

jelas dengan batasan materi yang disampaikan guru sehingga pada siklus II

pemberian kesimpulan lebih diperhatikan.

2. Hasil Penelitian Siklus II

Proses pembelajaran pada siklus II diawali dengan pemberian umpan balik

dari hasil evaluasi yang diberikan. Oleh karena itu, sebelum berdiskusi guru

menghimbau agar siswa tidak ada yang ngobrol, mengganggu temannya yang

lain, dan tidak ada siswa yang diam memperhatikan teman-temannya,

demikian juga pembagian tugas dalam setiap kelompok harus lebih jelas

sehingga siswa dapat melaksanakan tugasnya masing-masing.

a. Perencanaan

Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah kegiatan membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran, (lampiran 4), lembar observasi aktivitas guru pada

siklus II pertemuan 1 (lampiran 10), lembar observasi aktivitas guru pada

siklus II pertemuan 2 (lampiran 10), lembar observasi aktivitas siswa pada

siklus II pertemuan 1 (lampiran 9), dan lembar observasi aktivitas siswa pada

49
siklus II pertemuan 2 (lampiran 9), kisi-kisi soal evaluasi siklus II (lampiran

12), instrumen evaluasi siklus II (lampiran 12), kunci jawaban instrumen

evaluasi dan pedoman penskoran (lampiran 12), hasil evaluasi siklus II

(lampiran 7).

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap pelaksanaan tindakan dilaksanakan kegiatan pembelajaran

sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Untuk

dapat menyesuaikan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam penyampaian

materi, termasuk didalamnya pembelajaran dengan menggunakan metode

demonstrasi untuk materi memeragakan gerak tari kreasi dilaksanakan dalam

3 kali pertemuan, dimana 2 kali pertemuan untuk penyampaian materi dan 1

kali pertemuan untuk evaluasi.

c. Observasi dan Evaluasi

1. Hasil Observasi

Hasil observasi diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer

yang dilakukan oleh rekan guru peneliti dengan mengisi lembar observasi

aktivitas guru dan aktivitas siswa untuk merekam jalannya proses

pembelajaran. Pada saat pembelajaran siklus II telah dilakukan perbaikan, dari

analisis hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II didapat bahwa aktivitas

siswa tergolong aktif dalam setiap pertemuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel

skor aktivitas siswa mengalami peningkatan dari pertemuan pertama ke

pertemuan ke dua, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel : 4.4. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa setelah

dianalisa diperoleh data sebagai berikut :

Jumlah skor yang tampak Σ Skor Rata-rata Kate-


Pertemuan
1 2 3 4 5 6 aktivitas Aktivitas gori
Pertama 4,0 3,7 4,7 3,7 3,7 3,3 23,1 3,9 Aktif
Kedua 4,3 4,0 5,0 4,7 3,7 3,7 25,4 4,3 Aktif

50
Dari tabel diatas dilihat bahwa aktivitas siswa pada siklus II untuk

pertemuan 1 adalah 3,9 dan pertemuan 2 adalah 4,3. Berdasarkan

penggolongan aktivitas belajar siswa maka kategori aktivitas siswa pada siklus

II adalah tergolong aktif.

Sedangkan menyangkut aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel : 4.5. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru setelah

dianalisa diperoleh data sebagai berikut :

Jumlah skor yang tampak Σ Skor Rata-rata


Pertemuan Kategori
1 2 3 4 5 6 7 aktivitas Aktivitas
Pertama 4 4 4 3 3 3 2 23 3,3 Baik
Sekali
Kedua 4 4 4 4 4 3 2 25 3,6 Baik
Sekali

Dari tabel di atas dilihat bahwa aktivitas guru pada siklus II untuk

pertemuan 1 adalah 3,3 dan pertemuan 2 adalah 3,6. Berdasarkan

penggolongan aktivitas belajar guru maka kategori aktivitas guru pada siklus II

adalah tergolong baik sekali.

2. Evaluasi Hasil Belajar

Data lengkap tentang prestasi belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada

lampiran 7. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II setelah dianalisis

diperoleh data sebagai berikut :

Tabel : 4.6. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II

Tuntas/ Tidak
No. Nama Siswa L/P Skor Nilai Tuntas(KKM=
67)
1. AHMAD ADI SAPUTRA L 8 80 Tuntas
2. DESMI DWI ANJELI P 9 90 Tuntas
3. DUDI APRIANSYAH L 7 70 Tuntas
4. IMAM SAMUDRA L 7 70 Tuntas

51
5. JULIKA NIZMI P 9 90 Tuntas
6. NOVIN RAFLES L 8 80 Tuntas
7. PUTRI RIZKI UTAMK P 8 80 Tuntas
8. RASYAH ADITYA PUTRA L 5 50 Tuntas
9. RESA LESTARI P 7 70 Tuntas
10. SELPIANA L 7 70 Tuntas
11. SISKA L 7 70 Tuntas
12. TEGUH WAHYU LESTARI P 8 80 Tuntas
13. TIARA EKA PRATIWI P 7 70 Tuntas
14. WULAN AGUSTIN P 8 80 Tuntas
15. YUNIZA SAPITRI P 4 40 Tidak Tuntas
Nilai Rata-rata 75,2
Jumlah Siswa Yang Tuntas 14
Persentase Ketuntasan Klasikal 92,2

Hasil evaluasi yang diperoleh pada siklus II ini mencapai tingkat 92,2 jadi

sudah dapat dikatakan tuntas, untuk itu tidak perlu lagi diadakan pembelajaran

pada siklus berikutnya dengan ketuntasan belajar yang sudah dicapai, dengan

demikian pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar belajar Matematika pada materi

bilangan bulat.

d. Refleksi

Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II, kegiatan pembelajaran sudah

dapat berjalan dengan baik, dimana hasil observasi aktivitas siswa dapat tergolong

aktif dilihat dari setiap kegiatan pembelajaran begitu juga aktivitas guru sudah

tergolong baik sekali. Dari hasil analisis terhadap hasil evaluasinya terjadi

peningkatan rata-rata kelas maupun persentase ketuntasan secara klasikal sudah

mencapai/melebihi 85% artinya sudah 85% atau lebih siswa sudah mencapai nilai

52
hasil ulangan sebesar KKM atau melebihi KKM yang ditentukan. Oleh karena itu

penelitian ini dihentikan sampai siklus II sesuai dengan perencanaan.

B. PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk

meningkatkan hasil belajar Matematika materi bilangan bulat pada siswa kelas

X Semester I dengan melaksanakan pembelajaran dengan

menerapkan/menggunakan model pembelajaran kooperatif di SMK Negeri 2

Sekayu Tahun Pelajaran 2021/2022.

Berdasarkan hasil analisis data pada tiap siklus, terlihat bahwa hasil dari

siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pelaksanaan pembelajaran

dan hasil analisis data siklus I, untuk aktivitas siswa diperoleh nilai rata-rata

sebesar 2,6 dan aktivitas siswa pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas

sebesar 3,1. Pada pelaksanaan pembelajaran dan hasil analisis data siklus I,

untuk aktivitas guru diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,4 dan aktivitas guru pada

siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,9.

Terkait dengan hasil ulangan pada siklus I dan II dapat dilihat

rinciannya di bawah ini :

Tabel : 4.7. Ringkasan hasil ulangan pada siklus I

No Uraian Hasil
1 Nilai Terendah 40
2 Nilai Tertinggi 90
3 Rata-rata 60,74
4 Jumlah siswa yang tuntas 14

53
5 Jumlah siswa yang ikut tes 15
6 Persentase yang tuntas 92%

Sedangkan pada siklus II hasilnya sebagai berikut :

Tabel : 4.8. Ringkasan hasil ulangan pada siklus II

No Uraian Hasil
1 Nilai Terendah 50
2 Nilai Tertinggi 90
3 Rata-rata 75,2
4 Jumlah siswa yang tuntas 14
5 Jumlah siswa yang ikut tes 15
6 Persentase yang tuntas 92%

Setelah melihat kedua tabel hasil evaluasi dari siklus I dan II dimana

nilai yang mereka peroleh sudah mencapai tingkat ketuntasan belajar. Dan

melebihi tingkat ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 85%.

Untuk lebih rincinya peningkatan tingkat ketuntasan siswa dari pra

siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel dalam lampiran.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanaan sebagai upaya untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Seni Budaya pada materi Seni Tari

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif. Dimana penelitian ini

dilakukan dalam dua siklus yang didasarkan pada cakupan materi seni tari.

54
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan

bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada materi Seni Tari kelas X SMK Negeri 2 Sekayu.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai skor aktivitas siswa, aktivitas

guru dan nilai rata-rata kelas serta tingkat ketuntasan secara klasikal pada tiap siklus

mengalami peningkatan baik pada siklus I maupun siklus II.

Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas dapatlah kami simpulkan :

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar

Seni Budaya materi Seni Tari pada siswa kelas X SMK Negeri 2 Sekayu

Tahun Pelajaran 2021/2022.

2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan aktivitas

belajar para siswa pada mata pelajaran Seni Budaya materi Seni Tari pada

siswa kelas X SMK Negeri 2 Sekayu Tahun Pelajaran 2021/2022 yang dapat

dilihat dari peningkatan aktivitas belajar dari siklus I sampai dengan siklus II,

dari kategori cukup aktif dengan nilai rata-rata 2,85 sampai dengan kategori

aktif dengan nilai rata-rata 4,10.

3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Seni Budaya materi Seni Tari pada

siswa kelas X SMK Negeri 2 Sekayu Tahun Pelajaran 2021/2022mengalami

peningkatan pada setiap siklus dengan persentase ketuntasan secara klasikal

masing-masing siklus yaitu siklus I sebesar 52% dansiklus II sebesar 85%.

55
B. Saran

Berdasarkan hasil yang dicapai dalam penelitian ini maka saran-saran yang

dapat disampaikan antara lain:

a. Untuk Siswa

1. Dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif diharapkan kepada siswa-siswi sebelum menerima

pembelajaran, untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti kegiatan belajar

dan mengajar di kelas.

2. Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif menekankan kepada

siswa untuk belajar bersama serta saling menerima segala kekurangan dan

belajar saling memahami dalam kegiatan pembelajaran.

3. Diharapkan kepada siswa/siswi setelah melakukan pembelajaran dengan

Model Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan hasil belajarnya saat

ini maupun pembelajaran pada masa-masa yang akan datang.

b. Untuk Guru

1. Model Pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran siswa aktif yang

dapat meningkatkan semangat, potensi, keaktifan siswa dalam kegiatan

pembelajaran, serta dapat meningkatkan rasa kebersamaan, toleransi

diantara para siswa.

2. Diharapkan kepada guru-guru yang lain untuk dapat menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar di kelasnya.

3. Agar pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif ini lebih

diminati dan lebih mengaktifkan siswa, diharapkan kepada bapak/ibu guru

untuk mendalami teori/kajian tentang pembelajaran dengan menerapkan

Model Pembelajaran Kooperatif ini dan sering menggunakannya dalam

kegiatan belajar mengajar di kelasnya sehingga nantinya diharapkan seluruh

56
kompetensi yang dimiliki siswa dapat diungkapkan dan disalurkan dengan

maksimal sehingga keberhasilan siswa/siswi dapat diraih.

c. Untuk Sekolah

1. Diharapkan kepada kepala sekolah untuk melaksanakan worshop di

sekolah dengan tema penerapan model pembelajaran kooperatif dengan

tujuan menambah pemahaman guru-guru tentang hal tersebut untuk

diterapkan kepada siswa di kelas.

2. Diharapkan kepada kepala sekolah dalam menentukan kebijakan terkait

dengan peningkatan profesionalisme guru supaya diprogramkan kegiatan-

kegiatan yang menyangkut pendalaman pemahaman tentang penerapan

strategi/pendekatan/metode/model pembelajaran yang dapat diterapkan

oleh bapak/ibu guru dikelasnya

57
58
59
60

Anda mungkin juga menyukai